TEORI DASAR
(1)
m1
F21
m2
18
Percepatan yang dialami oleh suatu massa (m2) sebagai akibat dari tarikan
massa (m1) bisa dihitung dengan membagi F dengan m2. Jika m1 adalah massa
bumi, maka percepatan yang dialami m2 pada permukaan bumi sesuai dengan
persamaan (2) (Telford, 1976).
dimana
(2)
]
Suatu massa yang terdapat dalam sistem ruang tertentu akan menimbulkan
medan potensial (skalar) di sekitarnya. Medan potensial untuk gayaberat
(gaya akibat tarik-menarik suatu massa) bersifat konservatif, artinya usaha
yang dilakukan dalam suatu medan gayaberat tidak tergantung pada lintasan
yang ditempuhnya, tetapi tergantung pada posisi awal dan akhir dan
memenuhi persamaan berikut:
dan
(3)
Gaya yang timbul dapat diturunkan dari suatu fungsi potensial skalar U(x,y,z)
berikut:
(4)
Persamaan (4) dapat ditulis dalam koordinat bola menjadi:
19
(5)
Dari persamaan (5) dapat diperoleh bentuk persamaan potensial gayaberat:
Dengan mensubtitusikan
(6)
skalar menjadi:
( )
(7)
Gambar 10. Anomali gayaberat pada sebuah elemen massa dengan bentuk
sembarang (Kearey dkk., 2002).
(8)
20
dimana:
(10)
Secara teoritis bumi dianggap bulat, homogen dan tidak berotasi. Pada
kenyataannya, Bumi lebih mendekati bentuk spheroid, relief permukaannya
tidak rata, berotasi, tidak homogen (sebaran densitas tidak merata), serta
dipengaruhi gaya tarik benda di luar bumi, seperti bulan dan matahari
sehingga variasi gayaberat di permukaan bumi dipengaruhi oleh faktor
berikut:
1.
2.
Lintang (latitude)
3.
Ketinggian (elevation)
4.
Topografi
5.
21
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek gayaberat bendabenda di luar bumi seperti matahari dan bulan. Penurunan efek tidal ini
hampir sebagian besar menggunakan persamaan Longman (1959).
[( ) (
( )
(11)
bulan
bumi
Gambar 11. Komponen interaksi bumi dan bulan pada titik P (Kadir,
2000).
22
koreksi tidal. Nilai koreksi tidal ini selalu ditambahkan pada pembacaan
gayaberat.
(12)
dimana:
Koreksi
apungan
dilakukan
sebagai
akibat
adanya
perbedaan
23
Koreksi ini dilakukan karena bentuk bumi yang tidak bulat sempurna,
sehingga terdapat perbedaan antara jari-jari bumi di kutub (6.356 km)
dengan di katulistiwa (6.378 km) sebesar 21 km. Dengan demikian, titik
terjauh katulistiwa dari pusat massa bumi akan lebih jauh daripada titik
terjauh kutub dari pusat bumi, sehingga menyebabkan nilai gayaberat
dikutub akan lebih besar dibandingkan nilai gayaberat di katulistiwa,
seperti ditunjukkan pada Gambar 12.
g = 9,83 m/s2
g = 9,78 m/s2
24
(15)
Gambar 13. Gayaberat terukur pada mean sea level/geoid dan terukur
di permukaan Bumi dengan elevasi h (Reynold, 1997).
Nilai gayaberat pada mean sea level dengan menganggap bentuk bumi
yang ideal, spheroid, tidak berotasi, dan massa terkonsentrasi pada
pusatnya, yaitu:
(16)
25
Perbedaan nilai gayaberat antara yang terletak pada mean sea level
dengan titik yang terletak pada elevasi h (meter) adalah koreki udara
bebas (FAC) diberikan sebagai persamaan berikut (Telford dkk, 1990):
(
(18)
mGal
dengan
(19)
Sehingga besarnya anomali pada posisi tersebut menjadi FAA (Free Air
Correction) yaitu:
(20)
Koreksi
Bouguer
merupakan
koreksi
ketinggian
yang
(gr/cc) seperti
26
.
m3kg-1s-2
maka:
mGal
(21)
mGal (22)
27
digunakan
adalah
komponen
gaya
vertikal.
Kondisi
tersebut
Salah satu cara untuk mengetahui nilai koreksi medan adalah dengan
menggunakan Hammer Chart (Gambar 16). Secara matematis koreksi
tersebut dapat dituliskan dengan pendekatan cincin silinder dapat dilihat
pada Gambar 16b sebagai berikut:
(
) mGal
dengan:
G
(23)
28
dimana:
(24)
(25)
29
CBA
FAC
BC
= koreksi Bouguer.
TC
= koreksi medan.
= rapat massa.
= tinggi (meter).
Dalam metode gayaberat, parameter yang sangat penting yaitu rapat massa
batuan atau densitas batuan. Nilai percepatan gravitasi yang terukur di
permukaan bumi akan bervariasi dipengaruhi distribusi densitas material
(batuan) yang berada di bawah permukaan bumi yang berasosiasi dengan
struktur dan kondisi geologi di dalam bumi. Variasi nilai rapat massa batuan
ditunjukkan pada Tabel 2 (Telford dkk,1990).
