Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MENGENAI TINDAK PIDANA KORUPSI

Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas dari MatakuliahIlmu Sosial Dasar


semester II Tahun ajaran 2012-2013
Dosen : Bapak DRS Yeye Sukmaya M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Gita Rosetivana P
Ghina Rifahana D
Rina Hanifah
Iis Syarifah
Nadya Putri Katresna

123020063
123020075
123020087
123020098
123020110

Kelas B

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2013

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-NYA,sehigga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
MAKALAH MENGENAI TINDAK PIDANA KORUPSI .Makalah ini
merupakan tugas dari matakuliah Ilmu Sosial Dasar.
Alhamdulillah kami mendapat dukungan moril dari banyak pihak yang telah
membantu dalam kelancaran penyusunan makalah ini, diantaranya dari teman-teman
dan untuk itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak DRS Yeye Sukmaya M.Pd atas bantuan,bimbingan serta motivasi
yang telah diberikan selama mengikuti mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan segala saran dan
kritik yang membangun demi kebaikan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya maupun bagi pihak yang berkepentingan pada umumnya.AMIIN.

Bandung,14 Maret 2013

Penulis

i.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah


Perkembangan dan kemajuan suatu negara ditentukan oleh kemampuan dan

keberhasilan pembangunannya. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang


direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Untuk menuju
pembangunan ke arah yang lebih baik disuatu negara diperlukan beberapa faktor
penunjang, diantaranya yaitu faktor kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
memadai dan tentunya faktor keuangan. Dalam pembangunan diperlukan Sumber
Daya Manusia yang berkualitas, dalam arti seseorang yang mampu melakukan,
melaksanakan, merencanakan suatu program atau sistem yang akan diterapkan/
diaplikasikan

dalam pembangunan. Faktor yang penghambat dalam proses

pambangunan yang sering terjadi di Indonesia salahsatunya adalah rendahnya kualitas


Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, kualitas tersebut bukan hanya dilihat dari
segi intelektualnya tetapi juga menyangkut rendahnya kualitas moral dan
kepribadiannya. Rapuhnya keimanan, moral, dan semakin rendahnya tingkat
kejujuran dari sebagian orang merupakan salahsatu hal yang memicu seseorang untuk
melakukan tindak korupsi.
Belakangan ini kita sering mendengar kata yang satu ini, yaitu KORUPSI,
korupsi sebenarnya ada dan terjadi disekeliling kita, namun terkadang kita tidak
menyadari itu.Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di
media massa maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan
oleh para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas
untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan sekarang malah merugikan negara. Di
Indonesia korupsi seringkali terjadi di instansi pemerintahan dan lembaga-lembaga
tinggi pemerintahan.Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan

hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melekukan tindak
korupsi.Sebenarnya korupsi bukan hanya terjadi di instansi tertinggi dan lembagalembaga pemerintahan dalam skala besar saja tetapi korupsi juga bisa terjadi dirumah,
sekolah, masyarakat, ini artinya korupsi tidak hanya menyangkut tindak
penyelewengan sesuatu dalam skala besar, tetapi dalam skala kecil pun bisa disebut
sebagai tindak korupsi.
Korupsi diIndonesia dewasa ini sudah merupakan patologi sosial (penyakit social)
yang sangat berbahaya dan mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan
negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya
perampasan dan pengurasan keuangan Negara yang dilakukan secara kolektif oleh
kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon, dan
lain sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan
keuangan negara demikian terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia.Hal itu
merupakan cerminan rendahnya moralitas, rasa malu, serta kurangnya pendidikan
pancasila sehingga yang menonjol adalah sikap keserakahan dan kerakusan sehingga
tidak menghiraukan masyarakat yang masih mengalami kemiskinan.
1.2.

Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang kami angkat adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?
2. Apasajakah Bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah

pemeberantasan korupsi?
3. Bagaimana gambaran umum tentang korupsi di Indonesia ?
4. Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi ?
5. Bagaimana fenomena korupsi di Indonesia ?
6. Bagaimana peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi ?
7. Upaya apa yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi ?
1.3.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat makalah ini agar kita dapat mengerti dan memahami hal
dibawah ini :
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.

