Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Pembuatan Benih Bersertifikat Tanaman Perkebunan


Produksi Jagung Hibrida
Dosen: Rosmadelina Purba

1.
2.
3.
4.
5.

Andri Wahyudi
Dwi Kasiani
Suhendro
Doli Pramana M
Desi Veronika S

Disusun Oleh:
Npm: 13 302 0092
Npm: 13302 0084
Npm: 13 302 0022
Npm: 13 302 0088
Npm: 13 302 0028

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
2013

Kata Pengantar

Puji syukur saya pajatkan kehadirat Allah SWT., karena atas


limpahan nikmat-Nya penyusunan laporan ini dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam semoga tercurah limpah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW., keluarganya, para sahabatnya dan semoga syafaatnya
sampai kepada kita. Amin
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan
hewan.Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua
terpenting setelah padi. Di Daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan
sebagai makanan pokok.
Semoga makalah yang dibuat dapat bermanfaat meski dalam
penulisan atau pembahasan masih jauh dari kesempurnaan bagi pembaca
maupun pendengar.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung Zea mays L. Merupakan tanaman berumah satu Monoecious
dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu
tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik
pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan hasil.Daun tanaman C4
sebagai agen penghasil fotosintat yang kemudian didistribusikan, memiliki
sel-sel seludang pelbuluh yang mengandung klorofil. Di dalam sel ini
terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang
kemudian memasukki siklus calvin membentuk pati dan sukrosa. Di tinjau
dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi pada terbatasnya
banyak faktor seperti intensitas radiasai surya tinggi dengan suhu siang
dan malam yang tinggi, curah hujan yang rendah dengan cahaya
musiman tinggi disertai suhu yang tinggi, serta kesuburan tanah yang
relatif rendah. Sifat-sifat menguntungkan dari jagung sebagai tanaman
C4 antara lain aktifitas fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi,
fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah serta efisien dalam
penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan
anatomis yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil.
Kedudukan tanaman jagung dalam taksonomi adalah:
Ordo
: Tripsaceae
Famili
: Poaceae
Sub-famili
: Panicoideae
Genus
: Zae
Spesies
: Zea Mays L.
Tanaman Jagung telah lama dibudidayakan di Indonesia, akan tetapi
rata-rata hasilnya relatif lebih rendah, rendahnya hasil jagung terutama
disebabkan oleh pengelolaan tanah dan tanaman yang belum mencapai
kondisi optimal bagi pertumbuhannya, seperti pemupukan yang belum
memadai dan kondisi lahan yang bersifat masam.
Telah diketahui produksi benih tanaman jagung dapat dipengaruhi oleh
lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan, varietas ditanam.Lahan
sebagai tempat tumbuh tanaman perlu mendapatkan perhatian yang
seksama.Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat
diberikan melalui pemupukan. Takaran, cara dan waktu pemupukan yang
tepat dan disertai oleh pengolahan tanah yang baik, dapat membantu
meningkatkan ketersediaan hara yang diperlukan dan akan memberikan
hasil jagung yang lebih tinggi. Pemupukan yang tepat, berbeda
tergantung dari kesuburan dan jenis tanahnya. Bagi lahan-lahan yang
bersifat masam, ketersediaan P dapat ditingkatkan melalui pengapuran

