1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi permintaan ekonomi. Ada 3 kondisi Ekonomi
yang mempengaruhi permintaan pariwisata, yaitu :
Kondisi ekonomi global. Secara umum kondisi ekonomi global sedikit banyaknya akan
mempengaruhi minat untuk melakukan perjalanan, terutama jarak jauh, yang pada
umumnya menuntut biaya yang relatif tinggi. Seperti yang terjadi jika terjadi gangguan
terhadap harga bahan bakar minyak secara global. Bahkan kondisi seperti yang terjadi
ketika krisis moneter melanda dunia, serta krisis financial Amerika dan Eropa akhiurakhir ini;
Kondisi ekonomi negara asal wisatawan (country of Origin). Seperti yang terjadi akhirakhir ini di mana beberapa negara Eropa mengalami krisis keuangannya, tidak dapat kita
mengharapkan banyak dari penduduknya untuk bepergian jauh, berhubung dengan
kemampuan import negara bersangkutan yang terpaksa dikurangibaahkan tidak mustahil
dihentikan, mengingat bepergian ke luar negeri berarti meng-import jasa pariwisata.
Kondisi ekonomi negara tujuan wisata (destination country). Indonesia mengalami hal ini
beberapa kali, seperti dalam dekade 1960-an dimana ekonomi kita mengalami inflasi
sampai melebihi 600%, kepariwisataan kita hampir tidak ada yang melirik. Padahal
ketika itu pemerintah bertekad mengembangkan kepariwisataan sejak 1958 dan termasuk
dalam Rencana Pembangunan Semesta Berencana.
2. Faktor Sosial
Industrialisasi yang menyebabkan meningkatnya pemerataan pendapatan dalam
masyarakat sehingga waktu senggang meningkat dan ada liburan yang dibayar membuat
orang-orang berkecenderungan sering melakukan perjalanan wisata.
3. Faktor Budaya
dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari
apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap
wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian
pengetahuan sebagai penambah kekayaan pola pikir budaya mereka.
4. Faktor Politik
dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah tujuan wisata dalam situasi
aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka
factor politik akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Faktor Teknologi
Faktor teknologi sangat berpengaruh terhadap permintaan pariwisata karena dengan
adanya teknologi yang canggih sehingga membuat para wisatawan lebih mudah dalam
mencari informasi mengenai tempat yang akan mereka kunjungi. Kemudian dengan
canggihnya transportasi membuat para wisatawan merasa lebih nyaman dan lebih aman
jika berkunjung ke suatu tempat wisata.
-Kaum wanita memperoleh status baru dari petani tradisionil berubah menjadi
pedagang acungan, pemilik took cendera mata, restoran atau bekerja pada kerajinan
tangan dan karyawan hotel.
3. Terjadi kelonggaran perlakuan orang tua terhadap anak-anak dari disiplin ketat menjadi
anak yang bebas memilih sesuai dengan yang dicita-citakannya
4. Peningkatan dalma wawasan masyarakat
5. Terjadinya perubahan tingkah laku kearah yang positif, terutama dalam etiket dan cara
komunikiasi antar sesama.
6. Dapat menghilangkan prasangka-prasangka negative terhadap etnis lain
7. Dan terdapat juga Dampak Periwisata terhadap Sosial Budaya.
8. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan Pariwisata disuatu daerah terhadap Sosial
Budaya sangat terasa apalagi daerah tersebut menerima pengaruh dengan cepat tanpa ada
penyaringan yang ketat terhadap kedatangan wisatawan.. Salah satu hal adalah dimana
daerah yang dituju merupakan daerah yang lemah dalam bidang ekonomi, dengan
sendirinya akan mengikuti Perkembangan dan merubah tatanan perekonomian sendiri
salah satu contoh mengubah mata pencaharian semula yang mereka lakukan secara
tradisional
menjadi
lebih
modern.
