Anda di halaman 1dari 19

LUKA BAKAR

1. Anatomi dan Fisiologi Kulit


-

Epidermis

: merupakan lapisan terluar dari kulit. Terdiri dari stratum

corneum, stratum spinosum dan stratum basale yang menjadi barier dari
lingkungan luar. Pada kulit tebal terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum corneum,
lucidum, granulosum, spinosum dan basale. Lapisan epidermis bermigrasi dari
yang paling basal ke superficial untuk membentuk keratin dan dilepaskan jika
-

sudah mati. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 20 hari.


Dermis
: bagian yang lebih tebal. Terletak di bawah epidermis. Terdiri
dari jaringan penyambung kolagen dan elastin, serta pembuluh darah dan serabut
saraf. Dermis merupakan barier yang mempertahankan cairan dan panas tubuh
dengan cara mengatur mikrosirkulasi dan kelenjar keringat. Fungsi dermis juga
menjaga tubuh dari infeksi mikroorganisme sebelum menuju ke lapisan
subdermis. Proteksi terhadap tubuh juga dilakukan dengan rangsangan dari
serabut saraf yang ada pada dermis, yang akan bereaksi terhadap rabaan, tekanan,

nyeri, panas, dan dingin.


Subkutis
: bagian yang lebih profunda, di bawah dermis. Terdiri dari
plexus pembuluh darah kapiler dan lemak subkutis.

2. Epidemiologi
Kematian karena luka bakar secara umum muncul langsung setelah kejadian luka bakar
atau beberapa minggu setelahnya akibat kegagalan organ multisystem. Pada semua kejadian

luka bakar, 66% terjadi dirumah dan kejadian fatal pada umur yang ekstrim, sangat muda dan
dewasa muda. Penyebab yang paling utama adalah luka bakar karena api dan luka melepuh.
Luka lepuh paling umum terjadi sampai dengan umur 5 tahun.
3. Definisi Luka Bakar
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu/
termal. Luka bakar dikarakteristikan dengan kerusakan kulit yang kemudian dapat
menyebabkan kematian sel, tergantung pada penyebab dan derajat cedera.
4. Etiologi
Penyebab pada luka bakar antara lain :
- Luka bakar thermal : Api , cairan panas non kimia, kontak (Benda panas)
- Luka bakar listrik : konduksi arus listrik yang melewati jaringan
- Luka bakar kimia : kontak dengan senyawa kimia dalam bentuk cairan, padat,
-

gas/uap.
Luka bakar radiasi : paparan matahari, x-ray, lampu

5. Faktor Resiko
- Pria > Wanita
- Anak berusia 1-9 tahun
- Negara berkembang > negara maju
- Pekerjaan yang terpapar dengan api
- Kurangnya alat pengaman
- Pekerjaan rumah (memasak)

6. Klasifikasi dan Patogenesis


Luka bakar diklasifikasikan menjadi lima kategori berdasarkan penyebab dan
kedalaman luka. Berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi luka karena api, cairan panas
(melepuh), kontak dengan objek panas atau dingin, paparan kimia, dan konduksi lisrik. Luka
bakar karena api, cairan panas dan kontak menyebabkan kerusakan seluler oleh transfer
energi yang menginduksi nekrosis koagulasi. Luka bakar kimia dan listrik menyebabkan
kerusakan langsung pada membrane seluler karena transfer panas dan menyebabkan nekrosis
koagulasi.
6.1

Kedalaman Luka

Kedalaman luka bervariasi, berdasarkan derajat dari kerusakan jaringan.


Kedalaman luka diklasifikasikan menjadi derajat kerusakan dari epidermis, dermis,
lemak subkutan dan struktur yang berada dibawahnya.
a. Derajat I
Epidermis
Tampak eritema, pucat jika ditekan, kulit masih intak, nyeri ringan
pada area tersebut yang akan menghilang dalam 48 72 jam. Nyeri
dirasakan akibat aktivasi local dari vasodilator prostaglandin. Epitel
yang rusak akan tergantikan dalam 5 10 hari tanpa meninggalkan
bekas luka. Luka bakar derajat satu tidak mengancam jiwa dan secara
umum tidak membutuhkan penggantian cairan intravena karena
epidermis masih intak.
Contohnya adalah sunburn dan luka lepuh minor dari kecelakaan
dapur.

b. Derajat II
Superfisial dermal burn
Kondisi di mana luka bakar menyerang seluruh epidermis hingga 1/3
atas dermis. Eritema, nyeri hebat, pucat saat ditekan, dasar luka
kemerahan. Peningkatan permeabilitas mikrovaskular terjadi pada luka
bakar jenis ini sehingga menginduksi interstitial oedema.

