Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH FRAMING

PADA KEPUTUSAN AKUNTANSI MANAGERIAL


DALAM PERSPEKTIF INDIVIDU-KELOMPOK;
Pengujian Empiris atas Prospect Theory dan Fuzzy-Trace Theory
Oleh
Amril Arifin & Indra Wijaya Kusuma
Abstract
The purposes of this study are to explore framing effects in a managerial
accounting decision context on individual and groups perspective, and to
test the explanatory power of prospect theory and fuzzy-trace theory, on
such effects. A number of 279 students in executive class of Magister
Management Gadjah Mada University participated in this experiment. The
results show the existence of the framing effect bias at individual and also
at group. This result also indicates the ability of fuzzy-trace theory to
predict the bias as does prospect theory, but in experiment hereinafter was
designed to distinguish among the explanatory abilities of two theories in
an accounting context, this result indicate that the fuzzy-trace theory
provides additional power to explain the framing effect. At examination of
decision difference between group and individual, result shows the
existence of group polarization when information presented in gain
domain/positive frame, but when information presented in lossdomain/negative-frame, individual and group do not show the existence of
group polarization.
Keyword: Framing, Framing Effect, Prospect Theory, Fuzzy-Trace
Theory, Decision Making, Managerial Decision,
Individual-Group Decision.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengaruh frame atau framing adalah sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa para
pembuat keputusan akan merespon dengan cara yang berbeda pada permasalahan
keputusan yang sama jika masalah tersebut disajikan dalam format yang berbeda
(Kuhberger, 1998; Levin et. al., 1998). Teori prospek merupakan salah satu teori yang
mencoba menjelaskan pengaruh framing (Kahneman dan Tversky, 1979; Tversky dan
Kahneman, 1981). Teori ini mendukung banyak penemuan dalam penelitian akuntansi,
akan tetapi hasil yang tidak konsisten dalam beberapa literatur psikologi (Schneider,

1992) memberi inspirasi para peneliti untuk menjelaskan keterbatasan penggunaan teori
prospek dalam menjelaskan pengaruh framing.
Teori alternatif untuk menganalisa pengaruh framing yaitu teori fuzzy-trace, yang
dikembangkan pada awal tahun 1990an (Reyna dan Brainerd, 1990; Reyna dan Brainerd,
1991a; Reyna dan Brainerd, 1991b). Penelitian terakhir dari Chang et al. (2002)
menemukan bahwa teori fuzzy-trace lebih dapat menjelaskan pengaruh framing dalam
pengambilan keputusan akuntansi manajerial, dibandingkan dengan teori prospek.
Pada banyak penelitian dalam area framing tidak dibedakan efek framing dan efek
refleksi. Levin dkk. (1998) berargumentasi bahwa dua efek ini adalah berbeda, efek
framing menekankan pada permasalahan keputusan yang sama dengan frame yang
berbeda, sementara efek refleksi melibatkan dua permasalahan keputusan yang berbeda.
Kegagalan untuk membedakan dua efek akan menyebabkan kesalahan penafsiran, oleh
karena itu penting untuk membedakan efek framing dan efek refleksi. Lebih jauh lagi,
pemisahan kedua efek ini akan sangat berguna dalam menentukan kemampuan dari kedua
teori dalam menjelaskan efek framing.
Kebanyakan penelitian pembuatan keputusan dalam domain akuntansi memfokuskan
pada pembuatan keputusan oleh individu. Banyak kritik atas hal ini. Pertimbangan
masalah keputusan kelompok perlu dipertimbangkan dengan dua alasan. Pertama,
keputusan pengalokasian sumberdaya (investasi) dan evaluasi kinerja dibuat oleh
kelompok manajer bukan oleh para manajer secara perorangan (Anthony dan
Govindarajan, 2001). Kedua, konsisten dengan yang pertama, para peneliti akuntansi
manajemen telah menyebutkan pentingnya meneliti fenomena akuntansi manajemen dari
perspektif kelompok (Libby dan Luft, 1993).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai (1) pengaruh
framing dalam pembuatan keputusan investasi oleh individu dan kelompok, (2)
perbedaan keputusan investasi oleh individu dan kelompok, (3) kemampuan teori prospek
dan teori fuzzy-trace dalam menjelaskan pengaruh framing.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Keputusan Individu-Kelompok
Pergeseran keputusan individu kelompok dikenal dengan the risk-shift
phenomena (RSP). Fenomena ini dijelaskan oleh teori polarisasi kelompok. Polarisasi
kelompok terjadi ketika adanya pergeseran dalam pengambilan resiko antara keputusan
individu dan kelompok atau ketika posisi pradiskusi awal anggota kelompok dapat
mempengaruhi diskusi kelompok selanjutnya dalam pembuatan keputusan (Isenberg,
1986). Sejumlah teori telah dikembangkan untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin
mempengaruhi keputusan kelompok. Wallach et al. dalam Rutledge dan Harrell (1994)
mengembangkan diffusion of responsibility theory yang menyatakan bahwa pergeseran
keputusan terjadi karena tidak ada seorangpun yang bertanggung jawab atas keputusan
kelompok.