Masalah tentang dampak Pariwisata terhadap sosial budaya selama ini lebih cenderung
mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat kedatangan
wisatawan,
dengan
tiga
asumsi
yang
umum,
yaitu:
(Martin,
1998:171):
a. perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sistem sosialbudaya
b.
yang
perubahan
superordinat
tersebut
terhadap
umumnya
budaya
penerima
destruktif
bagi
yang
budaya
lebih
lemah;
indigenous;
c. perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana identitas etnik
lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri dengan teknologi barat, birokrasi
nasional dan multinasional, a consumer-oriented economy, dan jet-age lifestyles.
Menurut pendapat diatas menyiratkan bahwa di dalam melihat dampak pariwisata
terhadap sosial-budaya masyarakat setempat, pariwisata semata-mata dipandang sebagai
faktor luar yang akan merubah secara pasti terhadap social budaya pada masyarakat local.
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat yang dituju, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat
setempat. Oleh karena pariwisata banyak dikatakan sebagai perubah yang laur biasa,
yaitu:
dampak
c.
terhadap
dampak
d.
dampak
e.
dampak
h.
dampak
dampak
j.
ritme
terhadap
terhadap
dan
anggota
ke
kehidupan
pola
masyarakat;
distribusi
daerah
pariwisata;
sosial
masyarakat;
dan
kerja;
mobilitas
pengaruh
dan
kesenian
dan
sosial;
kekuasaan;
penyimpangan-penyimpangan
bidang
sosial;
pembagian
stratifikasi
meningkatnya
terhadap
antara
organisasi/kelembagaan
dari
terhadap
terhadap
dampak
migrasi
terhadap
dampak
interpersonal
dasar-dasar
terhadap
g.
i.
terhadap
dampak
f.
hubungan
sosial;
adat
dan
istiadat.
Dari pendapat Cohen tersebut diatas mengenai dampak pariwisata dapat disimpulan,
bahwa daerah tujuan wisata akan merasakan pengaruh yang luar biasa dari wisatawan
yang datang yaitu dari mengenai unsur kebudayaan universal di daerah. Sebagai mana
yang di kemukan oleh C.Kluckhohn dalam Koentjaraningrat merumuskan 7 unsur
Kebudayaan
a.
Sistem
Bahasa
Bahasa yang digunakan pada daerah ini adalah Sunda dengan dialek yang sama dengan
sunda
lainnya,
Bahasa yang dibunakan oleh masyarakat setempat baik berupa lisan maupun tulisan atau
berbentuk
symbol
b.
Sistem
simbol
mata
Pencaharian
Untuk menunjang hidup sehari hari, setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian
utama yang berbeda ditiap daerah, sehingga terdapat suku bangsa memiliki mata
pencaharian
c.
yang
khas
dibandingkan
Sistem
dengan
dengan
suku
bangsa
lain.
Teknologi
Teknologi atau peralatan hidup lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat mungkin
berbeda
beda
d.
tergantung
dimana
Sistem
masyarakat
Organisasi
itu
berada.
Sosial
Suku bangsa yang merupakan kelompok mayarakat besar akan memiliki system
kemasyarakatannya yang mungkin berbeda dengan suku bangsa lain: misalnya suku
bangsa
sunda
e.
dan
jawa.
Sistem
Pengetahuan
Masyarakat memilki pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari baik
dalam
f.
bidang
agriris
maupun
Sistem
dalam
bidang
pengobatan.
Kesenian
Masyarakat atau suku bangsa memiliki persaan yang dituangkan kedalam bentuk benci,
sedih, gembira, jengkel, bahagia dan sebagainya.perasaan timul dari setiap individu atau
masyarakat dalat dilakukan de dalam bentuk seni atau perasaan dapat muncul karena
seni.
g.
Sistem
Religi
Kepercayaan ditiap daerah itu berbeda merupakan warisan masa lampau dari perjalanan
hidup masyarakat bersangkutan sebagai warisan budayanya. Keyakinan setempat yang
diyakini masyarakatnya wajib dihormati oleh masyarakat lain, begitu pula dalam upacara
ritual yang berhubungan dengan keyakinan.