Cairan interstitial juga menembus epidermis sehingga membentuk


bullae. Contohnya dalah luka melepuh dari air yang sangat panas.
Luka ini segera spontan mengalami reepitelisasi dari struktur epidermis
dari rete ridges, folikel rambut, dan kelenjar keringat dalam 1-2
minggu. Setelah penyembuhan, bekas luka ini akan mengalami

perubahan warna kulit dalam waktu yang cukup lama.


Deep dermal burn
Kondisi di mana luka bakar menyerang seluruh epidermis dan seluruh
dermis. Re-epitelisasi akan berjalan lambat (bulan-an), terutama pada
kelenjar dan folikel rambut pada lapisan lemak subkutis. Biasanya
sudah tidak terbentuk bullae karena dermis dan epidermis telah rusak.
Nyeri tidak seberat superficial dermal burn, karena kerusakan serabut
saraf tepi. Dapat sembuh spontan dalam waktu bulanan dengan
meninggalkan jaringan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan
secara estetik sangat jelek.

c. Derajat III
Full Thickness or subdermal burn
Kondisi di mana telah terjadi destruksi dari seluruh elemen kulit,
bahkan terkadang telah melibatkan otot, tendon, atau tulang di
bawahnya. Organ kulit mengalami kerusakna, tidak ada lagi sisa
elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, tampak kering, berwarna putih
mengkilat atau berwarna cokelat-kehitaman. Akibat dari nervus yang

rusak, sensasi nyeri sudah tidak dirasakan. Penyembuhan lama karena


tidak terjadi epitelisasi spontan.

Penentuan kedalaman luka bakar penting untuk menetukan terapi yang tepat, apakah
perlu dilakukan tindakan operatif atau hanya terapi local.

Kedalaman

Etiologi umum

Superficial

Sunburn

Gambaran Klinis

Bullae

Sensasi

Penyembuhan

Eritema, bengkak

Tidak ada

Painful

Sembuh rata-rata
dalam

Superficial

scalds of limited

dermal
Deep dermal

duration
Scalds of long
duration

Eritema,

dengan

Ada

capillary return
Eritema

tanpa

capillary return

-Kontak

dengan

thickness

material panas
-Kimia
-Electrical

Hangus berwarna

hari.

Tanpa skar.
Sembuh spontan
rata-rata dalam 14

Tidak ada
(permukaan
basah

Full

Painful

Painless

hari.
Sembuh

spontan

rat-rata bulan-an

dan

licin)
Tidak ada

Painless

Granulasi

cokelat hitam
atau putih, kering,

7. Luas luka bakar


Ukuran luka bakar ditentukan dengan menggunakan Rule of Nine yaitu pembagian
tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan 9. Pada orang dewasa, setiap ekstrimitas atas,
kepala, dan leher merupakan 9% dari total body surface area (TBSA), ekstrimitas bawah dan

badan anterior dan posterior 18%, dan perineum dan genitalia 1% dari TBSA. Dalam
perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1%
dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak-anak, dipakai modifikasi Rule of Nine menurut
Lind and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

KRITERIA BERAT RINGANNYA


(American Burn Association)
1. Luka Bakar Ringan.

- Luka bakar derajat II <15 %Luka bakar derajat II < 10 % pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
2. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 20 5 pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

8.

