Oleh :
Atikatsani Latifah
NIM 115070200111023
pertumbuhan),
yang
menyebabkan keadaan
B. ETIOLOGI
Ketoasidosis diabetikum di dasarkan oleh adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin diberikan dengan dosis yang kurang.
2. Ketika DM tipe I (diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)), berhenti atau
tertunda mendapat suntikan insulin, terutama jika ada infeksi atau stress., contohnya
: pneumonia, kolestisitis, iskemia usus dan apendisitis. Keadaan sakit dan infeksi
akan menyertai resistensi insulin. Sebagai respon terhadap stres fisik (atau
emosional), terjadi peningkatan hormon hormon stres yaitu glukagon, epinefrin,
norepinefrin, kotrisol dan hormon pertumbuhan. Hormon hormon ini akan
menigkatakan produksi glukosa oleh hati dan mengganggu penggunaan glukosa
dalam jaringan otot serta lemak dengan cara melawan kerja insulin. Jika kadar
insulin tidak meningkatkan dalam keadaan sakit atau infeksi, maka hipergikemia
yang terjadi dapat berlanjut menjadi ketoasidosis diabetik.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
(Brunner and Suddart, 2002)
C. PATOFISIOLOGI
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
juga. Di samping itu, produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor
ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang
berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Penderita
KAD yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq
natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asamasam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh
hati. Pada KAD terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah,
badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik.
Ambilan glukosa
Katabolisme protein
Intoleransi
Aktivitas
As.amino
Lipolisis
Kehilangan nitrogen
Glukoneogenesis
As. Lemak
bebas
Gliserol
Hiperglikemia
Ketogenesis
Risiko ketidakstabilan
kadar gula darah
Diuresis osmotik
Kehilangan cairan
Hiperosmolaritas
Ketonemia
Kehilangan elektrolit
melalui urine
PK: Hipokalemi
Ketonuria
PK: Hiponatremi
Penipisan volume
Ketoasidosis
Mual
Koma Diabetikum
Syok hipovolemik
Defisit volume
cairan
Nyeri akut
(abdomen)
Gangguan
persepsi
sensori: visual
Asidosis Metabolik
PK: Asidosis
metabolik
Hiperglikemia
pada
KAD
akan
menimbulkan
hiperosmolaritas
yang
Pasien dapat mengalami penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakit kepala.
3.
4.
Ketosis dan asidosis yang merupakan ciri khas KAD menimbulkan gejala
gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
5.
Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau manis seperti buah) sebagai akibat
dari meningkatnya kadar badan keton (asidosis metabolik)
6.
7.
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Pasien
dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya tergantung pada
osmolaritas plasma (konsentrasi partikel aktif-osmosis).
E. KOMPLIKASI
1. Penurunan filtrasi glomerulus:
BUN,
kreatinin serum,
glukosa darah,
kalium
serum.
2. Penurunan perfusi jaringan:
asidosis metabolik,
bikarbonat.
3. Kehilangan fosfat
4. Syok
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin
memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih (yang biasanya bergantung pada
derajat dehidrasi).
Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang rendah (0
15 mEq/L) dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah (10 30 mmHg)
2)
3)
b. Insulin diberikan melalui infus dengan kecepatan lambat tapi kontinu (mis: 5
unit/jam). Kadar glukosa harus diukur tiap jam. Dektrosa ditambahkan ke dalam
cairan infus bila kadar glukosa darah mencapai 250 300 mg/dl untuk
menghindari penurunan kadar glukosa darah yang terlalu cepat karena jika
penurunan glukosa darah teralalu cepat dapat menyebabkan edema cerebri.
