Anda di halaman 1dari 60

EVALUASI CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN RPJMD

KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2010-2015

Evaluasi atas pelaksanaan RPJMD akan dimulai dengan paparan


kondisi umum, yang dilanjutkan dengan pembahasan mengenai capaian
kinerja

pembangunan

berdasar

bidang

pembangunan.

Penjelasan

selengkapnya adalah sebagai berikut:


A. Gambaran Umum Daerah
Kabupaten Kebumen dalam konteks regional merupakan
simpul penghubung antara Jawa Timur dan Jawa Barat dan
memanjang di pulau Jawa bagian Selatan. Batas-batas wilayah
Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
2. Sebelah

Barat

berbatasan

dengan

Kabupaten

Cilacap

dan

Banyumas.
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
Secara geografis, Kabupaten Kebumen terletak antara 7 027
sampai dengan 7050 Lintang Selatan dan di antara 109022 sampai
dengan 109050 Bujur Timur. Bagian selatan Kabupaten Kebumen
merupakan dataran rendah, sedang pada bagian utara berupa
pegunungan, yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan
Serayu. Di selatan daerah Gombong, terdapat rangkaian pegunungan
kapur, yang membujur hingga pantai selatan. Daerah ini terdapat
sejumlah gua dengan stalagtit dan stalagmit.
Secara administratif Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 (dua
puluh enam) kecamatan, yang mencakup sejumlah 449 desa, dan 11
kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kebumen sebesar 128.111,50
(seratus dua puluh delapan ribu seratus sebelas) hektar atau
1.281,115 (seribu dua ratus delapan puluh satu koma seratus lima
belas)

kilometer

persegi

(lihat

Gambar

2,1).

Kondisi

wilayah

Kebupaten Kebumen sebagian besar adalah dataran rendah dan


sebagian lainnya berupa perbukitan dan wilayah pantai.
Wilayah

Kabupaten

Kebumen

berbatasan

langsung

atau

memiliki wilayah pantai dan juga terdapat wilayah pegunungan,


sehingga ketinggiannya berkisar antara 0 sampai dengan 997,5
(sembilan ratus sembilan puluh tujuh koma lima) meter di atas
permukaan laut. Beberapa wilayah Kabupaten Kebumen merupakan
daerah

pantai

dan

pegunungan,

sedangkan

sebagian

besar

merupakan dataran rendah. Dari luas wilayah Kabupaten Kebumen,


pada tahun 2013 tercatat 39.748 (tiga puluh sembilan ribu empat
ratus enam puluh delapan) hektar atau sekitar 31,03% (tiga puluh
satu koma nol empat persen) adalah lahan sawah dan 88.363,50
(delapan puluh delapan ribu tiga ratus empat puluh tiga koma lima
puluh) hektar atau 68,97% (enam puluh delapan koma sembilan
puluh enam persen) adalah lahan kering. Menurut sistem irigasinya,
sebagian besar lahan sawah beririgasi teknis (50,34%) dan hampir
seluruhnya dapat ditanami dua kali dalam setahun, beririgasi
setengah teknis (9,23%), beririgasi sederhana (5,77%),

beririgasi

desa (2,65% dan sebagian berupa sawah tadah hujan dan pasang
surut (32,02%).

Gambar 2.1
Peta Wilayah Kabupaten Kebumen

Penggunaan lahan kering di Kabupaten Kebumen mencapai


88.363,50 hektar, sebagian untuk pertanian seluas 42.799,50 hektar
dan bukan lahan pertanian mencapai 45.564,00 hektar. Lahan
untuk pertanian kering tersebut sebagian besar untuk tegalan/
kebun mencapai 27.629,00 hektar. Sedangkan lahan kering bukan
untuk pertanian sebagian besar untuk rumah/bangunan dan lahan
sekitarnya seluas 26.021,00 hektar dan berupa hutan negara seluas
16.861,00 hektar.
B. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan dokumen RTRW Tahun 2011-2031, pengembangan Kabupaten Kebumen telah direncanakan untuk menjadi
beberapa struktur ruang wilayah. Rencana struktur ruang tersebut
meliputi

sistem

pusat

kegiatan,

jaringan

prasarana

wilayah

kabupaten. Sistem pusat kegiatan meliputi sistem perkotaan dan


sistem perdesaan.
Sistem perkotaan dibagi menjadi beberapa pusat, yaitu: (i)
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu Perkotaan Kebumen, (ii) Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) yaitu Perkotaan Gombong, Karanganyar, dan
Prembun, dan (iii) Pusat Pengembangan Kawasan (PPK), yang
meliputi Perkotaan Ayah, Puring, Petanahan, Sruweng, Ambal,
Kutowinangun,
Klirong,

Karangsambung,

Buluspesantren,

Mirit,

Padureso,
Bonorowo,

Rowokele,

Buayan,

Pejagoan,

Alian,

Poncowarno, Adimulyo, Kuwarasan, Sempor, Karanggayam, dan


Sadang.
Sistem perdesaan dibagi menjadi Pusat Pelayanan Antar Desa,
Pusat Pelayanan Setiap Desa, dan Pusat Pelayanan pada Setiap
Dusun atau Kelompok Permukiman. Sistem perdesaan dikembangkan dengan membentuk (PPL). PPL yang direncanakan
dikembangkan meliputi Desa Giyanti, Purbowangi, Tanggulangin,
3

Rantewringin, Buluspesantren, Tlogopragoto, Bonorowo, Peniron,


Jatimulyo,

Poncowarno,

Adimulyo,

Kalipurwo,

Jatinegara,

Pagebangan, dan Desa Sadangkulon.


Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Kebumen dibagi
menjadi sistem prasarana utama dan prasarana lainnya. Sistem
Jaringan

Prasarana

wilayah

Kabupaten

dibentuk

oleh

sistem

jaringan prasarana utama dan dilengkapi sistem jaringan prasarana


lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sistem prasarana utama berupa sistem jaringan transportasi
yang meliputi jaringan transportasi darat dan jaringan perkeretaapian. Jaringan transportasi darat meliputi jaringan jalan, jaringan
prasarana lalu lintas angkutan jalan, dan jaringan pelayanan lalu
lintas angkutan jalan.
Jaringan jalan dibagi menjadi jarigan jalan bebas hambatan,
jaringan jalan nasional, jaringan jalan provinsi, jaringan jalan
provinsi, dan jaringan jalan kabupaten. Jaringan jalan bebas
hambatan meliputi jalan Ciamis-Cilacap-Yogyakarta. Jaringan jalan
nasional meliputi ruas Jaringan Jalan Lintas Selatan Jawa Tengah
yang berupa jalan arteri primer sebagai jalan strategis nasional; ruas
jalan

perbatasan

Jawa

Barat-Cilacap-Kebumen-Perbatasan

Yogyakarta; ruas jalan batas Banyumas Tengah-Kebumen dengan


panjang ruas kurang lebih 23,895 km; rus jalan lingkar selatan
Kebumen dengan panjang ruas kurang lebih 9,108 km; ruas jalan
batas Kota Kebumen-Prembun dengan panjang ruas kurang lebih
12,682 km; ruas jalan menuju Purworejo dengan panjang ruas
kurang lebih 4,224 km; dan ruas jalan Prembun-Kutoarjo dengan
panjang ruas kurang lebih 12,696 km.
Jaringan jalan provinsi meliputi: Kebumen-KarangsambungBanjarnegara; Prembun-Wadaslintang-Wonosobo; Gombong-SemporBanjarnegara. Sedangkan jaringan jalan kabupaten merupakan jalan
penghubung

antar

ibu

kota

kecamatan,

meliputi:

ruas

jalan

Kebumen-Petanahan; ruas jalan Prembun-Kebumen-Gombong; ruas


jalan Kebumen-Wonosobo melalui Prembun-Padureso; ruas jalan
Kebumen-Banjarnegara

melalui
4

Gombong-Sempor;

ruas

jalan

Kebumen-Karangsambung-Sadang

dan

Karangsambung-Girikerto

sebagai akses ke Banjarnegara dan Wonosobo; ruas jalan Karanganyar-Karanggayam-Pagebangan; ruas jalan Gunungsari-SelogiriBanjarnegara; dan ruas jalan Prembun-Bonorowo-Mirit.
Rencana

jaringan

perkeretaapian

meliputi:

jalur

Solo-

Bandung/Jakarta; dan jalur Solo-Yogyakarta-Kutoarjo-Kroya melalui


Kecamatan Prembun, Kutowinangun, Kebumen, Pejagoan, Sruweng,
Karanganyar, Gombong, dan Rowokele. Pengembangan jaringan
perkeretaapian ini akan memperlancar mobilitas penduduk serta
distribusi barang dan jasa dari dan ke Kabupaten Kebumen.
Selain sistem prasarana utama juga akan dikembangkan
sistem prasarana lainnya. Sistem prasarana lainnya meliputi:
1. Rencana sistem jaringan prasarana energi, pembangunan ini
mencakup prasarana jaringan energi bahan bakar minyak dan
gas; pembangkit listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik.
2. Rencana

sistem

jaringan

telekomunikasi,

pembangunan

ini

mencakup jaringan telekomunikasi tetap berupa jaringan kabel


telepon dan nirkabel dan jaringan telekomunikasi bergerak
berupa satelit.
3. Rencana

sistem

jaringan

prasarana

sumber

daya

air,

pembangunan ini mencakup wilayah sungai lintas kabupaten;


wilayah sungai kabupaten; jaringan irigasi; cekungan air tanah;
jaringan air baku untuk air bersih; dan sistem pengendali banjir.
4. Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan, pembangunan ini
mencakup sistem drainase serta jalur dan ruang evakuasi
bencana.
5. Rencana

sistem

pengelolaan

lingkungan,

pembangunan

ini

mencakup pembangunan sistem jaringan persampahan; sistem


jaringan prasarana sanitasi; sistem pengelolaan limbah; dan
sistem

penanganan

limbah

di

perkotaan

dan

di

wilayah

pengembangan industri.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Kebumen terdiri dari
rencana kawasan lindung dan rencana kawasan budidaya. Rencana
5

pengembangan kawasan lindung meliputi kawasan hutan lindung;


kawasan

yang

memberikan

perlindungan

terhadap

kawasan

bawahannya; kawasan suaka alam dan cagar budaya; kawasan


lindung geologi; kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung
lainnya.
Kawasan

hutan

Karangsambung,

lindung

meliputi

wilayah

Kecamatan

Karanggayam,

Sempor,

Rowokele,

Pejagoan,

Sruweng, Buayan, dan Ayah. Kawasan yang memberi perlindungan


terhadap kawasan bawahannya meliputi

kawasan resapan air dan

kawasan lindung di luar kawasan hutan lindung yang mempunyai


kriteria fisiografi seperti hutan lindung, kecamatan yang termasuk
dalam

kategori

ini

Karangsambung,

adalah

Padureso,

Sadang,

Rowokele,

Rowokele,
Buayan,

Sempor,

Ayah,

dan

Poncowarno, sedangkan wilayah di luar kawasan hutan lindung


antara lain Kecamatan Alian, Ayah, Buayan, Gombong, Karanganyar,
Karangsambung,

Karanggayam,

Kebumen,

Padureso,

Pejagoan,

Puring, Rowokele, Sadang, Sempor, dan Sruweng.


Kawasan perlindungan setempat meliputi Kawasan Sekitar
Mata Air yaitu di Kecamatan Ayah, Rowokele, dan Buayan. Kawasan
Sempadan Sungai meliputi sempadan dengan luas 2.506 hektar
beserta anak sungainya meliputi Sungai Luk Ulo, Sungai Ijo, Sungai
Telomoyo, dan Sungai Mawar. Kawasan sempadan Pantai meliputi
sempadan

dengan

jarak

100

meter

dari

titik

tertinggi

yatu

membentang dari Pantai Ayah di Kecamatan Ayah ke arah timur


Kecamatan Mirit berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Kawasan
sempadan Pantai. Kawasan sempadan danau atau waduk berupa
kawasan sabuk hijau sepanjang perairan dengan jarak 50-100 meter
dari titik pasang tertinggi seluas

kurang lebih 245 hektar yang

berada di Waduk Wadaslintang Kecamatan Padureso dan Waduk


Sempor

Kecamatan

Sempor.

RTH

perkotaan

meliputi

ibukota

kecamatan dan kawasan perkotaan dengan luas kurang lebih 4.478


hektar atau sekitar 46,53 persen dari luas permukiman yang
meliputi: RTH publik yaitu taman kota, taman pemakaman umum,
dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai dengan proporsi
paling sedikit 20 persen dan RTH privat yaitu kebun atau halaman

rumah

atau

gedung

milik

masyarakat/swasta

yang

ditanami

tumbuhan dengan proporsi 10 persen.