Populasi tanaman juga merupakan salah satu faktor yang dapat


menentukan produksi tanaman. Populasi tanaman atau jarak tanam erat
hubungannya dengan umur varietas jagung yang ditanam.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara memproduksi benih jagung yang baik?
Hal-hal apa saja yang harus di penuhi dalam produksi benih jagung?
Faktor apa saja yang mempengaruhi produksi benih jagung?
1.3 Tujuan
Mengetahui Bagaimana cara memproduksi benih jagung yang baik
Mengetahui Hal-hal apa saja yang harus di penuhi dalam produksi benih
jagung
Mengetahui apa saja yang mempengaruhi produksi benih jagung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam periode simpan terdapat perbedaan antara benih yang kuat
dan benih yang lemah.Karena periode simpan merupakan fungsi dari
waktu maka perbedaan antara benih yang kuat dan lemah terletak pada
kemampuannya untuk dimakan waktu (Sadjad, 1976). Seperti kehidupan
lainnya, benih juga mempunyai umur (jangkauan umur) artinya bahwa
suatu ketika benih juga akan mati. Dengan demikian amat penting untuk
mengetahui berapa lama benih dapat disimpan sebelum digunakan.
Seringkali umur benih dikaikan dengan daya simpan benih (Kuswanto,
1996)
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik
dan faktor fisik (geneticandphysicalfaktors). Yang dimaksud dengan faktor
genetik ialah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good
genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit,
responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan yang
dimaksud dengan faktor fisik ialah benih bermutu tinggi yang meliputi
kemurnian (high purity), persen perkecambahan tinggi (high viability and
vigor), bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insek,
kadar air (moisture content of seed) rendah yaitu 12-14 persen untuk
benih serealia dan kedele (Kamil,1982).
Penyimpanan benih ortodoks seperti jagung terletak pada
pengaturan kadarair dan suhu ruang simpan. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian yang dikemukakan oleh Harrington (1972) dan Delouche
(1990). Namun demikian, suhu hanya berperan nyata pada kondisi kadar
air di mana sel-sel pada benih memiliki air aktif (water activity) yang
memungkinkan proses metabolisme dapat berlangsung. Proses
metabolisme meningkat dengan meningkatnya kadar air benih, dan
dipercepat dengan meningkatnya suhu ruang simpan. Peningkatan
metabolisme benih menyebabkan kemunduran benih lebih cepat (Justice
and Bass 1979).
Benih orthodox tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan
yang rendah, yaitu pada suhu 0 5o C dengan kadar air benih 57%.
Dalam kondisi penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan
mampu disimpan sampai beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air
benih pada kebanyakan benih orthodox sekitar 610%. Benih orthodox
banyak ditemukan pada zona arid, semi arid dan pada daerah dengan
iklim basah, di samping itu juga ada yang ditemukan pada zona tropis
dataran tinggi.Benih recalsitrant didefinisikan sebagai benih yang tidak
tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, kecuali
untuk beberapa species temperaterecalcitrant (Schmidt, 2000).
Secara praktis, benih ortodoks dapat disimpan pada suhu kamar
(28oC) atau ruang sejuk (12oC), bergantung pada lama penyimpanan dan

kadar air benih yang akan disimpan. Apabila daya berkecambah benih
dipertahankan diatas 80% (sesuai standar daya berkecambah), maka
kadar air benih harus 12% (dapat dicapai melalui pengeringan dengan
sinar matahari pada musim kemarau) agar daya berkecambah benih
masih dapat dipertahankan sampai 10 bulan penyimpanan pada suhu
kamar (28oC). Kalau kadar air benih dapat diturunkan hingga 10%, daya
berkecambah benih dapatdipertahankan sampai 14 bulan, dan lebih dari
14 bulan kalau kadar air benih pada saat disimpan 8%. Daya
berkecambah benih setelah penyimpanan 14 bulan masih tinggi (89,3%).
Di lain pihak, pada kadar air 14%, benih hanya tahan disimpan selama
delapan bulan, dan pada kadarair 16% hanya tahan disimpan sampai
empat bulan (Azrai dkk, 2003)
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik
dan faktor fisik (geneticandphysicalfaktors). Yang dimaksud dengan faktor
genetik ialah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good
genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit,
responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan yang
dimaksud dengan faktor fisik ialah benih bermutu tinggi yang meliputi
kemurnian (high purity), persen perkecambahan tinggi (high viability and
vigor), bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insek,
kadar air (moisture content of seed) rendah yaitu 12-14 persen untuk
benih serealia dan kedele (Kamil,1982).
Meskipun tipe ortodoks dan rekalsitran relatif jelas perbedaannya,
daya tahan benih untuk bertahan pada saat penyimpanan meliputi variasi
yang luas, dari yang sangat rekalsitran, intermediate sampai ortodoks
(Schmdit, 2000). Pada umumnya semakin lama benih disimpan maka
viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih
merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat
perubahan yang diberikan kepada benih (Widodo, 1991).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Budidaya Tanaman Jagung
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting
setelah padi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pula, jagung
biasanya digunakan sebagai pakan dan bahan industri.Berbagai usaha
telah dilakukan untuk meningkatkan produksi benih jagung nasional dan
tampaknya telah membawa hasil yang nyata.
3.1.1 Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian
dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan
angin.Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari
cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila
tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang.
Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 27 C.
3.1.2 Kondisi Lahan
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di
tanah tegalan, sawah tadah hujan dan beriirigasi serta sebagian kecil di
tanam di dataran tinggi. Tanaman jagung umumnya ditanam pada akhir
musim hujan (oktober-nopember) dan menjelang musim kemarau.Tanah
yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini
memerlukan aerasi dan drainase yang baik.
Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan
pengelolaan yang baik.Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah
yang terbaik untuk pertumbuhan.Tanah-tanah dengan tekstur berat masih
dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah di
kerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air dalam
tanah berada dalam kondisi baik.Kemasaman tanah biasanya erat sekali
hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman.
Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung
berkisar antara 5,6 7,5 (Aldrich, dkk. 1975)
3.1.3 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung sehingga perakaran
tanaman dapat berkembang dengan baik.Dengan demikian absorbsi hara
oleh tanaman berada dalam kondisi optimal.Pengolahan tanah diusahakan
agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik.Pada tanah-tanah
bertekstur berat,
pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara intensif untuk
mendapatkan drainase dan aerasi tanah yang dapat menunjang