Tabel 1. Algoritma Pemberian Infus Insulin IV (Trence te al., 2003)
Dosis Infus Insulin
KGD (mg/dl) Algoritme 1
Algoritme 2
Algoritme 3
< 60
Hipogikemia, harus diterapi dengan dekstrosa
60 70
0
0
0
70 109
0,2
0,5
1
110 119
0,5
1
2
120 149
1
1,5
3
150 179
1,5
2
4
180 209
2
3
5
210 239
2
4
6
240 269
3
5
8
270 299
3
6
10
300 329
4
7
12
330 - 359
4
8
14
> 360
6
12
16
Algoritme 4
0
1,5
3
5
7
9
12
16
20
24
28
28
Keterangan:
Perpindahan dari 1 algoritme ke algoritme yang lain:
1)
Naik ke algoritme yang lebih tinggi bila KGD (kadar gula darah)
masih di atas target KGD atau tidak turun 60 mg/dl dalam 1 jam.
2)
Turun ke algoritme yang lebih rendah bila dua kali pemeriksaan KGD
< 70 mg/dl.
Monitor pasien:
1)
2)
berturut (4x pemeriksaan), turunkan pemeriksaan tiap 2 jam selama 4 jam (2x
pemeriksaan) dan bila tetap stabil periksa KGD setiap 4 jam.
3)
Bila KGD telah stabil, setelah jam 10 malam dosis insulin dapat
diturunkan 50% sampai jam 6 pagi karena secara fisiologis sekresi insulin
mempunyai circardian diurnal.
Terapi hipoglikemia:
1)
2)
3)
plasma dan kelebihan natrium sehingga dengan infus insulin yang kontinu
biasanya sudah cukup untuk mengatasi keadaan asidosis pada KAD.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien KAD adalah:
1. Identitas pasien
2. Apakah terjadi pernafasan Kussmaul (dalam dan cepat)?
3. Apakah nafas bau aseton (seperti bau buah yang sudah masak)?
4. Apakah terjadi hipotensi orthostatik?
5. Apakah terjadi letargi/gelisah?
6. Apakah ada rasa mual, muntah, dan nyeri abdomen?
7. Bagaiamanakah hasil laboratorium yang terkait: pH darah, kadar bikarbonat
dan elektrolit darah dan keton urin?
B. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah
2. Defisit volume cairan
3. Intoleransi Aktivitas
4. Mual
5. Nyeri akut (abdomen)
6. Perfusi jaringan tidak efektif: cerebral
7. Gangguan persepsi sensori: visual
8. Kerusakan ventilasi spontan
9. Disfungsi respon penyapihan ventilator
10. PK: Hipokalemi
11. PK: Hiponatremi
12. PK: Asidosis metabolik
C. DISCHARGE PLANNING
1. Menyertakan hasil pemeriksaan selama di IRI.
2. Menginformasikan kepada keluarga dan pasien mengenai tindakan yang telah dilakukan
di IRI.
3. Menginformasikan kepada keluarga dan pasien mengenai kondisi penyakit saat ini dan
komplikasi yang menyertai.
4. Menginformasikan kepada keluarga dan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
di tempat pasien akan dipindah.
5. Menginformasikan tentang pola diet dan batasan makanan yang boleh dan tidak boleh
dikonsumsi.
6. Mengajarkan untuk mengenal gejala syok dan KAD serta akibatnya dan menganjurkan
untuk segera melapor ke pelayanan terdekat jika ada tanda bahaya.
7. Mengajarkan bagaimana untuk mencegah hiperglikemi dan hipoglikemi dan infomasikan
gejala-gejala yang muncul dari keduanya.
D. RENCANA KEPERAWATAN
N
o
1.
Diagnosis Keperawatan
Risiko ketidakstabilan kadar gula darah
Definisi: risiko variasi level gula darah dari
rentang normal
Faktor risiko:
- Kurangnya pengetahuan tentang
manajemen DM
- Tingkat perkembangan
- Intake diet
- Monitoring gula darah yang tidak
adekuat
- Kurangnya penerimaan
terhadapdiagnosis (denial)
- Kurang komitmen untuk manajemen
DM
- Kurangnya manajemen DM
- Manajemen medikasi
- Status kesehatan mental
- Tingkat aktivitas fisik
- Status kesehatan fisik
- Kehamilan
- Periode pertumbuhan yang cepat
- Stress
- Penambahan berat badan/penurunan
berat badan
Data Subyektif :
- Keluhan terkait tanda hipoglikemia:
merasa mengantuk, bingung.