Kawasan suaka alam dan cagar budaya terdiri atas kawasan
pantai berhutan bakau dan kawasan cagar budaya. Kawasan pantai
berhutan bakau berada di sebagian kawasan pesisir Kecamatan Ayah
dan direncanakan pengembangannya di muara Sungai Wawar di
Kecamatan Mirit dan muara Sungai Luk Ulo di Kecamatan Klirong.
Kawasan cagar budaya meliputi:
1. Benteng Van Der Wick di Kelurahan Gombong
2. Benteng Jepang di Desa Argopeni Kecamatan Ayah
3. Masjid Soko Tunggal di Desa Sedayu Kecamatan Sempor
4. Candi Lingga dan Yoni di Desa Sumberadi di Kecamatan
Kebumen
5. Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah
6. Situs Makam Mbah Lancing di Desa Tlogodepok Kecamatan
Mirit
7. Situs Makam Mbah Somalangu di Desa Sumberadi Kecamatan
Kebumen
8. Situs

Makam

Mbah

Untung

Suropati di

Desa

Clapar

Kecamatan Karanggayam
9. Situs Makam Mbah

Agung di Desa Kajoran Kecamatan

Karanggayam
10.

Situs Makam Mbah Pako di Desa Wonotirto Kecamatan

Karanggayam
11.

Situs

Makam

Mbah

Pagerjawa

di

Desa

Kalibening

Kecamatan Karanggayam
12.

Pesanggrahan Bulupitu di Desa Tunjungseto Kecamatan

Kutowinangun
13.

Pesanggrahan Pandan Kuning di Desa Karanggadung

Kecamatan Petanahan
14.

Pesanggrahan

Karangbolong

di

Desa

Karangbolong

Kecamatan Buayan.
Kawasan

lindung

geologi

Kabupaten

Kebumen

meliputi:

kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung; Kawasan Bentang


7

Alam Karst; dan Kawasan imbuhan air tanah. Kawasan Cagar Alam
Geologi

Karangsambung

seluas kurang lebih 18.340 ha (delapan

belas ribu tiga ratus empat puluh hektar), meliputi: (i) Kecamatan
Karangsambung;

(ii)

Kecamatan

Karanggayam;

(iii)

Kecamatan

Sadang; (iv) Kecamatan Pejagoan; dan (v) Kecamatan Alian.


Kawasan Bentang Alam Karst meliputi wilayah Kecamatan
Ayah, Rowokele dan Buayan seluas kurang lebih 4.894 ha (empat
ribu delapan ratus sembilan puluh empat hektar). Sedangkan
Kawasan Imbuhan Air Tanah meliputi

Cekungan

Air

Tanah

Kebumen-Purworejo dengan luas kurang lebih 1.127 km (seribu


seratus dua puluh tujuh kilometer persegi), Cekungan Air Tanah
Banyumudal dan Cekungan Air Tanah Kroya.
C. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Kebumen berdasarkan data dari
Kebumen

dalam Angka, pada

tahun 2014

tercatat

sebanyak

1.181.006 jiwa, tumbuh sebesar 0,37% dari tahun sebelumnya,


dengan jumlah rumah tangga sebanyak 318.572 rumah tangga
sehingga rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebesar 4 jiwa.
Kepadatan penduduk Kabupaten Kebumen sebesar 922 jiwa/km,
dengan

Kecamatan

Kebumen

merupakan

daerah

terpadat

penduduknya dengan 2.893 jiwa/km dan Kecamatan Sadang


merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 335 jiwa/km.
Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 588.193 jiwa dan perempuan
sebanyak 592.813 jiwa dengan sex rasio sebesar 99.

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Kebumen 2014
Kecamatan
(1)

Laki-laki
(2)

Perempuan
(3)

Jumlah
(4)

Sex Ratio
(5)

01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Ayah
Buayan
Puring
Petanahan
Klirong
Buluspesantren
Ambal
Mirit
Bonorowo
Prembun
Padureso
Kutowinangun
Alian
Poncowarno
Kebumen
Pejagoan
Sruweng
Adimulyo
Kuwarasan
Rowokele
Sempor
Gombong
Karanganyar
Karanggayam
Sadang
Karangsambung
Jumlah

27 866
27 015
26 652
26 842
27 276
26 324
27 622
22 210
9 211
12 939
6 575
20 643
26 984
7 263
60 609
24 449
26 437
16 695
22 146
20 940
29 212
23 137
16 720
24 512
9 249
18 665
588.193

27 578
27 238
26 239
26 366
27 111
26 241
27 209
21 780
9 344
13 423
6 760
21 579
27 131
7 669
61 026
24 266
27 076
17 516
22 398
21 430
30 055
24 273
17 361
23 976
8 909
18 859
592.813

55 444
54 253
52 891
53 208
54 387
52 565
54 831
43 990
18 555
26 362
13 335
42 222
54 115
14 932
121 635
48 715
53 513
34 211
44 544
42 370
59 267
47 410
34 081
48 488
18 158
37 524
1.181.006

101
99
102
102
101
100
102
102
99
96
97
96
99
95
99
101
98
95
99
98
97
95
96
102
104
99
99

Sumber: Kebumen dalam Angka 2014

Kecamatan

yang

memiliki

penduduk

terbanyak

adalah

Kecamatan Kebumen dengan jumlah penduduk sebesar 121.635


jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Kebumen mencapai 10,30
persen dari keseluruhan penduduk Kebumen. Jumlah penduduk di
kecamatan-kecamatan yang lain relatif tidak banyak berbeda dengan
jumlah penduduk pada kisaran 50.000 jiwa. Kecamatan yang
memiliki penduduk paling sedikit yaitu Kecamatan Padureso dengan
jumlah penduduk sebesar 13.335 jiwa disusul oleh Kecamatan
Poncowarno dengan jumlah penduduk 14.932 jiwa dan Kecamatan
Sadang dengan jumlah penduduk sebesar 18.158 jiwa. Dilihat
menurut kelompok umur, penduduk dibawah 15 tahun tercatat
310.990 jiwa(26,33%) dan penduduk 65 tahun keatas tercatat

sebanyak 112.105 jiwa (9,49%), sedang penduduk 15-64 tahun


sebanyak 757.911 jiwa (64,18%).
Perbandingan jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki
dan perempuan di Kabupaten Kebumen dapat diperhatikan pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2
Penduduk Kabupaten Kebumen Anak-anak dan Dewasa
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2014
Sumber: Kebumen dalam Angka 2014

Berdasarkan Gambar 2.2 di atas, dapat diketahui bahwa jenis


kelamin laki-laki dan perempuan di Kabupaten Kebumen cukup
berimbang jumlahnya. Perkembangan dari tahun 2012 hingga tahun
2014 relatif tidak ada perbedaan yang signifikan.
Dari keadaan tenaga kerja (penduduk 15 tahun ke atas) yang
pada tahun 2014 berjumlah 870.016 jiwa, terlihat angkatan kerja
sebesar 69,97% dan bukan angkatan kerja sebesar 30,03%. Dan dari
penduduk angkatan kerja yang bekerja sebanyak 97,91% dan yang
2,09% merupakan pencari kerja. Dari jumlah penduduk yang

10

bekerja, 43,92% diantaranya bekerja di sektor pertanian, 16,70 %


bekerja industry pengolahan, 16,57% bekerja di sektor perdagangan,
hotel dan restoran, 12,80% bekerja di sektor jasa-jasa, serta sisanya
di sektor konstruksi, angkutan dan komunikasi, dan sektor lainnya.

Tabel 2.2
Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kebumen
Kecamatan
(1)
01. Ayah
02. Buayan
03. Puring
04. Petanahan
05. Klirong
06. Buluspesantren
07. Ambal
08. Mirit
09. Bonorowo
10. Prembun
11. Padureso
12. Kutowinangun
13. Alian
14. Poncowarno
15. Kebumen
16. Pejagoan
17. Sruweng
18. Adimulyo
19. Kuwarasan
20. Rowokele
21. Sempor
22. Gombong
23. Karanganyar
24. Karanggayam
25. Sadang
26. Karangsambung
Jumlah

Luas
Wilayah
(2)
76,370
68,420
61,970
44,840
43,250
48,770
62,410
52,350
20,910
22,960
28,950
33,730
57,750
27,370
42,040
34,580
43,680
43,430
33,840
53,795
100,150
19,480
31,400
109,290
54,230
65,150

1.281.115

Desa
(3)
18
20
23
21
24
21
32
22
11
13
9
19
16
11
29
13
21
23
22
11
16
14
11
19
7
14

Rumah
Tangga
(4)
15 440
14 524
14 605
15 028
14 809
14 152
14 802
11 928
5 339
7 419
3 829
11 402
14 031
4 057
31 251
12 357
14 133
10 043
12 181
11 572
15 421
12 939
9 499
12 704
4 910
10 197

460

318.572

Jumlah
Penduduk
(5)
55 444
54 253
52 891
53 208
54 387
52 565
54 831
43 990
18 555
26 362
13 335
42 222
54 115
14 932
121 635
48 715
53 513
34 211
44 544
42 370
59 267
47 410
34 081
48 488
18 158
37 524
1.181.006

Kepadatan
Penduduk
(6)
726
793
853
1.187
1.258
1.078
879
840
887
1.148
461
1.252
937
546
2.893
1.409
1.225
788
1.316
788
592
2.434
1.085
444
335
576

922

Sumber: Kebumen dalam Angka 2014

Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi adalah


Kecamatan Kebumen diikuti oleh Kecamatan Gombong. Kecamatan
Kebumen dengan luas wilayah 42,040 km2 berpenduduk 121.635
jiwa, sedangkan Kecamatan Gombong dengan luas wilayah 19,480
km2 berpenduduk 47.410 jiwa. Rata-rata jumlah penduduk per km 2

11

di Kecamatan Kebumen mencapai 2.893 jiwa sedangkan Kecamatan


Gombong mencapai 2.434 jiwa per km2.
Jumlah rumah tangga di Kabupaten Kebumen pada tahun
2014 adalah 318.572, meningkat jika dibandingkan dengan jumlah
rumah tangga pada tahun 2013 yaitu sebanyak 316.158. Distribusi
jumlah rumah tangga per kecamatan juga menunjukkan bahwa di
Kecamatan Kebumen menunjukkan jumlah tertinggi yaitu 31.251
rumah

tangga.

Kecamatan

Jumlah

Padureso

rumah

(3.892

tangga

rumah

paling

tangga)

sedikit
dan

adalah

Kecamatan

Poncowarno (4.057 rumah tangga).


D. Kinerja Pembangunan
1. Bidang Pemerintahan Umum
Sebagaimana yang telah dipaparkan di bagian sebelumnya,
secara administratif Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 (dua
puluh enam) kecamatan, yang mencakup sejumlah 449 desa, dan
11 kelurahan.
2. Bidang Ekonomi
a. PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten
Kebumen pada tahun 2012 sebesar Rp. 7.122.249,81 (tujuh
juta seratus dua puluh dua ribu dua ratus empat puluh
sembilan koma delapan puluh satu rupiah) atas dasar harga
berlaku atau sebesar Rp. 3.238.343,02 (tiga juta dua ratus tiga
puluh delapan ribu tiga ratus empat puluh tiga koma nol dua
rupiah) atas dasar harga konstan tahun 2000.
Pada tahun 2013, PDRB Batas dasar harga berlaku
adalah Rp. 8.853.316,23 (delapan juta delapan ratus lima
puluh tiga ribu tiga ratus enam belas koma dua puluh tiga
rupiah) atau Rp. 3.400.260,17 (tiga juta empat ratus ribu dua
ratus enam puluh koma tujuh belas rupiah) berdasarkan harga
konstan 2000.

12

Dalam

kurun

waktu

2010-2013,

perekonomian

di

Kabupaten Kebumen mengalami pertumbuhan tertinggi pada


tahun 2012 sebesar 5,59%. Pertumbuhan ekonomi sedikit
melambat pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Pada
tahun 2013, perekonomian di Kabupaten Kebumen tumbuh
sebesar 4,20%.
Tabel
Perkembangan Indikator Makro Ekonomi
Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2014
INDIKATOR
PDRB Kabupaten
Kebumen
- Atas dasar harga
berlaku (Rp. Juta)
- Atas dasar harga
konstan (Rp. Juta)
- Laju Pertumbuhan
Ekonomi atas
dasar harga
konstan (%)

2010

2011

2012

2013

2014

6.484.243,60

7.122.249,81

7.911.378,74

8.853.316,23

2.945.829,46

3.070.381,16

3.238.343,02

3.400.260,17

4,15

4,23

5,59

4,20

Sumber: Bappeda dan BPS. (2014). Kebumen dalam Angka 2013


Pemkab Kebumen. (2015). Data Evaluasi Pembangunan Tahun 20102014

b. PDRB Per Kapita


Sebagai salah satu

indikator dalam menilai daya beli

masyarakat, angka PDRB / pendapatan per kapita yang


dihasilkan dari pembagian angka Produksi Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Kebumen dengan angka jumlah
penduduk menunjukkan tren kenaikan secara terus menerus
dari tahun sebelumnya.
Pendapatan
2012

sebesar

per kapita Kabupaten Kebumen Tahun

Rp.6.750.115,81

(enam

juta

tujuh

ratus

limapuluh ribu seratus lima belas koma delapan puluh satu)


atau tumbuh 10,61% dibanding Tahun 2011 yang tercatat
sebesar Rp.6.102.717,60 (enam juta seratus dua ribu tujuh
ratus tujuh belas koma enam menurut harga berlaku dengan

13

rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita di Kabupaten


Kebumen selama enam tahun terakhir (2011-2014) sebesar
10,08% (sepuluh koma nol delapan persen) atas dasar harga
berlaku.
Tabel .
Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Kebumen atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2011-2014
NO.