Salah satu metode dalam penentuan rapat massa (densitas) permukaan ratarata daerah penelitian yaitu metode Nettleton. Metode ini didasarkan pada
pengertian tentang koreksi Bouguer dan koreksi medan dimana jika rapat
massa yang digunakan sesuai dengan rapat massa permukaan, maka
penampang anomali gaya berat menjadi mulus (smooth) ditunjukkan pada
Gambar 17. Nilai korelasi yang paling baik adalah yang mendekati nol
sehingga grafik terbaik dipilih yang mendekati garis lurus.
30
Jenis
Batuan
Batas
(Mg/m3)
ratarata
(Mg/m3)
Batuan
Sedimen
Aluvium
Clay
Gravel
Loess
Silt
Soil
Sand
Sandstone
Shale
Limestone
Dolomit
Chalk
Halite
Glacier Ice
1,96-2,00
1,63-2,60
1,70-2,40
1,40-1,93
1,80-2,20
1,20-2,40
1,70-2,30
1,61-2,76
1,77-3,20
1,93-2,90
2,28-2,90
1,53-2,60
2,10-2,60
0,88-0,92
1,98
2,21
2,00
1,64
1,93
1,92
2,00
2,35
2,40
2,55
2,70
2,01
2,22
0,90
Batuan
Beku
Riolit
Granit
Andesit
Syenite
Basalt
Gabro
2,35-2,70
2,50-2,81
2,40-2,80
2,60-2,95
2,70-3,30
2,70-3,50
2,52
2,64
2,61
2,77
2,99
3,03
Jenis
Batuan
Batas
(Mg/m3)
ratarata
(Mg/m3)
Batuan
Metamorf
Schist
Gneiss
Phylite
Slate
Granulite
Amphibolite
Eclogite
2,39-2,90
2,59-3,00
2,68-2,80
2,70-2,90
2,52-2,7
2,90-3,04
3,20-3,54
2,64
2,80
2,74
2,79
2,65
2,96
3,37
(26)
31
Gambar 17. Estimasi rapat massa dengan metode Nettleton (Telford dkk.,
1990).
Spektrum diturunkan dari potensial gaya berat yang teramati pada suatu
bidang horisontal dimana transformasi Fouriernya sbb ( Blakely, 1995 ):
32
( ) dan
( )
| |(
| |
(27)
dengan:
U = potensial gayaberat.
(28)
| |
)
| |(
( )
)
(29)
dimana:
= anomali gayaberat
z0= ketinggian titik amat
k = bilangan gelombang
z = kedalaman benda anomali
Jika distribusi rapat massa bersifat random dan tidak ada korelasi antara
masing-masing nilai gaya berat, maka
(30)
33
(31)
Dari persamaan garis lurus diatas, melalui regresi linier diperoleh batas antara
orde satu (regional) dengan orde dua (residual), sehingga nilai k pada batas
tersebut diambil sebagai penentu lebar jendela seperti ditunjukkan pada
Gambar 18. Hubungan panjang gelombang ()
Untuk estimasi kedalaman diperoleh dari nilai gradien persamaan garis lurus
diatas. Nilai gradien hasil regresi linier zona regional menunjukkan
kedalaman regional dan nilai hasil regresi linier zona residual menunjukkan
kedalaman residual.
34
Zona
Regional
Ln A
Zona
Residual
Zona Noise
(35)
35
Sedangkan penerapan moving average pada peta dua dimensi, harga gR pada
suatu titik dapat dihitung dengan merata-ratakan semua nilai gB di dalam
sebuah kotak persegi dengan titik pusat adalah titik yang akan dihitung harga
gR. Contoh aplikasi perata-rataan bergerak dalam jendela 5x5 pada data dua
dimensi diberikan pada persamaan:
[
(36)
(38)
Sehingga,
(39)
(40)
36
Untuk data penampang 1D, dimana y mempunyai nilai yang tetap maka
persamaannya adalah:
*
(41)
Terdapat beberapa operator filter SVD, yang dihitung oleh Henderson dan
Zeits (1949), Elkins (1951) dan Rosenbach (1952). Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan filter SVD hasil perhitungan Elkins. Beberapa filter
second vertical derivative (SVD) dengan berbagai macam operator filter 2-D
ditunjukkan pada Tabel 3, 4 dan 5.
37
0.0000
-0.0838
0.0000
0.0000
0.0000
+1.0000
-2.6667
+1.0000
0.0000
-0.0838
-2.6667
17.0000
-2.6667
-0.0838
0.0000
+1.0000
-2.6667
+1.0000
0.0000
0.0000
0.0000
-0.0838
0.0000
0.0000
+0.0416
0.0000
+0.0416
0.0000
+0.0416
-0.3332
_0.7500
-0.3332
+0.0416
0.0000
-0.7500
+4.0000
-0.7500
0.0000
+0.0416
-0.3332
-0.7500
-0.3332
+0.0416
0.0000
+0.0416
0.0000
+0.0416
0.0000
-0.0833
0.0000
-0.0833
0.0000
-0.0833
-0.0667
-0.0334
-0.0667
-0.0833
0.0000
-0.0334
+1.0668
-0.0334
0.0000
-0.0833
-0.0667
-0.0334
-0.0667
-0.0833
0.0000
-0.0833
0.0000
-0.0833
0.0000
(42)
(43)
38
dimana :
)]
(44)