- Pengetahuan tentang manajemen gula
darah: .......
- Stress
Intervensi
Manajemen hipoglikemia
1. Identifikasi faktor risiko pasien mengalami
hipoglikemi
2. Pertahankan akses intravena dan berikan dekstrose
secara IV
3. Berikan glukagon, k/p
4. Pertahankan kepatenan jalan napas dan cegah
terjadinya cedera
5. Rekomendasikan perubahan pengobatan untuk
mencegah hipoglikemi (misal, pengurangan insulin saat
NPO)
6. Instruksikan pada pasien dan keluarga tentang
pencegahan, deteksi, dan penangannan hipoglikemi
7. Instruksikan pada pasien dan keluarga tentang
penggunaan dan pemberian glukagon
8. Dorong monitoring kadar gula darah secara mandiri
9. Monitor kadar gula darah secara teratur
10. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi (pucat,
diaphoresis, takikardi, palpitasi, perasaan lapar,
parasthesia, menggigil, ketidakmampuan
berkonsentrasi, konfusi, bicara tidak jelas, perilaku
irasional atau tak terkontrol, pandangan kabur,
somnolen, ketidakmampuan bangun dari tidur, atau
kejang)
11. Kolaborasi pada dokter jika tanda hipoglikemi
menetap atau memburuk
Manajemen hiperglikemia
1. Monitor kadar gula darah sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (poliuria,
polidipsi, polifagi, kelemahan, letargi, malaise,
pandangan kabur, sakit kepala)
Keseimbangan cairan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama keseimbangan cairan pasien
membaik dengan kriteria hasil:
- Tekanan darah dbn, Tidak ada hipotensi
orthostatic
- Nadi perifer terukur,
- Keseimbangan intake dan output cairan
dalam 24 jam,
- BB pasien stabil
- Hidrasi kulit baik
- Membran mukosa lembab
- Keseimbangan elektrolit
- Hematokrit dbn
Hidrasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama hidrasi pasien membaik dengan
kriteria hasil:
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dbn
- Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
Intoleransi aktivitas
Definisi: Suatu keadaan seorang individu
yang tidak cukup mempunyai energi
fisiologis atau psikologis untuk bertahan
atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas
sehari-hari yang diinginkan.
Berhubungan dengan:
- Tirah baring atau imobilisasi
- Kelemahan menyeluruh
- Ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan
- Gaya hidup monoton
Data subyektif
- Melaporkan secara verbal adanya
kelelahan atau kelemahan.
- Adanya dispneu atau ketidaknyamanan
saat beraktivitas.
Data obyektif
- Respon abnormal dari tekanan darah
atau nadi terhadap aktifitas
- Perubahan EKG: aritmia, iskemia
2. Pelihara akses IV
3. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
6. Monitor berat badan pasien
7. Dorong pasien untuk menambah intake oral
8. Monitor pemberian cairan IV dan monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan volume cairan
9. Monitor adanya tanda gagal ginjal
Manajemen energi
1. Instruksikan pada klien untuk mencatat tandatanda dan gejala kelelahan.
2. Ajarkan teknik dan manajemen aktifitas untuk
mencegah kelelahan.
3. Jelaskan pada klien hubungan kelelahan dengan
proses penyakit.
4. Dorong klien dan keluarga untuk
mengekspresikan perasaannya.
5. Catat aktifitas yang dapat meningkatkan
kelelahan.
6. Ajurkan klien untuk meningkatkan relaksasi
(membaca, mendengarkan musik).
7. Tingkatkan pembatasan dengan bedrest.
8. Batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi
relaksasi.
9. Monitor respon kardiorespirasi terhadap
aktifitas (takikardi, disritmia, dispneau, diaforesis,
pucat, tekanan hemodinamik, dan jumlah respirasi)
10.
Monitor dan catat pola dan lama tidur.
11.
Monitor lokasi ketidak nyamanan atau
nyeri selama bergerak dan aktifitas.
