ITS Undergraduate 19573 3110040601 Paperpdf
ITS Undergraduate 19573 3110040601 Paperpdf
ZULFIKAR JAUHARI
NRP.3110.040.601
Dosen Pembimbing:
Ir. Chomaedhi, CES. Geo
19550319.198403.1.001
ZULFIKAR JAUHARI
NRP.3110.040.601
Dosen Pembimbing:
Ir. Chomaedhi, CES. Geo
19550319.198403.1.001
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR
MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN
JALAN TOL MOJOKERTO-KERTOSONO
STA. +5.350 STA. +10.350
KABUPATEN MOJOKERTO-KERTOSONO
JAWA TIMUR
Oleh
Mahasiswa
Zulfikar Jauhari
3110.040.601
Mengetahui
Dosen Pembimbing
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Batasan Masalah
1.5 Peta Lokasi Proyek
1
1
1
1
2
4
10
11
17
17
18
20
20
21
23
24
24
24
25
25
26
27
27
27
28
29
29
29
31
32
33
34
35
36
DAFTAR PUSTAKA
37
URAIAN SINGKAT
Proyek pembangunan jalan Tol Mojokerto Kertosono merupakan
rangkaian dari program Trans Java Tollway System. Yaitu jalan tol yang dimulai
dari Merak, Jawa Barat sampai dngan bagian timur Pulau Jawa yaitu
Banyuwangi, Jawa Timur. Ada 10 ruas jaringan jalan tol di jawa timur
diantaranya Tol Waru Juanda (13,6 km), Jalan Tol Surabaya Mojokerto (37
km) dan Jalan tol Mojokerto Kertosono ini (41) dan masih ada 7 ruas jalan tol
lainnya yang masih berkendala. Keberadaan jalan tol ini sangat penting dalam
kelancaran arus lalu lintas. Seiring meningkatnya jumlah lalu lintas yang
diakibatkan bertambahnya jumlah kendaraan dan kondisi perkerasan yang sudah
mengalami kerusakan (bergelombang dan retak-retak) pada beberapa lokasi di
ruas jalan
Pembangunan jalan Tol Mojokerto Kertosono ini dimaksudkan sebagai
jalan penghubung altenatif yang menghubungkan kota Mojokerto dan kota
Kertosono yang sedang bekembang disekitarnya seiring dengan meningkatnya
sektor industri dan perdagangan. Namun karena keterbatasan data, penyusun
hanya membatasi pada Manajemen Pelaksanaan jalan dengan menggunakan
perkerasan kaku ( rigid pavement ),
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyek pembangunan jalan TOL MOJOKERTO-KERTOSONO merupakan
rangkaian dari program Trans Java Tollway System. Yaitu jalan tol yang dimulai dari
Merak, Jawa Barat sampai dengan bagian timur Pulau Jawa yaitu Banyuwangi, Jawa
Timur. Ada 10 ruas jaringan jalan tol di jawa timur diantaranya Tol Waru Juanda
(13,6 km), Jalan Tol Surabaya Mojokerto (37 km) dan Jalan tol Mojokerto
Kertosono ini (41) dan masih ada 7 ruas jalan Tol lainnya yang masih berkendala.
Keberadaan jalan Tol ini sangat penting dalam kelancaran arus lalu lintas. Seiring
meningkatnya jumlah lalu lintas yang diakibatkan bertambahnya jumlah kendaraan dan
kondisi perkerasan jalan arteri yang sudah mengalami kerusakan (bergelombang dan
retak-retak) pada beberapa lokasi di ruas jalan dan kemacetan yang terjadi akibat jalan
yang rusak.
Pembangunan jalan Tol Mojokerto Kertosono ini dimaksudkan sebagai jalan
penghubung altenatif yang menghubungkan kota Mojokerto dan kota Kertosono yang
sedang bekembang disekitarnya seiring dengan meningkatnya sektor industri dan
perdagangan. Namun karena keterbatasan data, penyusun hanya membatasi pada
manajemen pelaksanaan pembangunan jalan dengan menggunakan perkerasan kaku
( Rigid Pavement).
1.2 Perumusan Masalah
Dari pelaksaaan teknis dilapangan yang selama ini dilakukan pihak kontraktor
pelaksana proyek pembangunan Jalan TOL MOJOKERTO-KERTOSONO, penulis
mengamati serta merumuskan perlu ditentukan pola sistem kerja yang efektif dan efisien
yaitu :
1. Bagaimana menentukan metode pelaksanaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi
dilapangan.
2. Bagaimana penyusunan ulang jadual wakru pelaksanaan untuk setiap item pekerjaan
dengan penggunaan sumber daya yang tersedia.
3. Berapa perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap item pekerjaan
dengan penggunaan dana yang ada.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan penulisan Proyek akhir ini adalah untuk :
a. Mengetahui pola manajemen pelaksanaan yang tepat dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia dan sesuai kondisi lapangan.
b. Mendapatkan kebutuhan waktu dalam pelaksanaan pembangunan proyek tersebut.
c. Mendapatkan rencana anggaran biaya yang ekonomis dengan keamanan yang bisa
dipertanggung jawabkan secara teknis
1.4 Batasan Masalah
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis membatasi beberapa permasalahan
diantaranya :
1. Tidak membahas permasalahan yang terkait dengan pembebasan lahan.
2. Tidak membahas masalah lalulintas disekitar lokasi proyek saat dikerjakan.
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
STA. 10.+350
Desa Pagerluyung
Kabupaten Mojokerto
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Dalam proses penyelesaian proyek pembangunan jalan ini ada hal yang sangat penting
dari awal sampai akhir yang menjadi tanggung jawab baik pemilik, konsultan maupun
kontraktor pelaksana, maka dipilih suatu cara yang tepat yaitu sistem manajemen guna
memecahkan masalah-masalah yang terjadi dilapangan, diperlukannya suatu cara / suatu
proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang kearah tujuan atau maksud yang nyata, diantaranya meniadakan kecenderungan
untuk melaksanakan sendiri semua urusan. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan
manusia pengetahuan manajemen sebagai karya-karya praktik yang nyata sbab, manajemen
merupakan suatu kekuatan yang mempunyai fungsi sebagai alat pemersatu, penggerak dan
pengkoordinir faktor alam, tenaga dan modal.