9. Dampak pariwisata dalam bidang budaya
Dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap kebudayaan tidak terlepas dari pola
interaksi di antaranya yang cenderung bersifat dinamika dan positif. Dinamika tersebut
berkembang, karena kebudayaan memegang peranan yang penting bagi pembangunan
berkelanjutan pariwisata dan sebaliknya pariwisata memberikan peranan dalam
merevitalisasi kebudayaan. Ciri positif dinamika tersebut diperlihatkan dengan pola
kebudayaan mampu meningkatkan pariwisata dan pariwisata juga mampu memajukan
kebudayaan. (Geriya, 1996: 49).
Paparan di atas menandakan perkembangan pariwisata dapat memberikan dampak yang
positif terhadap kebudayaan. Di sini akan terjadi akulturasi kebudayaan, karena adanya
interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan. Di samping itu, kebudayaan-kebudayaan
daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia akan terus
berkembang. Ini disebabkan oleh adanya wisatawan (orang asing) yang datang
berkunjung untuk melihat dan mengenal lebih dekat kebudayaan asli tersebut. Hal ini
tentunya juga menyebabkan terjadinya penggalian nilai-nilai budaya asli untuk
dikembangkan dan dilestarikan. Dengan demikian pola kebudayaan tradisional seperti
tempat-tempat bersejarah, monumen-monumen, kesenian, dan adat istiadat akan tetap
terpelihara dan lestari (sustainable).
Dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan seperti disebutkan di atas sejalan dengan
pemikiran Sihite (2000: 76) yang menyebutkan secara garis besar dampak positif
pariwisata terhadap kebudayaan dapat dilihat pada hal-hal berikut:
a. Merupakan perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya
yang dapat dinikmati oleh penduduk setempat dan wisatawan.
b. Merupakan dorongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali
beberapa pola budaya tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik,
upacara-upacara adat, dan pakaian.
c. Memberikan dorongan untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan
menarik.
d. Terjadinya tukar-menukar kebudayaan antara wisatawan dan masyarakat lokal.
Misalnya, wisatawan dapat lebih banyak mengenal kebudayaan serta lingkungan
yang lain dan penduduk lokal juga mengetahui tempat-tempat lain dari cerita
wisatawan.
e. Mendorong pendidikan di bidang kepariwisataan untuk menghasilkan Sumber
Daya Manusia di bidang kepariwisataan yang handal
Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkosentrasi dapat menimbulkan
berbagai dampak. Secara umum dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif dan
dampak negatif. Dampak positif dari pengembangan pariwisata meliputi;
1) Memperluas lapangan kerja
2) Bertambahnya kesempatan berusaha
3) Meningkatkan pendapatan
4) Terpeliharanya kebudayaan setempat
5) Dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan.
Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata tersebut akan menyebabkan;
1) Terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah
2) Timbulnya komersialisasi
3) Berkembangnya pola hidup konsumtif
4) Terganggunya lingkungan
terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air, nilai estetika perairan berkurang (seperti warna
laut berubah dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan laut
(seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi dan berenang karena air di
laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan wisatawan saling menjaga kebersihan
perairan.Guna mengurangi polusi air, alat transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang
ramah lingkungan, seperti : perahu dayung, kayak, dan kano.
2. Atmosfir
Perjalanan menggunakan alat transportasi udadra sangat nyaman dan cepat. Namun, angkutan
udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil buangan emisinya dilepas di udara yang
menyebabkan atmosfir tercemar dan gemuruh mesin pesawat menyebabkan polusi suara. Selain
itu, udara tercemar kibat emisi kendaraan darat (mobil, bus) dan bunyi deru mesin kendaraan
menyebabkan kebisingan. Akibat polusi udara dan polisi suara, maka nilai wisata berkurang,
pengalaman menjadi tidak menyenangkan dan memberikandampak negatif bagi vegetasi dan
hewan.Inovasi kendaraan ramah lingkungan dan angkutan udara berpenumpang massal (seperti
pesawat Airbus380 dengan kapasitas 500 penumpang) dilakukan guna menekan polusi udara dan
suara. Anjuran untukmengurangi kendaraan bermotor juga dilakukan dan kampanye berwisata
sepeda ditingkatkan.
