MAKALAH
MAKALAH
1.
2.
3.
4.
5.
Andri Wahyudi
Dwi Kasiani
Suhendro
Doli Pramana M
Desi Veronika S
Disusun Oleh:
Npm: 13 302 0092
Npm: 13302 0084
Npm: 13 302 0022
Npm: 13 302 0088
Npm: 13 302 0028
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
2013
Kata Pengantar
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam periode simpan terdapat perbedaan antara benih yang kuat
dan benih yang lemah.Karena periode simpan merupakan fungsi dari
waktu maka perbedaan antara benih yang kuat dan lemah terletak pada
kemampuannya untuk dimakan waktu (Sadjad, 1976). Seperti kehidupan
lainnya, benih juga mempunyai umur (jangkauan umur) artinya bahwa
suatu ketika benih juga akan mati. Dengan demikian amat penting untuk
mengetahui berapa lama benih dapat disimpan sebelum digunakan.
Seringkali umur benih dikaikan dengan daya simpan benih (Kuswanto,
1996)
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik
dan faktor fisik (geneticandphysicalfaktors). Yang dimaksud dengan faktor
genetik ialah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good
genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit,
responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan yang
dimaksud dengan faktor fisik ialah benih bermutu tinggi yang meliputi
kemurnian (high purity), persen perkecambahan tinggi (high viability and
vigor), bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insek,
kadar air (moisture content of seed) rendah yaitu 12-14 persen untuk
benih serealia dan kedele (Kamil,1982).
Penyimpanan benih ortodoks seperti jagung terletak pada
pengaturan kadarair dan suhu ruang simpan. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian yang dikemukakan oleh Harrington (1972) dan Delouche
(1990). Namun demikian, suhu hanya berperan nyata pada kondisi kadar
air di mana sel-sel pada benih memiliki air aktif (water activity) yang
memungkinkan proses metabolisme dapat berlangsung. Proses
metabolisme meningkat dengan meningkatnya kadar air benih, dan
dipercepat dengan meningkatnya suhu ruang simpan. Peningkatan
metabolisme benih menyebabkan kemunduran benih lebih cepat (Justice
and Bass 1979).
Benih orthodox tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan
yang rendah, yaitu pada suhu 0 5o C dengan kadar air benih 57%.
Dalam kondisi penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan
mampu disimpan sampai beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air
benih pada kebanyakan benih orthodox sekitar 610%. Benih orthodox
banyak ditemukan pada zona arid, semi arid dan pada daerah dengan
iklim basah, di samping itu juga ada yang ditemukan pada zona tropis
dataran tinggi.Benih recalsitrant didefinisikan sebagai benih yang tidak
tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, kecuali
untuk beberapa species temperaterecalcitrant (Schmidt, 2000).
Secara praktis, benih ortodoks dapat disimpan pada suhu kamar
(28oC) atau ruang sejuk (12oC), bergantung pada lama penyimpanan dan
kadar air benih yang akan disimpan. Apabila daya berkecambah benih
dipertahankan diatas 80% (sesuai standar daya berkecambah), maka
kadar air benih harus 12% (dapat dicapai melalui pengeringan dengan
sinar matahari pada musim kemarau) agar daya berkecambah benih
masih dapat dipertahankan sampai 10 bulan penyimpanan pada suhu
kamar (28oC). Kalau kadar air benih dapat diturunkan hingga 10%, daya
berkecambah benih dapatdipertahankan sampai 14 bulan, dan lebih dari
14 bulan kalau kadar air benih pada saat disimpan 8%. Daya
berkecambah benih setelah penyimpanan 14 bulan masih tinggi (89,3%).
Di lain pihak, pada kadar air 14%, benih hanya tahan disimpan selama
delapan bulan, dan pada kadarair 16% hanya tahan disimpan sampai
empat bulan (Azrai dkk, 2003)
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik
dan faktor fisik (geneticandphysicalfaktors). Yang dimaksud dengan faktor
genetik ialah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good
genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit,
responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan yang
dimaksud dengan faktor fisik ialah benih bermutu tinggi yang meliputi
kemurnian (high purity), persen perkecambahan tinggi (high viability and
vigor), bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insek,
kadar air (moisture content of seed) rendah yaitu 12-14 persen untuk
benih serealia dan kedele (Kamil,1982).