Dipergunakannya manajemen sebab manajemen adalah sebagai ilmu dan seni yang
merupakan bentuk kerja, berfungsi penting sebagai pedoman kegiatan, standar pelaksanaan,
sumber motivasi maupun sebagai dasar rasional pengorganisasian agar pelaksanaan kegiatankegiatan dapat mencapai suatu tujuan yang berhasil dan berdaya guna secara cepat, efektif
dan efisien.
Dari kalangan para ahli belum terdapat adanya konsensus keseragaman dalam
membagi jumlah fungsi manajemen. Tetapi pada umumnya kita dapat membagi fungsi
manajemen itu dalam definisi yang diuraikan dengan singkatan POMC (Planning, Organizing
and Staffing, Motivating, Controlling).
1. Perencanaan (Planning) : mempunyai tiga arti, yaitu :
a) Pengambilan keputusan (decision making)
b) Memikirkan secara mendalam untuk memutuskan apa yang harus diperbuat
c) Menetapkan sasaran dan menjabarkan cara mencapai sasaran-sasaran tersebut
Tujuan perencanaan adalah menemukan kesempatan-kesempatan di masa
mendatang dan membuat rencana-rencana untuk memanfaatkannya. Rencana yang paling
efektif adalah memanfaatkan kesempatan dan menghilangkan halangan atas dasar
kekuatan dan kelemahan dari organisasi.
2. Pengaturan & Penyediaan Staff (Organizing and Staffing) :
Dalam suatu pekerjaan umumnya terdiri dari beberapa orang yang bersepakat
untuk bekerja sama, maka diperlukan suatu pengaturan yang jelas, siapa yang
mengerjakan apa, dan kepada siapa orang yang bekerja tersebut harus
mempertanggungjawabkan pekerjaannya (memberikan laporan). Maka tercipta struktur
organisasi yang berfungsi sebagai sarana penentu dan pengatur, serta pembagi tugas
antara orang/kelompok orang. Dalam struktur organisasi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
Hubungan antara bawahan dan atasan harus jelas, komunikasi timbal balik harus
terpelihara.
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 4
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
3. Menggerakkan (Motivating)
Menggerakkan yang dimaksud adalah kemampuan dari seorang manager proyek
untuk memberikan alasan kepada bawahannya untuk pengembangan sumber daya
manusia dan bimbingan kerja (yang berperan disini adalah Faktor Leadership/Jiwa
kepemimpinan). Pemimpin proyek selalu berusaha agar para bawahannya menjadi ahli
dalam bidang pekerjaannya dan terampil dalam bidang manajemennya. Motivasi
merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan, memelihara perilaku
manusia. Dan motivasi ini merupakan suatu subyek yang penting bagi manager, karena
menurut definisi manager harus bekerja dengan melalui orang lain, maka manager perlu
memahami orang-orang yang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhi untuk bekerja
sesuai dengan yang diinginkan organisasi. Namun motivasi adalah juga subyek yang
membingungkan, karena motivasi tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, tetapi
harus disimpulkan dari perilaku orang yang tampak. Motivasi bukan hanya satu-satunya
faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat
adalah kemampuan individu dan pemahaman tentang perilaku yang diperlakukan untuk
mencapai prestasi yang tinggi atau disebut persepsi peranan. Motivasi, kemampuan dan
persepsi peranan adalah saling berhubungan.
Jadi bila salah satu faktor rendah, maka tingkat prestasi akan rendah walaupun
faktor-faktor lain tinggi.
Faktor Motivasi yang perlu diciptakan oleh seorang manager proyek, meliputi:
Komunikasi timbal balik antara atasan dan bawahan, sehingga tercipta iklim kerja
yang berkesinambungan.
Diciptakan unsur partisipasi dalam memecahkan masalah & pengambilan keputusan.
Metoda, program kerja yang mantap dan jelas.
Berorientasi kepada hasil pekerjaan
Delegasi pekerjaan harus disertai tanggung jawab yang jelas, limitasi wewenang untuk
dapat mengambil keputusan serta kriteria tentang hasil pekerjaan.
Menghargai bawahan yang berprestasi dan ciptakan disiplin yang tegas.
Menciptakan suasana agar bawahan memiliki kemampuan dan kemauan untuk bekerja
sama secara kelompok (team work).
4. Pengontrolan (Controlling)
Pengontrolan dilakukan untuk melihat perkembangan pekerjaan, apakah sesuai
dengan rencana, atau apakah ada penyimpangan ? Pengontrolan bisa dilakukan dari
laporan dan dari pengecekkan lapangan, dan dari keduanya dilakukan pencocokan mana
yang lebih aktual mendekati kondisi nyata.
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Tujuan pengontrolan tidak mencari kesalahan orang, melainkan untuk menjaga dan
melihat apakah hasil pekerjaan sesuai dengan rencana atau tidak, sesuai rencana yang
dimaksud adalah kegiatan proyek dapat dimulai, dilaksanakan dan diselesaikan menurut
jadwal yang telah ditentukan, budget yang disediakan, mutu pekerjaan yang ditetapkan
dan sumber daya alam serta sumber daya manusia yang tersedia.
5. Langkah dalam melakukan fungsi kontrol :
a) Adanya prestasi standard sebagai tolak ukur.
b) Mengukur hasil prestasi pekerjaan.
c) Membandingkan & mengevaluasi hasil prestasi aktual dengan standard prestasi yang
diharapkan.
d) Melakukan tindakan koreksi, bilamana standard prestasi tidak tercapai.
