Anda di halaman 1dari 6

Membuat Nata De Coco Tanpa Pupuk ZA

Dan Urea
banyakmanfaat 16 Apr 2015 Kesehatan no comments

Nata de coco atau sari kelapa. Kudapan yang populer di masyarakat Indonesia. Termasuk Gita, yang kerap
manfaatkan produk ini untuk variasi makanan ringan keluarga. Biasanya kita menambahkan nata de coco atau
sari kelapa dalam pembuatan jelly atau pun es buah karena sang buah hati sangat menyukai hasil permentasi air
kelapa bertekstur kenyal ini.

Rutin dihidangkan seminggu sekali di rumah Gita percaya selain lezat sari kelapa juga sehat karena kadar
seratnya yang tinggi, namun kabar yang tersiar belakangan mendadak cemaskan Gita. Temuan aparat berwajib
ungkap penambahan pupuk ZA dan urea dalam produksi lembaran sari kelapa atau nata de coco.
Akhir maret kepolisian resort Sleman menggrebek pabrik nata de coco di kecamatan Gurian yang diduga
menggunakan pupuk mengandung amonium sulfat atau ZA dalam produksinya. Pupuk ZA biasa digunakan
dalam industri pertanian.
Nata de coco merupakan pangan hasil permentasi air kelapa dan starter bakteri acetobacter xylinium, agar
bekerja optimal pada air kelapa bakteri membutuhkan nutrisi, salah satunya berupa nitrogen dan sumber
nitrogen yang baik bagi pertumbuhan bakteri ini diantaranya senyawa amonium sulfat atau ZA dan urea, santan
serta jenis kacang-kacangan seperti tauge.
Namun setelah penggerebekan di Sleman Jawa Tengah penggunaan senyawa ZA dalam produksi nata de coco
jadi perdebatan terutama kala ZA yang digunakan terkandung dalam pupuk kimia buatan Kalau kita baca
atau penggunaannya secara benar hanya 3 gram per liter air itu akan habis dikonsumsi oleh
bakterinya. Jadi seperti kita menanam padi, menanam padi itu kan membutuhkan banyak pupuk
tapi bukan berarti padi yang kita makan mengandung pupuk bukan? Kata Desrida, Peneliti Pangan.
Sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan hanya izinkan penggunaan ZA dan urea jenis tara pangan,
kandungan logam pada pupuk dikhawatirkan jadi pemicu penyakit regeneratif seperti jantung koroner, hipertensi
dan stroke. Penjualan sari kelapa pun menurun drastis karena kontropersi penggunaan pupuk ZA, terlebih tidak
ada perbedaan fisik sari kelapa yang diolah dengan atau tanpa pupuk ZA. Perbedaan baru kentara melalui uji
laboratorium.
Ada

la

Ihsantohari adalah salah


satu petani juga pengepul lembaran sari kelapa. Sehari-hari Ihsan memasok lembaran nata ke berbagai industri
pengolahan minuman, namun kini usahanya berhenti sementara. Begitupun petani dan pengepul lainnya
lantaran kuatir kemungkinan rajia oleh pihak berwajib.
Keterbatasan

pengetahuan tentang sumber nitrogen yang aman tidak berlaku bagi Susi. Pengusaha nata de coco tanpa pupuk
ZA dan Urea ini gunakan bahan penolong organik yang aman untuk makanan yaitu tauge. Tauge justru
memberikan nutrisi jauh lebih baik ketimbang senyawa kimia ZA maupun urea.

Selain

memberikan nutrisi sumber nitrogen, tauge juga memberikan vitamin dan protein dengan demikian bakteri
acetobacter xylinium tumbuh baik dan juga aktif membelah diri dengan kompak. Agar hasilkan sari kelapa terbaik
digunakan jenis tauge yang lebih segar, 1 kg tauge dapat digunakan untuk 150 liter air air kelapa tua sehingga
dapat menghasilkan 150 kg sari kelapa nata de coco.
Campuran

sari tauge dan air kelapa kemudian direbus untuk musnahkan bakteri lain yang tak dibutuhkan dalam pembuatan
sari kelapa, juga ditambahkan gula yang nantinya jadi nutrisi pelengkap bagi koloni bakteri acetobacter xylinium.
Rebusan air kelapa lantas dituang ke loyang-loyang ditutup rapat dengan koran untuk hindari kontaminasi
kemudian didiamkan selama sehari sampai akhirnya menjelma menjadi lembaran nata. Hari berikutnya barulah
lembaran nata de coco dituangkan sedikit starter bakteri acetobacter xylinium.

Selain ongkos

produksinya yang murah, penggunaan tauge pada nata de coco memberikan hasil yang jauh lebih baik, juga
waktu panennya jauh lebih singkat bisa hemat 2 hari dari pada penggunaan ZA maupun maupun urea. Hasilnya
tekstur sari kelapa yang lebih kenyal ketimbang produksi dengan ZA maupun urea. bakteri tumbuh dalam kondisi
terbaik sehingga hasilkan lembaran nata yang lebih elastis.

Pengetahuan

yang dimilki susi belum tersebar luas dikalangan petani sari kelapa. Pelatihan dan pemberdayaan petani sari
kelapa akan mengakhiri kontroversi penggunaan pupuk ZA sekaligus memberikan rasa aman bagi konsumen
dan bahan pangan berserat tinggi ini.

Anda mungkin juga menyukai