3. Pantai dan pulau
Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai dan pulau
sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif dari pariwisata. Pembangunan fasilitas
wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana (jalan, listrik, air), pembangunan infrastruktur
(bandara, pelabuhan) mempengaruhi kapasitas pantai dan pulau.Lingkungan tepian pantai rusak
(contoh pembabatan hutan bakau untuk pendirian akomodasi tepi pantai),kerusakan karang laut,
hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional dan erosi pantai menjadi beberapaakibat
pembangunan pariwisata.Preservasi dan konservasi pantai dan laut menjadi pilihan untuk
memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan taman laut dan kawasan konservasi menjadi
pilihan. Wisatawan juga ditawarkan kegiatan ekowisata yang bersifat ramah lingkungan.
Beberapa pengelola pulau (contoh pengelola Taman NasionalKepulauan Seribu) menawarkan
paket perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun dan
menanam bakau di laut.
4. Pegunungan dan area liar
Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke pegunungan untuk berganti
suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi merusak gunung dan area liarnya. Pembukaan jalur
pendakian, pendirian hotel di kaki bukit, pembangunan gondola (cable car), dan pembangunan
fasilitas lainnya merupakanbeberapa contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan
area liar. Akibatnya terjadi tanahlongsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan (yang
bisa menjadi paru-paru masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan karena
gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali pepohonan di
pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya pencegahan kerusakan
pegunungan dan area liar.
5. Vegetasi
Pembalakan liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan (akibat api unggun di
perkemahan),koleksi bunga, tumbuhan dan jamur untuk kebutuhan wisatawan merupakan
beberapa kegiatan yang merusak vegetasi. Akibatnya, terjadi degradasi hutan (berpotensi erosi
lahan), perubahan struktur tanaman(misalnya pohon yang seharusnya berbuah setiap tiga bulan
berubah menjadi setiap enam bulan, bahkanmenjadi tidak berbuah), hilangnya spesies tanaman
langka dan kerusakan habitat tumbuhan. Ekosistemvegetasi menjadi terganggu dan tidak
seimbang.
6. Kehidupan satwa liar
Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan terpesona dengan
pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu kehidupan satwa-satwa tersebut.
Komposisi fauna berubahakibat:pemburuan hewan sebagai cinderamata, pelecehan satwa liar
untuk fotografi, eksploitasi hewan untuk pertunjukan, gangguan reproduksi hewan (berkembang
biak), perubahan insting hewan (contohhewan komodo yang dahulunya hewan ganas menjadi
hewan jinak yang dilindungi), migrasi hewan (ketempat yang lebih baik). Jumlah hewan liar
berkurang, akibatnya ketika wisatawan mengunjungi daerah wisata, ia tidak lagi mudah
menemukan satwa-satwa tersebut
7. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan
Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah, budaya dan
keagamaanmudah rusak. Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi awal situs, komersialisasi
daerah wisasta menjadi beberapa contoh dampak negatif kegiatan wisata terhadap lingkungan
fisik. Situs keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan sehingga mengganggu fungsi utama
sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya digunakan secara komersial sehingga
dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi menampung jumlah wisatawan yang melebihi
kapasitas). Kapasitas daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan
dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi kerusakan pada situs
sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi dan preservasi serta renovasi dapat dilakukan
untuk memperpanjang usia situs-situs tersebut.
8. Wilayah perkotaan dan pedesaan
Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan lain dibutuhkan di
daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu, jumlah kunjungan wisatawan, jumlah
kendaraan dan kepadatan lalu lintas jadi meningkat. Hal ini bukan hanya menyebabkan tekanan
terhadap lahan, melainkan juga perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersil,
kemacetan lalu lintas, polusi udara dan polusi estetika (terutama ketika bangunan didirikan tanpa
aturan penataan yang benar). Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan melakukan manajemen
pengunjung dan penataan wilayah kota atau desa serta membedayakan masyarakat untuk
mengambil andil yang besar dalam pembangunan.