Hasil dari studi-studi polarisasi kelompok juga menemukan bahwa keputusan


kelompok cenderung lebih ekstrim dalam arah yang sama dengan keputusan rata-rata
(pradiskusi) individu (Rutledge dan Harrell, 1994). Isenberg (1986) melakukan sebuah
telaah kritikal dan meta analisis tentang polarisasi kelompok, hasil studinya memberikan
dukungan kuat adanya pengaruh informasional dan perbandingan interpersonal terhadap
terjadinya polarisasi kelompok. Teori pengaruh informasional (informational influence
theory) menjelaskan bagaimana pemrosesan informasi dapat mempengaruhi polarisasi
kelompok. Diskusi kelompok dapat menyebabkan para individu mengubah keputusannya
ke arah yang sama dengan keputusan pradiskusi mereka karena diskusi tersebut
menghadapkan para individu dengan argumen-argumen persuasif yang mendukung ke
arah tersebut.
Penjelasan teoritis selanjutnya adalah teori perbandingan sosial (social
comparison theory). Teori ini menyatakan bahwa para individu secara kontinyu
menekankan untuk lebih mempersepsikan/merepresentasikan diri sendiri dalam suatu
cara yang diinginkan secara sosial (socially favorable). Interaksi kelompok
mengkondisikan anggotanya untuk membandingkan posisi mereka dengan anggota
lainnya dalam kelompok (Isenberg, 1986)
Teori Prospek
Tversky dan Kahneman (1981) menggunakan masalah penyakit Asia dalam
menjelaskan pengaruh framing
Permasalahan 1:
Bayangkan bahwa Amerika Serikat sedang mempersiapkan upaya pemberantasan
penyakit Asia yang sangat berbahaya, yang diduga bisa membunuh 600 orang. Dua
program alternatif untuk memberantas penyakit tersebut telah diusulkan, masing-masing
program memiliki konsekuensi sebagai berikut:
Jika program A dipilih, 200 orang akan bisa diselamatkan.
Jika program B dipilih, probabilitas 600 orang yang akan diselamatkan adalah 1/3,
sedangkan probabilitas tak seorangpun bisa diselamatkan adalah 2/3.
Alternatif yang mana dari kedua program tersebut yang anda sukai?
Permasalahan 2:
Mempunyai permasalahan yang sama dengan masalah pertama, namun program altenatif
yang ditawarkan adalah:
Jika program C dipilih, 400 orang akan meninggal.
Jika program D dipilih, probabilitas tak seorangpun meninggal adalah 1/3, sedangkan
probabilitas semuanya akan meninggal adalah 2/3.
Alternatif yang mana dari kedua program tersebut yang anda sukai?

Pada permasalahan 1 yang menggunakan susunan kata positif (akan


diselamatkan), Tversky dan Kahneman (1981) mencatat bahwa mayoritas subyek (72%)
lebih menyukai program A yang secara pasti menyelamatkan 200 orang. Menurut
expected utility theory (Friedman dan Savage dalam Rutledge dan Harrell, 1994),
program C dan D pada permasalahan 2 yang menggunakan susunan kata negatif (akan
meninggal) adalah sama dengan Program A dan B pada permasalahan 1, akan tetapi
kebanyakan partisipan lebih memilih program D (78%) dibanding program C (22%). Hal
inilah yang disebut pengaruh framing yaitu ketika suatu masalah yang sama dengan
frame yang berbeda dapat mengakibatkan pembalikan pilihan atau pilihan yang berbeda.

Tversky dan Kahneman (1979) menggunakan teori prospek sebagai kerangka untuk
menjelaskan fenomena ini.
Perbedaan antara Efek Framing dan Efek Refleksi
Berikut ini adalah dua eksperimen lotere (Kahneman dan Tversky 1979) yang
memperlihatkan pengaruh masalah domain.
Masalah 3a: Memilih antara (n = 95) (problem domain : gain)
A : Menang $ 4,000 dengan probabilitas .80,
dan $ 0 dengan probabilitas .20
[ 20 % ]
B:
Menang $ 3,000
[ 80 % ]
Masalah 3b: Memilih antara (n = 95) (problem domain : loss)
A : Rugi $ 4,000 dengan probabilitas .80,
dan $ 0 dengan probabilitas .20
B : Rugi $ 3,000

[ 92 % ]
[ 08 % ]

