BAB 1 Diagnosis Komunitas PEB
BAB 1 Diagnosis Komunitas PEB
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyulit kehamilan dengan persentase 5-7 %
dan merupakan penyebab morbiditas terhadap ibu dan janin.1 Di Amerika Serikat, hipertensi
dalam kehamilan merupakan penyebab kematian maternal kedua, dan15% dari kematian ibu
hamil disebabkan oleh preeklampsia.2 Diperkirakan 5% dari seluruh kehamilan mempunyai
komplikasi hipertensi dan sekitar 50% berhubungan dengan preeklampsia dan eklampsia.3
Indonesia mempunyai angka kejadian preeklampsia sekitar 7 - 10 % dari seluruh kehamilan.
Dengan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu tertinggi kedua di Indonesia. Hipertensi
dapat terjadi karena kehamilan dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir.
Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih
berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. Di Negara berkembang preeklampsia
merupakan penyebab terpenting terjadinya persalinan prematur.5
Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk masih banyak yang
berada di bawah garis kemiskinan, hal ini akan mempengaruhi juga untuk tingkat gizi serta
sistem imunitas tubuh. Tingkat gizi dan imunitas tubuh yang kurang baik di Indonesia akan
memberikan hasil yang berbeda dibandingkan dengan negara maju.
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah dan proteinuria. Preeklampsia terjadi pada usia kehamilan diatas 20 minggu, paling
banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat timbul kapan saja pada
pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari yang ringan sampai yang
berat.4 Ibu hamil dengan hipertensi cenderung berpotensi untuk berkembang mengalami
komplikasi mematikan, solusio plasenta, koagulasi intravaskular, pendarahan otak, gagal hati,
dan gagal ginjal akut. Etiologi kasus hipertensi selama kehamilan, terutama preeklamsia,
belum diketahui.2 Meskipun berbagai macam penelitian telah dilakukan,sampai saat ini penyebab
dari preeklampsia belum diketahui secara pasti dan oleh Zweifel penyakit ini disebut dengan the
disease oftheories.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan. Preeklampsia sering dikaitkan dengan
kelainan dari dua komponen, implantasi plasenta yang abnormal bersamaan dengan disfungsi
endotel. Preekampsia dapat digambarkan sebagai sfesifik sindrom yang berpengaruh pada
setiap system organ yang terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.1
Secara garis besar selain preeklampsia merupakan salah satu dari gangguan
hipertensi
selama
kehamilan
diklasifikasikan
menjadi
kategori,
seperti
yang
direkomendasikan oleh the National High Blood Pressure Education Program (2000), yaitu :
1.
2.
3.
4.
Hipertensi gestasional
Preeklampsia dan Eklampsia
Hipertensi kronik
Sindrom preeklampsia yang bertumpang tindih dengan hipertensi kronik
Hipertensi didiagnosa secara empiris saat tekanan darah mencapai 140 pada tekanan
sistolik dan 90 mmHg pada tekanan diastolik dengan menggunakan fase korotkoff V untuk
menentukan tekanan diastolik. Edema tidak lagi dijadikan kriteria diagnostik karena terlalu
umum ditemukan pada wanita hamil pada umumnya.1
Adapun klasifikasi diagnosa pada hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
1,4
1. Hipertensi gestasional
Tekanan darah 140/90 mmHg untuk pertama kali selama hamil
Tidak ada proteinuria
Tekanan darah kembali menjadi normal < 12 minggu postpartum
Diagnosa akhir dibuat postpartum
Mungkin memperlihatkan tanda-tanda lain preeklampsia, misalnya nyeri
epigastrium
2. Preeklampsia
Kriteria minimal:
TD 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu
Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ pada dipstik
Peningkatan kepastian Preeklampsia
TD 160/110 mmHg
Proteinuria 2 gram/ 24 jam atau 2+ pada dipstik
Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali diketahui telah meningkat
-
sebelumnya
Trombosit < 100.000/mm3
2
lainnya
Nyeri epigastrium menetap
Eklampsia
Kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita
-
dengan preeklampsia
3. Preeklampsia pada hipertensi kronik (superimposed preeklampsia)
Proteinuria awitan baru 300 mg/24 jam pada wanita pengidap
-
gestasi 20 minggu
Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu
dan menetap setelah 12 minggu postpartum.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak
ada satupun teori yang dianggap mutlak benar. Sehingga penyakit ini sering disebut sebagai
penyakit teori.1,2
Preeklampsia merupakan penyakit yang melibatkan faktor maternal, plasenta dan
faktor janin. Ada 4 teori penting yang diketahui menjadi penyebab terjadinya preeklampsia,
antara lain.1
1. Implantasi plasenta dengan abnormalitas invasi trofoblas pada pembuluh
darah uterus
2. Maladaptif toleransi imun antara ibu, plasenta dan janin
3. Maladapsi maternal terhadap kardiovaskular atau inflamasi pada perubahan
kehamilan normal
4. Faktor genetik
Keempat hal di atas merupaka teori yang paling banyak diketahui dalam proses
terjadinya preeklampsia.
