Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun.
Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 18 Tahun1999 Juncto
Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 85 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah
Bahan Berbahaya Beracun (B3) :
1 Pasal 1 (ayat 1) :
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Yang dimaksud dengan
sisa suatu kegiatan adalah sisa suatu kegiatan dan/atau proses produksi
yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, rumah sakit,
2

industri, pertambangan, dan kegiatan lain.


Pasal 1 (ayat 2) :
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa
suatu usaha dan /atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
/atau beracun yang karena sifat dan /atau konsentrasinya dan /atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain.

B. Pestisida.
Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu.
Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi").
Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia,
ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak
selalu, beracun.dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai
"racun". Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak

ekosistem.Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan


kesejahteraan petani juga semakin baik.
Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi
menurut jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka
pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk
hidup lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan.
Tabel 2.1 Penggolongan Pestisida Kimia
NO
1.

Klasifikasi
Insektisida

Bentuk Kimia
Botani
Carbamat

Organophosphat

Organochlorin

2.

Herbisida

Aset anilid
Amida
Diazinone
Carbamate
Triazine
Triazinone

Bahan aktif
Nikotine
Pyrethrine
Rotenon
Carbaryl
Carbofuran
Methiocorb
Thiocarb
Dichlorovos
Dimethoat
Palathion
Malathion
Diazinon
Chlorpyrifos
DDT
Lindane
Dieldrin
Eldrin
Endosulfan
gammaHCH
Atachlor
Propachlor
Bentazaone
Chlorprophan
Asulam
Athrazin
Metribuzine
Metamitron
5

Keterangan
Tembakau
Pyrtrum
toksik kontak
toksik sistemik
bekerja pada lambung
juga moluskisida
toksik kontak
toksik kontak,
sistemik
toksik kontak
toksik kontak
kontak dan ingesti
kontak, ingesti
persisten
persisten
kontak, ingesti
kontak, ingesti
Sifat residu
Kontak

Toksin kontak

3.

Fungisida

Inorganik

Bordeaux
mixture
Copper

Benzimidazole
Hydrocarbon-

oxychlorid
Mercurous

phenolik

chloride
Sulfur
Thiabendazole
Tar oil

Protektan
Proteoktan
Protektan, sistemik
Protektan, kuratif

(Darmono, 2011)

C. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida Kimia


Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal,
pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan
kesehatan manusia. Begitupun juga dengan hal penggunaan pestisida kimia di
Merapi Golf mengendalikan hama dan penyakit tanaman khususnya untuk
rumput yang ada di Merapi Golf. Adapun dampak negatif dari penggunaan
pestisida kimia antara lain adalah:
1 Hama menjadi kebal (resisten).
2 Peletakan hama baru (resuljensi).
3 Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen.
4 Tebunuhnya musuh alami.
5 Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia.
6 Kecelakaan bagi pengguna.
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang

diberikan

membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak


ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan
kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang
dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa
terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Usaha
atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah :
6

Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida.


Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan
untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum

tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.


Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan

pabrik atau petugas penyuluh.


Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih

dahulu pada penyuluh.


Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan

menggunakannya.
Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan

kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.


Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai

tercecer.
Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida.

D. Cara Penggunaan Pestisida Kimia


Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis
obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan
sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah
hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel
pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik
bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah
terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun.
Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya
kerja pestisida berkurang.
Cara penggunaan pestisida kimia adalah sebagai berikut :
1 Dosis Pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan
untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman
7

yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang
mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau
diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan
satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida
yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan.
2

Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.


Konsentrasi Pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal
penggunaan pestisida.
Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida

dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.


Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram

setiap liter air.


Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase

kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.


Alat Semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti
knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan
konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan
volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low

volume) biasanya kurang dari 5 liter.


Ukuran Droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet: Veri coarse spray lebih 300m,
Coarse spray 400-500m, Medium spray 250-400m, Fine spray 100-

250m, Mist 50-100m, Aerosol 0,1-50m, dan Fog 5-15m.


Ukuran Partikel
Ada bermacam-macam ukuran partikel: Macrogranules lebih 300m,
Microgranules 100-300m, Coarse dusts 44-100m, Fine dusts kurang

44 m, dan Smoke 0,001-0,1m.


Ukuran Molekul
Ukuran ini hanya ada satu macam yaitu kurang 0,001m.
Sebelum menggunakan pestisida harus diformulasi terlebih dahulu.

Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar,

kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh


formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang
sering dijumpai :
1 Cairan emulsi

(emulsifiable

concentrates/emulsible

concentrates).

Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di


belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution),
WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution).
Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan
besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen
berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair
biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan
perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2

Butiran (granulars).
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian
sebagai insektisida sistemik.Dapat digunakan bersamaan waktu tanam
untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran
biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek
dan kuarsa serta bahan perekat.Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 225 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran
lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi
butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau

WDG (water dispersible granule).


Debu (dust).
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif
dan zat pembawa seperti talek.Dalam bidang pertanian pestisida formulasi
debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar
10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat

mengenai sasaran (tanaman).


Tepung (powder).

Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan


aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75
persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang
nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP
5

(water soluble powder).


Oli (oil).
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO
(solluble concentrate in oil).Biasanya dicampur dengan larutan minyak
seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti
penyemprotan

ULV

(ultra

low

volume)

dengan

menggunakan

automizer.Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.


Fumigansia (fumigant).
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap
yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang
penyimpanan.
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105

unsur.Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21


unsur.Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen,
oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari
logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic. Setiap
pestisida mempunyai sifat yang berbeda.Sifat pestisida yang sering ditemukan
adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi, berat molekul
dan titik didih.

Cara Kerja Pestisida


Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad

terkena sasaran.
Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran
terkena uap atau gas

10

Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian


tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan

tanaman.
Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran
memakan pestisida.

11

Anda mungkin juga menyukai