Kahneman dan Tversky (1979) menyebutkan peristiwa refleksi dari pilihan riskaverse untuk domain keuntungan (masalah 3a) dan pilihan riskseeking untuk domain
kerugian (masalah 3b) sebagai efek refleksi. Dibandingkan efek refleksi, efek framing
melibatkan hanya satu masalah (masalah penyakit Asia) dengan dua bingkai (positif dan
negatif). Seperti yang diindikasikan oleh Li (1998), istilah efek framing mengacu pada
perubahan di dalam deskripsi yang berbeda dari permasalahan yang sama, sedangkan
efek refleksi mengacu pada tanggapan berbeda sebab ada dua permasalahan. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1 yang menganalisa efek framing pada masalah
penyakit Asia.
*** Masukkan Tabel 1 disini ***
Banyak studi memandang dua terminologi ini dengan cara yang sama namun
bagaimanapun dua efek ini jelas sangat berbeda. Efek framing dapat menjelma sebagai
keputusan yang bias (Emby dan Finley 1997; Rutledge 1995), tetapi efek refleksi
memerlukan daerah yang berbeda tanpa tergantung pada bingkai masalah.
Hipotesis Riset Berdasarkan Teori Prospek
Menurut Kuhberger (1995) susunan kata mengenai hasil pilihan (selamat atau
meninggal) menentukan daerah permasalahan (yaitu, untung atau rugi) dan
berhubungan dengan efek refleksi. Pada sisi lain, bingkai masalah (yaitu, positif atau
negatif) tergantung pada penggunaan suatu peniadaan tidak yang berhubungan
dengan efek framing. Penambahan peniadaan tidak kepada kalimat hanya merubah
bingkai masalah dari positif ke negatif atau sebaliknya tanpa merubah daerah
permasalahan (yaitu, daerah kerugian atau keuntungan). Sebagai contoh pada
permasalahan penyakit Asia, kombinasi yang memungkinkan dari domain problem dan
frame problem ditekankan pada pilihan beresiko dengan peniadaan tidak seperti yang
disajikan pada tabel 1, yaitu pada revisi program A dan C.
Di dalam masalah penyakit Asia harus dicatat bahwa kombinasi dari domain
problem yang dirasakan oleh pembuat keputusan dengan problem frame adalah gaindomain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame. Oleh karena itu pengujian
penyakit Asia mengacaukan efek framing dan efek refleksi. Dalam rangka memisahkan
kedua efek diperlukan penciptaan kombinasi yang lain yaitu, gain-domain/negativeframe dan loss-domain/positive-frame (Chang et al. 2002). Dengan membandingkan hasil

dari penetapan dua kombinasi yang berbeda kita akan memahami dengan lebih jelas efek
framing dan efek refleksi.
Hasil penelitian tentang keputusan kelompok menyatakan bahwa pengaruh
framing akan menjadi ekstrim untuk kelompok dibandingkan dengan individu. Dalam
konteks keputusan investasi, informasi yang disajikan secara negative-frame akan
mempengaruhi peningkatan preferensi resiko oleh individu, sedangkan kelompok
diprediksikan akan menunjukkan preferensi yang lebih besar terhadap resiko daripada
individu. Pada kondisi positive-frame, individu diperkirakan menunjukkan penurunan
preferensi terhadap resiko begitu juga dengan kelompok akan menunjukkan penurunan
preferensi atas resiko, interaksi ini dapat dilihat pada gambar 1.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis
bagaimanakah teori prospek menjelaskan pengaruh informasi atau fakta yang disajikan
dalam gain-domain/positif-frame, loss-domain/negative-frame, gain- domain/negativeframe dan loss-domain/positive-frame mengarahkan keputusan kelompok atau individu.
Untuk menguji isu tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1a: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, individu akan memilih keputusan
yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan
keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, individu akan memilih
keputusan yang beresiko.
H1b: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, kelompok akan memilih keputusan
yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan
keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, kelompok akan memilih
keputusan yang beresiko.
H1c: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, keputusan kelompok kurang beresiko
(less-risky) daripada keputusan individu.
H1d: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, keputusan kelompok lebih beresiko
(more-risky) daripada keputusan individu.
H1e: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/negative-frame, individu akan memilih keputusan
yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan
keputusan dinyatakan dalam loss-domain/positive-frame, individu akan memilih
keputusan yang beresiko.
H1f: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/negative-frame, kelompok akan memilih keputusan
yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan
keputusan dinyatakan dalam loss-domain/positive-frame, kelompok akan memilih
keputusan yang beresiko.

Teori Fuzzy-Trace
Reyna dan Brainerd (1990) menemukan Teori Fuzzy-Trace (FTT) sebagai
alternatif dalam menjelaskan pengaruh framing. Teori ini berbeda dengan teori prospek,
FTT mengasumsikan individu lebih memilih untuk menggunakan alasan yang
menyederhanakan penyajian informasi (Reyna dan Brainerd 1991a).
Reyna dan Brainerd (1991a, 1995) menggunakan FTT untuk menjelaskan
pengaruh framing pada kasus klasik (penyakit Asia). Ketika informasi kuantitatif tersedia,
pembuat keputusan mengintisarikan pilihan menjadi lebih atau kurang dibanding
dengan pilihan lainnya untuk membedakan pilihan tersebut. Ketika pilihan memasukkan
hasil nol (tidak ada orang yang diselamatkan), intisari pilihan kemudian menjadi
beberapa dengan tidak ada atau ada dengan tidak ada. Oleh karenanya menurut
FTT, pembedaan yang tak jelas dari pilihan dalam kasus penyakit Asia dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Program A:
Program B:
Program C:
Program D:

Sebagian orang akan diselamatkan


Sebagian orang akan diselamatkan atau
tak seorangpun akan diselamatkan
Sebagian orang akan meninggal
Tidak ada orang yang akan meninggal atau
sebagian orang akan meninggal