2. Untuk mengetahui bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkahlangkah pemberantasan korupsi ?
3. Untuk mengetahui gambaran umum tentang korupsi di Indonesia ?
4. Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang korupsi ?
5. Untuk mengetahui fenomena korupsi di Indonesia ?
6. Untuk mengetahui peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi ?
7. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin corruption yaitu dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok.Secara hafiah,
korupsi diartikan sebagai perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan publik yang
dipercayakan kepada mereka.Pengertian korupsi menurut Transparency Internasional
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang
dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan public yang dipercayakan
kepada mereka.
Korupsi menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang
menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku
menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi.
Korupsi menurut Blacks Law Dictionary korupsi adalah perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi
dengan hak-hak dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannyaa atau

karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang
lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.
Korupsi menurut Pasal 2 Undang-Undang No.31 Tahun1999 Setiap orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
Korupsi menurut corruption is the abuse of trust in the interest of private gain
penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi.
Korupsi menurut Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Setiap orang yang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara dan perekonomian
negara.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum. Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy
Shri Ahimsha-Putra (2002) menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan
politik pemaknaan.Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang
yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.Seorang
sosiolog Malaysia Syed Hussein Alatas secara implisit menyebutkan tiga bentuk
korupsi

yaitu

sogokan

(bribery),

pemerasan

(extortion),

dan

nepotisme.

Alatas mendefinisikan nepotisme sebagai pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu


politik untuk menduduki jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang
dimilikinya dan dampaknya bagi kemaslahatan umum (Alatas 1999:6).Inti ketiga
bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi kepentingan umum
dibawah tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran-pelanggaran normanorma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang dibarengi dengan kerahasiaan,
pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap akibat yang ditimbulkannya
terhadap masyarakat. Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana
pemerintah untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi

moneter yang konvensional, akan tetapi menyangkut pula korupsi politik dan
administratif. Seorang administrator yang memanfaatkan kedudukannya untuk
menguras pembayaran tidak resmi dari para investor (domestik maupun asing),
memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status, atau kewenangannnya
yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan melakukan tindak
korupsi.
2.2.Bentuk, jenis, ciri-ciri, sebab-sebab, dampak serta langkah-langkah
pemberantasan korupsi.
Bentuk dan jenis korupsi
Mochtar Lubis membedakan korupsi dalam tiga jenis yaitu sebagai berikut
a.

Penyuapan, apabila seorang pengusaha menawarkan uang atau jasa lain kepada
seseorang atau aparat negara untuk suatu jasa bagi pemberi uang

b. Pemerasan, apabila orang yang memegang kekuasaan menuntut membayar uang


atau jasa lain sebagai ganti atas imbal balik fasilitas yang diberikan.
c.

Pencurian, apabila orang yang berkuasa menyalahgunakan kekuasaan dan


mencuri harta rakyat, langsung atau tidak langsung.

Ciri-ciri Korupsi
a.

Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang

b. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.Meski dilakukan bersamasama, korupsi dilakukan dalam koridor kerahasiaan yang sangat ketat.
c.

Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.Yang


dimaksud elemen kewajiban adalah bidang strategis yang dikuasai oleh Negara
yang menyangkut pengembangan usaha tertentu.Misalnya izin mendirikan
bangunan, izin perusahaan dan lain-lain.

d. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha menyelubungi


perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran hukum.

e.

Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusankeputusan yang tegas dan memiliki pengaruh. Senantiasa berusaha mempengaruhi
pengambil kebijakan agar berpihak padanya. Mengutamakan kepentingannya dan
melindungi segala apa yang diinginkannya.

f.

Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan yang dilakukan oleh badan hukum
publik dan masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksud adalah suatu
lembaga yag bergerak dalam pelayanan publik atau penyedia barang dan jasa
kepentingan public.

g. Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan. Ketika seseorang


berjuang meraih kedudukan tertentu , dia pasi berjanji akan melakukan hal yang
terbaik untuk kepentingan semua pihak. Tetapi setelah mendapatkan kepercayaan
kedudukan maka ia tidak pernah melakukan apa yang dijanjikan.
h.

Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari koruptor
sendiri. Sikap dermawan dari koruptor yang acap ditampikan dihadapan publik
adalah bentuk fungsi ganda yang kontradiktif. Di satupihak sang koruptor
menunjukkan perilaku menyembunyikan tujuan untuk menyeret semua pihak
untuk ikut bertanggung jawab, dipihak lain dia menggunakan perilaku tadi untuk
meningkatkan posisi tawarannya.