1.
2.

URAIAN KINERJA

PDRB Per Kapita


Pertumbuhan

2011
6.102.717,60
9,34

2012
6.750.115,81
10,61

2013

2014*

7.508.797,11
11,24

8.193.289,68
9.12

Sumber:
Badan Pusat Statistik, 2015
Keterangan: *) Angka proyeksi

c. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral


Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, pertumbuhan
ekonomi sektoral di Kabupaten Kebumen, pada Tahun 2013
hampir semua sektor memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan total
Produk Domestik Regional Bruto. Perlu menjadi catatan,
bahwa sektor pertanian yang memberikan sumbangan terbesar
dalam PDRB Kabupaten Kebumen memiliki pertumbuhan yang
paling rendah dan bahkan negatif pada tahun 2013 yaitu
sebesar -0,23% (minus 0,23 persen).
Tabel .
Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Berdasar Sektor di Kabupaten Kebumen Tahun 2006-2009
PERTUMBUHAN (%)

NO. SEKTOR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Total PDRB

14

2010
2,10
8,82
5,41
7,01
3,38
4,08
5,30
4,46
5,55
4,15

2011
2,95
8,74
4,43
4,29
7,21
3,12
6,87
4,10
4,38
4,23

2012
6,02
5,34
5,68
4,22
6,27
5,47
3,67
4,57
4,94
5,47

2013
-0,23
5,61
6,67
10,49
6,15
9,17
8,92
4,98
4,89
4,20

Sumber : BPS Kabupaten Kebumen. Buku PDRB Kab. Kebumen


Tahun 2012 dan 2013 hal. 19&20 dan BPS Jateng

Informasi serupa ditunjukkan oleh Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kabupaten Kebumen tahun 2010-2013. MRP
adalah membandingkan pertumbuhan sektor i di Kabupaten
Kebumen dengan pertumbuhan sektor i di Provinsi Jawa
Tengah. Pada tahun 2013, pertumbuhan sektor pertanian di
Kabupaten

Kebumen

adalah

lebih

rendah

dibandingkan

pertumbuhan sektor tersebut di Jawa Tengah. Selain itu, pada


tahun yang sama sektor pertambangan dan galian, bangunan,
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa
lainnya di Kabupaten Kebumen juga memiliki pertumbuhan
yang lebih rendah dibandingan dengan pertumbuhan sektor
yang sama di Propinsi Jawa Tengah.
Sektor-sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan sedikit
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama di
Propinsi Jawa Tengah adalah industri pengolahan, listrik, gas
dan

air

bersih,

perdagangan,

hotel

dan

restoran

dan

pengangkutan dan komunikasi.

Tabel .
Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kabupaten Kebumen terhadap
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Model Rasio Pertumbuhan

LAPANGAN USAHA
Pertanian
Pertambangan dan Galian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa

15

2010

2011

2012

2013

0.84
1.24
0.79
0.83
0.49
0.67
0.80
0.89

2.32
1.78
0.67
0.72
1.07
0.40
0.80
0.62

1.62
0.72
1.04
0.66
0.90
0.66
0.46
0.49

-0.08
0.89
1.13
1.25
0.88
1.23
1.36
0.47

Perusahaan
9.

Jasa jasa

0.75

0.58

0.67

0.99

Sumber : BPS Kabupaten Kebumen. Buku PDRB Kab. Kebumen


Tahun 2012 dan 2013
BPS Jawa Tengah. Buku PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun
2012 dan 2013

d. Struktur Ekonomi dan Sektor Basis


Struktur ekonomi suatu daerah terlihat dari distribusi
sektoral masing-masing lapangan usaha. Pada Tahun 2013,
Kabupaten Kebumen masih kental dengan nuansa agraris. Hal
ini ditandai dengan dominasi oleh sektor pertanian di mana
kontribusi sektor pertanian terhadap total Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan Tahun 2000
sebesar 32,56% (tiga puluh dua koma lima puluh enam
persen), diikuti sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel
dan restoran, masing-masing sebesar 21,48% (dua puluh satu
koma empat puluh delapan persen) dan 11,84% (sebelas koma
delapan puluh empat persen), seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel .
Distribusi Per Sektor PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Kebumen
Tahun 2010-2013
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

LAPANGAN USAHA

2010

Pertanian
Pertambangan dan Galian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Rumah Makan
Pengangkutan dan Komunikasi
Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa

2011

2012

2013

33,61
7,27
10,69
1,05
4,28
11,45
5,29

33,60
7,83
10,54
1,02
4,34
11,27
5,37

34,23
7,68
10,43
0,98
4,40
11,28
5,21

32,56
7,57
10,74
1,05
4,36
11,84
5,75

4,70

4,77

4,71

4,65

21,66

21,26

21,08

21,48

Sumber : BPS Kabupaten Kebumen (2015). PDRB Kabupaten Kebumen

16

Jika melihat konfigurasi distribusi sektoral di Kabupaten


Kebumen dari Tahun 2010 hingga Tahun 2013, tidak terlihat
adanya pergeseran struktur ekonomi, di mana sektor riil masih
menjadi tumpuan pendapatan daerah. Sehingga pertumbuhan
ekonomi yang didasarkan pada perubahan struktural tidak
terjadi.

Meskipun

demikian,

meningkatnya

persentase

distribusi pada sektor industri membuktikan bahwa telah


terjadi dasar peralihan dari masyarakat pertanian tradisional
menjadi ekonomi industri modern. Diharapkan dari perubahan
sikap sosial dan motivasi yang ada dapat membawa perbaikan
dalam

kesempatan

kerja,

produktivitas,

pendayagunaan

sumber-sumber baru serta perbaikan teknologi.


Tabel .
Sektor Basis di Kabupaten Kebumen
terhadap Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013
NO.

Location Quotient (LQ)

LAPANGAN USAHA

2010

2011

2012

2013

1.80
6.50
0.33
1.22
0.73
0.53
1.01

1.88
7.07
0.32
1.18
0.73
0.52
1.00

1.97
6.87
0.32
1.13
0.74
0.51
0.96

1.94
6.74
0.33
1.19
0.72
0.53
1.05

Pertanian
Pertambangan dan Galian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan

1.25

1.26

1.21

1.14

Jasa jasa

2.13

2.06

2.02

2.08

1
2
3
4
5
6
7

Sumber:

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kebumen dan Jawa Tengah


Dalam Angka (data diolah)

Sektor

basis

yang

menjadi

kekuatan

Kabupaten

Kebumen diperoleh dengan menghitung Location Quotient


(LQ) yaitu dengan membandingkan distribusi lapangan usaha
di Kabupaten Kebumen dengan Provinsi Jawa Tengah di mana
Kabupaten Kebumen berada secara geografis. Beberapa sektor
di

Kabupaten

Kebumen

secara

konsisten

memiliki

nilai

persentase distribusi yang lebih tinggi dari Provinsi. Sektor

17

tersebut, yaitu: (i) Sektor Pertanian; (ii) Sektor Pertambangan


dan Galian; (iii) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; (iv) Sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan (v) Sektor
Jasa. Dari ke-5 sektor tersebut, basis terkuat berada pada
sektor Pertambangan dan Galian, hal ini cukup bisa dipahami,
karena kekayaan bahan galian di Kabupaten Kebumen yang
melimpah, sehingga daya tarik investasi pada sektor ini cukup
tinggi. Namun mengingat bahan galian bukanlah sesuatu yang
bersifat dapat diperbarui, maka perlu kajian khusus mengenai
kesinambungan pemanfaatan bahan galian tersebut dengan
kelestarian alam.

e. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita


Konsumsi penduduk dapat dibedakan menjadi dua yaitu
konsumsi untuk makanan termasuk makanan jadi dan
konsumsi bukan makanan. Kecenderungan seseorang untuk
memenuhi

kebutuhan

konsumsi

makanan

dan

bukan

makanan disebut sebagai pola konsumsi.Konsumsi rumah


tangga per kapita kabupaten Kebumen mengalami fluktuasi
dengan tren secara umum yang terus meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa rasio pengeluaran rumah tangga dan
jumlah rumah tangganya semakin meningkat.Sehingga dapat
dikatakan kesejahteraan penduduk mengalami peningkatan.

Tabel
Angka Konsumsi Rumah Tangga Perkapita
Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2012 dan Proyeksi 2013-2014
NO.
1.
2.
3.

URAIAN
Total pengeluaran
rumah tangga (Juta Rp)
Jumlah rumah tangga
Rasio (1/2)

2010

2011*

4.068.535

4.252.433

338.167
12,03

340.274
12,50

2012**

2013**

4.533.114

4.789.599

364.967
12,42

384.014
12,47

Sumber: Survei Sosial Ekonomi daerah Kabupaten Kebumen, Tahun


2010(data diolah)
Keterangan: *) Angka Sementara **) Angka Proyeksi

18

f. Inflasi
Dalam kurun waktu 2010-2013, laju inflasi dapat
dikendalikan pada tahun 2011 dan 2012. Tahun 2010 laju
inflasi cukup tinggi yaitu 8,08 persen. Tahun 2011 laju inflasi
turun menjadi 4,52 persen. Laju inflasi meningkat secara
signifikan pada tahun 2013, dimana inflasi mencapai dua digit.
Inflasi meningkat dari 4,64 persen pada tahun 2012 menjadi
10,46 persen pada tahun 2013. Walaupun laju inflasi relatif
terkendali terutama pada tahun 2011-2012, tingkat inflasi di
Kabupaten Kebumen lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi
di Jawa Tengah secara rata-rata.
12%
10.46%

10%
8.08%
8%
6.88%

7.99%

6%
4.52%
4%

7.36%

4.64%
4.24%

2%

2.68%

0%
2010

2011

2012

2013

2014

Gambar .
Perkembangan Inflasi di Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2013
Sumber : Data Evaluasi Pembangunan 2010-2014 Bappeda dan BPS
dan Kebumen dalam Angka 2013
Keterangan : 2013 adalah angka sementara

g. Nilai Tukar Petani

19

Nilai Tukar Petani merupakan salah satu indikator


untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di
pedesaan.

Penghitungan

indikator

ini diperoleh dari

perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It)


dengan indeks

harga

yang

dibayar

petani

(Ib)

yang

dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi nilai NTP maka


relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan dan daya beli
petani. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dan gambar
dibawah ini.
Tabel .
Perkembangan Nilai Tukar Petani di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah dan Nasional Tahun 2011-2014
NO.
1.
2.
3.

WILAYAH

2011
104,87
105,38
105,38

Indonesia (%)
Provinsi Jawa Tengah (%)
Kabupaten Kebumen (%)

2012
104,87
105,38
105,59

2013
101,96
101,66
102,00

2014
101,32
100,55
102,00*

Sumber : Badan Pusat Statistik


106
105

105.38

105.59

104
103
102.75
102

102

102

2013

2014

101
100
2010

2011

2012

Gambar ..
Nilai Tukar Petani (NTP) di Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2014
Sumber: BPS Kabupaten Kebumen

Dari tabel dan gambar di atas, dapat dilihat bahwa


kecenderungan/tren penurunan nilai tukar petani menjadi
gejala/fenomena umum yang terjadi baik di tingkat nasional,
20

provinsi, maupun tingkat kabupaten. Penurunan ini mengindikasikan semakin lemahnya daya tawar petani terhadap pasar.
Kondisi demikian patut menjadi perhatian utama, mengingat
kontribusi sektor pertanian cukup dominan terhadap PDRB /
perekonomian di Kabupaten Kebumen.

3. Bidang Sosial Budaya


a. Ketenagakerjaan
Gambaran umum kinerja urusan ketenagakerjaan dapat
dilihat jumlah pencari kerja yang terserap dunia usaha/ kerja.
Selama tahun 2011-2014, pencari kerja yang terserap semakin
besar, yang mengindikasikan bahwa kesejahteraan masyarakat
semakin meningkat.
Tabel .
Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Kerja di Kabupaten Kebumen
Tahun 2011-2014
NO
.

TAHUN

PENCARI
KERJA

LOWONGAN

1.
2.
3.
4.