Berdasarkan FTT, untuk membuat sebuah pilihan antara program A dan B,


sebagian orang akan diselamatkan adalah hal yang sama bagi kedua alternatif dan
perbedaan terpusat pada tak seorangpun akan diselamatkan. Karenanya, pembuat
keputusan lebih memilih program A. Dalam memperbandingkan program C dengan
program D, sebagian orang akan mati adalah hal yang sama bagi kedua alternatif, oleh
karena itu individu memusatkan pada bagian yang berbeda yaitu tidak ada orang akan
meninggal dan lebih memilih program D. Bukti yang jelas di dalam studi Reyna dan
Brainerd (1991a, 1995), menemukan bahwa pemindahan semua angka-angka dari
permasalahan penyakit Asia dan menggantikannya dengan ungkapan yang tidak jelas
tidak menghapuskan efek framing.
Pemisahan efek framing dan efek refleksi dengan menciptakan kombinasi yang
lain (yaitu gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame) pada tabel 1
membuat individu tidak bisa menyederhanakan pilihan keputusan ke tingkatan intisari.
Pada situasi ini FTT menunjukkan bahwa para pembuat keputusan harus mengusahakan
pengetahuan atau informasi tambahan untuk menghasilkan sebuah keputusan. Untuk
permasalahan pengambilan keputusan yang lebih rumit di dalam manajemen atau
akuntansi dapat diasumsikan bahwa para pembuat keputusan mungkin harus melatih
pemikirannya pada tingkatan kuantitatif ketika pilihan berbeda dan tidak dapat
disederhanakan pada tingkatan intisari.
Menurut FTT jika usaha tambahan digunakan untuk membuat sebuah keputusan
dan pilihan menyarankan expected value yang sama pada suatu tingkatan kuantitatif,
maka perbedaan individual di dalam pilihan resiko atau tingkat keyakinan bisa
melunakkan dampak dari efek framing. Wang (1996) mengindikasikan bahwa ketika
pilihan resiko seorang pembuat keputusan melemah, dia bisa menjadi lebih sensitif
terhadap efek framing, namun ketika pilihan resiko seorang pembuat keputusan menguat,
dia menjadi lebih kebal terhadap manipulasi framing.
Hipotesis Riset Berdasarkan Teori Fuzzy-Trace

Secara ringkas teori fuzzy-trace mengasumsikan individu lebih memilih untuk


menggunakan alasan yang menyederhanakan penyajian informasi (intisari), dengan kata
lain jika pilihan beresiko diuraikan menggunakan gain-domain/positive-frame atau lossdomain/negative-frame, FTT memprediksikan bahwa individu akan membuat sebuah
keputusan pada level intisari, dengan begitu efek framing akan ada.
Menurut FTT, revisi pilihan pada tabel 1 dengan menggunakan peniadaan tidak
dalam upaya pemisahan efek framing dan efek refleksi adalah informasi yang tidak bisa
disederhanakan pembuat keputusan kedalam tingkatan intisari, tetapi memerlukan usaha
pengetahuan tambahan untuk menghasilkan suatu keputusan, dalam hal ini efek framing
akan absen. Maka, hipotesis berdasar pada teori fuzzy-trace adalah sebagai berikut:
H2a: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan
dalam gain-domain/positif-frame, individu akan memilih keputusan yang kurang
beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, individu akan memilih keputusan
yang beresiko.
H2b: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan
dalam gain-domain/positif-frame, kelompok akan memilih keputusan yang kurang
beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, kelompok akan memilih keputusan
yang beresiko.
H2c: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan
dalam gain-domain/positif-frame, keputusan kelompok kurang beresiko (less-risky)
daripada keputusan individu.
H2d: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan
dalam loss-domain/negative-frame, keputusan kelompok lebih beresiko (morerisky) daripada keputusan individu.
H2e: Menurut FTT, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan dinyatakan
dinyatakan dalam gain-domain/negative-frame atau dalam loss-domain/positiveframe, efek framing akan hilang.

METODA PENELITIAN
Subyek Penelitian
Sejumlah 279 mahasiswa MM Kelas Eksekutif Universitas Gadjah Mada yang ada di
Jakarta dan Yogyakarta turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Tiga puluh lima
sampel tidak dipakai karena salah dalam menjawab soal manipulation check, tidak
lengkap diisi, serta tidak memenuhi persyaratan sejumlah mata kuliah yang pernah
diikuti. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 244 sampel.
Desain Penelitian