Sebab-sebab yang Melatarbelakangi Terjadinya Korupsi


Korupsi dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhipelaku korupsi
itu sendiri atau yang biasa kita sebutkoruptor .
Adapun sebab-sebabnya, antara lain:
1.Klasik
a) Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpin untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluang bawahan
melakukan korupsi.Pemimpin yang bodoh tidak mungkin mampu melakukan
kontrol manajemen lembaganya. Kelemahan pemimpin ini juga termasuk ke
leadership an, artinya seorang pemimpin yang tidak memiliki karisma, akan mudah

dipermainkan anak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk menumbuhkan rasa


takut.
b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistempendidikan dan
substansi pengajaran yang diberikan.Pola pengajaranetika dan moral lebih
ditekankan pada pemahaman teoritis, tanpadisertai dengan bentuk-bentuk
pengimplementasiannya.
c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa inimenjadi
bangsa yang tergantung, lebih memilih pasrah daripadaberusaha dan senantiasa
menempatkan diri sebagai bawahan.Sementara, dalam pengembangan usaha,
mereka lebih cenderung berlindung dibalik kekuasaan (penjajah) dengan
melakukan

kolusidan

nepotisme.Sifat

dan

kepribadian

inilah

yang

menyebabkanmunculnya kecenderungan sebagian orang melakukan korupsi.


d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebabtimbulnya
korupsi.Minimnya keterampilan, skill, dan kemampuanmembuka peluang usaha
adalah wujud rendahnya pendidikan.Denganberbagai keterbatasan itulah mereka
berupaya mencari peluang denganmenggunakan kedudukannya untuk memperoleh
keuntungan yangbesar.Yang dimaksud rendahnya pendidikan disini adalah
komitmenterhadap

pendidikan

yang

dimiliki.Karena

pada

kenyataannya,

parakoruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang memadai,kemampuan,


dan skill.
e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diriatas
kemampuan dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorangcenderung
melakukan apa saja yang dapat mengangkat derajatnya.Atas keinginannya yang
berlebihan ini, orang akan menggunakankesempatan untuk mengeruk keuntungan
yang sebesar-besarnya.
f) Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumurhidup atau di
buang ke Pulau Nusakambangan. Hukuman sepertiitulah yang diperlukan untuk
menuntaskan tindak korupsi.
g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.

2. Moderat
Rendahnya Sumber Daya Manusia. Penyebab korupsi yang tergolong modern itu
sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada empat
komponen, sebagai berikut:
1) Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai
2)

permasalahan yang berkaitan dengan Sains dan knowledge.


Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing komponen bangsa,
baik dirinya maupun untuk kepentingan bangsa dan negara, kepentingan dunia
usaha, dan kepentingan seluruh umat manusia. Komitmen mengandung tanggung
jawab untuk melakukan sesuatu hanya yang terbaik dan menguntungkan semua

pihak.
3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorangdalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya.
4)

Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorangmengemban


tanggung jawab yang diberikan.Betapa punmemiliki kemampuan dan komitmen
tinggi, tetapi bila tidak ditunjang dengan kesehatan yang prima, tidak mungkin
standar dalam mencapai tujuan.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE

Theory bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :


Greeds(keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara
potensial ada di dalam diri setiap orang.
Opportunities(kesempatan) : berkaitan dengankeadaan organisasi atau instansi atau
masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang
untuk melakukan kecurangan.
Needs(kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individuindividu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
Exposures(pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan.

Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku


(actor) korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar
organisasi yang melakukan korupsi yang merugikan pihak korban.Sedangkan faktorfaktor Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi
(victim) yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.
Menurut Dr.Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan
tindakan korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat,
kehendak, dan sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari
teman-teman, kesempatan, kurang kontrol dan sebagainya).
Menurut Komisi IV DPR-RI, terdapat tiga indikasi yang menyebabkan
meluasnya korupsi di Indonesia, yaitu :
1. Pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi.
2. Penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri.
3. Penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri.
4. Dalam buku Sosiologi Korupsi oleh Syed Hussein Alatas, disebutkan ciri-ciri
korupsi antara lain sebagai berikut :
5. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.
6. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.
7. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungann timbale balik.
8. Berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik perlindungan
hukum.
9. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusankeputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk mempengaruhi keputusankeputusan itu.
10. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
masyarakat umum.
11. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
12. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif.

13. Perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam


masyarakat.
Macam-Macam Korupsi
Tindak

pidana

korupsi

yang

dilakukan

cukup

beragam

bentuk

dan jenisnya.Namun, bila diklasifikasikan ada tiga jenis atau macamnya, yaitu
bentuk, sifat, dan tujuan.
1. Bentuk korupsi.
Bentuk korupsi terdiri atas dua macam, yaitu :Materiil dan immateriil. Jadi
korupsi tidak selamanya berkaitan dengan penyalahgunaan uangnegara.Korupsi yang
berkaitan dengan uang termasuk jenis korupsi materiil.Seorang pejabat yang
dipercaya atasan untuk melaksanakan proyek pembangunan, karena tergoda untuk
mendapatkan keuntungan besar proyek yang nilainya Rp 2.000.000,00 di mark-up
(dinaikkan) menjadi Rp 3.000.000,00 bentuknya jelas penggelembungan nilai proyek
yang terkaitdengan keuntungan uang.Sedangkan yang immaterial adalah korupsi yang
berkaitan denganpengkhianatan kepercayaan, tugas, dan tanggung jawab. Tidak
disiplinkerja adalah salah satu bentuk korupsi immaterial.Memang negara
tidak dirugikan secara langsung dalam praktik ini.Tetapi, akibat perbuatan
itu,pelayanan yang seharusnya dilakukan negara akhirnya terhambat.Keterlambatan
pelayanan inilah kerugian immaterial yang harusditanggung negara atau lembaga
swasta.Begitu juga dengan mereka yangsecara sengaja memanfaatkan kedudukan
atau tanggung jawab yangdimiliki untuk mengeruk keuntungan pribadi.
2. Berdasarkan Sifatnya.
A). Korupsi Publik. Dari segi publik menyangkutnepotisme, fraus, bribery,dan
birokrasi.Nepotisme

itu

terkait

dengan

kerabat

terdekat.Segala

peluang

dankesempatan yang ada sebesar-besarnya digunakan untuk kemenangankerabat

dekat.Kerabat dekat bisa keponakan, adik-kakak, nenek ataukroni.Fraus, artinya,


berusaha mempertahankan posisinya daripengaruh luar. Berbagai cara dilakukan
untuk kepentingan ini. Sodok kanan, sikut kiri, suap kanan, suap kiri, semua
dilakukan agar posisiyang telah dicapai/diduduki tidak diambil pihak lain atau
direbutorang lain.
Bribery,artinya pemberian upeti pada orang yangdiharapkan dapat memberikan
perlindungan atau pertolongan bagi kemudahan usahanya. Bribery juga memiliki
dampak yang cukup signifikan bagi kemajuan usaha. Namun, sasarannya, lebih
tertujupada output (hasil kerja). Birokrasi juga bagian tak terpisahkan daripraktik
korupsi.Birokrasi yang seharusnya berfungsi mempermudahmemberikan pelayanan
pada masyarakat, justru berubah menjadikendala pelayanan.
B). Korupsi Privat. Sisilain korupsi ditinjau dari privat, yang dimaksud privat ada
dua,yaitu badan hukum privat dan masyarakat. Praktik korupsi terjadi dibadan umum
privat dan masyarakat terjadi karena adanya interaksiantara badan hukum privat
dengan birokrasi, antara masyarakatdengan birokrasi.Jadi, sifat interaksi yang terjadi
adalah timbal balik.Interaksi tersebut menghasilkan deal-deal tertentu yang
salingmenguntungkan.Jadi, korupsi tidak hanya di lembaga-lembagainstitusi negara,
tetapi dengan swasta bergulir, karena ada interaksi.Tanpa ada interaksi antar swasta
dengan pemerintah tidak akan terjadi korupsi.
Korupsi telah didefinisikan secara jelas oleh UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20
Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, terdapat 33 jenis
tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. 33 tindakan tersebut
dikategorikan ke dalam 7 kelompok yakni :
1. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara
2. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap
3.Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan
4.Korupsi yang terkait dengan pemerasan
5.Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang

6.Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan


7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi
Menurut Aditjandra dari definisi tersebut digabungkan dan dapat diturunkan menjadi
dihasilkan tiga macam model korupsi (2002: 22-23) yaitu :
Model korupsi lapis pertama
Berada dalam bentuk suap (bribery), yakni dimana prakarsa datang dari pengusaha
atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas pelayanan publik atau
pembatalan kewajiban membayar denda ke kas negara, pemerasan (extortion) dimana
prakarsa untuk meminta balas jasa datang dari birokrat atau petugas pelayan publik
lainnya.
Model korupsi lapis kedua
Jaring-jaring korupsi (cabal) antar birokrat, politisi, aparat penegakan hukum, dan
perusahaan yang mendapatkan kedudukan istimewa. Menurut Aditjandra, pada
korupsi dalam bentuk ini biasanya terdapat ikatan-ikatan yang nepotis antara
beberapa anggota jaring-jaring korupsi, dan lingkupnya bisa mencapai level nasional.
Model korupsi lapis ketiga
Korupsi dalam model ini berlangsung dalam lingkup internasional dimana kedudukan
aparat penegak hukum dalam model korupsi lapis kedua digantikan oleh lembagalembaga internasional yang mempunyai otoritas di bidang usaha maskapai-maskapai
mancanegara yang produknya terlebih oleh pimpinan rezim yang menjadi anggota
jaring-jaring korupsi internasional korupsi tersebut.
3. Dampak Korupsi
Munculnya tindak pidana korupsi diberbagai Negara khususnya Indonesia
menyebabkan beberapa dampak, diantaranya :

A). Lesunya Perekonomian


Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi korupsi merintangi
akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas korupsi
memperlemah aktivitas ekonomi, memunculkan inefisiensi, dan nepotisme korupsi
menyebabkan lumpuhnya keuangan atau ekonomi suatu negara.Meluasnya praktek
korupsi di suatu negara mengakibatkan berkurangnya dukungan negara donor, karena
korupsi menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing.

B). Meningkatnya Kemiskinan.


Meningkatnya Kemiskinan Efek penghancuran yang hebat terhadap orang miskin:
Dampak langsung yang dirasakan oleh orang miskin dan dampak tidak langsung
terhadap orang miskin. Dua kategori penduduk miskin di Indonesia: Kemiskinan
kronis (chronic poverty), kemiskinan sementara (transient poverty). Empat risiko
tinggi korupsi: Ongkos finansial (financial costs), modal manusia (human capital)
kehancuran moral (moral decay), hancurnya modal sosial (loss of capital social).
C).Tingginya angka kriminalitas
Tingginya angka kriminalitas korupsi menyuburkan berbagai jenis kejahatan yang
lain dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula kejahatan.
Menurut Transparency International, terdapat pertalian erat antara jumlah korupsi dan
jumlah kejahatan. Rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka angka
kejahatan yang terjadi juga meningkat.Sebaliknya, ketika angka korupsi berhasil
dikurangi, maka kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum (law
enforcement) juga meningkat. Dengan mengurangi korupsi dapat juga (secara tidak
langsung) mengurangi kejahatan yang lain.
D). Demoralisasi

Demoralisasi korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah dalam


penglihatan masyarakat umum akan menurunkan kredibilitas pemerintah yang
berkuasa. Jika pemerintah justru memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula
unsur hormat dan trust (kepercayaan) masyarakat kepada pemerintah.Praktik korupsi
yang kronis menimbulkan demoralisasi di kalangan warga masyarakat. Menurut Bank
Dunia, korupsi merupakan ancaman dan duri bagi pembangunan. Korupsi
mengabaikan

aturan

hukum

dan

juga

menghancurkan

pertumbuhan

ekonomi.Lembaga internasional menolak mebantu negara-negara korup. Sun Yan


Said: korupsi menimbulkan demoralisasi, keresahan sosial, dan keterasingan politik.

E). Kehancuran birokrasi


Kehancuran birokrasi pemerintah merupakan garda depan yang berhubungan
dengan pelayanan umum kepada masyarakat. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai
tulang punggung negara.Korupsi menumbuhkan ketidakefisienan yang menyeluruh
kedalam birokrasi. Korupsi dalam birokrasi dapat dikategorikan dalam dua
kecenderungan umum: yang menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan di kalangan
mereka sendiri. Transparency International membagi kegiatan korupsi di sektor
publik ke dalam dua jenis, yaitu korupsi administratif dan korupsi politik.
F). Terganggunya Sistem Politik dan Fungsi Pemerintahan
Terganggunya sistem politik dan fungsi pemerintahan menyebabkan dampak
negatif terhadap suatu sistem politik : Korupsi mengganggu kinerja sistem politik
yang berlaku. Publik cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang
diduga terkait dengan tindakan korupsi.Contohnya : lembaga tinggi DPR yang sudah
mulai kehilangan kepercayaan dari Masyarakat Lembaga Politik diperalat untuk
menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi dan kelompok.
G). Buyarnya Masa Depan Demokrasi