Patofisiologi Luka bakar


Secara local, trauma termal menyebabkan nekrosis koagulatif dari epidermis dan

jaringan dibawahnya, dengan kedalaman luka berdasarkan pada suhu dimana kulit terekspos,
suhu spesifik dari agen penyebab dan durasi terpapar.
Kulit yang merupakan organ terbesar pada tubuh manusia merupakan barrier untuk
transfer energi ke jaringan yang lebih dalam, dimana bila terjadi kerusakan akan terjadi pada
organ ini. Saat itu, respons dari jaringan local akan menyebabkan kerusakan ke jaringan yang
lebih dalam.
Area dari kerusakan superficial dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona koagulasi, zona stasis
dan zona hyperemia.

Zona koagulasi - Area nekrotik dari luka bakar dimana sel menjadi terganggu.

Jaringan rusak secara ireversibel pada saat terjadi kerusakan.


Zona stasis area disekitar zona nekrotik yang mempunyai derajat luka sedang,
dengan penurunan perfusi jaringan. Area ini dapat bertahan atau malah akan menjadi

nekrosis koagulatif. Zona ini berhubungan dengan kerusakan vascular dan kebocoran
plasma. Tromboksan A2 yang merupakan vasokonstriktor poten ada dengan
konsentrasi yang tinggi pada luka bakar, dengan aplikasi local inhibitor akan

memperbaiki aliran darah dan menurunkan zona stasis.


Zona hiperemia zona ini ditandai oleh vasodilatasi dari inflamasi disekeliling luka
bakar. Regio ini terdiri dari jaringan dimana proses penyembuhan dimulai dan tidak
mempunyai resiko untuk terjadi nekrosisminimal dan dapat sembuh spontan.

Respon sistemik
Luas

luka

bakar

mencapai 40% dapat


terjadi perubahan sistemik. SIRS ( Systemic inflamatorry Response Syndrome) merupakan
suatu bentuk respons klinis yang bersifat sistemik dan eksageratif terhadap berbagai stimulus
klinis berat seperti infeksi maupun noninfeksi (trauma, luka bakar, dll). Respons inflamasi
mengikuto suatu cerdera adalah suatu hal yang bersifat fisiologis, namun bilamana respon ini
meletup, bersifat sistemik, dan eksageratif, maka respons inflamasi seperti ini tidak lagi dapat
dikatakan sesuatu yang fisiologis.Respons klinis yang timbul disebabkan pelepasan mediator
pro-inflamaso menyebabkan kerusakan pada organ-organ sitemik, disfungsi dan berakhir
dengan kegagalan mejalankan fungsi organ-organ. SIRS dan MODS merupakan penyebab
tiggginya angka mortalitas pada pasien luka bakar dan traumaberat lainnya.
Ada lima hal yang bias menjadi activator timbulnya SIRS yaitu infection, injury, inadequate
blood flow, ischemia. Kelmanya dapat dijumpai pada luka bakar.

Pada TBSA 30%; Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi pada letak injury memiliki
efek sitemik.
Perubahan kardiovaskular: peningkatan permebealitas kapiler meyebabkan hilangnya
intravaskular protein dan cairan ke kompartemen intersisial. Terjadi vasokontriksi perifer dan
splangnikus. Terjadi penurunan kontraktilitas miokard yang disebabkan oleh pelepasan TNFa.
Perubahan ini bersama jilangnya cairan pada luka bakar, menyebabkan hipotensi sitemik dan
end organ hipoperfusi.
Perubahan respirasi: Mediator infalamasi menytebabkan bronkokonstriski, dan pada luka
bakar berat dewasa dapat terjadi ARDS.
Perbubahan metabolic: Peningkatan 3x basal metabolic rate. Bersama hipoperfusi
splangnikus, perlunya pemberianearlu dan agresif enteral feeding untuk menurunkan
katabolisme dan maintain intergritas usus.
Perubahan imunologi : non spesifik down regulation respon imun, menyebabkan jalur cell
mediated dan humoral.
9.

Komplikasi
luka
Infeksi:

membuat

kulit

bakteri
resiko

dan
sepsis.

bakar
luka

bakar

rentan

infeksi

meningkatkan
Sepsis

dapat

menyebabkan

shock

dan

kegagalan
Hipovolemia

organ.
merupakan

komplikasi

karena rusaknya

pembuluh darah.

