Bab Ii Uraian Teoritis: Universitas Sumatera Utara
Bab Ii Uraian Teoritis: Universitas Sumatera Utara
URAIAN TEORITIS
lingkungan Badan Usaha Milik Negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang diciikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Efektif lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan
dan sasaran.
Bila jasa/layanan yang diterima (perceived service) sesuai dengan yang
diharapkan, maka kualitas jasa/layanan yang dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika
jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan
sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya bila jasa/layanan yang diterima lebih rendah
dari pada diharapkan, maka kualitas/layanan akan dipersepsikan buruk.
Dengan demikian, baik atau buruknya kualitas jasa/layanan tergantung kepada
kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten dan
berakhir pada persepsi pelanggan. Ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah
berdasarkan sudut pandang penyelenggara, tetapi harus dilihat dari sudut pandang
atau persepsi pelanggan.
Pelayanan publik adalah isu yang sangat krusial dan menarik untuk selalu
didiskusikan. Dimana dalam prakteknya selalu saja publik berada pada posisi tawar
yang tidak seimbang dengan pemerintah. Pemerintah sebagai pemeran utama
birokrasi cenderung membuat peraturan yang berbelit-belit dan rumit.
2. Prosedure pelayanan yang merupakan rangkaian proses atau tata kerja yang
menunjukkan adanya tahapan yang jelas dan pasti, sederhana , tidak berbelitbelit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan serta diwujudkan dalam
bagan alur.
3. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan harus diinformasikan secara
jelas dan relevan dengan jenis pelayanan serta diletakkan di dekat loket
pelayanan.
4. Rincian biaya pelayanan harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di
dekat loket pelayanan dan dapat dibaca serta pungutan yang ditarik dari
masyarakat harus disertai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah
yang dibayarkan.
5. Waktu penyelesaian pelayanan dan kurun waktu penyelesaian pelayanan
publik harus diinformasikan dan diletakkan di dekat loket pelayanan dengan
melaksanakan azas first in first out (fifo).
6. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan
atau menyelesaikan
keluhan/persoalan/sengketa
mudah dimengerti yang menyangkut hal-hal yang esensial dan informasi yang
akurat termasuk didalamnya standar kualitas pelayanan.
9. Standar pelayanan publik wajib disusun sesuai dengan tugas dan
kewenangannya dan dipublikasikan kepada ,masyarakat sebagai jaminan
adanya kepastian bagi penerima pelayanan.
10. Informasi pelayanan mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar,
janji/moto pelayanan, lokasi serta pejabat/petugas yang berwenang dan
bertanggung jawab wajib dipublikasikan kepada masyarakat melalui media
cetak, media gambar atau penyuluhan langsung kepada masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan baik
kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan sesuai ketentuan
perundangan.
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta
dalampenyelenggaraan otonominya
dan
untuk
keberhasilan
kesehatan
masyarakat,
khususnya
penduduk
miskin,
Wajib
ditetapkan
untuk
melindungi
hak-hak
konstitusional
professional
sehingga
tercapai
efisiensi
dan
efektivitas
penggunaan sumberdaya.
5. Bersifat dinamis., Ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan dasar.
spesifikasi
tetap
peningkatan
berpedoman
pada
kinerja
pelayanan
Standar
teknis
yang
yang
harus
ditetapkan
dicapai
guna
mencapai status kesehatan yang diharapkan. Dalam Urusan Wajib dan SPM, nilai
indikator yang dicantumkan merupakan nilai minimal nasional (Indikator
yang ada dalam Indonesia Sehat 2010).
vital sifatnya, memang ''sedia payung sebelum hujan'' itu mutlak, tetapi upaya kuratif
(pengobatan orang sakit) di rumah sakit juga harus terlaksana baik. Masalahnya tentu
bagaimana semua pihak mau berupaya agar pelayanan di rumah-rumah sakit kita
akan makin baik dari masa ke masa.