Secara spesifik konsep manajemen adalah merupakan suatu proses, dimana di
dalamnya diberikan input dan diharapkan manajemen dapat menghasilkan output sesuai
sasaran sebagaimana yang ditetapkan. Input dalam proses manajemen terdiri dari
bermacam-macam sumber daya (resources), seperti:
-
Manajemen Proyek adalah sebagai suatu usaha kegiatan untuk meraih sasaran
yang telah didefinisikan dan ditentukan dengan jelas secara efisien dan seefektif mungkin
dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
Ciri-ciri Umum Manajemen Proyek sebagai berikut :
1. Tujuan, sasaran, harapan-harapan, dan strategi proyek hendaknya dinyatakan secara
jelas dan terinci sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar
kesepakatan segenap individu dan satuan organisasi yang terlibat.
2. Diperlukan Rencana Kerja, Jadwal dan Anggaran Belanja yang realistis.
3. Diperlukan kejelasan dan kesepakatan tentang peran dan tanggung jawab diantara
semua satuan organisasi dan individu yang terlibat dalam proyek untuk berbagai strata
jabatan.
4. Diperlukan mekanisme untuk memonitor, mengkoordinasikan mengendalikan, dan
mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pada berbagai strata organisasi.
5. Diperlukan mekanisme sistem evaluasi yang diharapkan dapat memberikan umpan
balik bagi manajemen. Informasi umpan balik akan dimanfaatkan sebagai pelajaran
dan dipakai sebagai pedoman didalam upaya peningkatan produktivitas proyek.
6. Diperlukan satuan organisasi proyek yang dapat dimungkinkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang mungkin harus bergerak di luar kerangka organisasi, akan
tetapi tetap berorientasi pada tercapainya produktivitas.
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
7. Diperlukan pengertian dan pemahaman mengenai tata cara dan dasar-dasar peraturan
birokrasi, dan pengetahuan tentang cara-cara mengatasi kendala birokrasi.
Sistem Manajemen Proyek :
Sistem manajemen proyek disusun dan dijabarkan menjadi seperangkat pengertian,
alat dan petunjuk tata cara yang mudah untuk dilaksanakan sedemikian rupa sehingga :
1. Mampu menghubungkan dan menjembatani kesenjangan persepsi di antara para
perencana dan pelaksananya, sehingga kesemuanya mempunyai satu kerangka konsep
yang sama tentang kriteria keberhasilan suatu proyek.
2. Dapat memberikan kesamaan bahasa yang sekaligus memadukan tertib teknis dan sosial,
yang dapat diterapkan pada setiap proyek dengan cara sederhana, jelas, sistematis dan
effisien.
3. Mampu mewujudkan suatu bentuk kerjasama dan koordinasi antar satuan organisasi
pelaksana sehingga terwujud suatu semangat bersama untuk merencanakan proyek secara
lebih terinci dan cukup cermat dalam mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul
dalam pelaksanaan.
Siklus Manajemen :
Semua kegiatan proyek merupakan suatu siklus mekanisme manajemen yang
didasarkan atas 3 (tiga) tahapan, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Siklus
mekanisme manajemen tersebut merupakan proses terus menerus selama proyek berjalan,
oleh karenanya pelaksanaan proyek berlangsung dalam suatu tata hubungan kompleks yang
selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi mutakhir dengan memanfaatkan umpan balik
dari hasil evaluasi. Keberhasilan pelaksanaannya tergantung pada upaya dan tindakan yang
terkoordinasi dari berbagai satuan organisasi dan jabatan diberbagai jenjang manajemen.
Siklus mekanisme manajemen proyek tersebut ditunjukkan pada gambar :
PERENCANAAN
Umpan Balik
EVALUASI
Sasaran Proyek
Tercapai
PELAKSANAAN
Berita Acara
Penyerahan
Hasil Proyek
Tercapai
Pengendalian
(Monitoring)
c) Analisis anggaran keuangan, anggaran keuangan disusun secara realistis, bertahap, dengan
berorientasi pada keluaran atau kegiatan-kegiatan proyek. Analisis anggaran keuangan
bukan hanya dibuat berdasarkan Daftar Rencana Kegiatan pada saat perencanaan proyek
saja, akan tetapi harus ditunjang dengan suatu sistem akuntansi yang benar dan baik
selama proyek berjalan. Analisis anggaran keuangan berguna untuk membagikan sumber
daya yang terbatas guna hasil keseluruhan yang optimal, menganalisa perbandingan antara
pembiayaan dan manfaat yang diperoleh, serta menyusun anggaran belanja yang realistis.
d) Rincian Tanggung Jawab, salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan proyek
adalah adanya peranan dan tanggung jawab yang jelas bagi setiap personil, yang disetujui
bersama oleh sesama pelaku-pelakunya.
Suatu organisasi dengan melibatkan banyak unsur apabila tanpa dilandasi dengan
kesepakatan yang jelas, cenderung akan mengundang masalah yang akan mengakibatkan
kekacauan, kelambatan, bahkan pembengkakan biaya. Untuk itu suatu organisasi
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
memerlukan bagan rincian tanggung jawab yang merupakan salah satu perangkat Sistem
Manajemen Proyek dengan kegunaannya antara lain sebagai berikut :
1) Dapat membantu tercapainya kesepakatan mengenai peran dan tanggung jawab
masing-masing individu dalam organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan proyek.
2) Untuk menyederhanakan pelaksanaan koordinasi proyek dan sebagai sarana untuk
media komunikasi antar masing-masing penanggung jawab.