Karena

adanya

kerusakan pembuluh darah, kehilangan cairan yang berlebih akan timbul. Kehilangan ini
akan mengakibatkan penurunan volume darah pasien.
Pasien yang menderita luka bakar parah lebih rentan terhadap terjadinya pembekuan
darah pada tungkai. Hal ini terjadi karena istirahat dalam waktu lama yang dibutuhkan untuk
pemulihan luka bakar. Istirahat dapat mengganggu sirkulasi darah normal, sehingga terbentuk
bekuan darah. Semakin lama pasien terbaring di tempat tidur, semakin tinggi risiko terjadinya
pembekuan darah.

Pada luka bakar derajat ketiga dan keempat, dapat timbul jaringan parut yang parah
dan seumur hidup. Pada luka bakar yang terjadi di persendia, pasien dapat mengalami
masalah mobilitas sendi. Hal ini terjadi karena kulit yang sembuh berkontraksi dan tertarik
sehingga menimbulkan kontraktur.
Masalah psikologis seperti gangguan stress pasca trauma (PTSD) dapat terjadi pada
luka bakar yang parah.
10. Manajemen Luka Bakar
Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita traumatama lainnya harus dtangani secara teliti.
1. Evaluasi pertama
Airway
Trauma thermal jalan nafas edema perlu pembebasan jalan nafas

segera
cari tanda trauma inhalasi : luka bakar pada wajah, alis mata/bulu
hidung hangus, sputum yang mengandung karbon, suara serak, riwayat
gangguan mengunyah dan terkurung dalam api, luka bakar kepala dan
badan akibat ledakan, luka bakar akibat uap panas yang mengenai area
kepala / wajah, dan kadar karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah

terbakar
jika curiga ada trauma inhalasi laryngeal oedema , maka :
a. parsial obstruksi intubasi
b. total obstruksi tracheostomy
cari tanda obstruksi jalan nafas : stridor, gurgling, snoring
lakukan suction dan intubasi untuk mengatasi obstruksi

Breathing

Tanda keracunan CO diagnosis ditegakkan bila luka bakar di dalam


ruangan tertutup.

Manifestasi Klinis:
belum menunjukkan gejala (<20%)
mual dan sakit kepala (20-30%)
kebingungan (30-40%)
coma (40-60%)
kematian (>60%)
kulit yang berwarna cherry red jarang ditemukan.

berikan oksigen 100% menggunakan Non Rebreathing Mask

Bila cedera spinal dapat disingkirkan, menaikkan kepala 20 sampai 30


derajat dapat mengurangi edema leher dan dada.

Luka bakar derajat III dinding dada anterior dan lateral dapat
menyebabkan terbatasanya pergerakan dinding dada, karena itu bila ini
terjadi, perlu dilakukan eskarotomi

Dada harus dibiarkan terbuka untuk menilai breathing, patensi jalan


nafas saja tidak menjamin ventilasi yang adekuat. Pengembangan
dinding dada dan suara nafas yang simetris dengan CO2 return dari
entotracheal tube memastikan pertukaran udara yang adekuat.

Circulation

Pantau tekanan darah, nadi, urin. Untuk mengantisipasi syok

hipovolemik. Pasang catheter urin untuk memantau urin.


Setiap pasien luka bakar lebih dari 20% luas permukaan tubuh

memerlukan resusitasi cairan.


Pasang IV line pada kulit yang tidak terbakar. Pakai kathether vena

ukuran besar, minimal 16. Cairan yang diberikan Ringer Laktat.


Perhitungan presentase TBSA (Total Body Surface Area)
Parkland
4mL x BB pasien x TBSA = Volume yang diberikan selama 24 jam
50% 8 jam pertama, 50% 16 jam berikut, selanjutnya maintenance
Luka bakar derajat III dan adanya komplikasi pada parupary
memerlukan resisutasi cepat dalam jumlah banyak, sehingga resusitasi
dimulai dengan 4ml/kg sambal menilai respon penderita sesering
mungkin. Anak dengan BB 30kg atau kurang, perlu ditanbahkan glukosa
untuk mempertahankan produksi urin 1ml/kg/jam.