12.
Monitor intake nutrisi.
13.
Monitor pemberian dan dan efek
Nausea
Definisi:
Pengalaman
yang
tidak
menyenangkan
pada
tenggorokan,
epigastrium, dan sampai pada lambung, yang
dapat atau tidak dapat menyebabkan muntah.
Berhubungan dengan
- Pengobatan: iritasi gaster, distensi
gaster, obat kemoterapi, toksin
- Biofisika: gangguan biokimia (KAD,
Uremia), nyeri jantung, tumor
intraabdominal, penyakit
oesofagus/pankreas, iritasi gaster,
distensi gaster, peningkatan TIK,
nyeri, tumor terlokalisir, penyakit
pankreas, toksin)
- Situasional: nyeri, takut, cemas, bau
dan rasa yang menyengat, stimulasi
visual tak menyenangkan, faktor
psikologis.
Data subyektif
- Hipersalivasi
- Penigkatan reflek menelan
- Menyatakan mual/sakit perut
- Rasa hambar di mulut
Level kenyamanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama tingkat kenyamanan pasien
meningkat, dengan kriteri hasil:
- Klien melaporkan sehat
- Klien menyatakan kepuasan pada kontrol
gejala
- Menunjukkan kepuasan dengan kontrol
nyeri
Status nutrisi: asupan makanan dan
minuman
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama .. status nutrisi: asupan makanan
dan minuman pasien meningkat, dengan
kriteri hasil:
- Klien menunjukkan keadekuatan dalam
asupan nutrisis oral asupan nutrisi melalui
selang,asupan cairan, dan parenteral
waktu luang
7. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
8. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
9. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
10.
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
Manajemen lingkungan: kenyamanan
1. Cegah yang tidak penting dan anjurkan pasien
untuk beristirahat
2. Tentukan sumber ketidaknyamanan
3. Sediakan tempat tidur yang bersih
4. Posisikan pasien untuk memberikan kenyamanan
Manajemen nutrisi
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Tingkatkan konsumsi protein dan vitamin C
3. Berikan substansi gula
4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
6. Kaji kemampuan pasien mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
8. Anjurkan pasien makan makanan selagi hangat.
9. Anjurkan pasien menghindari bau-bauan
menyengat.
10. Kolaborasi pemberian antiemetik
Data obyektif
-
Nyeri akut
Definisi :
- Pengalaman emosional dan sensori yang
tidak menyenangkan yang muncul dari
kerusakan jaringan secara actual atau
potensial atau menunjukkan adanya
kerusakan
- Serangan mendadak atau perlahan dari
intensitas ringan sampai berat yang dapat
diantisipasi atau diprediksi, durasi nyeri
kurang dari 6 bulan
Berhubungan dengan:
- Agen injuri fisik
- Agen injuri biologi
- Agen injuri kimia
- Agen injuri psikologis
Data subyektif
- Laporan secara verbal
Data obyektif
- Posisi untuk menahan nyeri
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, menyeringai)
- Perubahan otonomik dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh: gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah
- Perubahan dalam nafsu makan/minum
- Fokus menyempit (penurunan persepsi
waktu,
penurunan interaksi dengan
lingkungan)
Kontrol nyeri
Manajemen nyeri
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
1. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap nyeri
selama ...... klien dapat mengontrol nyeri
(PQRST),
observasi
tanda
nonverbal
adanya
dengan kriteria hasil:
ketidaknyamanan.
- Klien mengenali faktor penyebab nyeri
2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
- Klien mengenali lamanya (onset) nyeri
mengetahui pengalaman nyeri
3. Kaji latar belakang budaya yang mempengaruhi
- Klien mampu menggunakan metode
nonfarmakologik untuk mengurangi nyeri
respon nyeri.
4. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup
- Klien menggunakan analgetik sesuai
kebutuhan
(ex: tidur, selera makan, aktivitas, kognisi, mood, dll)
- Klien melaporkan nyeri terkontrol
5. Sediakan informasi tentang nyeri, misalnya
- Klien melaporkan skala nyeri berkurang
penyebab, onset dan durasi nyeri, antisipasi
ketidaknyamanan karena prosedur tertentu.