3) Mempehatikan hubungan tugas dan jabatan secara jelas, sehingga membantu
memastikan bahwa semua tugas dan seluruh personil yang diperlukan untuk
pelaksanaan dapat berjalan.
e) Jadwal pelaksanaan proyek, jadwal berguna untuk menetukan waktu dan urutan kegiatankegiatan proyek. Perangkat manajemen yang berupa jadwal ini menunjukkan kapan suatu
kegiatan harus dimulai dan diselesaikan, serta memberikan landasan dalam penyusunan
sistem monitoring dan pelaporan secara terus menerus/kontinyu. Terdapat bermacammacam cara penjadwalan proyek yang dikenal, seperti jaringan kerja (network planning),
bagan balok (bar chart) dan kurva-S (s curve).
f) Sistem monitorng dan pelaporan, dalam rangka pengendalian dan pengawasan terhadap
pelaksanaan proyek dibutuhkan suatu media atau alat yang mampu merangkum informasi
yang harus secara aktif diketahui, diikuti dan diamati selama pelaksanaan yang dikenal
dengan sebutan Sistem monitoring dan pelaporan. Media sistem monitoring dan
pelapoang tersebut umumnya berupa formulir-formulir isian yang berfungsi sebagai media
komunikasi, juga bermanfaat untuk memastikan tentang kemajuan proyek, identifikasi
masalah masalah yang muncul, serta peluang-peluang yang dapat dioptimalkan guna
pengambilan keputusan/tindakan.
g) Sistem Evaluasi, sistem ini ditujukan untuk penyempurnaan pelaksanaan proyek, sehingga
lebih bersifat berorientasi ke depan dalam upaya peningkatan kesempatan demi
keberhasilan proyek. Sistem evaluasi diterapkan untuk dapat memeriksa kemajuan dan
kemampuan proyek dalam mengatasi segenap permasalahan yang dihadapi, serta perlu
tidaknya melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan. Ruang lingkup evaluasi
lebih luas dibandingkan dengan monitoring, dimana monitoring adalah kegiatan mengukur
apakan proyek masih tetap berjalan pada jalurnya, sedangkan evaluasi menanyakan
apakah proyek berjalan pada jalur yang benar. Perencanaan evaluasi hendaknya sudah
harus dipertimbangkan pada saat penyusunan rencana proyek secara terinci atau pada saat
tahap awal pelaksanaan proyek.
h) Konsep pendekatan team, team approach merupakan upaya membangkitkan semangat
untuk menggalang persatuan dalam bekerja sama, memadukan tindakan, meningkatkan
komunikasi, mengurangi masalah dan mendorong keikutsertaan mereka yang diperlukan
demi keberhasilan proyek. Pendekatan team proyek hendaknya diterapkan sedini
mungkin, sejak dimulainya proyek dan terus berlangsung selama pelaksanaan proyek.
2.2.
Estimasi biaya proyek secara umum dibedakan menjadi 4 jenis sebagai berikut :
a) Estimasi kasar oleh Pemilik (Owner) :
Estimasi ini dibutuhkan oleh pemilik proyek untuk memutuskan apakan proyek yang
akan dilaksanakan layak dibangun atau tidak ? Dalam hal ini pemilik proyek biasanya
menggunakan jasa tenaga ahli untuk melakukan Studi Kelayakan dari idea dasar yang
muncul. Estimasi biaya yang dibuat umumnya masih dalam bentuk global dan kasar, karena
perhitungan biaya hanya didasarkan pada idea dasar, gambaran umum maupun pengalamanpengalaman proyek sejenis, sehingga estimasi biaya yang diperoleh hanya merupakan nilai
perkiraan sementara sebagai acuan apakah proyek tersebut mampu untuk dilaksanakan dalam
hal ini ketersediaan dana, yang mana deviasi kesalahan masih relative besar.
b) Estimasi pendahuluan oleh Konsultan Perencana (Designer)
Estimasi pendahuluan ini dilaksanakan setelah design perencanaan selesai dibuat oleh
konsultan perencana, dimana estimasi yang dibuat lebih teliti dibandingkan estimasi terdahulu
yang dibuat oleh pemilik proyek, sebab perhitungannya sudah berdasarkan gambar-gambar
rencana dan rencana kerja & syarat-syarat (RKS) yang lengkap. Estimasi pendahuluan ini
dipakai oleh pemilik proyek untuk acuan dalam mengevaluasi dan menentukan kontraktor
mana yang harga penawarannya wajar mendekati estimasi. Estimasi pendahuluan di dasarkan
pada design dan masih dapat berubah, apabila ada perubahan pada design.
c) Estimasi detail oleh Kontraktor (Pelaksana) :
Estimasi detail dibuat oleh kontraktor dengan mengacu design konsultan perencana
yang berupa dokumen lelang, dimana estimasi yang dibuat lebih terperinci dan teliti karena
sudah memperhitungkan segala kemungkinan seperti :
-
Estimasi detail ini dijabarkan dalam bentuk harga penawaran yang diajukan oleh
kontraktor pada waktu pelelangan dan akan menjadi fixed price (harga pasti) bagi pemilik
proyek setelah kontraktor ditunjuk sebagai pemenang pelelangan dan Surat Perjanjian Kerja
(SPK) sudah ditanda tangani. Estimasi detail ini dipakai untuk acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan proyek, seperti :
Penentuan bobot tiap item pekerjaan di dasarkan pada harga satuan item pekerjaan.
Pembuatan kurva S didasarkan pada harga kontrak.
Perhitungan prosentase pekerjaan didasarkan pada perbandingan antara harga item
pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan harga item pekerjaan yang sama dikontrak.
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 10
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Pekerjaan tambah/kurang maksimum 10% juga didasarkan pada harga total kontrak.
Dalam estimasi biaya detail sudah mencakup keuntungan, biaya pajak dan overhead
yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan sehingga kontraktor dalam membuat estimasi
biaya tersebut harus dilakukan dengan cermat jangan hanya mengejar kemenangan pelelangan
untuk dapat pekerjaan. Demikian juga bagi pemilik proyek didalam evaluasi untuk
menentukan pemenang pelelangan juga harus teliti apakah harga yang ditawarkan wajar
(sesuai dengan harga acuan konsultan perencana). Untuk itu apabila ada harga yang masih
meragukan biasanya kontraktor diminta datang untuk klarifikasi sebelum penunjukkan
pemenang.
d) Estimasi sesungguhnya setelah proyek selesai :
Estimasi biaya fixed price merupakan biaya yang harus dikeluarkan / disiapkan oleh
pemilik, kecuali dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi pekerjaan tambah / kurang yang terjadi.