Eksperimen ini menggunakan between-subjects design dengan faktorial 2 x 6 (Tabel


2). Dua variabel independen yaitu framing dan tipe keputusan. Framing terdiri atas
PT (gain-domain/positive frame), PT (loss-domain/negative-frame), FTT (gaindomain/positive-frame), FTT (loss-domain/negative-frame), PT dan FTT (gain-

domain/negative-frame), serta PT dan FTT (loss-domain/positive-frame). Tipe


keputusan terdiri atas individu dan kelompok, sedangkan variabel dependennya
adalah keputusan investasi.
*** Masukkan Tabel 2 disini ***
Manipulation Check
Lima soal manipulation check dalam penelitian ini merupakan kontrol atas jawaban
partisipan, yang menunjukkan seberapa jauh tingkat pemahaman partisipan atas kasus
atau treatment yang diberikan.
Pilot Test
Untuk mengetahui apakah kasus yang diberikan dapat dipahami oleh partisipan atau
tidak, sebelumnya dilakukan pilot test. Pilot test melibatkan 84 orang partisipan, yang
terdiri atas 24 mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (MSi) UGM jurusan
Akuntansi, dan 60 mahasiswa program strata 1 (S-1) Ekstensi UMM jurusan
Akuntansi. Instrumen yang digunakan adalah pengembangan dari instrumen Chang et
al. (2002).
Prosedur Eksperimen
Pada pengisian instrumen secara individu, partisipan secara acak diberikan instrumen
penelitian untuk setiap treatment pada penelitian ini. Masing-masing partisipan
terlebih dahulu membaca ilustrasi studi kasus kemudian membuat rekomendasi atas
dua opsi yang diberikan dan menentukan tingkat keyakinan atas rekomendasi
tersebut. Tahap selanjutnya partisipan mengisi pertanyaan demografis dan soal
manipulation check. Masing-masing partisipan mendapatkan sebuah souvenir dan
buku kecil yang merupakan penjelasan terperinci atas maksud eksperiman. Waktu
yang diberikan untuk kasus secara individu adalah 10 menit.
Pengisian instrumen secara kelompok juga sama dengan individu. Perbedaannya
mereka secara random dikelompokkan atas dua atau tiga orang anggota dalam satu
kelompok, kemudian mendiskusikan dan membuat keputusan yang harus disepakati
oleh semua anggota kelompok. Waktu yang diberikan untuk membuat keputusan
kelompok adalah 15 menit.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Demografi Partisipan

Karakteristik demografi partisipan terdiri atas tiga bagian utama: umur, jenis
kelamin dan pengalaman kerja yang berhubungan dengan pengambilan keputusan.
Rata-rata umur partisipan adalah 33 tahun, sebagian besar partisipan berjenis kelamin
pria yaitu 173 partisipan dan 71 partisipan berjenis kelamin wanita, sedangkan ratarata pengalaman dalam hal pengambilan keputusan adalah 3.44 tahun.
Analisa Hipotesis
Analisa H1a, H1b, H1c dan H1d adalah pengujian hipotesis dalam kerangka teori
prospek, yaitu pengujian atas masing-masing individu serta masing-masing
kelompok, dan juga perbedaan antara keputusan individu dan kelompok terhadap

keputusan investasi yang disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan lossdomain/negative-frame.


Hasil Chi-Square=5.757, p=0.016 pada tabel 3-statistical test 1 menandakan adanya
perbedaan dalam pengambilan keputusan oleh individu, ketika informasi
keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan loss-domain/negativeframe. Temuan ini mendukung H1a. Hasil Chi-Square=27.191, p=0.000 pada tabel 3statistical test 1 menunjukkan adanya perbedaan pengambilan keputusan pada
kelompok, ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame
dan loss-domain/negative-frame. Hasil ini mendukung H1b.
*** Masukkan Tabel 3 disini ***
Hasil Chi-Square=7.380, p=0.007 yang ditunjukkan pada tabel 3-statistical test 2
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan antara
individu dan kelompok ketika informasi keputusan disajikan dalam gaindomain/positive-frame, temuan ini mendukung H1c. Pada sisi lain, ketika informasi
keputusan disajikan dalam loss-domain/negative-frame tidak terdapat perbedaan
antara keputusan yang dibuat oleh individu maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 3-statistical test 2, dengan hasil Chi-Square=0.313, p=0.576. Temuan ini
menolak H1d.
Analisa H2a, H2b, H2c dan H2d, adalah pengujian hipotesis dalam kerangka teori
fuzzy-trace, yaitu pengujian atas masing-masing individu serta masing-masing
kelompok dan juga perbedaan antara keputusan individu dan kelompok terhadap
keputusan investasi yang disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan lossdomain/negative-frame.
Hasil Chi-Square=10.646, p=0.001 pada tabel 4-statistical test 1 menandakan adanya
perbedaan dalam pengambilan keputusan oleh individu, ketika informasi keputusan
disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame.
Temuan ini mendukung H2a. Hasil Chi-Square=29.474, p=0.000 pada tabel 4statistical test 1 menunjukkan adanya perbedaan pengambilan keputusan pada
kelompok, ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame
dan loss-domain/negative-frame. Hasil ini mendukung H2b.
*** Masukkan Tabel 4 disini ***
Hasil Chi-Square=5.401, p=0.020 yang ditunjukkan pada tabel 4-statistical test 2,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam pengambilan keputusan antara
individu dan kelompok ketika informasi keputusan disajikan dalam gaindomain/positive-frame. Temuan ini mendukung H2c. Pada sisi lain, ketika informasi
keputusan disajikan dalam loss-domain/negative-frame tidak terdapat perbedaan
antara keputusan yang dibuat oleh individu maupun kelompok, hal ini dapat dilihat
pada tabel 4-statistical test 2 dengan nilai Chi-Square=0.633, p=0.426. Temuan ini
menolak H2d.
Analisa H1e, H1f, dan H2e adalah pengujian hipotesis untuk menguji kemampuan
prediksi dari masing-masing teori, yaitu teori prospek dan teori fuzzy-trace. Pengujian
dilakukan pada masing-masing individu dan masing-masing kelompok dengan

menyajikan keputusan investasi dalam gain-domain/negative-frame dan lossdomain/positive-frame.