pertumbuhan tanaman jagung. Untuk menghemat tenaga dan waktu serta


memanfaatkan air tersedia dalam tanah, pengolahan tanah secara
minimum dapat dilakukan terutama pada tanah bertekstur ringan.
Pengolahan tanah secara minimum yaitu dengan merotor atau
mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami selebar 40 cm, pada
tanah bertekstur ringan tidak memberikan perbedaan hasil yang berarti
bila dibandingkan dengan pengolahan tanah secara sempurna/seluruh
permukaan tanah.
Setelah pertanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu lalu
dilakukan pembumbunan.Pembumbunan, disamping untuk memperbaiki
drainase dan aerasi tanah, juga dimaksudkan sekaligus untuk mengurangi
gulma yang ada pertanaman jagung.Pembumbunan ini nyata dapat
meningkatkan hasil biji jagung. Pembumbunan yang dilakukan pada
pertanaman jagung semula tanahnya hanya diolah pada bagian yang
akan ditanami saja dan pembumbumbunan juga dapat meningkatkan
hasil produksi.
3.2 Pertumbuhan Tanaman Jagung
Kira-kira 4-6 hari jagung di tanam, tanaman akan muncul di atas
permukaan tanah bila kondisi tanah cukup lembab. Laju pertumbuhan
tinggi tanaman pada fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan
tumbuh dengan cepat setelah tanaman berumur 4 minggu. Sistem
perakaran jagung berkembang dengan cepat pada saat tanaman berdaun
5-7 helai.
Selanjutnya setelah berumur 7 9 minggu, terjadi pembungaan lalu
rambut
tongkol
muncul
dan
selanjutnya
penyerbukan
mulai
langsung.Umumnya tongkol jagung tumbuh dari ruas 6 8 dibawah bunga
jantan.Pada fase pembungaan ini biasanya akar cabang (brace root)
tumbuh darii ruas bagian bawah dekat tanah.Akar cabang ini selain
berguna untuk menunjang atau menompang tanaman agar tidak mudah
rebah juga dapat mengabsorbsi hara tanaman (Aldrich, dkk. 1975).
Setelah penyerbukan berlangsung, biji mulai berbentuk dan
perkembang.Pada fase pertumbuhan ini akumulasi bahan kering
meningkat hingga menjelang panen dan peningkatan ini hanya untuk
pengisian biji.Kemudian tongkol jagung dapat di panen bila kelobot
terlihat berwarna kuning dan telah kering.Bila klobot dikupas terdapat biji
jagung yang mengkilat dan jika ditusuk dengan kuku ibu jari tidak nampak
bekasnya.
Pada saat panen ini kadar air biji berkisar antara 30 35 %. Sebagai
indikator lain untuk mengetahui masaknnya biji adalah adanya lapisan
hitam yang terdapat pada ujung biji jagung yang melekat pada tongkol
(janggel). Adanya lapisan hitam tersebut menunjukkan bahwa translokasi
hasil fotosintesis kedalam biji jagung telah terhenti.Pengamatan lapisan

hitam ini agak sulit ditemui di lapang.Akumulasi bahan kering selama


pertumbuhan tanaman jagung (hanway, 1966).
3.2.1 Kebutuhan Hara N, P dan K pada Produksi Benih Jagung
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik yang
memberikan hasil tinggi, unsur-unsur hara yang tersedia dan dapat
dimanfaatkan oleh tanaman harus dalam keadaan cukup. Unsur-unsur
hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah N, P dan K.