Bagi kontraktor nilai kontrak yang telah ditanda tangani tersebut adalah nilai penerimaan
yang fixed, sedang pengeluaran yang sesungguhnya (real cost) hanya diketahui oleh
kontraktor sendiri. Nilai penerimaan dikurangi nilai real cost adalah merupakan keuntungan /
laba yang diperoleh kontraktor. Estimasi biaya sesungguhnya bisa terjadi lebih besar atau
lebih kecil dari estimasi biaya detail. Jika lebih besar maka kontraktor mengalami kerugian,
dan jika lebih kecil maka kontraktor untung dan ini yang diharapkan oleh kotraktor dalam
pelaksanaan suatu proyek. Untuk itulah perlunya Manajemen Proyek diterapkan dalam
pelaksanaan pekerjaan agar dicapai sesuai tujuan yang telah didefinisikan di awal. Perlu
diperhatikan bahwa untuk estimasi biaya sesungguhnya kontraktor yang pegang peranan,
untuk itu peranan konsultan pengawas (supervisi) sangat diperlukan sekali dalam pengawasan
pekerjaan di lapangan agar pekerjaan di lapangan sesuai dengan spesifikasi yang ada di
dokumen kontrak.
2.3.
dan
Pelaksanaan
Akhir Pelaksanaan
Lapisan-lapisan yang berada pada 30 cm atau kurang dari permukaan tanah dasar
harus dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum. Macam alat pemadat
untuk pekerjaan sub grade (tanah dasar) adalah sheep foot roller (penggilas dengan
getaran).
Dengan cara peralatan tidak berjalan (stationary). Agregat dan air dicampur dalam alat
pencampuran yang telah disetujui Direksi Teknik. Selama pencampuran, jumlah air diatur
sesuai dengan selesai pencampuran, bahan diangkat ke tempat pekerjaan dengan menjaga
kadar airnya dalam batas yang dipersyaratkan. Penghamparan dengan alat yang disetujui
oleh Direksi Teknik.
LPA Agregat
Sebelum penghamparan agregat dimulai, permukaan LPB harus sudah siap sebagaimana
disyaratkan dalam gambar rencana. Pencampuran dan Penghamparan
-
Dengan cara peralatan tidak berjalan (stationary) Agregat dan air dicampur dalam alat
pencampur yang telah disetujui Direksi Teknik. Selama pencampuran jumlah air harus
diatur sesuai dengan yang diperlukan untuk pemadatan seperti yang telah disyaratkan.
Selesai pencampuran, bahan diangkat ke tempat pekerjaan dengan menjaga kadar airnya
dalam batas yang dipersyaratkan. Penghamparan dikerjakan dengan alat yang disetujui
oleh Direksi Teknik.
Timbunan diukur dalam meter kubik bahan padat yang ditempatkan dan diterima
Direksi Teknik. Volume timbunan yang diukur akan dibayar persatuan pengukuran
pada harga yang bersangkutan
Penyiapan tanah dasar diukur luas tanah dasar yang selesai dan disetujui dalam
jumlah meter persegi permukaan diukur terebut akan dibayar persatuan
pengukuran.
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 16
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2.4.
Lapis pondasi penghitungan volume didasarkan pada ketebalan dan lebar pondasi
yang diperlukan dan dikalikan dengan panjang sebenarnya yang dipasang (dalam
meter kubik). Pembayaran volume yang telah diterima dibayar persatuan
pengukuran.
SIFAT-SIFAT TANAH
Dalam pekerjaan pemindahan tanah kita menjumpai perubahan volume dan
kepadatannya. Keadaan volume tanah adalah sebagai berikut :
2.5.
a. Umum
Rencana Anggaran Biaya merupakan perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk
membiayai pelaksanaan hasil pekerjaan dilapangan. Perkiraan biaya tersebut didapatkan
dengan menjumlahkan hasil perkalian antara harga satuan masing-masing pekerjaan dengan
volume masing-masing pekerjaan.
b. Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perhitungan
Rencana Anggaran Biaya, yaitu sebagai salah faktor pengali untuk harga satuan. Perhitungan
volume ini didasarkan pada perencanaan profil melintang (Cross Section) dan profil
memanjang (Long Section). (lihat pada lampiran Gbr Peta Lokasi)
c. Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan merupakan hasil yang diperoleh dari proses perhitungan dari
masukan-masukan antara lain berupa harga satuan dasar untuk bahan, alat, upah, tenaga kerja
serta biaya umum dan laba. Berdasarkan masukan tersebut dilakukan perhitungan untuk
menentukan koefisien bahan, upah tenaga kerja dan peralatan setelah terlebih dahulu
menentukan asumsi-asumsi faktor-faktor serta prosedur kerjanya. Jumlah dari seluruh hasil
perkalian koefisien tersebut dengan harga satuan ditambah dengan biaya umum dan laba akan
menghasilkan harga satuan pekerjaan.
2.8.
KURVA S
Kurva S secara grafis menyajikan beberapa ukuran kemajuan kumulatif pada suatu
sumbu tegak terhadap waktu pada sumbu mendatar. Kemajuan itu dapat diukur menurut
jumlah nilai uang yang telah dikeluarkan, survei kuantitas dari pekerjaan ditempat itu, jam
kerja orang yang telah dijalani atau setiap ukuran lainnya yang memberikan suatu manfaat.
