b.
c.
d.
e.
Jadi tindak pidana yang dilakukan sebelum adanya undang-undang ini dapat tetap
diproses menggunakan kententuan dalam undang-undang ini. Tercantum dalam
pasal 46 Undang-Undang nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme. Sedangkan dalam Criminal Code Act 1995 Australia tidak
menganut asas ini.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 membatasi atau mengecualikan tindak
pidana selain yang bermotif politik. pengaturannya dirumuskan dalam pasal 5.
sedangkan dalam Criminal Code Act 1995 Australia sebaliknya, tindak pidana
bermotif politik merupakan unsur-unsur tindak pidana terorisme seperti yang
tercantum dalam Chapter 5 Part 5.3 Division 100 Section 100.1
Dalam pelaksanaan hukuman mati, Criminal Code Act 1995 Australia tidak
mengenal tentang hukuman mati. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menerapkan
hukuman mati diantaranya dalam pasal 6, 9 dan 14.
Dalam Criminal Code Act 1995 Australia disebutkan pihak atau organisasi yang
berwenang di bawah Undang-Undang Terorisme, yang diatur dalam Chapter 5
Part 5.3 Division 104. Disebutkan pihak yang berwenang adalah Polisi Federal
Australia atau AFP (Australian Federal Police). Sedangkan dalam UndangUndang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
tidak diebutkan pihak yang berwenang.
Ketentuan Pidana usia 18 Tahun ke bawah di Indonesia tetap berlaku, tetapi
dikecualikan. Ketentuan pidana yang tidak diberlakukan terhadap pelaku yang
dibawah usia 18 Tahun adalah ketentuan pidana mati atau seumur hidup,
tercantum dalam pasal 19 dan 24 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003.
Sedangkan dalam Criminal Code Act 1995 Australia ketentuan pidana tersebut
tidak diberlakukan bagi usia 18 tahun kebawah.
Apabila dibandingkan, Criminal Code Act 1995 Australia lebih baik daripada
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme masih terdapat banyak kekurangan, diantara nya
penggunaan asas retroaktif, hal ini akan menimbulkan masalah dalam hal penegakan
hukumnya. Penerapan hukuman mati juga tidak sesuai dengan adanya penegakan
HAM. Tidak dijabarkannya sanksi dan pelanggaran seperti dalam Criminal Code Act
1995 Australia secara jelas akan menimbulkan masalah dalam hal penegakan hukum
nya. Hal ini terbukti dengan banyaknya anggota teroris yang mendapat hukuman
ringan meskipun telah terbukti dalam aksi terorisme. Tidak disebutkanya pihak yang
berwenang dalam menangangi aksi terorisme juga menjadi kekurangan UndangUndang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.