*** Masukkan Tabel 5 disini ***
Pada hasil Chi-Square di tabel 5-statistical test 1, yaitu Chi-Square=0.703, p=0.402
untuk individu, dan Chi-Square=1.285, p=0.257 untuk kelompok mengindikasikan
tidak adanya perbedaan keputusan yang dibuat oleh individu ataupun kelompok
ketika informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/nagtive-frame dan lossdomain/positive-frame. Hasil Chi-Square pada tabel 5-statistical test 2 juga
memperlihatkan hasil yang tidak berbeda antara individu dan kelompok, yaitu ketika
informasi keputusan disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan ketika
informasi keputusan disajikan dalam loss-domain/negative-frame. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa H1e dan H1f ditolak, sedangkan H2e didukung.
Analisa Tambahan
Seperti yang diungkapkan oleh Chang et al., (2002) bahwa teori fuzzy-trace
menunjukkan jika pilihan tidak bisa disederhanakan pada tingkatan intisari, maka
para pembuat keputusan akan mempertimbangkannya pada tingkatan kuantitatif. Jika
hasil pilihan dihadapkan pada tingkatan kuantitatif yang sama, maka diprediksikan
bahwa keputusan akan dipengaruhi oleh para pembuat keputusan yang cenderung
mengambil resiko. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Wang (1996) serta Sickar dan
Highouse (1998). Untuk membuktikan prediksi teori fuzzy-trace ini, maka dilakukan
analisa tambahan dengan menggunakan ANCOVA.
Pada tabel 6 (panel A) yang menggunakan kerangka teori prospek, framing secara
signifikan berpengaruh dalam pengambilan keputusan tanpa adanya pengaruh
pemilihan resiko atau tingkat keyakinan (nilai p=0.000 untuk PT, dan p=0.624 untuk
tingkat keyakinan). Tabel 6 (panel B) yang menggunakan kerangka teori fuzzy-trace
juga memperlihatkan hal yang sama (nilai p=0.000 untuk FTT, dan nilai p=0.281
untuk tingkat keyakinan).
*** Masukkan Tabel 6 disini ***
Hasil pada tabel 6 (panel C) sangat jauh berbeda dengan hasil pada panel A dan B,
yaitu ketika pilihan berada dalam gain-domain/negative-frame dan lossdomain/positive-frame atau ketika pilihan tidak dapat disederhanakan. Hasil
pengujian ini memperlihatkan bahwa framing sama sekali tidak mempengaruhi
pilihan para partisipan. Hasil ini makin memperkuat ketepatan prediksi dari teori
fuzzy-trace, yang mengatakan bahwa pengaruh framing akan absen ketika informasi
keputusan disajikan dalam gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positiveframe. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya (Wang, 1996; Sickar dan Highouse,
1998; dan Chang et al., 2002) adalah tingkat keyakinan bukan merupakan faktor yang
mempengaruhi partisipan ketika informasi tidak dapat disederhanakan.

PENUTUP
Hasil pengujian membuktikan keunggulan teori fuzzy-trace dalam menjelaskan
pengaruh framing dibanding teori prospect. Prediksi dari teori fuzzy-trace yaitu ketika
informasi keputusan tidak dapat disederhanakan, maka para pembuat keputusan
cenderung memproses informasi pada tingkatan kuantitatif, dan karena informasi