3.2.1.1 Nitrogen
Absorbsi
N
oleh
tanaman
jagung
berlangsung
selama
pertumbuhannya.Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam tanaman
relatif lambat dan setelah tanaman umur 4 minggu akumulasi N sangat
cepat.Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung
telah mengabsorbsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya.Oleh
karena itu untuk memperoleh hasil yang baik, unsur hara N dalam tanah
harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut. Tanaman jagung
yang kekurangan unsur N akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil
dan daun tanaman berwarna hijau kekuning-kuningan yang berbentuk
huruf V darii ujung daun menuju tulang daun dan dimulai dari daun bagian
bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol jagung terbentuk menjadi kecil
dan kandungan protein dalam biji rendah.
3.2.1.2 Fosfor (P)
Tanaman jagung mengabsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit dari
pada absorbsi hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir
sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal, pertumbuhan akumulasi
P relatif lebih lambat, namun setelah umur 4 minggu meningkat dengan
cepat.
3.2.1.3 Kalium (K)
Kalium dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah paling banyak
dibandingkan dengan har N dan P pada fase pembungaan, akumulasi hara
K telah mencapai 60 75 % dari seluruh kebutuhannya.
3.3 Pemupukan
penelitian menunjukkan bahwa varietas jagung berumur dalam,
lebih tanggap terhadap pemupukan.Dengan demikian untuk mendapatkan
hasil jagung yang baik bagi varietas berumur dalam diperlukan pupuk

yang relatif lebih banyak. Waktu pemberian pupuk dan takaran yang tepat
akan memberikan hasil yang tinggi.
3.4 Panen dan Pasca Panen
Ciri tanaman jagung sudah waktunya dipanen adalah kelobotnya
sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila
bijnya ditekan menggunakan kuku.
3.5Pengolahan, pemilihan, dan pengemasan
Pengolahan benih jagung mencakup pemipilan, pembersihan dari
kotoran-kotoran fisik, pemilahan berdasarkan ukuran besar benih (size
grading), pemilahan berdasarkan berdasarkan berat (density drading),
perlakuan dengan bahan kimia tertentu sebelum pengemasan (misalnya
pemberian ridomil pada benih) serta cara, jenis dan ukuran kemasan,
perlu mendapat perhatian.
Kadar benih jagung yang akan dipipil dengan alat mekanik hedaknya
diperhatikan. Kadar air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
mengakibatkan kerusakan mekanis pada kulit biji, sehingga benih kurang
tahan simpan. Kerusakan mekanis biasanya lebih kecil apabila benih
dipipil pada kadar air 14 18 %.
Benih jagung juga dapat rusak apabila diterjunkan terlalu tinggi
pada saat dimasukkan kedalam wadah pengeringan, pengolahan atau
wadah penyimpanan.Pada industri benih, pengisian benih kedalam alat
pengering (driyer), alat pengolahan (air screen cleaner), atau ketempat
penyimpanan (bin storer) biasanay dilakukan dengan evelator.Alat ini
dapat berupa evelator vertikal (conveyer) dan elevator horizontal.
3.6 Penyimpanan Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau
disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi
mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin kareana
musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu
dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan penyimpanan :
a.menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah
tetap tinggi)
b.melindungi biji dari serangan hama dan jamur.
c.mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat
mencukupi
kebutuhan
3.7 Kadar air dan ketahanan simpan benih