Masing-masing hal ini dapat dinyatakan baik menurut pengertian satuan-satuan sebenarnya
(rupiah, meter kubik, dan lain-lain) atau sebagai persentase dari jumlah kuantitas yang
diperkirakan untuk diukur. Bentuk kurva S yang khas itu berguna untuk pemandu kemajuan
setiap satuan dari waktu (hari, minggu, bulan dan lain-lain) untuk mendapatkan suatu
kemajuan kumulatif. Pada sebagian besar proyek, maka pengeluaran dari sumber daya untuk
setiap satuan waktu condong untuk memulainya dengan lambat, berkembang ke puncak dan
kemudian berkurang secara berangsur-angsur bila telah mendekati pada ujung akhir. Hal ini
menyebabkan kemiringan dari kurva kumulatif itu dimulai dengan agak landai pada awal,
meningkat curan di bagian tengahnya dan kemudian mendatar bila telah dekat dengan
puncaknya (akhir).
b. Perencanaan dan Pelaporan Kemajuan
Seperti halnya pada bagan balok, kurva S dapat memperlihatkan beberapa aspek dari
rencana proyek. Segera setelah proyek itu berlangsung, maka kemajuan yang sebenarnya
dapat digambarkan dan dibandingkan dengan apa yang direncanakan didasarkan pada
kemiringan kurva kemajuan yang sebenarnya. Proyeksi, sebaiknya tidak dibuat tanpa
memiliki pengertian yang baik mengenai sebab dari deviasi, bilamana ada, dari kemajuan
yang direncanakan dan dari rencana saat ini dan saat mendatang dari manajemen proyek.
2.9.
Biaya langsung adalah biaya yang langsung berhubungan dengan pekerjaan konstruksi /
bangunan, sedang biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan
dengan pekerjaan konstruksi tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut.
Biaya proyek konstruksi yang dibahas disini adalah biaya estimasi detail yang dibuat oleh
kontraktor. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam membuat estimasi biaya proyek adalah :
1) Menghitung volume / kwantitas pekerjaan
2) Menghitung harga satuan
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 21
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kesalahan yang bisa terjadi oleh sebab kealpaan kontraktor dalam memasukkan beberapa pos
pekerjaan, disebabkan gambar yang kurang lengkap.
b. Ketidak pastian yang subyektif,
Hal ketidak pastian ini timbul karena interpretasi subyektif terhadap isi dokumen lelang,
umumnya mengenai merk suatu barang yang ditafsirkan secara subyektif sehingga akan
mengakibatkan fluktuasi harga yang berbeda, maka perlu diperkirakan biaya tidak
terduganya.
c. Ketidak pastian yang obyektif,
Ketidak pastian tentang perlu tidaknya suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana ketidak
pastian itu ditentukan oleh obyek diluar kemampuan manusia, misalnya perlu tidaknya
memasang sheet pile untuk pembuatan pondasi. Dalam hal ini perlu tidaknya penggunaan
sheet pile ditentukan oleh faktor tinggi rendahnya muka air tanah pada waktu pondasi dibuat.
d. Variasi efisiensi,
Variasi efisiensi dari sumber daya yaitu efisiensi dari buruh, peralatan dan material yang bisa
terjadi pada suatu proyek. Efisiensi yang bisa kita laksanakan akan sangat berpengaruh
terhadap biaya tidak terduga dan akan menambah keuntungan. Diusahakan dalam setiap
pelaksanaan proyek variasi efisiensi sekecil mungkin.
6) Menghitung keuntungan :
Keuntungan adalah hasil jerih payah dari keahlian ditambah hasil dari faktor resiko. Dan yang
tidak termasuk keuntungan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek,
sedang resiko adalah satu-satunya biaya yang dapat kita tambah atau kita kurangi, maka untuk
memenangkan suatu pelelangan faktor keuntungan ini yang biasanya dikurangi. Seberapa
jauh kita bisa mengurangi faktor resiko dan faktor keuntungan dapat dipelajari dengan strategi
pelelangan, makin sering kita mengikuti pelelangan kita tahu strategi dan standard biaya
untuk pelaksanaan sehingga kita dapat mengurangi faktor-faktor tersebut, tetapi dari pos
pekerjaan yang lain kita bisa dapat tambahan. Bagi kontraktor faktor keuntungan ini yang
diharapkan walaupun ada resiko yang harus ditanggung, jadi pos keuntungan harus ada dalam
setiap penawaran yang diajukan oleh kontraktor dan besarnya keuntungan tersebut tidak
secara implisit kelihatan besar nilainya dan kontraktor sendiri yang tahu berapa besarnya
keuntungan yang diperoleh.
2.10 Network Planning
Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam
penyelenggaraan proyek yang dapat memberikan informasi tentang urutan kegiatan
kegiatan yang ada dalam Network Diagram, di dalam laporan Tugas Akhir ini
menggunakan MS Project 2007
Didalam pelaksanaan dan pembuatan Network Planning adanya kepastian tentang
jenis pekerjaan/kegiatan, jadwal pelaksanaan dan pemakaian sumber daya yang meliputi :
1. Inventarisasi kegiatan
2. Hubungan antar kegiatan
3. Penentuan waktu
4. Penyusunan Network Diagram
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 23
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
d.
SPAi
i
SPLi
X (L)
SPAj
i
SPLj
X
: Nama Kegiatan
i
: Nomor peristiwa awal
j
: Nomor peristiwa akhir
L
: Waktu pelaksanaan suatu kegiatan
SPAi : Saat paling awal peristiwa awal mungkin terjadi
SPALi
: Saat paling lambat peristiwa awal boleh terjadi
SPAj : Saat paling awal peristiwa akhir mungkin terjadi
SPALj
: Saat paling lambat peristiwa akhir boleh terjadi
2.12 Nomor Peristiwa
Nomor peristiwa adalah angka atau huruf atau kumpulan huruf yang ditulis pada
ruang kiri sebuah lingkaran yang merupakan symbol peristiwa yang ada dalam Network
Diagram.
Tujuan pemberian angka, huruf atau kumpulan huruf pada ruang kiri sebuah
symbol peristiwa yaitu :
1. Sebagai pengenal identitas peristiwa yang bersangkutan untuk membedakan suatu
peristiwa dengan peristiwa yang lainnya membedakan yang ada dalam sebuah
Network Diagram yang sama. Dengan dikenalnya peristiwa peristiwa tersebut maka
akan mudah dapat dinilai arah kemajuan proses pelaksanaan proyek.