yang tidak dapat disederhanakan membuat hilangnya pengaruh framing. Hal ini
dijelaskan ketika informasi disajikan dalam gain-domain/negative-frame dan lossdomain/positive-frame, baik individu maupun kelompok, sama sekali tidak
memperlihatkan adanya perbedaan yang siginifikan.
Pada perbedaan keputusan antara kelompok dan individu, ketika informasi disajikan
dalam gain-domain/positive-frame, hasilnya memperlihatkan bahwa pengaruh
framing menjadi lebih besar pada kelompok daripada individu. Perbedaan ini
menunjukkan terjadinya polarisasi kelompok. Hasil ini konsisten dengan penelitian
Paese et al. (1993), Rutledge dan Harrell (1994), dan Haryanto (2000). Namun ketika
informasi keputusan disajikan dalam loss-domain/negative-frame, perbedaan
keputusan antara individu dan kelompok tidak memperlihatkan adanya polarisasi
kelompok. Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Perbedaan ini
bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama, penggunaan sampel pada penelitian
menggunakan between-subjects design, penggunaan within-subjects design pada
penelitian sebelumnya terpengaruh oleh sensitivitas partisipan ketika kasus diberikan
pada kelompok. Kedua, mungkin saja pada kehidupan sehari-hari, partisipan terbiasa
menerima informasi dengan loss-domain/negative-frame. Berita-berita negatif seperti:
keterpurukan ekonomi; lesunya dunia bisnis; keengganan investor untuk melirik pasar
Indonesia; ketergantungan pada IMF; korupsi dan kolusi yang berakar; ancaman
disintegrasi bangsa; serta segudang masalah sosial, politik dan ekonomi; merupakan
berita yang senantiasa kita terima. Hal ini dapat mempengaruhi psikologi
pengambilan keputusan partisipan, sehingga menghilangkan sensitivitas kelompok
dalam pengambilan keputusan (Bowditch dan Buono, 1990; Seamon et al., 2002)
Pada pengujian tambahan dengan menggunakan ANCOVA, dukungan atas prediksi
teori fuzzy-trace makin kuat. Ketika informasi keputusan dapat disederhanakan atau
ketika informasi disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan lossdomain/positive-frame, pengaruh framing sangat signifikan berpengaruh, dan ketika
informasi keputusan tidak dapat disederhanakan atau ketika informasi keputusan
disajikan dalam gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame,
pengaruh framing tidak signifikan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
partisipan.
Hasil yang berbeda pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (Wang, 1996;
Sickar dan Highouse, 1998; dan Chang et al., 2002), yaitu ketika pengaruh framing
tidak signifikan, tingkat keyakinan juga bukan hal berpengaruh pada pengambilan
keputusan partisipan. Ada beberapa penjelasan akan hal ini. Pertama, Pengalaman.
Penelitian sebelumnya menggunakan mahasiswa sedangkan pada penelitian ini
menggunakan mahasiswa dari kelas eksekutif yang hampir seluruhnya telah
mempunyai pengalaman kerja, bahkan sebagian besar berada pada posisi strategis
dalam perusahaan dan berpengalaman dalam pengambilan keputusan. Sangat
dimungkinkan pengalaman partisipan menjadi hal yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan tersebut (Biyanto, 2001). Kedua, mungkin saja perbedaan
cluster pada beberapa dimensi budaya (Hofstede, 1998) menyebabkan perbedaan
sikap orang Indonesia dalam pengambilan keputusan, tanpa dipengaruhi oleh tingkat
keyakinan. Mentalitas bangsa kita yang mengalami degradasi moral dan ekonomi
berimplikasi pada runtuhnya kepercayaan diri, termasuk dalam pengambilan

keputusan. Dalam pengambilan keputusan lebih banyak berharap pada faktor lucky,
tanpa ada rasa kepercayaan diri atau tingkat keyakinan. Ketiga, rata-rata umur
partisipan dalam penelitian ini adalah 32 tahun, jauh lebih tua dibanding rata-rata
umur partisipan dalam penelitian sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Reyna
dan Ellis (1994) bahwa umur signifikan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
Seperti pada penelitian eksperimen lainnya, validitas eksternal atau ketidakmampuan
hasil eksperimen untuk menggeneralisasi simpulan secara menyeluruh tentunya
merupakan ancaman dari penelitian ini. Keterbatasan lainnya adalah pada kasus yang
sangat sederhana dan belum familiar sehingga mungkin akan berbeda hasilnya jika
kasus yang digunakan lebih realistis, lebih kompleks dan cukup familiar bagi para
partisipan.
Implikasi dari penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai bagaimana penyaji
informasi menyajikan suatu informasi. Bagaimana akuntan merancang suatu sistem
pelaporan dengan penyajian informasi keuangan yang kompleks dan tidak dapat
dengan mudah diringkas atau disederhanakan sehingga akan mengurangi bias akibat
efek framing. Implikasi lainnya adalah, para penyaji informasi dapat menggunakan
framing atau pembingkaian informasi yang relevan untuk mencapai keputusan yang
diinginkan. Penyajian informasi dengan frame positif dapat mengurangi perilaku risk
taker, sebaliknya penyajian informasi dengan frame negatif dapat meningkatkan
perilaku risk taker dari para pengambil keputusan yang cenderung konservatif.
Penelitian yang akan datang pada bidang ini masih sangat luas. Selain
penggunaan skenario yang lebih kompleks, pertanyaan bagaimana seharusnya teori
prospek mengungkapkan alasan atas hilangnya efek framing pada pengambilan
keputusan, ketika kedua efek dipisahkan juga adalah tantangan penelitian berikutnya.
Tantangan lainnya adalah pengujian lebih lanjut atas teori fuzzy-trace sebagai generalisasi
atas kemampuan prediksi dari teori fuzzy-trace. Hal menarik lainnya adalah pemisahan
kedua efek yang tidak menunjukkan bahwa tingkat keyakinan merupakan faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan, membuka peluang pada pengujian dimasa
mendatang khususnya pada subject orang Indonesia. Sangat memungkinkan adanya
pengaruh lain yang justru dominan serta signifikan mempengaruhi pengambilan
keputusan ketika kedua efek dipisahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R.N. and V. Govindarajan, 2001. Management Control Systems, 10th Ed.
Boston: McGraw-Hill.
Biyanto, Frasto. 2001. Hubungan Pembingkaian Informasi Anggaran, Tanggungjawab,
dan Pengalaman terhadap Pilihan Keputusan pada Investasi Beresiko. Tesis Pasca
Sarjana UGM.
Bowditch, J.L. and A.F. Buono. 1990. A Primer on Organizational Behavior. Singapore:
John Wiley & Sons.
Christensen, Larry B. 1988. Experimental Methodology. 4th Ed. Allyn and Bacon

Chang Janie C., Yen, Sin-Hui, and Duh, Rong-Ruey. 2002. An Empirical Examination of
Competing Theories to Explain the Framung Effect in Accounting-Related
Decisions. Behavioural Research In Accounting 14: 35-64
Emby, C. and D. Finley. 1997. Debiasing framing effects in auditors internal control
judgments and testing decisions. Contemporary Accounting Research 14: 55-57.
Friedman. M.. and L. J. Savage. 1948. The utility analysis of choices involving risks.
Journal of Political Economy 56: 279-304.
Gudono and Hartadi. 1998. Apakah Teori Prospek Tepat untuk Kasus Indonesia?: Sebuah
Replikasi Penelitian Tversky dan Kahneman. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
1(1): 29-42.
Haryanto. 2000. Pengaruh Framing dan Jabatan Mengenai Informasi Investasi pada
Keputusan Individu-Kelompok: Suatu Eksperimen Semu. Tesis Pasca Sarjana
UGM
Hofstede, G. and M.H. Bond. 1988. The Confucius Connection: From Cultural Roots to
Economic Growth. Organizational Dynamics. pp. 5-21
lsenberg, D .J., 1986. Group Polarization: A Critical Review and Meta-Analysis. Journal
of Personality and Social Psychology (June): 1141-1151.
Kahneman, D. and A. Tversky. 1979. Prospect Theory: An Analysis of Decision Under
Risk. Econometrica 47 (2): 263-291.
Kuhberger, A. 1998. The influence of framing on risky decisions: A meta-analysis.
Organizational Behavior and Human Decision Processes 75: 23-55.
___________, 1995. The framing of decisions: A new look at old problems.
Organizational Behaviour and Human Decision Processes 32: 230-240
Levin, I. P., S. L. Schneider, and G. J. Gaeth. 1998. All frames are not created equal: A
typology and critical analysis of framing effects. Organizational Behavior and
Human Decision Processes 76: 149-188.
Libby, R. and J. Luft. 1993. Determinant of Judgment Performance in Accounting
Setting: Ability, Knowledge, Motivation, and Environment. Accounting
Organization and Society: 425-450.
Li. S. 1998. Can the conditions governing the framing effect be determined? Journal of
Economic Psychology 19: 133-153.
Reyna. V. F., and C. J. Brainerd. 1990. Fuzzy processing In transitivity development.
Annual of Operations Research 23: 37-63.
__________., and C. J. Brainerd. 199la. Fuzzy-trace theory and framing effects In choice:
Gist extraction, truncation, and conversion. Journal of Behavioral Decision Making
4: 249-262.
__________., and C. J. Brainerd. 199lb. Fuzzy-trace theory and childrens acquistion of
mathematical and scientific concepts. Learning and Individual Differences 3: 2759.
__________., and S. C. Ellis. 1994. Fuzzy-trace theory and framing effects in chlldrens
risky decision making. Psychological Science 5:275-279.
__________., and C. J. Brainerd. 1995. Fuzzy-trace theory: An interim synthesis.
Learning and Individual Differences 7:1-75.
Rutledge. R. W. and A.M. Harrell. 1994. The Impact of Responsibility and Framing of
Budgetary Information on Group Shifts. Behavioral Research in Accounting. 6: 93109.

_____________. 1995. The ability to moderate recency effects through framing of


management accounting information. Journal of Managerial Issues VII: 27-40.
Schneider, S. L. 1992. Framing and conflict: Aspiration level contingency, the status quo,
and current theories of risky choice. Journal of Experimental Psychology:
Learning, Memory, and Cognition 18:1040-1057.
Seamon, John G., Luo, Chun R., Schwartz, Michael A., 2002. Repetition can have similar
or different effects on accurate and false recognition. Journal of Memory and
Language. Feb 2002
Sekaran, U. 2000. Research Methods for BusinessA Skill Building Approach. Third
Edition. John Wiley & Sons Inc.
Sickar, M.J., and S. Highhouse. 1998. Looking closer at the effects of framing on risky
choice: An item response theory analysis. Organizational Behavior and Human
Decision Processes 75: 75-91.
Tversky, A. and D. Kahneman. 1981. The Framing of Decision and The Psychology of
Choice. Science Volume 211(30): 453-458.
Wallach, M. A., N. Kogan, and D. D. Bem, Diffusion of Responsibility and Level of
Risk Taking in Groups, Journal of Abnormal and Social Psychology 69 11964),
pp. 263274.

Anda mungkin juga menyukai