Anda di halaman 1dari 4

TUGAS HUKUM ADAT

OLEH :
AYU INTAN PRAMITHA
1416051139

FAKULTAS HUKUM PROGRAM EKSTENSI


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2015-2016

Pengaruh Kaedah Agama terhadap pembentukan Hukum Adat


Sebenarnya agama dan budaya sangat berhubungan erat terutama dalam proses
pembentukan adat yang senantiasa berbaur menjadi satu. Dan hal ini menyebabkan
agama dan budaya sulit untuk dipisahkan dan telah satu persatu, karena agama
merupakan unsur kebudayaan.
Hubungan Hukum Adat dengan kebudayaan :
-Hukum Adat bagian dari kebudayaan ,yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
-Hukum Adat adalah suatu segi kebudayaan Indonesia adalah pancaran dari jiwa dan
struktur masyarakat indonesia.
-Hukum Adat senantiasa tumbuh dari kebutuhan hidup yang nyata,cara hidup yang
keseluruhannya merupakan kebudayaan tempat hukum adat itu berlaku.
Proses masuknya agama kedalam budaya bisa saja melalui adat yang digunakan,agama
tidak digunakan. Ada dua teori tentang kaitan hukum adat dengan kaedah agama yang
lazim dikenal yaitu :
1.Teori Receptio in Complexu (van den Berg) bahwa hukum adat suatu masyarakat
tertentu adalah hukum adgama yang dipeluknya.
2.Teori Receptie yaitu Hukum Agama akan masuk kalau hukum adat
menghendakinya. Jadi kalau hukum adat tidak menghendakinya maka hukum adat
tidak digunakan.
Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan adalah hukum adat yang dilihat dari sudut
pandang nilai, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial yang
religious yang didapat seseorang dengan eksistensinya sebagai anggota masyarakat.
Hukum Adat sebagai aspek kehidupan dab budaya bangsa indonesia karena
stukturkejiwaan dan cara berfikir bangsa Indonesia tercermin dari Hukum Adat itu
sendiri.
Menurut Van Den Berg dengan teorinya yang terkenal dengan istilah receptio in
complexu yang berarti bahwa hukum adat yang dianut dalam masyarakat adalah
keseluruhan hukum agama yang dianutnya jadi maksud teori Van Den Berg disini adalah
hukum/kaedah sama dengan hukum adat. Seperti di masyarakat muslim di jawa pasti
menggunakan hukum/kaedah agamanya sebagai hukum adat, Sehingga dalam hal ini
agama sebagai unsur sebagai kebudayaan mempengaruhi setiap bidang kehidupan
manusia secara keseluruhan dan menjadiunsur kebudayaan.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawina bersifat universal bagi seluruh
warga negara Indonesia. Meskipun demikian UU Perkawinan juga bersifat deferensial,

karena sahnya perkawinan apabila dilakukan menurut hukum masing-masing hukum


agama yang dipeluknya.
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita
untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa sebagai negara yang berdasarkan Pancasila , dimana sila yang pertama adalah
Ketuhanan yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali
dengan agama atau kerohanian. Sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur
lahir/jasmani, tetapi unsur batin/rohani juga mempunyai peran yang penting.
Perkawinan berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa adalah Perkawinan berdasarkan
Agama,berdasarkan pasal 29 ayat (1) UUd 1945 maka pengertian berdasarkan pasal 1
UU No.1 Tahun 1974 dapat di tafsirkan sebagai beriukut:
1. Di dalam Negara Republik Indonesia boleh terjadi atau tidak boleh berlaku
Hukum Perkawinan yang bertentangan dengan kaedah-kaedah islam bagi orangorang islam atau Hukum Perkawinan yang bertentangan dengan kaedah-kaedah
nasrani bagi umat nasrani/hukum perkawinan yang bertentangan dengan kaedahkaedah Hindu bagi umat hindu.
2. Negara Republik Indonesia wajib menjalankan syariat atau hukum perkawinan
islam bagi umat islam.
sekarang hukum itu suatu himpunan kaidah-kaidah yang bertujuan mempertahankan tata
tertib masyarakat, terdapat juga dalam agama, kebiasaan, adat istiadat dalam masyarakat
dan dalam kesusilaan. Kesusilaan merupakan semua kaidah yang ada dalam pergaulan
masyarakat yang tidak merupakan hukum, kebiasaan atau agama.
Kaidah hukum dapat juga dipengaruhi oleh kebiasaan atau adat. Kebiasaan itu lamakelamaan menjadi hukum dan adat itu lama kelamaan menjadi hukum adat. Terutama
bagi Indonesia kebiasaan dan adat merupakan faktor yang sangat penting untuk
pembentukan hukum sering kali kaidah kesusilaan juga lebih kuat dari pada kaidah
hukum. Dengan kata lain pelanggaran kaidah kesusilaan dirasa oleh pelanggar lebih
pedih dari pelanggaran kaidah hukum.
Lama-kelamaan perkawinan dengan satu perempuan di Indonesia dianggap menjadi
kebiasaan tetap, walaupun agama Islam mengakui poligami. Lama-kelamaan monogami
dianggap kesusilaan umum (yang diperkuat oleh agama). Di dunia Barat hal ini sudah
dimasukkan dalam peraturan perundang-undangan (pasal 27 KUH Perdata). Hidup

bersama yang tidak sah dengan seorang perempuan, oleh masyarakat sudah dari jaman
kuno dianggap tidak pantas. Acap kali perbuatan semacam itu terasa oleh laki-laki yang
bersangkutan sebagai suatu rintangan untuk naik pangkat. Kadang-kadang hukuman yang
dijatuhkan oleh masyarakat kepada seseorang yang bertindak kurang ajar lebih berat
rasanya dari pada sesuatu hukuman yang dijatuhkan oleh seorang hakim padanya.

Anda mungkin juga menyukai