2. Sebuah pengenal kegiatan atau Dummy atau penghubung peristiwa. Dalam hal ini,
Dummy tersebut dinyatakan atau didentifikasikan menurut nomor peristiwa yang
mengapitnya atau membatasinya pada awal dan pada akhir kegiatan atau Dummy
yang bersangkutan
3. Dipakai sebagai urutan urutan proses perhitungan paling awal (SPA) dan
perhitungan saat paling akhir (SPL) semua peristiwa yang ada dalam sebuah Network
Diagram. SPA dan SPL tersebut masing masing mengisi ruang kanan atas dan ruang
kanan bawah yang ada dalam lingkaran yang menyatakan peristiwa peristiwa yang
ada dalam Network Diagram tersebut
4. Untuk mengetahui saat awal dan saat akhir semua kegiatan yang ada dalam sebuah
proyek dan untuk mengetahui saat awal dan akhir proyek.
2.13 Analisa Waktu
Analisa waktu dalam penyelenggaraan proyek adalah mempelajari tingkah laku
pelaksanaan kegiatan selama penyelenggaraan proyek. Dengan analisa waktu diharapkan
bisa ditetapkan skala prioritas pada tiap tahap, dan bila terjadi perubahan waktu
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 25
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
SPAi
SPAj
X (L)
SPLi
SPLj
Keterangan :
SPAj = SPAi + L
Jika terdapat lebih dari satu kegiatan yang menuju sebuah peristiwa, maka saat
awal peristiwa tersebut (SPAj) adalh dipakai yang terbesar.
SPAj
i
SPLj
Keterangan :
SPAj = SPAj yang terbesar diantara 3 kegiatan
SPAi
X (L)
i
SPLi
SPAj
i
SPLj
SPAj
i
SPLj
Ketrangan :
SPLj = SPLj yang terkecil diantara 3 kegiattan tersebut
2.16 Umur Proyek
Umur proyek ditentukan oleh saat paling awal kegiatan yang dimulai pekerjaan,
yaitu SPA peristiwa awal Network Diagram, dan ditentukan oleh saat paling awal
kegiatan akhir Network Diagram. Unsure proyek sama awal Network Diagram dengan
syarat SPA awal Network Diagram sama dengan Nol.
2.17 Peristiwa Kritis
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai teggang waktu atau SPAnya sama dengan SPL. Jadi untuk kegiatan kritis, SPL dikurangi SPA sama dengan nol.
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 27
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Peristiwa kritis ini pada Network diagram biasa dilihat atau dikenal dari bilangan pada
ruang kanan atas sama dengan bilangan pada ruang kanan bawah dari peristira tersebut.
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitive terhadap keterlambatan,
sehingga sebuah kegiatan kritis terlambat maka proyek akan mengalami keterlambatan
selama 1 hari. Sifat ini disebabkan karena kegiatan tersebut harus dimulai pada saat (tidak
ada mulai paling awal dan tidak ada selesai paling lambat). Dari penjelasan ini dapat
disimpulkan, saat paling awal sama dengan saat paling lambat untuk peristiwa awal
maupun akhir dari kegiatan yang bersangkutan atau secara formulatif.
SPAi
i
X (L)
SPLi
SPAj
i
SPLj
SPAi = SPLi
SPAj = SPLj
Karena kegiatan kritis harus mulai pada suatu awal saja dan harus selesai pada saat
akhir saja dan tidak ada alternatif saat lainnya maka berlaku rumus :
SPAi + L = SPLi
SPAj + L = SPLj
Dimana :
L
SPAi
SPAj
SPAj
SPAj
prioritas kebijakan penyelenggaraan proyek yaitu terhadap kegiatan kritis dan hampir
kritis.
2.19 Tenggang Waktu Kegiatan
Tenggang waktu kegiatan adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas
toleransi keterlambatan kegiatan. Dengan ukuran ini dapat diketahui karakteristik
pengaruh keterlambatan terhadap penyelenggaraan proyek dan terhadap pola kebutuhan
sumber daya dan kebutuhan biaya
Terdapat 3 macam tenggang waktu yaitu :
1. Total Float sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara saat paling lambat
peristiwa akhir kegiatan yang bersangkutan dengan selesainya kegiatan yang
bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai saat awal peristiwa awalnya.
2. Free Float sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara saat paling awal
peristiwa akhir kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai saat
paling awal peristiwa awalnya
3. Indeendent Float sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara saat paling awal
peristiwa akhir kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan
yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling lambat
peristiwa awalnya.
Rumus :
TF = SPLi L SPA
FF = SPAj L SPA
IF = SPAi L SPAj
Keterangan :
TF
= Total Float
FF
= Free Float
IF
= Independent Float
L
= Lama Kegiatan Perkiraan
SPAi
= Saat paling awal peristiwa awal
SPLi
= Saat paling lambat peristiwa awal
SPAj
= Saat paling awal peristiwa akhir
SPLj
= Saat paling lambat peristiwa akhir
2.20 Alat Berat
2.20.1 Exavator
Exavator adalah sebuah peralatan penggali pengangkat dan pemuat tanah
tanpa terlalu banyak berpindah tempat. Bagian pokok excavator adalah sebagai
berikut :
1. Traver Unit, merupakan bagian untuk berpindah (roda ban atau roda rantai)
2. Revolving Unit, merupakan bagian yang berputar dan pusat semua gerakan.
Bagian bagian penting dari revolving unit adalah cabin, control levers dan
operation seat
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 29
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Faktor mesin
Attachment yang cocok untuk pekerjaan itu
Kapasitas bucket
Waktu siklus yang dipengaruhi oleh kecepatan travel dan system
hidrolis.
Q qx
60
xE
Ct
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 30
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Keterangan :
Q
q
E
Ct
2.20.2 Bulldozer
Bulldozer adalah sebuah traktor yang telah dilengkapi dengan peralatan
yang dipasang khusus (attachment) dozer sebagai alat penggali, pendorong dan
penggusur tanah. Bagian pokok dari bulldozer adalah sebagai berikut :
1. Traver unit, merupakan bagian untuk berpindah (roda ban atau roda
rantai).
2. Dozer Blade yang terdiri dari mold board yang berbentuk lengkung dan
cutting edge yang terbuat dari baja keras.
