Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tujuan
a. Tujuan Umum :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teknik pembutatan sediaan langsung
(direct preparat) kerokan kulit.
2. Mahasiswa dapat mengetahui metode kultur jamur.
b. Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan langsung kerokan kulit.
2. Mahasiswa dapat melakukan kultur jamur.
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dan mengetahui ada tidaknya jamur pada
sampel kerokan kulit.
II.
Metode
a. Pembuatan sediaan langsung dengan larutan KOH 10%
b. Pembuatan kultur jamur dilakukan dengan cara kultur aerob, dengan inkubasi pada suhu
ruang selama 7 hari.
III.
Prinsip
a. Larutan KOH 10% akan melisiskan kulit sehingga bila mengandung jamur di bawah
mikroskop akan terlihat hifa atau spora.
b. Bahan pemeriksaan (kerokan kulit) diambil dengan ose dan dipindahkan / digoreskan
IV.
b. Mikosis subkutan
Ini adalah infeksi yang mempengaruhi dermis dan jaringan bawah kulit
lainnya dari penderita. Infeksi ini umumnya terjadi ketika patogen menembus
dermis selama atau setelah trauma kulit. Lesi kemudian menyebar secara lokal
tanpa penetrasi lebih dalam. Namun, beberapa jamur dapat menyebabkan mikosis
dalam, terutama pada pasien dengan kelainan yang mendasari parah. Sebuah
contoh umum adalah mikosis subkutan Sporotrichosis, disebabkan oleh
Sporothrix
schenckii.
Chromomycosis,
phaeohyphomycosis,
milik
kelompok
pertama
meliputi
V.
blastomycosis,
histoplasmosis,
Cara Kerja
a. Teknik membuat kerokan kulit
1. Bagian kulit yang akan dikerok dihapus beberapa kali dengan kapas yang telah
dibasahi oleh alkohol.
2. Bagian kulit yang dikerok, sebaiknya bagian pinggir lesi yang aktif dan tertutup
dengan sisik.
3. Perlahan perlahan dikerok di bagian tersebut dengan menggunakan scalpel.
4. Kerokan kulit ditampung di dalam sebuah cawan petri, siap dipakai untuk bahan
pemeriksaan.
b. Teknik membuat sediaan langsung kerokan kulit
1. KOH 10% diteteskan pada objek glass
2. Ujung ose dibasahi dengan larutan KOH 10%, kemudian ditempelkan pada kerokan
kulit, sehingga kerokan tersebut menempel pada jarum ose
3. Kerokan kulit/ sisik diletakkan pada tetesan larutan KOH 10% kemudian ditutup
dengan kaca penutup
4. Dilewatkan beberapa kali diatas nyala api dan dibiarkan 10 menit
5. Diperiksa dibawah mikroskop dengan kondensor rendah, mula-mula objektif
pembesaran 10x untuk mencari bagian kulit yang akan diperiksa kemudian dengan
perbesaran lensa objektif 40x untuk mencari adanya hifa dan spora.
VII.
VIII.
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Untuk mengidentifikasi infeksi akibat jamur dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya :
1. Pemeriksaan langsung
2. Pembiakan atau kultur
3. Reaksi imunologis
4. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi
5. Pemeriksaan dengan sinar wood
Dalam praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan langsung dengan pembuatan sediaan
langsung. Sediaan langsung berfungsi untuk melihat apakah adanya infeksi jamur perlu
dibuat preparat langsung dari kerokan kulit, rambut, atau kuku.
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini berasal dari kerokan kulit dan kerokan
kuku. Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan di daerah luar dari lesi karena merupakan
area aktif pertumbuhan jamur. Setelah sampel diambil akan ditumbuhkan pada media PDA,
Pembuatan kultur murni jamur menggunakan media PDA (Potato Dextrosa Agar). Pada
media ini ditambahkan antibiotic untuk mencegah pertumbuhan bakteri sehingga jamur dapat
tumbuh dengan baik pada media. PDA terbuat dari kentang, dextrosa dan agar dimana setiap
komponen mengandung suatu zat tertentu yang mampu menunjang pertumbuhan jamur,
antara lain: (1) kentang (Potato) yang merupakan sumber karbohidrat yang mengandung
vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Fungsi kentang dalam penyusunan PDA adalah
mensuplai karbohidrat yang sangat diperlukan oleh jamur dalam pertumbuhannya, (2)
dekstrosa merupakan penyusun PDA yang sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur.
Dekstrosa merupakan gugusan gula, baik monosakarida maupun polisakarida. Dekstrosa
umumnya menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi dan unsur-unsur N, Na, Ca, dan K
yang berperan sebagai kofaktor enzim dalam pertumbuhan spora jamur,(3) agar yang
diperoleh dari tumbuhan berumbi yang menghasilkan glukosa. Agar merupakan polimer
sulfat yang sebagian besar terdiri atas D-galactosa, 3,6-anhidro-L-galactosa, dan asam Dglukoronik. Fungsi dari agar adalah untuk mengentalkan media sehingga mempermudah
dalam menumbuhkan dan mengisolasi jamur mikroskopis dan bagian-bagian jamur yang
lainnya.
Media PDA kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama kurang lebih 7 hari. Setelah ada
pertumbuhan jamur pada media kemudian dibuatkan preparat langsung. Diambil sampel
jamur yang tumbuh pada media PDA dengan ose steril kemudian dihomogenkan pada objek
glass yang telah terisi KOH. Sediaan ditambahkan dengan larutan KOH 10 40 % dengan
maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah 15
menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai menguap kemudian di lihat di
bawah mikroskop (Siregar, 2002).