Meskipun tipe ortodoks dan rekalsitran relatif jelas perbedaannya,
daya tahan benih untuk bertahan pada saat penyimpanan meliputi variasi
yang luas, dari yang sangat rekalsitran, intermediate sampai ortodoks
(Schmdit, 2000). Pada umumnya semakin lama benih disimpan maka
viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih
merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat
perubahan yang diberikan kepada benih (Widodo, 1991).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Budidaya Tanaman Jagung
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting
setelah padi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pula, jagung
biasanya digunakan sebagai pakan dan bahan industri.Berbagai usaha
telah dilakukan untuk meningkatkan produksi benih jagung nasional dan
tampaknya telah membawa hasil yang nyata.
3.1.1 Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian
dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan
angin.Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari
cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila
tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang.
Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 27 C.
3.1.2 Kondisi Lahan
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di
tanah tegalan, sawah tadah hujan dan beriirigasi serta sebagian kecil di
tanam di dataran tinggi. Tanaman jagung umumnya ditanam pada akhir
musim hujan (oktober-nopember) dan menjelang musim kemarau.Tanah
yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini
memerlukan aerasi dan drainase yang baik.
Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan
pengelolaan yang baik.Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah
yang terbaik untuk pertumbuhan.Tanah-tanah dengan tekstur berat masih
dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah di
kerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air dalam
tanah berada dalam kondisi baik.Kemasaman tanah biasanya erat sekali
hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman.
Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung
berkisar antara 5,6 7,5 (Aldrich, dkk. 1975)
3.1.3 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung sehingga perakaran
tanaman dapat berkembang dengan baik.Dengan demikian absorbsi hara
oleh tanaman berada dalam kondisi optimal.Pengolahan tanah diusahakan
agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik.Pada tanah-tanah
bertekstur berat,
pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara intensif untuk
mendapatkan drainase dan aerasi tanah yang dapat menunjang
3.2.1.1 Nitrogen
Absorbsi
N
oleh
tanaman
jagung
berlangsung
selama
pertumbuhannya.Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam tanaman
relatif lambat dan setelah tanaman umur 4 minggu akumulasi N sangat
cepat.Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung
telah mengabsorbsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya.Oleh
karena itu untuk memperoleh hasil yang baik, unsur hara N dalam tanah
harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut. Tanaman jagung
yang kekurangan unsur N akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil
dan daun tanaman berwarna hijau kekuning-kuningan yang berbentuk
huruf V darii ujung daun menuju tulang daun dan dimulai dari daun bagian
bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol jagung terbentuk menjadi kecil
dan kandungan protein dalam biji rendah.
3.2.1.2 Fosfor (P)
Tanaman jagung mengabsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit dari
pada absorbsi hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir
sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal, pertumbuhan akumulasi
P relatif lebih lambat, namun setelah umur 4 minggu meningkat dengan
cepat.
3.2.1.3 Kalium (K)
Kalium dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah paling banyak
dibandingkan dengan har N dan P pada fase pembungaan, akumulasi hara
K telah mencapai 60 75 % dari seluruh kebutuhannya.
3.3 Pemupukan
penelitian menunjukkan bahwa varietas jagung berumur dalam,
lebih tanggap terhadap pemupukan.Dengan demikian untuk mendapatkan
hasil jagung yang baik bagi varietas berumur dalam diperlukan pupuk
yang relatif lebih banyak. Waktu pemberian pupuk dan takaran yang tepat
akan memberikan hasil yang tinggi.
3.4 Panen dan Pasca Panen
Ciri tanaman jagung sudah waktunya dipanen adalah kelobotnya
sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila
bijnya ditekan menggunakan kuku.
3.5Pengolahan, pemilihan, dan pengemasan
Pengolahan benih jagung mencakup pemipilan, pembersihan dari
kotoran-kotoran fisik, pemilahan berdasarkan ukuran besar benih (size
grading), pemilahan berdasarkan berdasarkan berat (density drading),
perlakuan dengan bahan kimia tertentu sebelum pengemasan (misalnya
pemberian ridomil pada benih) serta cara, jenis dan ukuran kemasan,
perlu mendapat perhatian.