Karena adanya, capillary leak, kebanyakan unit luka bakar menyarankan untuk tidak
menggunakan koloid dan produk darah lain dalam 24 jam pertama. Jika digunakan dalam
fase awal (sampai 12 jam), ini dapat menyebabkan edema jaringan yang memanjang dan
komplikasi paru. Koloid juga tidak meningkatkan angka survival dan lebih mahal dari
kristaloid.

Pantau
anak

UO;

pada

dengan

berat

badan

sama

kurang dari 30

atau
kg

dipertahankan 1cc/kg/jam, dan 0,5-1cc/kg/jam pada dewasa.


Maintenance dose setelah 24 jam pertama dapat menggunakan rumus Holidaysegar. Gangguan irama jantung mungkin merupakan tanda awal terjadinya
hipoksia, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam basa, karenanya monitor
EKG perlu dipasang.
Disability
Deteksi apakah adan manifestasi klinis lain seperti fraktur dan deformitas,
abdominal injury atau deficit neurologic.
Exposure
Pasien harus dilepaskan semua pakaiannya dan diexpose untuk melihat semua
bagian tubuhnya.
Hentikan Burning Proccess
Jauhi sumber trauma, tanggalkan pakaian untuk menghentikan proses trauma thermal,
bersihkan tubuh pasien, lalu beri selimut bersih dan kering untuk mencegah hipotermia.
Segera berikan air mengalir (minimal 10 menit) pada area trauma. Berikan air bersih/sterile,
dalam keadaan darurat susu / minuman kaleng dingin dapat dipakai. Fungsi pemberian air
mengalir :
a. Menghentikan panas yang mengalir semakin ke profunda sehingga
mencegah kerusakan lebih dalam
b. Mengurangi nyeri pada area trauma karena efek relaksasi
c. Meminimalkan onset dari edema

Kurangi Nyeri
Pemberian analgesic dapat dipertimbangkan untuk menghindarkan efek somatisasi pada
pasien dengan luka bakar.
1. Tutup Luka
Penutupan luka sementara dapat dilakukan / tidak. Tujuan dari penutupan luka
adalah untuk meminimalkan nyeri, absorpsi eksudat / debris dari area yang
terbakar, melindungi kulit dari infeksi sekunder dan melindungi selama
perjalanan menuju rumah sakit.
2. Segera lanjutkan ke wound care.

a.) Secondary survey


Pada secondary survey meliputi pemeriksaan fisik, dokumentasi, pemeriksaan
darah dan xray, menjaga sirkulasi perifer pada luka bakar melingkar, NGT,
narkotika, sedative, analgesic, perawatan luka, tetanus, dan antibiotik.
Pemeriksaan fisik
Menentukan luas dan dalam luka bakar, periksa apakah ada cedera

penyerta, dan timbang berat badan pasien.


Catatan pasien dokumentasi
Catatan dibuat saat pasien masuk ke UGD dan disertakan apabila pasien

dirujuk ke pusat luka bakar


Pemeriksaan penunjang
Meliputi darah lengkap,

golongan

darah,

crossmatch,

kadar

karbooksihemoglobin, gula darah, elektrolit, dan tes kehamilan pada

wanita usia subur, analisa gas darah, foto thoraks


Sirkulasi perifer pada luka bakar melingkar
lepaskan perhiasan; nilai keadaan sirkulasi distal apakah terdapat sianosis,
berkurangnya pengisian kapiler atau gangguan neurologis yang progresif
seperti parestesi. Pemeriksaan denyut nadi perifer pada pasien luka bakar
lebih baik dilakukan dengan Doppler ultrasonic flowmeter; Bila ada
gangguan sirkulasi pada luka bakar ekstrimitas yang melingkar segera
dilakukan eskarotomi. Tetapi tindakan ini biasanya belum diperlukan pada
6 jam pertama luka bakar. Fasiotomi kadang perlu dilakukan untuk
memperbaiki sirkulasi pasien luka bakar dengan fraktur, crush injury,
trauma listrik tegangan tinggi, atau luka bakar dibawah jaringan fasia.

Pemasangan pipa lambung dan dihubungkan dengan alat penghisap


apabila pasien mengalami mual, muntah, perut kembung, atau luas luka

bakar melebihi 20% permukaan tubuh.