Dewasa ini tingkat harapan pasien dan masyarakat pada pelayanan kesehatan
terasa meningkat. Memang pada dasarnya orang akan terus mengharapkan pelayanan
publik yang lebih baik, apalagi di bidang kesehatan yang menjadi sendi dasar penting
kehidupan. Bagaimana petugas kesehatan mengantisipasinya, memang masih ada
beberapa masalah disini.
Di satu pihak rasio petugas kesehatan dengan pasien di negara kita masih
kurang, dan dipihak lain ada juga berbagai masalah, salah satunya adalah karena
sebagian besar dokter spesialis di Indonesia bekerja di lebih dari satu tempat kerja.
Diharapkan dengan diberlakukannya UU Praktek Kedokteran yang baru maka akan
ada aturan lebih tegas bahwa seorang dokter hanya boleh praktek di tiga tempat saja.
Tetapi, kalau dilihat latar belakangnya, sebenarnya rasanya banyak sekali
dokter yang senang bekerja hanya di satu rumah sakit saja, tidak perlu berpindahpindah, apalagi di kota besar yang macet seperti Jakarta. Tetapi, kenyataan
menunjukkan bahwa kalau dia hanya bekerja di satu rumah sakit pemerintah saja
tanpa kerja di tempat lain maka penghasilannya tidaklah mencukupi.
Di pihak lain ada juga keluhan tentang perawat kita yang ''galak-galak'' dan
kurang komunikatif. Ada beberapa hal disini. Pertama, mungkin beban kerja yang
rangka memberikan pelayanan kepada publik yang lebih baik dimasa mendatang,
tradisi strategic planning bagai birokrasi akan sangat bermanfaat terutama dalam
memacu pola berfikir strategis mengenai apa misi utama birokrasi yang hendak
dicapai, tujuan jangka panjang dan pendeknya, rencana-rencana strategis, dan
rencana-rencana operasional, khususnya program-program dan proyeknya. Relevansi
manajemen strategis bagi birokrasi kiranya telah menemukan momentumnya saat ini
mengingat sifat interconnectedness di lingkungan birokrasi juga semakin mengemuka
dari waktu ke waktu.
Menurut Bryson (1995:66-68) terdapat tiga pendekatan dasar untuk mengenali
isu strategis, yaitu :
1.
Pendekatan langsung (direct approach), meliputi jalan lurus dari ulasan terhadap
mandat, misi dan SWOTs hingga identifikasi isu-isu strategis. Pendekatan
langsung dapat bekerja di dunia yang pluralisti, partisan, terpolitisasi, dan relatif
terfragmentasi di sebagian besar organisasi publik, sepanjang ada koalisi
dominan yang cukup kuat dan cukup menarik untuk membuatnya bekerja.
2.
3.
dan tujuan bagi dirinya sendiri dan kemudian mengembangkan strategi untuk
mencapainya. Pendekatan ini dapat bekerja jika ada kesepakatan yang agak luas
dan mendalam tentang sasaran dan tujuan organisasi, serta jika sasaran dan
tujuan itu cukup terperinci dan spesifik untuk memandu pengembangan strategi.
4.
penelitian ini adalah pendekatan langsung. Namun yang perlu diingat bahwa proses
manajemen strategis apapun akan bermanfaat hanya jika proses manajemen strategis
membantu berpikir dan bertindak secara strategis kepada orang-orang penting
pembuat keputusan.
Proses manajemen strategis menurut Bryson and Roring (1987:10) meliputi
delapan langkah, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
sumber
daya(inputs),
strategi
sekarang
(process),
dan
kinerja(outputs).
6.
7.
8.
SWOT
membandingkan
antara
faktor
eksternal
peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses). Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis
berada di
posisi mana, dapat dilihat pada gambar berikut ini (Rangkuti, 2000:19-21).
BERBAGAI PELUANG
3. Mendukung
strategi
turn around
1. Mendukung
strategi agresif
KEKUATAN
INTERNAL
KELEMAHAN
INTERNAL
4. Mendukung
strategi
defensif
2. Mendukkung
strategi
diversifikasi
BERBAGAI ANCAMAN
Gambar 1. Analisis SWOT
Kuadran 1 :
ini adalah
mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran 2 :
Kuadran 3 :