a.
Implantasi plasenta dengan abnormalitas invasi trofoblas pada pembuluh darah uterus
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke dalam
lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi
dilatasi arteri spiralis. Setelah invasi, sitotrofoblas dapat ditemukan di otot polos dan lapisan
endothelial arteri desidua maternal.1,5
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis sehingga jaringan
matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan
dilatasi. Distensi dan dilatasi lumen arteri spiralis ini memberikan dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran pada daerah uteroplasenta.
Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat sehingga
dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Selain itu, sitotrofoblas menghasilkan
sebuah fenotip endotel yang mengekspresikan molekul adhesi klasik yang ditemukan di
permukaan sel endotel.1,5
Pada preeklampsia, tidak terjadi invasi trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan
jaringan matriks sekitarnya.Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga
lumen arteri spiralis mengalami vasokonstriksi. Hal ini menyebabkan aliran darah
uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Sitotrofoblas hanya
berada sampai di lapisan superficial desidua. Selain itu juga, sitotrofoblas gagal
menghasilkan fenotip endotel. Madzali dkk memperlihatkan bahwa derajat gangguan invasi
trofoblas pada arteri spiralis berhubungan dengan keparahan penakit hipertensi1,5,6
b. Maladaptif imunologi ibu, janin dan plasenta
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi
yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human Luekocyt Antigen protein G (HLA-G)
yang berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil
konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis
oleh sel NK ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan
desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke jaringan
4
desidua ibu disamping untuk menghadapi NK sel. Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi
penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta menghambat
invasi trofoblas ke dalam desidua sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis.
HLA-G juga merangsang produksi sitokin, sehingga memudahkan terjadinya reaksi
inflamasi.
c.
endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel
endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel
yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi:1,5
Gangguan metabolisme prostaglandin (karena salah satu fungsi sel endotel adalah
memproduksi prostaglandin) yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2);
trombosit
memproduksi
tromboxan
(TXA2)
suatu
vasokonstriktor kuat
Perubahan khas pada sel endotel kapiler gomerulus
Peningkatan permeabilitas kapilar
Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar NO
Selain karena kegagalan invasi trofoblas, preeklampsia juga diikuti dengan gangguan
disfungsi endotel. Penelitian menunjukkan bahwa kuantitas dari antiangiogenik factors
soluble fms-like tyrosin kinase 1 (sFlt1) dan soluble endogen (sEng) dikeluarkan oleh
plasenta ke dalam aliran darah ibu yang menyebabkan disfungsi endotel yang makin meluas
yang menyebabkan hipertensi, proteinuria, dan berbagai manifestasi klinis preeklampsi
lainnya.7
Dasar molekuler untuk disregulasi plasenta pada factor-faktor patogenik memang
belum diketahui. Peran dari protein antiangiogenik pada perkembangan awal plasenta dan
invasi trofoblas perlu untuk di telusuri.7
d. Genetik
5
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia.Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon
terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal
dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan
proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan
peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intravaskular, meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark
plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian
janin dalam rahim.5
Perubahan pada organ-organ:
1.
ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai
ekstravasasi ke dalam ruang ektravaskular terutama paru.5
2.
penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklampsia
dan eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik.
Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang
diberikan.Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan
kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan
perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam
serum biasanya dalam batas normal.
3.
Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu
indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda
preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan
ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.
4.
Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks
Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat
janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan
terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.
6.
Ginjal
Terjadi perubahan arus darah ginjal dan fungsi ginjal yang sering menjadi pertanda
pada kehamilan muda. Pada preeklampsia arus darah efektif ginjal rata-rata berkurang 20%
(dari 750 ml menjadi 600ml/menit) dan filtrasi glomerulus berkurang rata-rata 30% (dari 170
menjadi 120ml/menit) sehingga terjadi penurunan filtrasi. Pada kasus berat akan terjadi
oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi nekrosis tubular dan kortikal.10
Plasenta ternyata membentuk renin dalam jumlah besar, yang fungsinya mungkin
untuk dicadangkan untuk menaikan tekanan darah dan menjamin perfusi plasenta yang
adekuat. Pada kehamilan normal renin plasma, angiotensinogen, angiotensinogen II dan
aldosteron semuanya meningkat nyata diatas nilai normal wanita tidak hamil. Perubahan ini
merupakan kompensasi akibat meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasi. Pada
kehamilan normal efek progesteron diimbangi oleh renin, angiotensin dan aldosteron, namun
keseimbangan ini tidak terjadi pada preeklampsi. Sperof (1973) menyatakan bahwa dasar
terjadinya preeklampsia adalah iskemi uteroplasenta, dimana terjadi ketidakseimbangan
antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi sirkulasi darah plasentanya yang
berkurang. Apabila terjadi hipoperfusi uterus, akan dihasilkan lebih banyak renin uterus yang
mengakibatkan vasokonstriksi dan meningkatnya kepekaan pembuluh darah, disamping itu
angiotensin menimbulkan vasodilatasi lokal pada uterus akibat efek prostaglandin sebagai
mekanisme kompensasi dari hipoperfusi uterus.10
Glomerulus filtration rate (GFR) dan arus plasma ginjal menurun pada preeklampsi
tapi karena hemodinamik pada kehamilan normal meningkat 30% sampai 50%, maka nilai
pada preeklampsi masih diatas atau sama dengan nilai wanita tidak hamil. Klirens fraksi asam
urat juga menurun, kadang-kadang beberapa minggu sebelum ada perubahan pada GFR, dan
hiperuricemia dapat merupakan gejala awal. Dijumpai pula peningkatan pengeluaran protein,
biasanya ringan sampai sedang, namun preeklampsia merupakan penyebab terbesar sindrom
nefrotik pada kehamilan. 1
Penurunan hemodinamik ginjal dan peningkatan protein urin adalah bagian dari lesi
morfologi khusus yang melibatkan pembengkakan sel-sel intrakapiler glomerulus, yang
merupakan tanda khas patologi ginjal pada preeklampsia.1,5
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
7.
Paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru
normal, penurunan ini lebih erat hubungannya dengan wanita yang melahirkan BBLR. 1,6
2.6 KLASIFIKASI
Hipertensi dan proteinuria merupakan kriteria minimum untuk mendiagnosis
preeklampsi.Working Group of theNHBPEP( 2000 ) menggambarkan kriteria lebih lengkap
mengenai klasifikasi diagnostic preeklampsi, antara lain sebagai berikut :1,2
10
Disebut preeklampsia berat apabila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :1,2
pandangan kabur
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
Edema paru
Trombositopenia
Gangguan fungsi hati; peningkatan kadar SGOT/SGPT
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
2.7 PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penangan preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan
obstetrik. Penanganan obsterik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal,
yaitu sebalum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar
uterus.
Tujuan pengobatan PEB adalah : 1
1. Terminasi kehamilan dengan trauma seminimal mungkin terhadap ibu dan janin
2.
3.
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap
dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting
pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita
preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema
paru dan oligoria. Oleh karena itu monitoring cairan (melalui cairan atau
infus) dan output (melalui urine) menjadi sangat penting, dan dilakukan
asam. Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.5
Pemberian obat anti kejang, misalnya MgSO4 atau obat anti kejang yang lain
(diazepam, fenition). Pemberian magnesium sulfat lebih efktif dibandingkan
dengan fenitoin. Magnesium sulfat menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskuler.
Transmisi neuromuskuler membutuhkan kalsium pada sinaps, pada pemberian
magnesium sulfat magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran
rangsang tidak terjadi (terjadi inhibisi kompetitif antara ion kalsium dan
magnesium). Kadar kalsium darah yang tinggi dalam darah dapat menghambat
Diuretik tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka, diuretik yang dipakai adalah
furosemide. Pemberian diuretik dapat merugikan, yaitu memperberat
hipovolemia,
memperburuk
perfusi
uteroplasenta,
meningkatkan
janin.
Pemberian obat antihipertensi. Antihipertensi yang digunakan di Indonesia
adalah nifedipine sebagai antihipertensi lini pertama, dengan dosis awal 10-20
mg, diulangi tiap 30 menit bila perlu, dosis maksimum 120 mg per 24 jam.
Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasosilatasi sangat
cepat, sehingga hanya boleh diberikan per oral. Sebagai antihipertensi lini
kedua digunakan sodium nitropruside dengan dosis 0,25 mikrogram
i.v/kg/menit diberikan per infuse, ditingkatkan 0,25 mikrogram i.v/kg/5 menit,
atau diazokside 30 -60 mg iv/ 5 menit atau infus 10 mg/menit di titrasi. Jenis
obat anti hipertensi yang masih dalam penelitian antara lain calcium channel
13
laboratorik memburuk
Diduga terjadi solusio plasenta
Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
Janin:
Laboratorik:
dengan cepat.
2. Konservatif (ekspektatif), berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan
dengan pemberian medikamentosa. Indikasi perawatan konservatif ialah bila
kehamilan preterm < 34 minggu tanpa disertai tanda tanda impending eklampsia
dengan keadaan janin baik. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap
kehamilannya hanya observasi dan evaluasi saja sama seperti perawatan aktif,
kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai
tanda tanda preeklampsia ringan, selambat lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila
setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai kegagalan
pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi. Penderita boleh dipulangkan
bila kembali ke gejala gejala preeklampsia ringan.
Untuk penanganan sindrom HELLP pada dasarnya sama dengan pengobatan pada
preeklampsia eklampsia berat, ditambah dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi yang
secara teoritis dapat berguna untuk meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan
dengan memberikan temporarisasi singkat dari status klinis maternal dan dapat meningkatkan
14
jumlah trombosit dan mempertahankannya secara konvensional agar dapat dilakukan anestesi
regional untuk persalinan vaginal maupun abdominal.1
Dosis yang digunakan untuk antepartum adalah dexametasone 2 x 10 mg sampai
persalinan. Sedangkan untuk post partum adalah 2 x 10 mg sebanyak 2 kali, dilanjutkan
dengan 2 x 5 mg sebanyak 2 kali, setelah itu dihentikan.1,5
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi terberat kematian pada ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi
hidup dari ibu yang menderita preeklampsia. Komplikasi yang biasa terjadi :1,5,7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Didahului tanda dan gejala yang tidak khas; malaise, lemah, nyeri kepala, mual,
muntah (mirip tanda dan gejala infeksi virus)
Tanda kerusakan atau disfungsi sel hepatosit; peningkatan ALT, AST, LDH
Trombositopenia
Klasifikasi Sindrom HELLP berdasarkan klasifikasi Mississipi:1,2
15
Parsial : Hanya satu atau dua dari ciri ciri di atas yang muncul
Penanganan sindrom HELLP pada dasarnya sama dengan pengobatan pada
preeklampsia eklampsia berat, ditambah dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi yang
secara teoritis dapat berguna untuk :5,9
1. Meningkatkan
angka
keberhasilan
induksi
persalinan
dengan
memberikan
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY, editors.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
18