Narkotika, analgesic, dan sedative
Pasien luka bakar sering merasa gelisah yang disebabakan

oleh

hipoksemia dan hypovolemia. Pemberian oksigen dan resusitasi cairan


akan memberikan respon yang lebih baik dari narkotika dan sedative yang
malah akan mengaburkan tanda-tanda hipoksemia dan hipovolemi.
Pemberian narkotika secara intramuskular atau subcutan tidak seharusnya
digunakan karena absorbsi obat akan menurun akibat vasokonstriksi
perifer. Hal ini akan menyebabkan masalah nanti, ketika pasi diresusitasi,
dan vasodilatasi akan menyebabkan peningkatan absorbsi narkotik yang
menyebabakan apnea. Dosis kecil morfin IV dapat diberikan setelah

pemeriksaan lengkap dan ditentukan aman untuk diberikan oleh ahli.


Perawatan luka
Pada luka derajat II yang merasa nyeri dengan aliran udara diatas luka
akibat tereksposnya nervus, perlu penutupan luka dengan kain yang
bersih.dan kering. Bulla tidak boleh dipecahkan dan diberikan antiseptik.
Kompres dingin pada luka bakar dapat menyebabakan terjadinya

hipotermia terutaam pada pasien luka bakar luas.


Antibiotika
Pemberian antibiotika profilaksis tidak dianjurkan pada luka bakar yang
baru terjadi. Antibiotika ditujukan apabila terjadi infeksi.
Tetanus
Status imunisasi tetanus perlu ditanyakan pada pasien untuk menentuka
perlu tidaknya pemberian antitetanus

11. Wound care


Setelah airway dinilai dan resusitasi dilakukan, selanjutanya dilakukan penanganan
terhadap luka bakar. Tatalaksana dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan ukuran
luka. Semua terapi bertujuan untuk proses penyembuhan yang cepat dan tidak nyeri.
Setalah luas dan kedalaman luka dinilai dan luka dibersihkan dan didebridemen, Luka
ditutup dengan balutan untuk melindungi epitel yang rusak, meminimalkan kolonisasi
bakterial dan fungal, dan mempertahankan posisi yang sesuai dengan fungsinya.
Penutupan luka harus rapat untuk mencegah adanya pelepasan panas secara evaporasi.

Luka bakar derajat pertama tidak dibalut dan diberikan salep topikal untuk
mengurangi nyeri dan menjaga kulit tetap lembab. NSAID oral dapat diberikan untuk
control nyeri. Luka bakar derajat dua dilakukan pembalutan yang diganti setiap hari
dengan antibiotik topikal, kassa, dan elastic wraps. Luka bakar derajat dua deep dan
derajat tiga membutuhkan eksisi dan graft.
Antibiotik perlu diberikan pada pasien luka bakar untuk mengurangi infeksi luka
yang invasive. Luka bakar yang tidak ditangani akan dikolonisasi oleh bakteri dan fungal
karena hilangnya mekanisme perlindungan kulit normal. Saat organisme melebihi 10 5
oragnisme/g jaringan, maka akan terjadi penetrasi ke jaringan yang terbuka. Organisme
akan menginvasi pembuluh darah, menyebabkan invasi sistemik yang menyebabkan
kematian.

Burn wound dressing

12. Surgical management


Management surgical meliputi eksisi tangensial awal (nekrotomi) dari jaringan
yang terbakar dan penutupan luka secara dini dengan skin graft dapat menurunkan angka

mortalitas dan menurunkan biaya yang dikeluarkan pasien. Pada beberapa keadaan
eskarotomi dan fasciotomi dapat dilakukan. Indikasi management surgical yaitu:

Deep second degree burns


Luka bakar yang terkontaminasi
Third degree circumferential burn dengan suspek sindrom kompartemen
Circumferential burns disekitar pergelangan tangan

Komplikasi debridemen adalah nyeri, perdarahan, infeksi, dan resiko kehilangan


jaringan yang sehat. Kontraindikasinya adalah suhu tubuh di bawah 34 0C dan instabilitas
kardiovaskular dan respiratori.