3. Push arm dan Braces yang berfungsi sebagai menjaga kedudukan
blade.
4. Blade control (kendali blade) yang fungsinya sebagai pengatur
kedudukan atau naik turunnya blade dozer baik secara hidrolis ataupu
secara
5. Kabel. Jenis-jenis attachment yang biasa digunakan adalah :
Blade (pisau)
Ripper
Tilt dozing
Dalam pelaksanaan pekerjaan digunakan attachment blade. Blade adalah
merupakan jenis pisau yang khusus dibuat untuk menggusur, peralatan tanah
timbunan dan striping / pengupasan tanah.
Waktu Kerja dan Siklus Bulldozer
Gerakan-gerakan bulldozer dalam beroperasi ada empat macam :
1. Memasukkan mata pisaunya ke dalam tanah sesuai rencana. Tractor
bergerak maju sehingga tanah tersayat dan mengumpul di depan blade.
2. Mengangkat blade setinggi tanah asal dan tractor bergerak maju
mendorong tanah hasil kupasan / galian.
3. Sesampai pada lokasi pembuangan, blade diangkat lagi ke atas
secukupnya sehingga tanah tertinggal melalui bagian bawah cutting
edge sehubungan dengan gerak maju traktor.
4. Gerak maju traktor dihentikan saat tanah di depan blade telah habis dan
tractor berjalan mundur untuk persiapan penggalian berikutnya.
Empat gerakan dasar tadi akan menentukan lama waktu siklus, tetapi
waktu ini juga tergantung dari ukuran bulldozer. Bulldozer yang kecil waktu
siklusnya akan lebih cepat, sebaliknya dengan kerja medan yang berat seperti
tanah yang keras gerakan bulldozer menjadi lebih lambat.
Tipe pembuangan
Kemampuan operator
Manajemen
2. Faktor peralatan
xE
Keterangan :
Q
=
=
q
E
=
Ct
=
Tipe pembuangan
Kemampuan operator
Manajemen
2. Faktor peralatan
xE
Keterangan :
Q =
Kapasitas per jam (m3/jam)
q =
Kapasitas per siklus (m3/jam)
E =
Efisiensi
Ct =
Cycle time (menit)
2.20.4 Vibro Roller
Vibro roller adalah sebuah alat penggilas pemadat bergetar yang fungsinya
untuk menggetarkan tanah yang akan dipadatkan supaya kaitan butir pada tanah
menjadi lepas dan menyusun diri kembali menjadi butir yang lebih rapat.
Perhitungan Produksi Vibro Roller
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Vibro Roller yaitu :
1. Kondisi lapangan / pekerjaan
Tipe pembuangan
Kemampuan operator
Manajemen
2. Faktor peralatan
Kapasitas alat
3. Faktor cuaca
4. Faktor material
Kapasitas produksi Vibror Roller dapat dihitung dengan cara :
Volume tanah yang dipadatkan
Qv = Qv x E
Dengan ketentuan :
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 33
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Qv =
Keterangan notasi :
Qv =
Produksi peralatan (m3/jam volume material yang dipadatkan)
Qv=
Produksi maksimum (m3/jam volume material yang dipadatkan)
W =
Lebar gilas (Km/jam)
V =
Kecepatan gilas (Km/jam)
H =
Tebal material yang dipadatkan (m)
N =
Jumlah lintasan (laluan)
E =
Total faktor (Job efisiensi)
2.21. Perhitungan Kapasitas Produksi
Perhitungan kapasitas produksi didasarkan koefisien tenaga kerja yang
dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Propinsi Jawa Timur, sebagai
mana yang tercantum dalam daftar analisa harga satuan sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
Kapasitas Produksi per hari dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kapasitas Produksi per hari =
Untuk menghitung atau menentukan kebutuhan bahan (atas dasar
perbandingan volume) dapat dicari dengan menggunakan perhitungan koefisien bahan
yang terdapat pada daftar analisa harga satuan yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Pengairan Propinsi Jawa Timur, sebagai mana yang tercantum dalam daftar
analisa harga satuan.
BAB III
METODOLOGI
3.1. PENJELASAN
PERSIAPAN
Mempersiapkan judul dari Proyek Akhir dan kelengkapan administrasinya,
baik dari kampus maupun instansi terkait lainnya.
PENGUMPULAN DATA :
Di ambil dari instansi / konsultan yang berupa peta lokasi, data perencanaan
yang dilanjutkan dengan survey lapangan.
URAIAN JENIS PEKERJAAN :
Dari data-data tersebut maka semua jenis pekerjaan di inventarisasi dan
dikelompokkan / dibagi sedemikian rupa agar mempermudah penyusunannya.
Adapun pembagian adalah sebagai berikut :
a. Pek. Persiapan
b. Pek. Pengurukan
c. Pek. Pemadatan
d. Pek. Jalan
ANALISA PEKERJAAN :
Menganalisa waktu, tenaga kerja maupun alat berat dari tiap-tiap jenis
pekerjaan yang berdasarkan dari buku-buku yang berhubungan dengan bidang ke-PUan.
RENCANA ANGGARAN BIAYA :
Menghitung seluruh biaya pembuatan jalan toll yang berdasarkan upah kerja,
harga bahan dan harga sewa alat berat pada daerah setempat
NETWORK PLANNING :
Menggunakan MS Project ntuk mengetahui waktu pelaksanaan dan lintasan
kritis.
KESIMPULAN :
Dari uraian diatas akhirnya dapat diketahui metode pelaksanaan, waktu dan
biaya yang dibutuhkan untuk membangun ruas jalan Tol Mojokerto-Kertosono
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan data:
1.Waktu pelaksanaan
2. Data jenis pekerjaan
3. Penggunaan sumber
daya
Kajian data :
1. Lokasi proyek
2. Data geometri
3. Waktu, biaya
pelaksanaan
Mengatur Manajemen :
1. Tenaga
2. Dana
3. Peralatan
4. Bahan
5. Metode
FINISH
D4 Teknik Sipil Bangunan Trasportasi 36
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.