- Klien
melaporkan
frekuensi
nyeri
berkurang
6. Kontrol
faktor
lingkungan
yang
dapat
Tingkat kenyamanan
mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
(ex: suhu ruang, kebisingan, cahaya).
selama ..... kenyamanan klien meningkat
7. Ajarkan teknik nonfarmakologi (ex: biofeedback,
dengan kriteria hasil:
TENS, hipnosis, relaksasi, guided imagery, terapi
- Ekspresi wajah, postur tubuh rilek
musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas,
- Klien melaporkan kenyamanan
acupressure, aplikasi panas/dingin, dan massage/pijat).
- Klien mengekpresikan kepuasan dengan
8. Tingkatkan istirahat dan tidur.
control nyeri
9. Monitor kepuasan pasien dengan manajemen nyeri
yang dilakukan.
10. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
11. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
12. Evaluasi efektivitas intervensi.
13. Kolaborasikan pemberian analgetik.
Status neurologis
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
...........status neurologis pasien
membaik dengan kriteria hasil:
- Fungsi neurologis (sadar)
- Fungsi neurologis: fungsi kontrol
motor/sensori
- Tekanan intrakranial dbn
- Komunikasi jelas
- Besar dan respon pupil normal
- TTV dbn
- Tidak ada nyeri kepala
Perfusi jaringan serebral efektif
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
......... perfusi jaringan cerebral
pasien membaik dengan kriteria hasil:
- Fungsi neurologis (sadar)
- Pupil seimbang dan reaktif
- Bebas dari aktivitas kejang, mual dan
muntah, gelisah,
- Tidak mengalami nyeri kepala
- Tidak ada pingsan
- TIK dalam batas normal
- Tidak terjadi bising carotid
Bantuan ventilasi
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien
2. Posisikan pasien untuk mengatasi sesak nafas
3. Bantu perubahan posisi dengan tepat
4. Posisikan pasien untuk memperingan nafas
5. Monitor efek perubahan posisi terhadap oksigenasi
(AGD, SaO2, SvO2, tidal akhir CO2, A-aDO2)
6. Anjurkan untuk nafas dalam
Data subyektif
- Mengekspresikan perasaan peningkatan
kebutuhan oksigen
Data obyektif
- Dispnea
- Peningkatan laju metabolik
- Peningkatan pCO2
- Kegelisahan meningkat
- Irama jantung meningkat
- Tidal volume menurun
- Penurunan pCO2
- Penurunan kooperasi
- Aprehensi/cemas
- Penurunan SaO2
- Peningkatan penggunaan otot bantu
napas
Disfungsi Respon Penyapihan Ventilatori
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengatur
tingkat terendah dari dukungan ventilator
mekanik
yang
mengganggu
dan
memperpanjang proses penyapihan.
Berhubungan dengan:
Psikologi
- Pasien merasakan tidak nyaman dalam
kemampuan penyapihan
- Tak berdaya
- Cemas: berat, sedang
- Kurang pengetahuan mengenai proses
penyapihan, peran pasien
- Putus asa
- Takut
- Penurunan motivasi
- Penurunan harga diri
- Kepercayaan terhadap perawat tidak
mencukupi
dan teratur
Fungsi otot pernafasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
. fungsi otot pernafasan pasien
membaik dengan kriteria hasil:
- Tidak ada kelelahan otot pernafasan
Vital sign
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
. Tanda-tanda vital pasien membaik
dengan kriteria hasil:
- Tanda vital dalam batas normal
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Situasional
- Masalah atau episodik kebutuhan energi
tak terkontrol
- Riwayat usaha penyapihan multipel tak
berhasil
- Lingkungan yang kurang baik (berisik,
lingkungan aktif, kejadian negatif di
ruangan, rasio perawat-pasien kurang,
tidak ada perawat ahli, staf perawat tidak
bersahabat)
- Riwayat ketergantungan ventilator lebih
dari 4 hari-1minggu
- Selang dalam menurunkan dukungan
ventilator tidak sesuai
- Dukungan sosial tidak adekuat
Fisiologis
- Nutrisi tidak adekuat
- Gangguan pola tidur
- Nyeri tidak terkontrol
- Bersihan jalan napas tidak efektif
Data subyektif
- Mengekspresikan perasaan peningkatan
kebutuhan oksigen
Data obyektif
Berat
- AGD memburuk dari batas normal
- Peningkatan frekuensi napas signifikan
dari batas normal
- Peningkatan tekanan darah dari batas
normal (20 mmHg)
- Pernapasan abdominal paradox
- Agitasi
- Peningkatan nadi dari batas normal
- Suara napas tambahan, terdengar adanya
11.
Konsultasikan dengan profesi kesehatan
yang lain mengenai metode penyapihan yang tepat.
12.
Lakukan penyapihan pada waktu yang
tepat, pada saat pasien memiliki energi yang baik dan
setelah istirahat.
10
11
PK : Hiponatremia
12
PK : Asidosis metabolik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Pantau tanda tanda hipokalemia (reflek tendon dalam
perawat akan menangani atau mengurangi
hilang atau menurun, kelemahan atau paralisis flaksid,
hipoventilasi, perubahan tingkat kesadaran, poliuria,
episode ketidakseimbangan elektrolit, dengan
hipotensi, ileus paralitik, perubahan EKG: ada
kriteria hasil:
gelombang
U,
gelombang
T
datar/menurun,
- Tidak ada tanda-tanda hipokalemia
ketidakseimbangan irama, dan interval QT memanjang,
- Pemeriksaan EKG normal, tidak ada ST
mual muntah, anoreksia.
elevasi atau Q patologi
2.
Dorong klien meningkatkan masukan makanan kaya
- Tanda-tanda vital dbn
kalium
- Nilai laboratorium terkait normal
3. Pantau TTV
4. Pantau hasil laboratorium
5. Jika pengobatan kalium diberikan secara parenteral
(dengan diencerkan), pada dewasa tidak boleh lebih dari
20 mEq/jam. Pantau kadar kalium serum selama terapi
dan pantau bagian tubuh tempat insersi infus terhadap
infiltrasi karena kalium sangat tajam terhadap jaringan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Pantau tanda dan gejala hiponatremia (letargi sampai
perawat akan menangani atau mengurangi
koma, sakit kepala, kelemahan, nyeri abdomen, otot episode ketidakseimbangan elektrolit, dengan
otot kedutan atau kejang, mual, muntah, mual, diare.
kriteria hasil:
2. Kolaborasi pemberian cairan NaCl secara IV dan jangan
- Tidak ada tanda-tanda hiponatremia
diteruskan dengan pemberian diuretik.
3. Pantau TTV
- Tanda-tanda vital dbn
- Nilai laboratorium terkait normal
4. Pantau hasil laboratorium
5. Pantau masukan nutrisi dan BB
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, 1. Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik
perawat akan menangani atau mengurangi
a. pernafasan cepat dan lambat
episode asidosis dengan kriteria hasil:
b. sakit kepala
- Tidak ada tanda-tanda asidosis metabolik
c. mual dan muntah
- Tanda-tanda vital dbn
d. bikarbonat plasma dan pH arteri darah rendah
- Nilai laboratorium (AGD, elektrolit)
e. perubahan tingkah laku, mengantuk
terkait normal
f. kalsium serum meningkat
g. klorida serum meningkat
h. penurunan HCO3
i. PCO2 kurang dari 35-45 mmHg
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL.. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan).
Bandung.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Carpenito, L.J.. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. EGC: Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3. EGC: Jakarta.
Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik edisi VI, volume I. EGC:
Jakarta.
NANDA, 2007-2008, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia: USA
University IOWA., NIC and NOC Project.. 2004. Nursing Intervention Classifications,
Philadelphia: USA.
University IOWA., NIC and NOC Project.. 2004. Nursing Outcome Classifications,
Philadelphia: USA.