Eksisi tangensial
Eksisi epifacial untuk luka yang memanjang paling tidak sampai subcuticular
Eksisi subfacial untuk luka yang mencapai fascia dan otot.
Eskarotomi untuk luka bakar sirkumferential derajat tiga dan dua yang dalam.
Hal ini dilakukan untuk mencegah sindrom kompartemen jaringan lunak, karena
pembengkakan setelah luka bakar dalam. Eskarotomi dilakukan dengan membuat

insisi pada eskar untuk mengekspos jaringan lemak dibawahnya.


Fasciotomi merupakan prosedur limb saving untuk tatalaksana sindrom
kompartemen akut. Inisisi dibuat di kulit yang memanjang kedalam fascia untuk
membebaskan tekanan.

Setelah prosedur diatas, hasil dari luka harus ditutup.


a.

Luka bakar kimia


Luka bakar juga dapat disebabkan oleh kontak langsung dengan zat kimia asam, basa

atau hasil pengolahan minyak. Luka bakar zat basa umumnya lebih serius daripada asam
karena dapat menembus jaringan yang lebih dalam. Segera bersihkan zat kimia dan rawat
luka, karena berat ringannya luka bakar kimia ditentukan oleh lamanya kontak, konsentrasi
dan jumlahnya. Guyur zat kimia dengan air sebanyak-banyaknya selama 20 sampai 30
menit. Luka bakar basa membutuhkan waktu yang lebih lama. Sebelumnya, bila ada zat
kimia sikat terlebih dahulu.

b.

Luka bakar listrik


Luka bakar listrik dsebabakan oleh kontak langsung aliran listrik dengan badan, dan

lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan. Tubuh manusia menghantarkan
listrik dan mengakibatkan kerusakan jaringan akibat panas yang diimbulkan. Perbedaan
kecepatan hilangnya panas antara kulit dan jaringan yang lebih dalam mengakibatkan
terlihatnya permukaan kulit tampak seakan normal, padahal jaringan otot didalamnya
mengalami nekrosis. Rhabdomiolisis menyebabkan dilepaskannya myoglobin yang pada
akhirnya menyebabkan gagal ginjal akut. Penanganan segera pada pasien luka bakar listrik
harus meliputi perhatian terhadap jalan nafas dan pernafasan, pemberian cairan intravena
pada ekstrimitas yang tidak terkena, ekg dan pemasangan kateter. Urin yang berwarna gelap
menandakan adanya hemokromogens didalamnya, dan segera dilakukan terapi untuk
mioglobinouria tanpa menunggu hasil laboratorium. Pemberian cairan harus ditingkatkan
agar mencapai produksi urin 100 mL/jam pada orang dewasa. Bila belum jernih, berikan
manitol 25 g segera dan pada tiap liter cairan berikutnya tambahkan manitol 125 g.
Penanganan asidosis metabolic selain dengan mempertahankan perfusi, tambahkan natrium
bikarbonat untuk membuat urin alkalis dan meningkatkan kelarutan myoglobin dalam urin.
c.

Kriteria rujukan
Menurut American Burn Association luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka bakar

adalah:

Luka bakar derajat II lebih dari 10% luas permukaan tubuh

Luka bakar derajat II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga, tangan, kaki,

genitalia, atau perineum atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama


Luka bakar derajat III
Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jaringan bawah kulit hebat

dan menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain)


Luka bakar kimia
Trauma inhalasi
Luka bakar pada pasien yang karena penyakit yang dideritanya dapat mempesulit

penanganan, memperpanjang pemulihan atau dapat mengakibatkan kematian.


Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan

mortalitas, ditangani dulu di UGD kemudian dirujuk


Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan

peralatan yang memadai


Pasien yang membutuhkan penanganan khusus seperti masalah sosial, emosional atau
yang rehabilitasinya lama, termasuk tindakan kekerasan pada anak atau anak yang
ditelantarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Norton, JA, et al: Surgery. Basic Science and Clinical Evidence. 2000. Springer.

F. Charles B., et al: Schwartz Principles of Surgery Ninth Edition, 2010, McGrawHill

Noer Syaifuddin. Penanganan Luka Bakar.2006. Airlangga University Press.

Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. 2007 Saunders, An Imprint of Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai