BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes zoster adalah infeksi virus pada kulit. Herpes simpleks virus
merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada manusia.
Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia
yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein
Barr (EBV), dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8).
Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya
melakukan replikasi pada inti sel.
Herper zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaksi virus varicella
zoster yang sifatnya localized,dengan ciri khas berupa nyeri radikular, unilateral,dan
gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi satu ganglion
saraf sensoris.
Perawat harus dapat mendeteksi secara dini tanda dan gejala klien dengan
herpes zoster. Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
pada klien dengan herpes zoster.
B. Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini akan membahas mengenai virus herpes zoster
yang terdapat pada sistem integumen, khususnya yang akan dibahas mencakup
definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan
herpes zoster
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami materi yang akan dibahas tentang asuhan
keperawatan herpes zoster pada sistem integumen
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi herpes zoster
b. Mengetahui dan memahami epidemiologi herpes zoster
c. Mengetahui dan memahami klasifikasi herpes zoster
d. Mengetahui dan memahami etiologi herpes zoster
e. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis herpes zoster
f. Mengetahui dan memahami patofisiologi herpes zoster
g. Mengetahui dan memahami komplikasi herpes zoster
h. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik herpes zoster
i. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis herpes zoster
j. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan herpes zoster
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak
mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak
terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air (Handoko RP, Jakarta: 2005 )
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang
terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles. Dikalangan awam
popular atau lebih dikenal dengan sebutan dampa atau cacar air. Herpes zoster
merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatome (terutama dada dan leher)
dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan
penyakit varicella atau cacar chickenpox (rice, Sylvia A dan Willson, Loraine M
2006).
Sedangkan Menurut Mansjoer A (2007). Herpes zoster (dampa,cacar ular)
adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit
dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virusyang terjadi setelah infeksi primer.
B. Epidemiologi
Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun,
di Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun. Herpes
zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela
dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah
sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan
tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di
atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun.
C. Klasifikasi
1. Herpes Zoster Optalnikus
Terjadi infeksi cabang pertama N. Trigenirus yang menimbulkan kelainan pada
mata cabang kedua dan ketiga yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah
persyarafan.
2. Sindrom Ramsay Hurt
Diakibatkan gangguan N. Fasiolis dan optikus sehingga memberikan gejala
paralysis otot muka (paralisis Bell) kelainan kulit sesuai tingkat persyarafan,
kliris vertigo, gangguan pendengaran, regtagnius dan raisea juga terdapat
gangguan pengecapan.
3. Herpes Zoster Abortif
Berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa
vesikel dan eritem.
4. Herpes Zoster Generaligata
Kelainan kulit unilateral dan segmental ditambah yang menyebar secara
generalisata berupa vesikel soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi
pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya
penderita : Umforra malignum.
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus
saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4
hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata
bengkak dan sukar dibuka.
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit.
D. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster. Virus varicella zoster
terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100nm. Kapsid tersusun
atas 162 sub unit protein-varion yang lengkap dengan diameternya 150-200nm, dan
hanya varion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan
cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana
Ph yang tinggi. Masa inkubasisnya 14-21 hari.
1. Faktor Resiko Herpes zoster
Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya
tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi
pula resiko terserang nyeri.
Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti
HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama
dari immunocompromised.
3. Masalah mata
Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau seluruh
bagian mata yang mengancam penglihatan.
4. Kelemahan/layuh otot
Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan saraf
sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan (palsy) pada otototot yang dikontrol oleh saraf.
5. Komplikasi lain
Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau penyebaran virus ke
seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang terjadi.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus
Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
Pemeriksaan histopatologik
Pemerikasaan mikroskop electron
Kultur virus
Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
a. Virologi:
Mikroskop cahaya.
Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
PCR,
Kultur Virus
b. Serologi
ELISA
Western Blot Test
Biokit HSV-II
I. Penatalaksanaan Medis
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10
sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada dokter Anda untuk
meresepkan analgesik yang lebih kuat.
4. Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk ruam
akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit.
Apabila gelembung telah pecah, maka penggunaan antivirus tidak efektif lagi.
5. Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster masih
kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Riwayat Kesehatan
3.
a.
Keluhan Utama
b.
c.
d.
e.
Riwayat psikososial.
Pola Kehidupan
a. Aktivitas dan Istirahat
Apakah pasien mengeluh merasa cemas, tidak bisa tidur karena nyeri, dan
gatal.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Bagaimana pola nutrisi pasien, apakah terjadi penurunan nafsu makan,
anoreksia.
c. Pola Aktifitas dan Latihan
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola akifitas
pasien.
11
12
Posisi trakea simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
g. Thorak
Bentuk : simetris
Pernafasan : regular
Tidak terdapat otot bantu pernafasan
h. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : normal simetris
Benjolan : tidak terdapat benjolan
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Tidak terdapat massa / benjolan
Tidak terdapat tanda tanda asites
Tidak terdapat pembesaran hepar
Perkusi
Suara abdomen : timpani.
i. Reproduksi
Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah
bagianglans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada
wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora,
klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk,
ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa
adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar
limferegional
j. Ekstremitas
Tidak terdapat luka dan spasme otot.
Integument
ditemukan
adanya
vesikel-vesikel
berkelompok
yang
nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
13
14
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan
berhubungan
penurunan imunologis
Intervensi
Anjurkan klien melakukan
Rasional
Agar kulit pasien tidak
mobilisasi semaksimal
sehingga vaskularisasi
mengalami kerusakan
menjadi lancer
terlalu lama
Membantu menjaga agar
parah.
Dengan kriteria hasil :
Erupsi berkurang
Kulit tidak
lebih parah
pemanas, radiator).
Ajarkan klien atau keluarga
kerusakan jaringan
Monitor kulit klien selalu
15
obat topical
2.
Membantu mengidentifikasi
keperawatan selama 3 x 24
biologis
memberikan kenyamanan
lingkungan
di tempat tidur
Anjurkan
mempertahankan
Klien melaporkan
lingkungan dingin
berkurang
Meningkatkan
yang sejuk.
kelebihan pakaian/peralatan
meringis
nyeri atau gatal
Anjurkan
klien
Kesejukan
mengurangi
gatal.
klien
adanya
pewarna.
detergen,
zat
16
3.
Kolaborasi
kulit
pemberian
analgesik
Mengkaji adanya gangguan
berhubungan dengan
keperawatan selama 2 x 24
menyertai setiap
penyakit
kontak mata,ucapan
penyakit/keadaan yang
dirinya berpengaruh
Klien menunujukan
sikap penerimaan
kesempatan pengungkapan
terhadap dirinya
perasaan.
pengalaman didengarkan
Klien membutuhkan
dan dipahami.
Memberikan kesempatan
dalam tindakan
perawatan diri.
menetralkan kecemasan
cemas mengembangkan
ketakutan merusakadaptasi
17
masalahnya.
Membantu klien untuk
klien
Membantu meningkatkan
sosialisasi.
Membantu klien
Membantu meningkatkan
lain.
sosialisasi.