2011
2012
2013
2014

14.203
15.591
16.371
14.428

2.882
4.186
1.214
9.471

TERSERAP
AKAL
362
464
431
2.785

AKAD
1.415
791
2.501
3.691

AKAN
1.131
3.931
3.411
2.156

Sumber : Dinas Nakertransos, 2015

b. Rasio Ketergantungan
Rasio ketergantungan dalam kurun waktu 2010 - 2014
terus menurun. Pada tahun 2010 sebesar 58,38%, sedangkan
pada tahun 2011 menjadi sebesar 48,47%, namun pada tahun
2014 mengalami kenaikan menjadi 57,62% atau dengan kata

21

lain setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung


beban sekitar 57,62 orang penduduk tidak produktif. Data
secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar .
Jumlah Penduduk Kabupaten Kebumen Menurut Kelompok Umur
Tahun 2010-2014
Sumber: BPS Kabupaten Kebumen, data diolah

c. Penduduk Berdasar Mata Pencaharian


Penduduk
menurut

usia

15

tahun

ke

atas

yang

bekerja

lapangan pekerjaan utama selama kurun waktu

2010-2014 menunjukkan bahwa Sektor Pertanian memberikan


kontribusi paling tinggi, yang diikuti oleh Sektor Industri dan
Sektor Perdagangan. Jika dilihat perkembangan tiap tahun,
terjadi peningkatan pada setiap sector, meskipun

ada

pula

yang fluktuatif seperti yang terjadi di Sektor Jasa. Gambaran


data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel .

22

Distribusi Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Kabupaten


Kebumen Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2010-2014

Tahun

Pertanian

Industri

Konstruksi

Perdagan
gan, Hotel dan
Restoran

Angkutan dan
Komunikasi

Jasajasa

Lainnya

Total

2010

218.603

83.011

26.217

82.987

15.950

64.166

7.852

498.785

2011

228.562

86.806

27.452

86.859

16.704

67.174

8.226

521.782

2012

260.490

99.044

31.167

98.333

18.907

75.971

9.342

593.254

2013

260.385

99.033

31.151

98.287

18.893

75.930

9.332

593.011

2014

261.743

99.522

31.305

98.778

18.985

76.308

9.378

596.019

Sumber:

BPS Kabupaten Kebumen (2015). Kebumen Dalam Angka Tahun


2014

d. Penduduk Miskin
Tingkat

kesejahteraan

sosial

penduduk

Kabupaten

Kebumen dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin. Selama


Tahun 2010-2014, jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Kebumen sempat mengalami kenaikan dari 263.000 orang
pada tahun 2010 menjadi 279.400 orang pada tahun 2012.
Dilihat dari proporsi penduduk miskin dalam total penduduk
di Kabupaten Kebumen terihat bahwa penduduk miskin masih
cukup tinggi yaitu mencapai angka 20 persen pada Demikian
juga dengan persentasetahun 2014. Data selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel ..
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2013
NO.

TAHUN

JUMLAH PENDUDUK MISKIN

PERSEN

1.
2.
3.
4.
5

2010
2011
2012
2013
2014

263.000
279.400
258.500

22,71
24,06
22,40
21,32
19,97

23

Sumber:

Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah dan Bappeda


Data Evaluasi Pembangunan 2010-2014

e. Pendidikan: Angka Partisipasi Kasar


Pencapaian

akses

pendidikan

dapat

diketahui

dari

indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk semua jenjang


pendidikan, selama Tahun 2010-2013 di Kabupaten Kebumen
dapat dilihat pada tabel berikut. Angka partisipasi kasar
tingkat Sekolah Dasar adalah tertinggi dibandingkan dengan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Angka partisipasi kasar
pada tingkat pendidikan SD/MI adaah 103,72 pada tahun
2014. Data menunjukkan angka partisipasi paling rendah
adalah pada jenjang pendidikan tertinggi yaitu SLTA/MA
dimana pada tahun 2014 mencapai 82,70.

Tabel ....
Angka Partisipasi Kasar untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di Kabupaten
Kebumen Tahun 2010-2014
JENJANG PENDIDIKAN

2010

SD/MI
SMP/MTS
SLTA/MA

109.25
108.19
62.50

2011

2012

2013

2014

106.20
104.69
59.43

102.93
102.33
62.03

101.18
95.33
81.23

103.72
100.39
82.70

Sumber: Bappeda . Data Evaluasi Pembangunan 2010-2014

f. Pendidikan: Angka Partisipasi Murni


Angka
partisipasi

Partisipasi
anak

usia

Murni
sekolah

(APM)
dalam

menggambarkan
mengikuti

jenjang

pendidikan yang sesuai. APM untuk semua jenjang pendidikan


selama Tahun 2010-2013 di Kabupaten Kebumen dapat dilihat
pada tabel berikut. APM pada jenjang pendidikan dasar hingga
tinggi masih dibawah seratus persen (100%). Angka Partisipasi
Murni pada jenjang sekolah dasar adalah 88,74 pada tahun
2014. Angka Partisipasi Murni pada jenjang sekolah menengah
24

pertama dan sekolah menengah atas adalah 75,62 dan 58,50


pada tahun 2014.
Tabel ....
Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar untuk Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2014
JENJANG
PENDIDIKAN
SD/MI
SMP/MTS
SLTA/MA

2010

2011

2012

2013

2014

na

91,56

88,01

86,66

88,74

na
na

77,30
45,19

74,18
46,25

71,67
60,66

75,62
58,50

Sumber: Bappeda . Data Evaluasi Pembangunan 2010-2014

g. Kesehatan: Angka Kelangsunga Hidup Bayi


Angka kematian bayi di Kabupaten Kebumen dari Tahun
2010 sampai dengan Tahun 2013 angka tersebut masih jauh
dari

target

pencapaian

Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah yaitu 5/1000 (lima per seribu) kelahiran hidup


sehingga perlu upaya keras misalnya dengan meningkatkan
alokasi anggaran untuk kesehatan ibu dan anak.
Tabel ....
Angka Kematian Bayi / 1.000 di Kabupaten Kebumen
Tahun 2010-2013
INDIKATOR
Angka Kematian
Bayi/1.000
Kasus kematian Bayi

Sumber:

STANDAR
5

2010
10,95

2011
8.84

2012*
10,51

2013*
9,53

231

187

223

na

Profil Daerah Tahun 2012 dan Dinas KesehatanTahun 2013 dan


RPJM Propinsi Jawa Tengah

Keterangan: *) Angka sementara **) angka Proyeksi

h. Kesehatan: Persentase Gizi Buruk

25

Prevalensi

balita

dengan

gizi

buruk di

Kabupaten

Kebumen menunjukkan penurunan. Prevalensi gizi buruk


adalah 0,63 persen pada tahun 2008. Prevalensi kemudian
menurun menjadi 0,29 persen pada tahun 2009. Akan tetapi,
prevalensi balita dengan gizi buruk stagnan pada tahun 2010
karena

tidak

terjadi

penurunan

tingkat

prevalensi

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Keadaan membaik


pada tahun 2011 dimana angka prevalensi menurun tajam
menjadi 0,17 persen pada tahun 2011. Akan tetapi bila
dibandingkan dengan kondisi di Jawa Tengah secara umum,
angka prevalensi gizi buruk pada balita di Kabupaten Kebumen
adalah lebih tinggi. Penurunan tajam angka prevalensi tahun
2012 adalah yang tertinggi hingga tersisa 0,02 persen pada
tahun 2012. Dengan demikian, pada tahun 2012 prevalensi
balita

gizi buruk

di

Kabupaten

Kebumen

lebih

rendah

dibandingkan Jawa Tengah secara rata-rata.

Prevalensi Balita Gizi Buruk


0.70%
0.60%

0.63%

0.50%
0.40%
0.29%

0.30%

0.29%

0.20%

0.17%

0.10%
0.02%

0.00%
2008

2009

2010

2011

2012

Gambar .
Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah
dan Nasional Tahun 2008-2012
Sumber: RPJM Propinsi Jawa Tengah

i. Kebudayaan: Jumlah Grup Kesenian


Penyelenggaraan
pelestarian

benda,

festival
situs

dan

seni

dan

kawasan

budaya
Cagar

serta
Budaya

merupakan upaya pemerintah Kabupaten Kebumen untuk


26

mengajak masyarakat mengenal dan melestarikan kesenian


dan kebudayaan khususnya kebudayaan asli kebumen yang
beragam.

Tabel .
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga di Kabupaten Kebumen
Tahun .... s.d ....
NO
1
2
3
4

Capaian Pembangunan
Jumlah grup kesenian per 10.000
penduduk.
Jumlah gedung kesenian per
10.000 penduduk.
Jumlah klub olahraga per
10.000 penduduk.
Jumlah gedung olahraga per
10.000 penduduk.

2010

2011

2012

2013

2014

j. Angka Kriminalitas
Angka kriminalitas yang tertangani menjadi salah satu
indikator kesejahteraan masyarakat. Dari sisi kenyamanan
masyarakat, Semakin sedikit/rendah kriminalitas yang terjadi,
semakin

nyaman

masyarakat

dalam

melakukan

setiap

aktivitasnya, sehingga upaya meningkatkan pendapatan dan


kesejahteraan masyarakat semakin optimal.
Kasus

kriminalitas

yang

ditangani

di

Kabupaten

Kebumen selama 2011-2014 mengalami penurunan. Hal ini


menunjukkan berkurangnya kasus pelanggaran hukum yang
terjadi,

yang

mengindikasikan

kesejahteraan

masyarakat

semakin baik.
Tabel ..
Jumlah Penanganan Tindak Kriminalitas di Kabupaten Kebumen

27

Tahun 2011-2014
NO.

URAIAN

1.
Kasus Narkoba
2.
Kasus Pembunuhan
3.
Kasus Seksual
4.
Kasus Penganiayaan
5.
Kasus Pencurian
6.
Kasus Penipuan
7.
Kasus Pemalsuan Uang
Total Kasus
Jumlah penduduk
Rasio angka kriminalitas yang
tertangani

2011

2012

2013

2014

3
0
25
27
81
36
2
174
1.179.826

8
0
17
31
85
16
4
161
1.183.763

10
1
21
8
96
12
4
152
1.176.662

6
2
1
2
39
9
0
59
1.181.006

1,47

1,36

1,29

0,50

Sumber:
Polres Kebumen, 2015
Keterangan: *) Angka Prediksi

4. Bidang Infrastruktur
a. Prasarana Jalan
Infrastruktur jalan merupakan infastruktur yang paling
memberikan pengaruh terhadap perkembangan suatu wilayah,
baik dari aspek ketersediaannya maupun dari aspek kondisi
jalannya. Kabupaten Kebumen Infrastruktur jalan merupakan
sarana dasar untuk memfasilitasi mobilitas orang dan barang.
Kondisi jalan Kabupaten semakin meningkat. Data
menunjukkan bahwa jalan dalam kondisi baik pada tahun
2014, meningkat sebesar 20,92 km atau sekitar 2,18% dari
tahun 2013. Data kondisi jalan di Kabupaten Kebumen dapat
dilihat dalam tabel berikut.

Tabel ..
Kondisi Jalan di Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2014
NO.
1.

KONDISI JALAN
Panjang Jalan (Km)
Baik

2011
418,59

28

2012
454,69

2013
473,03

2014
493,95

NO.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

KONDISI JALAN

2011

Sedang
Rusak Ringan
Rusak Berat
Persentase
Baik
Sedang
Rusak Ringan
Rusak Berat

2012

96,11
83,47
17,03

2013

91,94
58,65
9,93

68,04
15,62
13,57
2,77

132,92
182,63
169,49

73,91
14,94
9,53
1,61

2014
140,22
156,93
166,95

49,37
13,87
19,06
17,69

51,56
14,64
16,38
17,43

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2015

Ketersediaan jaringan jalan terutama jalan Kabupaten


pada tahun 2014 sepanjang 958,08 (sembilan ratus lima puluh
delapan koma delapan) kilometer, sesuai Keputusan Bupati
Kebumen Nomor 050/840/KEP/2013 tentang Status Ruas
sebagai Jalan Kabupaten.
Tabel .
Ketersediaan Jalan di Kabupaten Kebumen
Tahun 2011-2014 (dalam km)
NO.
1.
2.
3.
4.

STATUS JALAN
Jalan Nasional
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Desa

2011
60,581
30,090
615,200
Na

2012
60,581
30,090
615,200
1.592,08

2013
54,198
30,090
958,08
1.254,01

2014
54,198
30,090
958,08
1,254,01

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2015

Panjang jalan kabupaten tersebut bertambah pada


tahun 2013 seiring dengan meningkatnya status jalan desa
menjadi

jalan

Kabupaten

berdasarkan

kriteria

yang

ditentukan.Dengan bertambahnya jalan Kabupaten tersebut,


tentunya pemerintah Kabupaten dapat lebih leluasa untuk
melakukan pemeliharaan dan peningkatan kualitas jalan.
Kondisi jalan nasional yang berada di wilayah Kabupaten
Kebumen berada di ruas jalan komitmen Buntu-Kebumen-

29

Purworejo dan batas Daerah Istimewa Yogyakarta dan terbagi


menjadi 5 (lima) ruas jalan sebagai berikut:
1) Ruas 071, yaitu Prembun-Kutoarjo sepanjang 4,289 (empat
koma dua ratus delapan puluh sembilan) kilometer,
2) Ruas 070, yaitu batas kota Kebumen-Prembun 12,682 (dua
belas koma enam ratus delapan puluh dua) kilometer,
3) Ruas 06911k, yaitu

Jalan Lingkar Selatan Kebumen

sepanjang 9,108 (sembilan koma seratus delapan) kilometer,


4) Ruas 07011k, yaitu jalan ke Purworejo di wilayah Kebumen
sepanjang 4,224 (empat koma dua ratus dua puluh empat)
kilometer,
5) Ruas

068,

yaitu

batas

Banyumas

Tengah-Kebumen

sepanjang 23,895 (dua puluh tiga koma delapan ratus


sembilan puluh lima) kilometer.

Di lain pihak, untuk perhubungan darat juga telah


didukung dengan failitas 1 (satu) buah Terminal Tipe A, 1
(satu) buah Terminal Tipe B, dan 3 (tiga) buah Terminal Tipe
C. Selain itu juga dilengkapi dengan 2 (dua) terminal
pendukung, 179 unit Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP)
dan 59 trayek. Gambaran infrastruktur pendukung fasilitas
perhubungan darat di Kabupaten Kebumen hingga tahun
2014, secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
Tabel .
Fasilitas Pendukung Perhubungan Darat di Kabupaten Kebumen
Tahun 2011-2014
PERHUBUNGAN
Pengajuan perpanjangan ijin trayek
Jumlah uji KIR angkutan umum
(buah)
Biaya pengujian kelayakan angkutan
umum (Rp)
Angkutan bus Antar Kota Antar
Provinsi

2011

2012

2013

2014

105
1.54
2
38.000 48.500
114

135
1.84
4
38.000
-48.500
179
AKAP

124
2.15
6
38.000 48.500
179
AKAP

124
2.15
6
38.000
-48.500
179
AKAP

30

13 AJAP

13 AJAP

19 AJAP

Terminal
a. Tipe A

b. Tipe B

c. Tipe C

d. Pendukung

59

59

59

59

jembatan

antara

Trayek

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2015

ISU STRATEGIS
Isu

strategis

akan

menjadi

capaian

pembangunan saat ini dengan kebijakan pembangunan yang akan


dijalankan selama 5 (lima) tahun mendatang. Isu strategis yang
terpetakan dengan baik akan membuat perencanaan pembangunan
yang disusun dapat lebih tepat dalam mengatasi permasalahan.
Identifikasi terhadap isu-isu strategis merupakan langkah awal untuk
memetakan potensi-potensi permasalahan pembangunan di suatu
daerah. Dengan teridentifikasinya isu strategis maka proses perumusan
kebijakan akan memperoleh batu pijakan yang tepat, yaitu informasi
mengenai hal-hal yang harus didahulukan penanganannya.
Penentuan
Kabupaten

isu

Kebumen

strategis
diawali

pembangunan
dengan

(lima)

identifikasi

tahunan

permasalahan

pembangunan daerah yang selama ini belum tertangani atau belum


tuntas penanganannya sesuai target yang diinginkan. Selain itu,
penetapan isu-isu strategis juga diperkaya dengan telaah terhadap isu
internasional, nasional, regional dan kebijakan Kebumen.
Dengan kata lain, analisis isu-isu strategis Kabupaten Kebumen
untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Tahun 2015-2020 diidentifikasi melalui serangkaian proses. Dimulai
dari identifikasi permasalahan menurut urusan pemerintahan, analisis
lingkungan strategis, kemudian diperoleh daftar calon isu strategis.
Penjelasan selengkapnya, akan diuraikan pada bagian berikut.
31

A. Permasalahan Pembangunan
Permasalahan pembangunan memberikan gambaran mengenai
tingkat capaian pembangunan pada periode lalu yang masih belum
mencapai target atau standar yang diinginkan atau direncanakan.
Beberapa hal yang menjadi permasalahan pembangunan Kabupaten
Kebumen, yaitu:
1. Permasalahan Kemiskinan
Permasalahan

kemiskinan

di

Kabupaten

Kebumen

menjadi permasalahan yang utama mengingat jumlah penduduk


miskin masih lebih tinggi daripada rata-rata penduduk miskin di
tingkat nasional. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Kebumen
mencapai 19,97 persen pada tahun 2014, sementara tingkat
kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah mencapai 13,58 persen dan
pada tingkat nasional tingkat kemiskinan berada pada angka
10,96 persen.
Kemiskinan

merupakan

masalah

pembangunan

yang

bersifat multidimensi dan sangat penting untuk ditangani melalui


pelibatan

atau

dukungan

seluruh

pemangku

kepentingan.

Mengingat jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah masih cukup


banyak dan progres penurunannya cenderung lambat, maka
upaya penanggulangan kemiskinan perlu lebih dipacu melalui
peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terutama
pangan,

pendidikan,

kesehatan,

air

minum,

sanitasi

dan

perumahan. Sejalan dengan hal tersebut perlu dilakukan pula


pemberdayaan ekonomi masyarakat, perkuatan kelembagaan
penanggulangan kemiskinan dan pendayagunaan sumber daya
potensial, pengembangan jejaring kemitraan, serta peningkatan
kemampuan dan keterampilan agar penduduk miskin mampu
keluar dari lingkaran kemiskinan secara mandiri.
2. Permasalahan Pengangguran
Isu pengangguran di Jawa Tengah termasuk juga di
Kabupaten Kebumen hingga saat ini juga perlu mendapat
perhatian mengingat pengangguran berkaitan dengan kemiskinan.

32

Memperhatikan kondisi ketenagakerjaan di Jawa Tengah saat ini,


terjadi fenomena pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke
non pertanian seperti sektor industri dan perdagangan. Dengan
melihat kondisi tersebut, maka penanganan pengangguran di
Jawa Tengah berfokus pada upaya perlindungan, pemberdayaan
dan pengembangan kelompok petani (buruh tani dan petani
penggarap), nelayan, masyarakat terkena PHK, anak putus
sekolah dan sektor UMKM.
Selain permasalahana tersebut di atas, perlu diupayakan
perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha, peningkatan
kualitas

calon

tenaga

kerja

melalui

peningkatan

kualitas

prasarana sarana dan pengelola Balai Latihan Kerja (BLK),


pendidikan

yang

berorientasi

pasar

kerja,

pengembangan

informasi pasar kerja, serta pengembangan wirausaha baru sektor


UMKM berbasis sumber daya lokal termasuk kewirausahaan di
kalangan pemuda. Upaya penanganan pengangguran dilakukan
secara terintegrasi dengan pembangunan kedaulatan pangan,
kedaulatan energi, pengentasan kemiskinan dan pembangunan
infrastruktur, sehingga dapat membuka lapangan kerja baru yang
pada akhirnya aspek-aspek produktif tersebut diharapkan mampu
menjamin keberlanjutan pasar tenaga kerja.
3. Permasalahan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Belum optimalnya peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang

ditandai

dengan

masih

tertinggalnya

besaran

Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dibanding dengan kabupaten/kota


lain di Jawa Tengah. Capaian IPM Kabupaten Kebumen pada
tahun 2010 IPM sebesar 71,12 meningkat menjadi 72,25 di tahun
2014, namun masih di bawah rata-rata Jawa Tengah sebesar
73,36. dan menempatkan Kebumen pada posisi 10 se-Jawa
Tengah.

Penopang

utama

perekonomian

Kebumen

masih

bertumpu pada sektor primer khususnya pertanian.


4. Permasalahan Pendanaan Pembangunan
Salah satu indikasi rendahnya pendanaan pembangunan
ini, antara lain ditunjukkan oleh rendahnya investasi dalam
33

bidang industri pengolahan. Investasi pada bidang industri masih


lebih rendah dibandig investasi di bidang pertanian. Kabupaten
Kebumen sebagai kabupaten yang memiliki cita-cita menjadi
kabupaten agribisnis harus mengoptimalkan investasi untuk
mewujudkan visi tersebut. Sektor industri pengolahan khususnya
pengolahan terhadap hasil-hasil pertanian akan menjadi sektor
sekunder penopang sektor pertanian, dan sekaligus diharapkan
akan menjadi penyerap tenaga kerja lokal.
5. Penggalian Nilai Budaya yang Bernilai Jual
Belum optimalnya penggalian sejarah dan keragaman
budaya di Kabupaten Kebumen, dapat menjadi faktor yang
menghambat pengembangan bidang kepariwisataan.
B. Analisis Lingkungan Strategis
Dalam hal pembahasan mengenai lingkungan strategis, baik
yang mencakup lingkungan internal maupuan lingkungan eksteral;
akan diuraikan pada bagian berikut.

1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal yang akan dikaji dalam bagian ini,
mencakup: (i) Posisi Geografis dan Geoekonomi Daerah, (ii)
Kondisi Demografi, dan (iii) Lingkungan Sosial Budaya. Penjelasan
selengkapnya akan dipaparkan pada bagian berikut.

a. Posisi Geografis dan Geoekonomi Daerah


Ketergantungan pada sektor pertanian yang produktivitasnya

semakin

menurun.

Sektor

pertanian

tumbuh

signifikan pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,02 persen. Akan


tetapi pada tahun 2013, sektor pertanian tidak tumbuh dan
bahkan mencatatkan pertumbuhan negatif 0,23 persen. Di lain
pihak,

sektor

pertanian

masih

menjadi

sumber

utama

pembentuk PDRB maupun penyerap tenaga kerja yang paling


besar dibandingkan sektor lain.

34

Di lain pihak, berdasar data PDRB 2013 Kabupaten


Kebumen, penurunan nilai tambah sektor pertanian ini
disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi beberapa
komoditas dibanding tahun 2012, khususnya padi dan kedelai.
Penurunan produksi tanaman padi disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut: (i) Adanya anomali iklim berupa hujan di
musim kemarau (kemarau basah) sehingga intensitas cahaya
kurang yang mengakibatkan asimilat tidak maksimal, (ii)
Musim tanam mundur; (iii) Adanya Organisme Pengganggu
Tanaman

(OPT);

(iv)

Adanya

serangan

hama

tikus;

(v)

Penurunan produksi tanaman kedelai disebabkan luas areal


tanaman kedelai yang berkurang diakibatkan musim panen
yang kedua mundur karena tingginya curah hujan pada saat
panen padi sehingga waktu yang tersedia tidak mencukupi jika
dilaksanakan penanaman kedelai.
Laju inflasi juga tidak bisa dikendalikan, terutama pada
tahun 2013 dimana inflasi mencapai 2 digit. Dampak variabel
makro yang tidak dikendalikan, sepertinya inflasi; dapat
menurunkan daya beli penduduk yang dicerminkan oleh
capaian PDRB per kapita yang mengalami pertumbuhan
lambat. PDRB per kapita di Kabupaten Kebumen, relatif masih
rendah, dan masih jauh di bawah rata-rata PDRB Provinsi
Jawa Tengah.

b. Kondisi Demografi
Dinamika

kependudukan

(demografi),

tidak

hanya

ditentukan dari sisi jumlah tetapi yang sangat menentukan


adalah sisi kualitasnya / capaian tingkat pendidikan berdasar
kelompok jenjang pendidikan tertentu.
Tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Kebumen
masih banyak yang hanya lulus Sekolah Dasar (SD) / Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Data rata-rata lama sekolah berada
pada angka kisaran 6-7 tahun. Data lain juga menunjukkan

35

bahwa 60 persen penduduknya hanya berpendidkan tingkat


SD ke bawah.
Dari sisi angka partisipasi pendidikan, capaian yang
optimal masih berada pada jenjang pendidikan yang paling
rendah. Untuk SMP dan SMA APS berada jauh di bawahnya.
Angka partisipasi murni terus turun pada kurun, selama
kurun waktu 2010-2013.
Data lain di yang terkait bidang kependuduka, masih
ditemukan

besaran

angka

kematian

bayi

di

Kabupaten

Kebumen dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013 yang


masih jauh dari target pencapaian Rencana Pembangunan
Jangka Menengah

(RPJM) Tahun 2010-2015, yaitu 5/1000

(lima per seribu) kelahiran hidup sehingga perlu upaya keras


misalnya

dengan

meningkatkan

alokasi

anggaran

untuk

kesehatan ibu dan anak. Angka kematian bayi masih berasa


pada kisaran angka 10/1000.

c. Lingkungan Sosial Budaya


Kondisi sosial budaya di Kabupaten Kebumen, antara
lain

juga

masih

ditunjukkan

oleh

tingginya

persentase

penduduk miskin, yang besarnya mencapai angka hampir 20%


dari jumlah keseluruhan penduduk yang ada.
Upaya pengurangan tingkat kemiskinan dalam jangka
panjang, antara lain dapat ditempuh dengan peningkatan
mutu / kualitas pendidikan di Kabupaten Kebumen, yang
antara lain ditempuh dengan cara peningkatan infrastruktur
pendidikan / sekolah terutama untuk tingkat pendidikan atas
(Sekolah Menengah Atas / SMA), yang dari data yang tersedia
masih relatif sedikit / terbatas. Terkait dengan hal ini, juga
perlu pemikiran mengenai rasio / standar ketersediaan sekolah
dan guru.

2. Lingkungan Eksternal dan Dokumen Terkait


36

Lingkungan internal dan dokumen terkait yang akan dikaji


dalam bagian ini, mencakup: (i) Millenium Development Goals
(MDGs), (ii) Post-2015 Development Agenda, (iii) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019,
(iv) Standar Pelayanan Minimum (SPM), (v) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tahun
Tengah 2013-2018, (vi) Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Kebumen Tahun 2005 2025, dan
(vii) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kebumen
Tahun 2011-2031. Penjelasan selengkapnya akan dipaparkan
pada bagian berikut.
a. Millenium Development Goals (MDGs)
Konsep MDGs muncul dilatarbelakangi dari adanya
pemikiran

bahwa

ada

beberapa

hal

yang

menjadikan

masyarakat menjadi tetap rentan dan tidak mampu memenuhi


kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, ditetapkan delapan
tujuan beserta target-targetnya yang diharapkan mampu
membantu masyarakat keluar dari persoalan-persoalan yang
sangat mendasar. Delapan agenda dasar dari MDGs meliputi:
1) Menghilangkan kemiskinan dan kelaparan
2) Mencapai pendidikan dasar
3) Mempromosikan persamaan gender dan emansipasi wanita
4) Menurunkan angka kematian bayi
5) Memperbaiki kesehatan ibu hamil
6) Memberantas HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lain
7) Menjamin kelayakan lingkungan
8) Membangun

perserikatan

global

untuk

pembangunan

(development)
Tujuan MDGs ini menjabarkan upaya awal pemerintah
untuk menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang
terkait dengan pencapaian tujuan MDGs, mengukur, dan
menganalisis kemajuan seiring dengan upaya menjadikan
pencapaian-pencapaian

ini

menjadi

kenyataan,

sekaligus

mengidentifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan

37

dan program-program pemerintah yang dibutuhkan untuk


memenuhi tujuan-tujuan. Dengan tujuan utama mengurangi
jumlah orang dengan pendapatan di bawah upah minimum
regional antara tahun 1990 dan 2015, diketahui bahwa
Indonesia berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai
tujuan tersebut.
Sebagai tindak lanjut dari komitmen Pemerintah untuk
melaksanakan MDGs, maka seluruh provinsi, kabupaten/kota
berkewajiban

berkontribusi

dalam

memenuhi

komitmen

tersebut. Kabupaten Kebumen sebagai bagian dari NKRI ikut


berpartisipasi aktif dalam mencapai target yang dicanangkan
dalam MDGs. Dengan potensi sumber daya, baik manusia
maupun finansial yang dimiliki oleh Kabupaten Kebumen,
terdapat optimisme bahwa pemerintah Kabupaten kebumen
akan dapat memenuhi target MDGs.

b.

Post-2015 Development Agenda

Agenda Pembangunan Post2015 merupakan kegiatan


tindak lanjut dari MDGs yang oleh banyak kalangan layak
diteruskan karena keberhasilan yang telah dicapainya. Hal
penting yang menjadi fokus dari Post-2015 Development
Agenda adalah penghapusan kemiskinan ekstrem dari bumi
dengan

target

akhir

pada

tahun

2030.

Hal

tersebut

disampaikan dan disepakati pada High Level Panel di Rio De


Janeiro tahun 2012. Visi dan tanggung jawab dari Post-2015
adalah

mengakhiri

kemiskinan

ekstrem

dalam

segala

bentuknya dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan


meletakkan

dasar-dasar

kesejahteraan

yang

berkesinam-

bungan bagi semua.


Seperti yang disepakati oleh para pemimpin dunia,
sasaran dan target baru perlu dilengkapi dengan informasi
dasar

sehubungan

dengan

HAM

secara

universal

dan

menyelesaikan kerja yang telah dimulai oleh MDGs. Dalam hal


ini yang terpenting adalah penghapusan kemiskinan ekstrem

38

dari muka bumi ini menjelang 2030. Saat ini hal tersebut
dapat dilakukan. Oleh karena itu, agenda pembangunan yang
baru harus meneruskan semangat Deklarasi Milenium dan
hal-hal terbaik dari MDGs, dengan fokus praktis pada isu-isu
seperti kemiskinan, kelaparan, air, sanitasi, pendidikan dan
pelayanan kesehatan.
Para pemimpin dunia menyimpulkan bahwa agenda post2015 merupakan agenda universal. Agenda ini perlu didorong
oleh lima pergeseran transformasi besar, yaitu:
1) Tidak meninggalkan siapapun
2) Menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai inti
3) Mentransformasikan ekonomi untuk lapangan kerja dan
pertumbuhan inklusif
4) Membangun perdamaian dan kelembagaan yang efektif,
terbuka dan akuntabel
5) Membangun sebuah kemitraan global yang baru
c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019
Rancana

Pembangunan

Jangka

Menengah

Nasional

(RPJMN) dibuat dengan mengacu pada Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Sesuai
dengan dokumen RPJPN Tahun 2005-2025, Visi pembangunan
Indonesia jangka panjang adalah Indonesia yang Maju,
Mandiri, Adil dan Makmur.
Dalam rangka kesinambungan pelaksanaan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam tahapan pembangunan di
RPJPN, maka RPJMN Tahun 2015-2019 disusun dengan
memperhatikan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya.
Pelaksanaan RPJMN dijabarkan melalui visi, misi dan program
presiden.
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai
keberlanjutan dari RPJMN ke-1, RPJMN ke-2, dan RPJMN ke-3

39

ditujukan

untuk

Indonesia

di

lebih

segala

peningkatan

memantapkan

bidang

kualitas

dengan

sumber

penataan

kembali

menekankan

daya

manusia

upaya

termasuk

pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi


serta penguatan daya saing perekonomian.
Rencana

Pembangunan

2015-2019

memiliki

Berdaulat,

Mandiri,

Visi

Jangka

Menengah

Indonesia

Terwujudnya

dan

(RPJMN)

Berkepribadian

yang

Berlandaskan

Gotong-Royong.
Dari visi tersebut dijabarkan ke dalam 7 (tujuh) misi
yang tercantum pada RPJMN, di mana ke-7 misi tersebut
adalah:
1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan
dengan

wilayah,

menopang

mengamankan

mencerminkan

sumber

kepribadian

kemandirian
daya

Indonesia

ekonomi

maritim,
sebagai

dan

negara

kepulauan.
2) Mewujudkan

masyarakat

maju,

berkeseimbangan,

dan

demokratis berlandaskan negara hukum.


3) Mewujudkan

politik

luar

negeri

bebas-aktif

dan

memperkuat jati diri sebagai negara maritim.


4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi,
maju, dan sejahtera.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan

Indonesia

menjadi

negara

maritim

yang

mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.


7) Mewujudkan

masyarakat

yang

berkepribadian

dalam

kebudayaan.
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional
2010-2014, ditetapkan 9 (sembilan) prioritas dalam jalan
perubahan

menuju

Indonesia

yang

berdaulat

secara

politik,mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam

40

kebudayaan,

dirumuskan

Sembilan

agenda

prioritas.

Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:


1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga
negara.
2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi
sistem

dan

penegakan

hukum

yang

bebas

korupsi,

bermartabat, dan terpercaya.


5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat
Indonesia.
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan
bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8) Melakukan revolusi karakter bangsa.
9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.
d. Standar Pelayanan Minimum (SPM)
Dalam
tangganya

melaksanakan
sendiri,

daerah

pengaturan
harus

terhadap

mengikuti

rumah
koridor

kewenangan yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Hal ini


semata-mata ditujukan untuk menjamin keharmonisan dalam
keberjalanan fungsi pemerintahan melalui pembagian peran
antara pemerintah pusat, propinsi maupun daerah.
Salah satu konsekuensinya, pemerintah daerah harus
memenuhi Pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

41

2004 (sekarang diganti dengan Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2014)

yang

urusan

bersifat

yang

menyebutkan
wajib

bahwa

penyelenggaraan

berpedoman

pada

Standar

Pelayanan Minimal (SPM) yang dilaksanakan secara bertahap


dan ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam rangka pelaksanaan Pasal 11 ayat (4) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut, pemerintah telah
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005
tentang

Pedoman

Penyusunan

dan

Penerapan

Standar

Pelayanan Minimal (SPM). Dalam Peraturan Pemerintah ini


disebutkan bahwa SPM adalah ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Sesuai dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), diamanatkan bahwa SPM
yang telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan
bagi Pemerintahan Daerah untuk menyusun perencanaan dan
penganggaran

penyelenggaraan

Pemerintahan

Daerah.

Rencana pencapaian SPM dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Strategi Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Target
tahunan pencapaian SPM dituangkan ke dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran
(KUA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi belanja daerah dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.
Sampai

dengan

pertengahan

Tahun

2013,

telah

diterbitkan 15 (lima belas) SPM oleh kementerian/lembaga,


yaitu SPM:
1) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota,
2) Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota,
3) Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten/Kota,
42

4) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kab/Kota,


5) Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah
Kab/Kota,
6) Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak
Korban Kekerasan,
7) Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera di
Kab/Kota,
8) Bidang Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota,
9) Bidang Pekerjaan Umum,
10)

Bidang Ketenagakerjaan,

11)

Bidang

Ketahanan

Pangan

Provinsi

dan

Kabupaten/Kota,
12)

Bidang Komunikasi dan Informasi,

13)

Bidang Kesenian,

14)

Bidang Penanaman Modal, dan

15)

Bidang Perhubungan Daerah.

e. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa
Tengah yang ditetapkan dengan
Jawa

Tengah

Nomor

05

Peraturan Daerah Provinsi

Tahun

2014

tentang

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi


Jawa

Tengah

Tahun

20132018

merupakan

salah

satu

dokumen yang harus diperhatikan dalam menyusun RPJMD


kabupaten/kota yang ada di wilayah Jawa Tengah.
Visi Provinsi Jawa Tengah dalam dokumen RPJMD
Jateng Tahun 2013-2018 adalah: Menuju Jawa Tengah
Sejahtera dan Berdikari: Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi.
Dalam visi ini terkandung sikap dasar, kemauan dan perilaku
yang harus diemban oleh seluruh pelaku pembangunan dalam
mewujudkan kondisi Jawa Tengah yang berdaulat secara
politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara
sosial budaya. Sedang Misi yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut:

43

1) Membangun Jawa Tengah berbasis Trisakti Bung Karno,


Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi,
dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan Kedaulatan
pangan,
2) Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan,
Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran,
3) Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan,
Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran,
4) Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa
Tengah yang Bersih, Jujur dan Transparan, Mboten
Korupsi, Mboten Ngapusi
5) Memperkuat

Kelembagaan

Sosial

Masyarakat

untuk

Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan,


6) Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan
Keputusan dan Proses Pembangunan yang Menyangkut
Hajat Hidup Orang Banyak,
7) Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi
Kebutuhan Dasar Masyarakat,
8) Meningkatkan Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah
Lingkungan
f. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintah
Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UndangUndang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah

Indonesia,

memajukan

kesejahteraan

umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan


ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial, dalam bentuk rumusan visi, misi
dan arah Pembangunan Nasional.

44

RPJPD

Kabupaten

Kebumen

Tahun

2005-2025

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun


tentang
(RPJPD)

Rencana

Pembangunan

Kabupaten

Jangka

Kebumen

Tahun

Panjang

2010
Daerah

20052025.

Visi

Pembangunan Kabupaten Kebumen Tahun 2005-2025 adalah:


Kebumen yang Mandiri dan Sejahtera Berbasis Agrobisnis
Makna dari visi tersebut, yaitu:
1) Kebumen,

adalah

suatu

daerah

otonom

(selanjutnya

disebut Daerah), yakni suatu kesatuan masyarakat hukum


yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur

dan

kepentingan

mengurus

masyarakat

urusan

setempat

pemerintahan
menurut

dan

praskarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem


Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2) Mandiri, artinya suatu kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orang mampu mengambil keputusan dan
memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa tergantung pada
pihak lain. Kemandirian di sini bukan situasi atau kondisi
dalam keterisolasian, tetapi konsep dinamis yang mengenal
saling ketergantungan yang tak bisa dihindari dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Terlebih dalam
era globalisasi dan perdagangan bebas yang kini tengah
berlangsung. Kemajuan ekonomi melalui peningkatan daya
saing yang menjadi kunci untuk mewujudkan kemandirian
tersebut. Kemandirian suatu daerah, antara lain dapat
diukur dari; ketersediaan sumber daya manusia yang
berkualitas

dan

mampu

memenuhi

kebutuhan

dan

kemajuan pembangunannya; kemandirian aparatur dalam


menjalankan tugaskanya; dan kemampuan pembiayaan
pembangunan
kemandirian

daerah
dalam

yang

mencukupi

makin

kokoh;

kebutuhan

serta

pokoknya.

Selain itu, kemandirian secara prinsip adalah suatu sikap


untuk mengenali potensinya dan kemampuannya untuk
mengelola sumber daya yang tersedia dan tantangan yang
dihadapi.

Dalam

masyarakatnya

hal

harus
45

ini

Pemerintah

mandiri

dalam

Daerah

dan

menentukan

kebijakan serta memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan


kebutuhan bisa dilihat dari dua aspek, yaitu pemenuhan
kebutuhan bahan pokok untuk pengembangan agrobisnis
dan pemenuhan kebutuhan akan kebutuhan pangan
sebagai produk petanian. Kedua kebutuhan ini dengan
sendirinya akan tercukupi dengan mengelola sumber daya
lokal yang menjadi basis kehidupan masyarakatnya yakni
pertanian.
3) Sejahtera artinya suatu kondisi dimana masyarakat telah
mampu

memenuhi

semua

kebutuhan

dasarnya.

Kebutuhan dasar ini mencakup kebutuhan akan pangan,


sandang, papan (perumahan), kesehatan dan pendidikan
serta sosial. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
ini setidaknya diperlukan dua syarat. Pertama, agar
masyarakat mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara
mandiri

maka

masyarakat

memerlukan

pendapatan

perkapita yang cukup. Dalam hal ini maka seberapa jauh


pengembangan agrobisnis mampu menyerap tenaga kerja
dan meningkatkan pendapatan masyarakat memegang
peranan yang sangat penting. Tingkat partisipasi angkatan
kerja yang tinggi disertai dengan penghasilan yang mampu
memenuhi kebutuhan dasar, dengan sendirinya akan
meningkatkan
seandainya

kesejahteraan

syarat

pertama

masyarakat.
tidak

terwujud,

Kedua,
maka

Pemerintah Daerah berkewajiban membantu mewujudkan


kesejahteraan bagi masyarakat melalui berbagai program
perlindungan
memenuhi

sosial.

Masyarakat

kebutuhan

dasarnya

yang
akan

tidak

mampu

mendapatkan

bantuan sosial baik dalam bentuk subsidi atau bantuan


sosial lainnya. Untuk bisa mewujudkannya, Pemerintah
Daerah perlu mengupayakan pendapatan regional yang
cukup guna membiayai kebutuhan perlindungan sosial
tersebut. Dalam hal ini, sumbangan agrobisnis pada
pendapatan regional merupakan salah satu tantangan
yang cukup besar untuk dipikirkan dalam pengembangan
program agrobisnis.

46

4) Agrobisnis, artinya daerah yang mampu menghasilkan


produk produk pertanian dan produk olahan pertanian
yang memiliki nilai kompetitif yang tinggi baik untuk
memenuhi

kebutuhan

lokal,

nasional,

maupun

internasional. Kabupaten Kebumen yang memiliki basis


ekonomi di sektor pertanian ini diharapkan mampu
menjadi daerah agrobisnis terdepan di Jawa Tengah
pada Tahun 2025. Produk pertanian merupakan produk
yang dihasilkan secara langsung dari kegiatan bertani.
Sementara itu produk olahan pertanian merupakan produk
yang dihasilkan setelah produk pertanian tersebut diolah
dalam suatu industri
tangga

maupun

agrobisnis baik industri rumah

industri

besar.

Upaya

menghasilkan

produk pertanian dan produk olahan pertanian secara


bersamaan ini sangat penting. Pada satu sisi, Kabupaten
Kebumen memiliki potensi alam dan infrastruktur yang
baik guna mengembangkan pertanian. Selain itu sebagian
besar masyarakat Kabupaten Kebumen mengembangkan
kegiatan ekonominya di sektor pertanian. Pada sisi yang
lain, di Kabupaten Kebumen juga berkembang industriindustri kecil yang mengolah produk pertanian menjadi
produk

olahan

pertanian.

Produk

pertanian

bisa

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan baik di


tingkat lokal maupun nasional namun pada saat yang
sama juga menjadi bahan dasar yang diperlukan industriindustri

produk

olahan

pertanian.

Oleh

karena

itu,

keduanya merupakan suatu kesatuan holistik yang tidak


dipisahkan.
agrobisnis

Secara
bisa

riil

dilihat

keberhasilan
dari

menjadi

sumbangan

daerah

subsektor

agrobisnis pada 3 (tiga) hal, yaitu: (i) kontribusinya yang


signifikan pada pendapatan regional, (ii) penyerapan tenaga
kerja, dan (iii) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat

g. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kebumen


Tahun 2011-2031
47

Rencana

Tata

Ruang

Wilayah

(RTRW)

Kabupaten

Kebumen ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten


Kebumen Nomor 23 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kebumen Tahun 20112031. Dokumen
RTRW tersebut memiliki peran penting dalam penyusunan
RPJMD. Penyusunan RPJMD Kebumen memperhatikan RTRW,
dengan pokok-pokok telaahan sebagai berikut:
1) Telaah Rencana Struktur Ruang
Struktur

ruang

adalah

susunan

pusat-pusat

permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana


yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional. Telaahan yang dilakukan terhadap rencana
sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Kebumen,
meliputi:
a) Rencana Sistem Prasarana Utama, terdiri atas:
-

Rencana jaringan transportasi darat;

Rencana jaringan perkeretaapian;

b) Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya, meliputi :


-

Rencana jaringan energi;

Rencana jaringan telekomunikasi;

Rencana jaringan sumber daya air; dan

Rencana jaringan prasarana lingkungan.

2) Telaah Rencana Pola Ruang


Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan fungsi budidaya. Berikut ini disajikan
rencana pola ruang Kabupaten Kebumen yang memuat
pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan budidaya.
3) Telaah Indikasi Program Pemanfaatan Ruang

48

Program pemanfaatan ruang adalah program yang


disusun dalam rangka mewujudkan rencana tata ruang
yang

bersifat

indikatif,

melalui

sinkronisasi

program

sektoral dan kewilayahan baik di pusat maupun di daerah


secara terpadu.
Indikasi
Kebumen

program

diarahkan

pemanfaatan ruang Kabupaten


untuk

menterjemahkan

rencana

struktur dan pola ruang tahun 2011 sampai dengan 2031.

C. Isu Srategis
Berdasarkan hasil telaahan dan analisis dari permasalahan
pembangunan

dan

isu/kebijakan

internasional,

nasional

dan

regional, maka isu-isu strategis Kabupaten Kebumen sebagai berikut:


1. Pengembangan

Sistem

Kelembagaan

yang

Mendukung

Pencapaian Tujuan Pembangunan


Tujuan pembangunan dapat tercapai apabila didukung
oleh sistem kelembagaan yang memadai. Sistem kelembagaan
terdiri atas 3 (tiga) unsur, yaitu: (i) Peraturan, (ii) Aktor, dan (iii)
Sumber Daya. Pada unsur pertama, keberadaan peraturan dan
kebijakan yang pro terhadap penciptaan masyarakat yang
sejahtera merupakan hal yang tidak dapat ditawar. Pada unsur
kedua,

pemerintah

daerah

sebagai

aktor

pembangunan

diharapkan mampu melaksanakan peran yang diembannya dan


melakukan koordinasi antar lembaga dengan baik. Pemerintah
daerah perlu memiliki kecakapan intelektual serta dukungan
pendanaan yang memadai agar dapat menjalan programprogram yang telah direncanakan.
2. Pembangunan yang Berorientasi pada Peningkatan Kualitas
Sumber Daya Manusia

49

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan motor dalam


pelaksanaan pembangunan. SDM yang berkualitas sangat
diperlukan agar pembangunan yang dilakukan juga berkualitas.
Kuantitas dari manusia akan mempengaruhi pembangunan,
akan tetapi SDM dalam jumlah yang sedikit tetapi berkualitas
akan lebih baik daripada jumlah SDM banyak namun hanya
sedikit

yang

berkualitas.

Kualitas

SDM

dipengaruhi

oleh

beberapa factor, antara lain: (i) pendidikan, (ii) kesehatan, dan


(iii) kepemimpinan. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh
maka

SDM

akan

semakin

berkualitas.

Kesehatan

dan

kepemimpinan menunjukkan produktivitas dalam melaksanakan

pembangunan

di

Kabupaten

Kebumen.

Apabila

di

Kabupaten Kebumen memiliki SDM yang produktif maka nilai


tambah

terhadap

berbagai

sektor

pembangunan

semakin

meningkat dan beragam.


Untuk

mendukung

berorientasi

pada

melakukan

upaya-upaya

pencapaian

pembentukan
yang

pembangunan

SDM,
tepat

pemerintah
secara

yang
belum

optimal.

Keberpihakan pemerintah terhadap rakyat miskin dinilai masih


kurang.

Ada

pencapaian

yang

mendukung

pembangunan

berorientasi pada pembangunan SDM, namun masih ada pula


capaian yang kurang baik.
Keberhasilan pemerintah daerah dalam membangun SDM
tampak dari data angka melek huruf pada tahun 2013 dan 2014
tidak mengalami perubahan, yaitu sebesar 92,16 persen, angka
partisipasi kasar sejak tahun 2012 pada jenjang pendidikan SD
dan SLTP sudah mencapai di atas 100 persen, sedangkan untuk
jenjang SLTA masih berada pada tingkat 82,70 persen pada
tahun 2014. Angka putus sekolah pada jenjang SLTA pada
tahun 2014 justru mengalami peningkatan dibanding dengan
tahun 2013 yaitu sebesar 0,43 persen. Bidang kesehatan juga
memberi

kontribusi

terhadap

pembentukan

sumber

daya

manusia seperti angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup


sebesar 10,92 dan angka kematian ibu melahirkan per 1000
kelahiran di atas angka 50.

50

3. Penciptaan Iklim Investasi yang Kondusif bagi Seluruh


Pelaku Usaha
Iklim investasi yang kondusif bagi seluruh pelaku usaha
perlu diciptakan dalam rangka mengundang para investor untuk
menanamkan

modalnya

di

Kabupaten

Kebumen

serta

mendukung para pelaku usaha baru yang akan memulai


usahanya.

Pemerintah

akan

berusaha

keras

untuk

menumbuhkan sentra perekonomian dan pengembangan usaha


rakyat dengan tetap menjaga iklim investasi dalam kerangka
penciptaan

lapangan

kerja.

Salah

satu

cara

yang

dapat

dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan perhatian


sama besar bagi semua kalangan usaha.
Investor
manufaktur

besar
yang

identik

besar,

dengan

perlu

perusahaan

didukung

karena

atau

kegiatan

perusahaan atau manufaktur ini akan menyerap banyak tenaga


kerja, sehingga akan mengurangi pengangguran. Selain itu
perusahaan atau manufaktur besar menyumbang pajak dan
retribusi yang besar pula, dengan demikian pendapatan asli
daerah akan turut meningkat.
Usaha Kecil dan Mikro meskipun bukan termasuk sektor
formal, namun memiliki ketahanan terhadap krisis global yang
terjadi akhir-akhir ini. Pemerintah perlu mendukung UKM
untuk

menjaga

kesejahteraan

dan

meningkatkan

penduduk.

Dukungan

kondisi
yang

ekonomi

dan

dilakukan

oleh

pemerintah tentunya dalam koridor hukum yang berlaku,


seperti dukungan kebijakan perbankkan yang mempermudah
kredit pinjaman kepada pelaku usaha kecil dan mikro.
4. Penurunan Angka Pengangguran
Angka
menunjukkan

pengangguran
angka

terbuka

sebesar

3,25

pada

tahun

persen.

2014

Persentase

pengangguran ini lebih rendah daripada tingkat pengangguran


Provinsi Jawa Tengah dan tingkat nasional yang mencapai 8,36
persen. Namun demikian, angka pengangguran berpotensi
menjadi masalah pengurangan tingkat kemiskinan. Pemerintah
51

daerah perlu mengidentifikasi dan memetakan permasalahan


pengangguran ini dengan tepat agar kebijakan yang diambil
tepat. Pengembangan sektor-sektor unggulan di Kebumen dapat
diarahkan

dengan

menyiapkan

SDM

lokal

untuk

dapat

berpartisipasi dalam pembangunan.


5. Optimalisasi

Potensi

Seluruh

Sektor

Untuk

Memacu

Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Kebumen memiliki potensi sumber daya yang
melimpah. Dari sumber daya yang dimiliki baik sumber daya
alam dan sumber daya manusia. Kabupaten Kebumen dapat
mengoptimalkan

penggunaannya

agar

dapat

meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Sumber daya lahan pertanian yang


melimpah antara lain untuk pengembangan padi sawah dan
perkebunan,

serta

pengembangan

sektor

pariwisata

yang

mengandalkan keindahan panorama alam. Dengan pemanfaatan


yang tepat dan sesuai dengan potensi lokal, sumber daya ini
seharusnya dapat mensejahterakan penduduk Kebumen, secara
langsung ataupun tidak langsung.
Dampak yang dapat dirasakan secara langsung dari
adanya pemanfaatan sumber lokal adalah terbuka luasnya
lapangan pekerjaan. Dampak tidak langsung dari eksplotasi
sumber daya lokal di Kebumen adalah dengan retribusi dan
pajak yang kemudian oleh pemerintah daerah dana pajak
dimanfaatkan untuk pembangunan prasarana atau sarana
Kabupaten. Pengelolaan sumber daya yang tepat di Kabupaten
Kebumen

akan

menjadikan

kabupaten

ini

terdepan

dan

tumpuan nasional dalam agribisnis.


Secara bertahap, pembangunan di sektor pertanian mulai
menunjukkan

kemajuan

yang

ditunjukkan

dengan

data

produktivitas padi pada tahun 2011 hingga 2014 produksi yang


dihasilkan berturut meningkat 440,021 ton, 480,338 ton,
422,835 ton, dan 448,27 ton padi kering. Produksi Kabupaten
Kebumen mengalami surplus sehingga mampu menyediakan
produksi padi bagi wilayah-wilayah yang lain. Produktifitas

52

sektor

pertanian

per

hektar

menunjukkan

angka

yang

meningkat yaitu 55,56 ton per hektar pada tahun 2011


meningkat menjadi 59,01 ton per hektar.
6. Penyediaan Infrastruktur Transportasi dan Fasilitas Dasar
Prasarana transportasi dan fasilitas dasar merupakan
aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Pemenuhan kebutuhan
dasar akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Fasilitas
dasar tersebut menjadi hak setiap warga negara yang wajib
dipenuhi oleh pemerintah. Komitmen pimpinan kota akan
mendorong aparat pemerintah dan pihak berkepentingan lainnya
untuk

mau

kebutuhan

bekerjasama
dasar.

menyusun

Strategi

strategi

penyediaan

penyediaan

kebutuhan

dasar

merupakan bukti bahwa pemerintah kota telah memikirkan dan


merencanakan seluruh aspek pengembangan layanan fasilitas
dasar secara komprehensif.
Penyediaan

infrastruktur

transportasi

darat

penting

kaitannya dalam mewujudkan Kebumen yang sejahtera. Manfaat


dari ketersediaan infrastruktur jalan yang baik adalah sebagai
akses dan sarana distribusi. Infrastruktur jalan sebagai akses
bertujuan untuk membuka daerah-daerah yang masih terisolasi
dan memudahkan dalam mengakses pendidikan, kesehatan,
pekerjaan dan berbagai informasi lain. Adanya akses menuju
daerah yang terisolasi akan menarik penduduk untuk lebih
maju dan mengurangi ketimpangan yang terjadi. Infrastruktur
transportasi darat yang baik akan memobilisasi baik orang dan
barang secara cepat dan lancar serta dalam volume besar.
Keberadaan

infrastruktur

transportasi

akan

meningkatkan

transaksi dan perputaran ekonomi sehingga dapat menciptakan


kesejahteraan di Kebumen.
Kondisi yang ada saat ini mengenai jaminan penyediaan
infrastruktur

belum

menunjukkan

kondisi

yang

dapat

mendukung terwujudnya visi. Sebagai contoh, proporsi panjang


jalan dalam kondisi baik dari tahun 2010 sampai tahun 2014

53

belum

menunjukkan

perubahan

yang

signifikan.

Apabila

proporsi jalan dalam kondisi baik pada tahun 2010 mencapai


64,99 persen, namun pada tahun 2014 proporsi jalan dalam
kondisi baik hanya 51,56 persen. Kondisi jalan dalam keadaan
rusak berat dan rusak ringan mencapai 16,38 persen dan 17,43
persen. Sebagai ilustrasi kondisi jalan rusak berat di Kabupaten
Kebumen pada tahun 2014 mencapai 166,95 km.
Permasalahan yang

dihadapi

Kabupaten Kebumen

dalam pembangunan infrastruktur adalah belum optimalnya


kualitas

pelayanan

dinamika

infrastruktur

aktivitas

kehidupan

ekonomi,
budaya, politik
Permasalahan tersebut ditandai yaitu :
a. Infrastruktur
Pekerjaan

yang

sejalan

masyarakat

baik

sosial,

pengembangan

wilayah.

Fisik. Infrastruktur ini terkait

dengan

Umum

dan

dan

dengan

Perhubungan antara

lain

belum

optimalnya kualitas dan kapasitas serta kondisi jalan dan


jembatan untuk mendukung daya saing wilayah, belum
optimalnya

prasarana

sarana

mendukung

pertumbuhan

transportasi

ekonomi

untuk

dan pengembangan

wilayah utamanya terkait ketersediaan terminal barang dan


lahan terminal tipe A guna pendukung aktivitas terminal,
integrasi
sistem

antar

moda

transportasi

transportasi

massal;

belum

dan pengembangan
optimalnya

kondisi

prasarana sarana sumber daya air, terkait dengan kondisi


jaringan irigasi yang
baik

untuk

pertanian

belum

sepenuhnya

menunjang

peningkatan

utamanya

irigasi

dalam

kondisi

produktivitas

kewenangan kabupaten/kota,

daya dukung dan tampung drainase serta sungai yang


sudah

tidak

memadai; ketersediaan tampungan air baku

yang belum merata dan dalam kondisi yang belum optimal


sehingga

masih

kekeringan;

terdapat

rendahnya

akses

minum terlindungi dan


layak;

pengelolaan

terpadu
kesehatan

antar

wilayah

wilayah

lingkungan;
54

masyarakat

rendahnya

sampah

yang

mengalami
terhadap

pelayanan

sanitasi

belum dilaksanakan

dan

belum

rendahnya

air

secara

memperhatikan

pengelolaan

jasa

konstruksi; serta masih tingginya jumlah rumah tidak layak


huni.
b. Infrastruktur

Non

Fisik. Jenis inftrasturur ini terkait

dengan saarana Pendidikan, Kesehatan dan Sosial, antara


lain: pemenuhan kualitas prasarana sarana pendidikan
baik bangunan sekolah, ruang kelas maupun prasarana
sarana pendukung (perpustakaan, laboratorium IPA dan
komputer)

yang

masih belum optimal dan merata; belum

terpenuhinya prasarana dan sarana di Puskesmas

PONED

dan

sebaran

Rumah

Sakit

PONEK

serta

jumlah

dan

Puskesmas yang masih kurang; belum optimalnya kondisi


panti-panti sosial sehingga memerlukan upaya peningkatan;
serta belum optimalnya prasarana dan sarana publik yang
tidak sesuai dengan standar pelayanan.
c. Infrastruktur Teknologi Informasi (TI). Permasalahan yang
terkait dengan maslah ini, antara lain: masih terbatasnya
kapasitas
jaringan

bandwith
yang

internet;

belum merata

di

kondisi

infrastruktur

seluruh

wilayah

dan

sesuai kapasitasnya; belum ada data center; keterbatasan


pengetahuan dan SDM aparatur serta masyarakatterhadap
TI

dan

kelembagaannya

untuk

menuju

keterbukaan

informasi publik berbasis TI.


7. Pengelolaan Lingkungan Hidup Bagi Generasi Mendatang
Lingkungan hidup perlu dijaga kondisi dan keberadaanya
karena di dalamnya terdapat hak generasi penerus untuk
menikmati

kondisi

lingkungan

yang

baik

dan

terjaga

kelestariaannya. Pembangunan yang mengabaikan lingkungan


hanya akan membuat pertumbuhan ekonomi tinggi namun
kualitas dari pertumbuhan ekonomi tersebut rendah. Kualitas
lingkungan sebagai tempat hidup masyarakat menurun dan
pada

akhirnya

tujuan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat tidak tercapai.


Potensi kerusakan lingkungan di Kabupaten Kebumen
meliputi pencemaran udara, air, dan juga tanah. Kabupaten
55

Kebumen yang menghubungkan kota-kota besar di Jawa Tengah


berpotensi menyumbang emisi karena pembuangan sarana
transportasi.

Namun, keberadaan hutan-hutan di Kabupaten

Kebumen masih dapat dipertahankan keberadaannya. Ada 3


(tiga) alasan mengapa hutan Kebumen perlu dijaga, yaitu karena
fungsinya sebagai penghasil oksigen, sebagai ekosistem bagi
berbagai macam flora dan fauna serta sebagai penahan laju
emisi gas rumah kaca.
Pengelolaan terhadap lingkungan harus menjadi arus
utama dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Pembangunan yang dijalankan harus memenuhi kaidah-kaidah
keberlanjutan bagi generasi yang akan datang.
8. Penguatan Peran Perempuan Sebagai Pelaku Pembangunan
Perempuan dan laki-laki keduanya memiliki karakteristik
dan ciri-ciri tersendiri. Karakteristik dari perempuan adalah
detail, teliti, cekatan, mampu bekerja multi tasking dan perasa.
Karakteristik perempuan yang telah disebutkan seharusnya
menjadikan

perempuan

memiliki

tempat

tersendiri

dalam

kegiatan sosial kemasyarakatan maupun kegiatan ekonomi.


Keberadaan

perempuan

meningkatkan

kualitas

dalam
dan

sebuah

produktivitas

kelompok
hasil

dapat

pekerjaan

kelompok tersebut. Di sisi lain, perempuan memiliki sifat yang


alamiah sebagai makhluk yang lemah dan rentan terhadap
kekerasan sehingga perlu mendapat perlindungan.
Isu pemberdayaan perempuan ini sejalan dengan tujuan
ketiga

MDGs,

memberdayakan

yaitu

mendorong

perempuan.

persamaan

Kesadaran

gender

pemerintah

dan
akan

manfaat yang dapat diperoleh bangsa apabila kaum perempuan


terlibat dalam pembangunan ditunjukkan oleh peraturan yang
mewajibkan seluruh partai politik untuk menempatkan 30
persen keterwakilan perempuan dalam pemilu 2014. Dengan
adanya partisipasi perempuan baik dalam pengambil kebijakan
di eksekutif, legislatif dan yudikatif, maka komitmen dalam
MDGs bisa tercapai.

56

KEBIJAKAN UMUM

Untuk kebijakan umum di tingkat Provinsi Jawa Tengah, yang


gtertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi

Jawa

Tengah yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 05 Tahun 2014, adalah


sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan
Rakyat yang Berkeadilan,
2. Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif dan Berkelanjutan,
3. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh,
4. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah,
5. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Pertumbuhan dan
Pemerataan,
6. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam
Yang Berkelanjutan, dan
7. Mitigasi Bencana Alam dan Perubahan Iklim

Kebijakan umum di Kabupaten Kebumen sebaiknya tidak terlepas


juga dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

57

(RPJPD) Kabupaten Kebumen Tahun 20052025, yang telah ditetapkan


dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2010. Dalam dokumen

RPJPD tersebut, Visi Pembangunan di Kabupaten Kebumen Tahun


2005-2025 adalah: Kebumen yang Mandiri dan Sejahtera Berbasis
Agrobisnis Makna dari visi tersebut, yaitu:
1. Mandiri, kondisi dimana seseorang / kelompok orang mampu
mengambil keputusan dan memenuhi kebutuhannya sendiri
tanpa tergantung pihak lain.

Ada kemajuan ekonomi melalui

peningkatan daya saing. Ada Peningkatan kualitas SDM dan


pemenuhan kebutuhan pokok (bersumber agribisnis)
2. Sejahtera, kondisi dimana masyarakat telah mampu memenuhi
semua kebutuhan dasarnya (pangan, sandang, papan/perumahan,
kesehatan, pendidikan dan sosial).

Syaratnya

ada peningkatan

pendapatan perkapita yang cukup dan ada program perlindungan


sosial (subsidi atau bantuan sosial lainnya ).
3. Agrobisnis,

mampu menghasilkan produk-produk pertanian dan

produk olahan pertanian yang memiliki nilai kompetitif yang tinggi


baik

untuk

memenuhi

kebutuhan

lokal,

nasional,

maupun

internasional. Kabupaten Kebumen yang memiliki basis ekonomi di


sektor pertanian ini diharapkan mampu menjadi daerah agrobisnis
terdepan di Jawa Tengah pada Tahun 2025.
Keberhasilan

pengembangan

Agrobisnis

di

Kabupaten

Kebumen, akan ditandai dengan beberapa indikasi, yaitu: (i) Mampu


memberikan kontribusi yang signifikan pada pendapatan regional
(sumbangan sektor industri pengolahan hasil-hasil pertanian ke PDRB

58

meningkat),

(ii)

Ada

penyerapan

tenaga

kerja,

dan

(iii)

Terjadi

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Keberhasilan

pengembangan

Agrobisnis

di

Kabupaten

Kebumen, diharapkan juga mempercepat dan mendukung pencapaian


Misi Pembangunan Daerah yang tertuang dalam dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kebumen
Tahun 20052025, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM);
2. Mengurangi tingkat kemiskinan penduduk;
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur pelayanan
dasar di wilayah strategis;
4. Mengembangkan

agrobisnis

serta

usaha

mikro,

kecil

dan

menengah untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan; dan


5. Menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik (good
governance)

dalam

penyelenggaraan

pemerintahan

dan

pembangunan serta disemua elemen kemasyarakatan.


Kebijakan umum di Kabupaten Kebumen untuk kurun waktu 5
(lima) tahun ke depan, secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 4
(empat) bidang, yaitu: (i) Bidang Pemerintahan Umum, (ii) Bidang
Ekonomi, (iii) Bidang Sosial Budaya, dan (iv) Bidang Infrastruktur.
Penjabaran untuk masing-masing bidang tersebut adalah sebagai
sebagai berikut.
A. Bidang Pemerintahan Umum
B. Bidang Ekonomi
C. Bidang Sosial Budaya

59

D. Bidang Infrastruktur

60

Anda mungkin juga menyukai