Kadar benih jagung yang akan dipipil dengan alat mekanik hedaknya
diperhatikan. Kadar air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
mengakibatkan kerusakan mekanis pada kulit biji, sehingga benih kurang
tahan simpan. Kerusakan mekanis biasanya lebih kecil apabila benih
dipipil pada kadar air 14 18 %.
Benih jagung juga dapat rusak apabila diterjunkan terlalu tinggi
pada saat dimasukkan kedalam wadah pengeringan, pengolahan atau
wadah penyimpanan.Pada industri benih, pengisian benih kedalam alat
pengering (driyer), alat pengolahan (air screen cleaner), atau ketempat
penyimpanan (bin storer) biasanay dilakukan dengan evelator.Alat ini
dapat berupa evelator vertikal (conveyer) dan elevator horizontal.
3.6 Penyimpanan Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau
disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi
mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin kareana
musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu
dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan penyimpanan :
a.menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah
tetap tinggi)
b.melindungi biji dari serangan hama dan jamur.
c.mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat
mencukupi
kebutuhan
3.7 Kadar air dan ketahanan simpan benih
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Telah diketahui bahwaasanya untuk produksi benih Jagung Hibrida
memerlukan sebuah penanganan yang lebih khusus daripada hanya
budidaya Jagung biasa. Untuk memperoleh produksi jagung yang baik
haruslah mencermati atau teliti pada saat memilih benih dan cara
perlakuannya, terutama diperhatikan juga pada pada saat pengolahan
tanah, karena pada saat tersebut adalah awal dari keberhasilan
memproduksi benih. Dikarenakan jika pengolahan tanah tidak benar akan
mengakibatkan benih tidak akan tumbuh dengan optimal, dan juga pada
saat memproduksi benih jagung tak lupa dilakukan roguing, yaitu
mencabut tanaman lain atau tipe simpang, dan untuk produksi benih
Jagung Hibrida juga tak lupa pula dilakukannya pelaksanaan dektaseling.
Proses panen dan pasca panen juga akan menentukan kualitas dan
kuantitas benih, karna jika pada saat penanganan panen dan pasca panen
tidak benar maka yang terjadi adalah kemurnian benih tidak akan
sempurna. Faktor yang penting dalam masa penyimpanan adalah suku
kadar air benih serta kelembaban relative, maka ketiga faktor tersebut
harus dijaga agar selalu optimum.
DAFTAR PUSTAKA
Azrai, Rahmawati, Ramlah Arief dan Sania Saenong. 2003.
Pengelolaan Benih Jagung. Balai PenelitianTanaman Serealia, Maros.
Justice and Bass(1979), dalam Yudi Harisman, 2009. Wadah dan
Lama
Penyimpanan
Benih.wadah-dan-lama-penyimpananbenih.html; diakses pada tanggal 19 Desember 2010.
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.
Kuswanto, Hendarto. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan
Sertifikasi Benih. Andi, Yogyakarta.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub
Tropis.Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Departemen Kehutanan. Jakarta.
Widodo, W. 1991.Pemilihan Wadah Simpan dan Bahan Pencampur
pada Penyimpanan Benih. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Efendi, R. dan A.F. Fadhly. 2004. Pengaruh sistem pengolahan tanah
dan pemberian pupuk NPKZn terhadap pertumbuhan dan hasil
jagung. Risalah Penelitian Jagung dan Serelaia Lain. 9:15-22.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
.. i
Daftar
Isi
. ii
BAB 1
PENDAHULUAN
. 1
1.1Latar
Belakang
. 1
1.2Rumusan
Masalah
. 2
1.3Tujuan
2
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
3
BAB 3
PEMBAHASAN
. 5
3.1 Budidaya Tanaman
Jagung..
5
3.1.1
Iklim
5
3.1.2 Kondisi
Lahan
.. 5
3.1.3 Pengolahan
Tanah
5
3.2 Pertumbuhan Tanaman
Jagung 6
3.2.1 Kebutuhan Hara N, P dan K pada Produksi Benih
Jagung. 6
3.2.1.1
Nitrogen
. 7