Buyarnya masa depan demokrasi merupakan faktor penopang korupsi


ditengah negara demokrasi .Tersebarnya kekuasaan ditangan banyak orang telah
meretas

peluang

bagi

merajalelanya

penyuapan.Reformasi

neoliberal

telah

melibatkan pembukaan sejumlah lokus ekonomi bagi penyuapan, khususnya yang


melibatkan para broker perusaaan publik. Pertambahan sejumlah pemimpin
neopopulis yang memenangkan pemilu berdasar pada kharisma personal malalui
media, terutama televisi, yang banyak mempraktekan korupsi dalam menggalang
dana.

Bidang
Dampak Korupsi
Kehidupan
Hukum a. Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip
keadailan hukum
b. Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan.
c. Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat
d. Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan
uang
e. Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama
rakyat miskin
f. Peradilan dan kepastian hukum menjadi bertele-tele
karena disalahgunakan oleh aparat penegak hukum.
Politik a. Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu
(pemeritah pusat)
b. Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada
pemerintah pusat.
c. Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara negara
d. Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya
manusia indonesia.
e. Terjadinya ketidakstabilan politik karena rakyat tidak
percaya terhadap pemerintah.
f.
Diabaikannya
pembangunan
nasional
karena
penyelenggara negara disibukkan dengan membuat
kebijakan popilis bukan realistis.
Ekonomi a. Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai orang
yang berada di lingkaran kekuasaan.
b. Munculnya para pengusaha yang mengandalkan kebijakan

pemerintah bukan berdasarkan kemandirian.


c. Rapuhnya dasar ekonomi nasional karena pertumbuhan
ekonomi bukan didasarkan pada kondisi sebenarnya
d. Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis
ekonomi kerakyatan.
e. Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan ekonomi
secara keseluruhan
f. Hilangnya nilai moralitas dalam berusaha, yakni
diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang sangat
merugikan pengusaha menengah dan kecil.
g. Terjadinya tindak pencucian uang
Sosial a. Hilangnya nilai-nilai moral sosial
Budaya b. Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
c.
Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum,
berkurangnya kepedulian dan kesetiakawanan
d. Lunturnya nilai-nilai budaya bangsa.

4. Langkah-langkah Pemberantasan Korupsi


Upaya pemberantasan korupsi dapat dilakukan dengan langkah-langkah :
a.

Pemberlakuan berbagai UU yang mempersempit peluang korupsi

b. Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan untuk mencegah korupsi


c.

Pelaksanaan sistem rekruitmen aparat secara adil dan terbuka

d.

Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen masyarakat untuk


memantau kinerja para penyelenggara negara

e.

Pemberian gaji dan kesejahteraan pegawai yang memadai.

Cara yang kedua yang ditempuh untuk menindak lanjuti korupsi adalah :
a.

Pemberian hukum secara sosial dalam bentuk isolasi kepada para koruptor

b.

Penindakan secara tegas dan konsisten terhadap setiap aparat hukum yang
bersikap tidak tegas dan meloloskan koruptor dari jerat hukum

c.

Penindakan secara tegas tanpa diskriminasi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku terhadap para pelaku korupsi

d. Memberikan tekanan langsung kepada pemerintah dan lembaga-lembaga penegak


hukum untuk segera memproses secara hukum para pelaku korupsi.
Salah satu langkah nyata dalam upaya pemberantasan korupsi secara represif
adalah dengan ditetapkannya UU No. 46 Tahun 2003 tentang Pengendalian Tindak
Pidana Korupsi.Hakim dalam pengadilan tindak Pidana Korupsi terdiri dari hakim ad
hoc yang persyaratan dan pemilihan serta pengangkatannya berbeda dengan hakim
pada umumnya. Keberadaan hakim ad hoc diperlukan karena keahliannya sejalan
dengan kompleksitas perkara tindak pidana korupsi, baik yang menyangkut modus
operandi, pembuktian, maupun luasnya cakupan tindak pidana korupsi yang antara
lain di bidang keuangan dan perbankan, perpajakan, pasar modal, pengadaan barang
dan jasa pemerintah.
2.3. Gambaran Umum Korupsi di Indonesia
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan
sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang
Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya Operasi Budhi dan
Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil
nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan
Operasi Tertibyang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi
semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan.
Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup
banyak dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997
saat negara mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang
pada akhirnya menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan

rezim Orde Baru menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan
pemberantasan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya
dituangkan di dalam Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari
KKN.
1.4.