Tujuan penyimpanan benih adalah mempertahankan mutu fisiologis


benih yang telah diperoleh dengan cara menekan kemunduran benih
seminmal mungkin. Dengan demikian pada saat benih akan ditanam,
masih diperoleh suatu keragaan tanaman yang baik. Sebaik apapun
benyimpanan benih dilakukan, kemunduran tetap terjadi.Upaya
penekanan kemunduran benih sejauh ini hanya dari segi fisiologinya.
Dengan cara memberikan suatu lingkungan sedemikian sehingga proses
metabolisme yang terjadi di dalam benih dapat ditekan seminimum
mungkin.
Masih ada proses lain yang terjadi dalam kemunduran benih yaitu
proses kronologis yang akan dipengaruhi oleh periode (lama) simpan
benih. Benih dari setiap spesies memiliki jangkauan hidup tertentu, dan
serendah apapun proses fisiologis dehambat, suatu saat nanti akan hilang
juga viabilitasnya.
Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan cara mengatur
lembab nisbi di ruang simpannya, karena antara benih dan lembab nisbi
di sekitarnya selalu terjadi keseimbangan. Kadar air akan meningkat
apabila benih disimpan pada suatu ruang simpan dengan lembab nisbi
yang tinggi. Jika nisbi ruang simpan rendah, kadar air keseimbangan benih
jagung meningkat dengan kian meningkatnya lembab nisbi ruang simpan,
dan kadar air benih menurun apabila lembab nisbi ruang simpan rendah.
Waktu yang diperlukan oleh absorbsi (penyerapan uap air) lebih cepat
dibanding dengan desorbsi (pengeluaran air dari benih) terutama pada
tingkat lembab nisbi yang sangat rendah yaitu 42,5 52,5 %.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Telah diketahui bahwaasanya untuk produksi benih Jagung Hibrida
memerlukan sebuah penanganan yang lebih khusus daripada hanya
budidaya Jagung biasa. Untuk memperoleh produksi jagung yang baik
haruslah mencermati atau teliti pada saat memilih benih dan cara
perlakuannya, terutama diperhatikan juga pada pada saat pengolahan
tanah, karena pada saat tersebut adalah awal dari keberhasilan
memproduksi benih. Dikarenakan jika pengolahan tanah tidak benar akan
mengakibatkan benih tidak akan tumbuh dengan optimal, dan juga pada
saat memproduksi benih jagung tak lupa dilakukan roguing, yaitu
mencabut tanaman lain atau tipe simpang, dan untuk produksi benih
Jagung Hibrida juga tak lupa pula dilakukannya pelaksanaan dektaseling.
Proses panen dan pasca panen juga akan menentukan kualitas dan
kuantitas benih, karna jika pada saat penanganan panen dan pasca panen
tidak benar maka yang terjadi adalah kemurnian benih tidak akan
sempurna. Faktor yang penting dalam masa penyimpanan adalah suku
kadar air benih serta kelembaban relative, maka ketiga faktor tersebut
harus dijaga agar selalu optimum.

DAFTAR PUSTAKA
Azrai, Rahmawati, Ramlah Arief dan Sania Saenong. 2003.
Pengelolaan Benih Jagung. Balai PenelitianTanaman Serealia, Maros.
Justice and Bass(1979), dalam Yudi Harisman, 2009. Wadah dan
Lama
Penyimpanan
Benih.wadah-dan-lama-penyimpananbenih.html; diakses pada tanggal 19 Desember 2010.
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.
Kuswanto, Hendarto. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan
Sertifikasi Benih. Andi, Yogyakarta.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub
Tropis.Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Departemen Kehutanan. Jakarta.
Widodo, W. 1991.Pemilihan Wadah Simpan dan Bahan Pencampur
pada Penyimpanan Benih. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Efendi, R. dan A.F. Fadhly. 2004. Pengaruh sistem pengolahan tanah
dan pemberian pupuk NPKZn terhadap pertumbuhan dan hasil
jagung. Risalah Penelitian Jagung dan Serelaia Lain. 9:15-22.

DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
.. i
Daftar
Isi
. ii
BAB 1
PENDAHULUAN
. 1
1.1Latar
Belakang
. 1
1.2Rumusan
Masalah
. 2
1.3Tujuan
2
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
3
BAB 3
PEMBAHASAN
. 5
3.1 Budidaya Tanaman
Jagung..
5
3.1.1
Iklim
5
3.1.2 Kondisi
Lahan
.. 5
3.1.3 Pengolahan
Tanah
5
3.2 Pertumbuhan Tanaman
Jagung 6
3.2.1 Kebutuhan Hara N, P dan K pada Produksi Benih
Jagung. 6
3.2.1.1
Nitrogen
. 7

3.2.1.2 Fosfor (P)


.
.7
3.2.1.3 Kalium (K)
.
7
3.3
Pemupukan
7
3.4 Panen dan Pasca
Panen
7
3.5Pengolahan, pemilihan, dan
pengemasan 7
3.6 Penyimpanan
Benih
.. 8
3.7 Kadar air dan ketahanan simpan
benih... 8
BAB 4
PENUTUP
.. 9
4.1
Kesimpulan
. 9
DAFTAR
PUSTAKA
10

Anda mungkin juga menyukai