Persepsi Masyarakat tentang Korupsi


Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan

memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh.Namun yang paling
menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktikpraktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal, maupun nasional.
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi
dan demonstrasi. Tema yang sering diangkat adalah penguasa yang korup dan
derita rakyat. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas
kepada para koruptor. Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun
1998. Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat.
Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap
masyarakat dan sistem pemerintahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan,
persamaan dan kesejahteraan yang merata.

1.5.

Fenomena Korupsi di Indonesia


Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya

Indonesia ialah:
1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada
lembaga-lembaga politik yang ada.

2. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah disebabkan oleh mudahnya oknum lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan bisnis/ekonomi, sosial, keagamaan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan asing lainnya.
3. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya
banyak di antara mereka yang tidak mampu.
4. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih
kepentingan rakyat.Sebagai akibatnya, terjadilah runtutan peristiwa sebagai
berikut :
a) Partai politik sering inkonsisten, artinya pendirian dan ideologinya sering berubah-ubah sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
b) Muncul pemimpin yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum.
c) Sebagai oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya berlomba-lomba
mencari keuntungan materil dengan mengabaikan kebutuhan rakyat.
d) Terjadi erosi loyalitas kepada negara karena menonjolkan pemupukan harta dan
kekuasaan. Dimulailah pola tingkah para korup.
e) Sumber kekuasaan dan ekonomi mulai terkonsentrasi pada beberapa kelompok
kecil yang mengusainya saja. Derita dan kemiskinan tetap ada pada rakyat.
f) Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor di
bidang politik dan ekonomi-bisnis.
g) Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya jabatan dan hirarki politik kekuasaan.
1.6.

Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi


Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali

upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat


hukum lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang


Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan
memberantas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu
menjadi martir (pelopor/tonggak sejarah) bagi para pelaku tindak KKN.
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
a.

Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.

b. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan


good governance.
c.

Membangun kepercayaan masyarakat.

d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.


e.

Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

2.7. Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi


Menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita
secara sadar untuk menempatkan kepentingan umum (kepentingan rakyat banyak) di
atas kepentingan pribadi atau golongan. Ini perlu ditekankan sebab betapa pun
sempurnanya peraturan, kalau ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati para
pihak yang ingin korup, korupsi tetap akan terjadi karena faktor mental itulah yang
sangat menentukan.
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi
di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
a.

Upaya pencegahan (preventif).

b. Upaya penindakan (kuratif).


c.

Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.

d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)


2.7.1. Upaya Pencegahan (Preventif)

a.

Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan


pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan
agama.

b.

Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

c.

Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
tang-gung jawab yang tinggi.

d.

Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan
masa tua.

e.

Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.

f.

Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab
etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.

g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.


h.

Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan


mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

2.7.2. Upaya Penindakan (Kuratif)


Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar
dengan diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :
a) Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD (2004).
b) Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melakukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.

c) Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI
Jakarta (2004).
d) Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e) Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f) Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
g) Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h) Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i)

Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus


korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9
miliar (2004).

j) Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).


k) Kasus korupsi pengadaan simulator SIM (2012).
l) Kasus korupsi Hambalang (2012).
m) Kasus penyuapan hakim Pengadilan Negeri Bandung (2013).
n) Kasus korupsi pegawai pajak (Gayus Tambunan).
2.7.3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
a.

Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol


sosial terkait dengan kepentingan publik.

b.

Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

c.

Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.

d.

Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan


peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

e.

Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif


dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

2.7.4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)


a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang
mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan
terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas
korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik
korupsi. ICW lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan
reformasi yang menghendaki pemerintahan pasca Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba sekarang menjadi organisasi non pemerintah yang bergerak menuju organisasi
yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan
Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) Indonesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di
Indonesia, disusul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI
pada 2005, Indonesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK
Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya
dan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay,
Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah
negara terbebas dari korupsi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan penyelewengan atau penggelapan
(uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang
lain serta selalu mengandung unsur penyelewengan atau dishonest (ketidakjujuran).
Dan korupsi akan berdampak pada masarakat luas serta akan merugikan negara. Jenis
tindakan korupsi, diantaranya : Penyuapan, penggelapan, pemerasan, gratifikasi.
3.2. Saran
1. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
2.

Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai