PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengaruh frame atau framing adalah sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa para
pembuat keputusan akan merespon dengan cara yang berbeda pada permasalahan
keputusan yang sama jika masalah tersebut disajikan dalam format yang berbeda
(Kuhberger, 1998; Levin et. al., 1998). Teori prospek merupakan salah satu teori yang
mencoba menjelaskan pengaruh framing (Kahneman dan Tversky, 1979; Tversky dan
Kahneman, 1981). Teori ini mendukung banyak penemuan dalam penelitian akuntansi,
akan tetapi hasil yang tidak konsisten dalam beberapa literatur psikologi (Schneider,
1992) memberi inspirasi para peneliti untuk menjelaskan keterbatasan penggunaan teori
prospek dalam menjelaskan pengaruh framing.
Teori alternatif untuk menganalisa pengaruh framing yaitu teori fuzzy-trace, yang
dikembangkan pada awal tahun 1990an (Reyna dan Brainerd, 1990; Reyna dan Brainerd,
1991a; Reyna dan Brainerd, 1991b). Penelitian terakhir dari Chang et al. (2002)
menemukan bahwa teori fuzzy-trace lebih dapat menjelaskan pengaruh framing dalam
pengambilan keputusan akuntansi manajerial, dibandingkan dengan teori prospek.
Pada banyak penelitian dalam area framing tidak dibedakan efek framing dan efek
refleksi. Levin dkk. (1998) berargumentasi bahwa dua efek ini adalah berbeda, efek
framing menekankan pada permasalahan keputusan yang sama dengan frame yang
berbeda, sementara efek refleksi melibatkan dua permasalahan keputusan yang berbeda.
Kegagalan untuk membedakan dua efek akan menyebabkan kesalahan penafsiran, oleh
karena itu penting untuk membedakan efek framing dan efek refleksi. Lebih jauh lagi,
pemisahan kedua efek ini akan sangat berguna dalam menentukan kemampuan dari kedua
teori dalam menjelaskan efek framing.
Kebanyakan penelitian pembuatan keputusan dalam domain akuntansi memfokuskan
pada pembuatan keputusan oleh individu. Banyak kritik atas hal ini. Pertimbangan
masalah keputusan kelompok perlu dipertimbangkan dengan dua alasan. Pertama,
keputusan pengalokasian sumberdaya (investasi) dan evaluasi kinerja dibuat oleh
kelompok manajer bukan oleh para manajer secara perorangan (Anthony dan
Govindarajan, 2001). Kedua, konsisten dengan yang pertama, para peneliti akuntansi
manajemen telah menyebutkan pentingnya meneliti fenomena akuntansi manajemen dari
perspektif kelompok (Libby dan Luft, 1993).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai (1) pengaruh
framing dalam pembuatan keputusan investasi oleh individu dan kelompok, (2)
perbedaan keputusan investasi oleh individu dan kelompok, (3) kemampuan teori prospek
dan teori fuzzy-trace dalam menjelaskan pengaruh framing.
Tversky dan Kahneman (1979) menggunakan teori prospek sebagai kerangka untuk
menjelaskan fenomena ini.
Perbedaan antara Efek Framing dan Efek Refleksi
Berikut ini adalah dua eksperimen lotere (Kahneman dan Tversky 1979) yang
memperlihatkan pengaruh masalah domain.
Masalah 3a: Memilih antara (n = 95) (problem domain : gain)
A : Menang $ 4,000 dengan probabilitas .80,
dan $ 0 dengan probabilitas .20
[ 20 % ]
B:
Menang $ 3,000
[ 80 % ]
Masalah 3b: Memilih antara (n = 95) (problem domain : loss)
A : Rugi $ 4,000 dengan probabilitas .80,
dan $ 0 dengan probabilitas .20
B : Rugi $ 3,000
[ 92 % ]
[ 08 % ]
Kahneman dan Tversky (1979) menyebutkan peristiwa refleksi dari pilihan riskaverse untuk domain keuntungan (masalah 3a) dan pilihan riskseeking untuk domain
kerugian (masalah 3b) sebagai efek refleksi. Dibandingkan efek refleksi, efek framing
melibatkan hanya satu masalah (masalah penyakit Asia) dengan dua bingkai (positif dan
negatif). Seperti yang diindikasikan oleh Li (1998), istilah efek framing mengacu pada
perubahan di dalam deskripsi yang berbeda dari permasalahan yang sama, sedangkan
efek refleksi mengacu pada tanggapan berbeda sebab ada dua permasalahan. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1 yang menganalisa efek framing pada masalah
penyakit Asia.
*** Masukkan Tabel 1 disini ***
Banyak studi memandang dua terminologi ini dengan cara yang sama namun
bagaimanapun dua efek ini jelas sangat berbeda. Efek framing dapat menjelma sebagai
keputusan yang bias (Emby dan Finley 1997; Rutledge 1995), tetapi efek refleksi
memerlukan daerah yang berbeda tanpa tergantung pada bingkai masalah.
Hipotesis Riset Berdasarkan Teori Prospek
Menurut Kuhberger (1995) susunan kata mengenai hasil pilihan (selamat atau
meninggal) menentukan daerah permasalahan (yaitu, untung atau rugi) dan
berhubungan dengan efek refleksi. Pada sisi lain, bingkai masalah (yaitu, positif atau
negatif) tergantung pada penggunaan suatu peniadaan tidak yang berhubungan
dengan efek framing. Penambahan peniadaan tidak kepada kalimat hanya merubah
bingkai masalah dari positif ke negatif atau sebaliknya tanpa merubah daerah
permasalahan (yaitu, daerah kerugian atau keuntungan). Sebagai contoh pada
permasalahan penyakit Asia, kombinasi yang memungkinkan dari domain problem dan
frame problem ditekankan pada pilihan beresiko dengan peniadaan tidak seperti yang
disajikan pada tabel 1, yaitu pada revisi program A dan C.
Di dalam masalah penyakit Asia harus dicatat bahwa kombinasi dari domain
problem yang dirasakan oleh pembuat keputusan dengan problem frame adalah gaindomain/positive-frame dan loss-domain/negative-frame. Oleh karena itu pengujian
penyakit Asia mengacaukan efek framing dan efek refleksi. Dalam rangka memisahkan
kedua efek diperlukan penciptaan kombinasi yang lain yaitu, gain-domain/negativeframe dan loss-domain/positive-frame (Chang et al. 2002). Dengan membandingkan hasil
dari penetapan dua kombinasi yang berbeda kita akan memahami dengan lebih jelas efek
framing dan efek refleksi.
Hasil penelitian tentang keputusan kelompok menyatakan bahwa pengaruh
framing akan menjadi ekstrim untuk kelompok dibandingkan dengan individu. Dalam
konteks keputusan investasi, informasi yang disajikan secara negative-frame akan
mempengaruhi peningkatan preferensi resiko oleh individu, sedangkan kelompok
diprediksikan akan menunjukkan preferensi yang lebih besar terhadap resiko daripada
individu. Pada kondisi positive-frame, individu diperkirakan menunjukkan penurunan
preferensi terhadap resiko begitu juga dengan kelompok akan menunjukkan penurunan
preferensi atas resiko, interaksi ini dapat dilihat pada gambar 1.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis
bagaimanakah teori prospek menjelaskan pengaruh informasi atau fakta yang disajikan
dalam gain-domain/positif-frame, loss-domain/negative-frame, gain- domain/negativeframe dan loss-domain/positive-frame mengarahkan keputusan kelompok atau individu.
Untuk menguji isu tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1a: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, individu akan memilih keputusan
yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan
keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, individu akan memilih
keputusan yang beresiko.
H1b: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, kelompok akan memilih keputusan
yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan
keputusan dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, kelompok akan memilih
keputusan yang beresiko.
H1c: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/positif-frame, keputusan kelompok kurang beresiko
(less-risky) daripada keputusan individu.
H1d: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam loss-domain/negative-frame, keputusan kelompok lebih beresiko
(more-risky) daripada keputusan individu.
H1e: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/negative-frame, individu akan memilih keputusan
yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan
keputusan dinyatakan dalam loss-domain/positive-frame, individu akan memilih
keputusan yang beresiko.
H1f: Menurut teori prospek, ketika penyajian informasi dalam pembuatan keputusan
dinyatakan dalam gain-domain/negative-frame, kelompok akan memilih keputusan
yang kurang beresiko (less-risky). Ketika penyajian informasi dalam pembuatan
keputusan dinyatakan dalam loss-domain/positive-frame, kelompok akan memilih
keputusan yang beresiko.
Teori Fuzzy-Trace
Reyna dan Brainerd (1990) menemukan Teori Fuzzy-Trace (FTT) sebagai
alternatif dalam menjelaskan pengaruh framing. Teori ini berbeda dengan teori prospek,
FTT mengasumsikan individu lebih memilih untuk menggunakan alasan yang
menyederhanakan penyajian informasi (Reyna dan Brainerd 1991a).
Reyna dan Brainerd (1991a, 1995) menggunakan FTT untuk menjelaskan
pengaruh framing pada kasus klasik (penyakit Asia). Ketika informasi kuantitatif tersedia,
pembuat keputusan mengintisarikan pilihan menjadi lebih atau kurang dibanding
dengan pilihan lainnya untuk membedakan pilihan tersebut. Ketika pilihan memasukkan
hasil nol (tidak ada orang yang diselamatkan), intisari pilihan kemudian menjadi
beberapa dengan tidak ada atau ada dengan tidak ada. Oleh karenanya menurut
FTT, pembedaan yang tak jelas dari pilihan dalam kasus penyakit Asia dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Program A:
Program B:
Program C:
Program D:
METODA PENELITIAN
Subyek Penelitian
Sejumlah 279 mahasiswa MM Kelas Eksekutif Universitas Gadjah Mada yang ada di
Jakarta dan Yogyakarta turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Tiga puluh lima
sampel tidak dipakai karena salah dalam menjawab soal manipulation check, tidak
lengkap diisi, serta tidak memenuhi persyaratan sejumlah mata kuliah yang pernah
diikuti. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 244 sampel.
Desain Penelitian
Karakteristik demografi partisipan terdiri atas tiga bagian utama: umur, jenis
kelamin dan pengalaman kerja yang berhubungan dengan pengambilan keputusan.
Rata-rata umur partisipan adalah 33 tahun, sebagian besar partisipan berjenis kelamin
pria yaitu 173 partisipan dan 71 partisipan berjenis kelamin wanita, sedangkan ratarata pengalaman dalam hal pengambilan keputusan adalah 3.44 tahun.
Analisa Hipotesis
Analisa H1a, H1b, H1c dan H1d adalah pengujian hipotesis dalam kerangka teori
prospek, yaitu pengujian atas masing-masing individu serta masing-masing
kelompok, dan juga perbedaan antara keputusan individu dan kelompok terhadap
PENUTUP
Hasil pengujian membuktikan keunggulan teori fuzzy-trace dalam menjelaskan
pengaruh framing dibanding teori prospect. Prediksi dari teori fuzzy-trace yaitu ketika
informasi keputusan tidak dapat disederhanakan, maka para pembuat keputusan
cenderung memproses informasi pada tingkatan kuantitatif, dan karena informasi
yang tidak dapat disederhanakan membuat hilangnya pengaruh framing. Hal ini
dijelaskan ketika informasi disajikan dalam gain-domain/negative-frame dan lossdomain/positive-frame, baik individu maupun kelompok, sama sekali tidak
memperlihatkan adanya perbedaan yang siginifikan.
Pada perbedaan keputusan antara kelompok dan individu, ketika informasi disajikan
dalam gain-domain/positive-frame, hasilnya memperlihatkan bahwa pengaruh
framing menjadi lebih besar pada kelompok daripada individu. Perbedaan ini
menunjukkan terjadinya polarisasi kelompok. Hasil ini konsisten dengan penelitian
Paese et al. (1993), Rutledge dan Harrell (1994), dan Haryanto (2000). Namun ketika
informasi keputusan disajikan dalam loss-domain/negative-frame, perbedaan
keputusan antara individu dan kelompok tidak memperlihatkan adanya polarisasi
kelompok. Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Perbedaan ini
bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama, penggunaan sampel pada penelitian
menggunakan between-subjects design, penggunaan within-subjects design pada
penelitian sebelumnya terpengaruh oleh sensitivitas partisipan ketika kasus diberikan
pada kelompok. Kedua, mungkin saja pada kehidupan sehari-hari, partisipan terbiasa
menerima informasi dengan loss-domain/negative-frame. Berita-berita negatif seperti:
keterpurukan ekonomi; lesunya dunia bisnis; keengganan investor untuk melirik pasar
Indonesia; ketergantungan pada IMF; korupsi dan kolusi yang berakar; ancaman
disintegrasi bangsa; serta segudang masalah sosial, politik dan ekonomi; merupakan
berita yang senantiasa kita terima. Hal ini dapat mempengaruhi psikologi
pengambilan keputusan partisipan, sehingga menghilangkan sensitivitas kelompok
dalam pengambilan keputusan (Bowditch dan Buono, 1990; Seamon et al., 2002)
Pada pengujian tambahan dengan menggunakan ANCOVA, dukungan atas prediksi
teori fuzzy-trace makin kuat. Ketika informasi keputusan dapat disederhanakan atau
ketika informasi disajikan dalam gain-domain/positive-frame dan lossdomain/positive-frame, pengaruh framing sangat signifikan berpengaruh, dan ketika
informasi keputusan tidak dapat disederhanakan atau ketika informasi keputusan
disajikan dalam gain-domain/negative-frame dan loss-domain/positive-frame,
pengaruh framing tidak signifikan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
partisipan.
Hasil yang berbeda pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (Wang, 1996;
Sickar dan Highouse, 1998; dan Chang et al., 2002), yaitu ketika pengaruh framing
tidak signifikan, tingkat keyakinan juga bukan hal berpengaruh pada pengambilan
keputusan partisipan. Ada beberapa penjelasan akan hal ini. Pertama, Pengalaman.
Penelitian sebelumnya menggunakan mahasiswa sedangkan pada penelitian ini
menggunakan mahasiswa dari kelas eksekutif yang hampir seluruhnya telah
mempunyai pengalaman kerja, bahkan sebagian besar berada pada posisi strategis
dalam perusahaan dan berpengalaman dalam pengambilan keputusan. Sangat
dimungkinkan pengalaman partisipan menjadi hal yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan tersebut (Biyanto, 2001). Kedua, mungkin saja perbedaan
cluster pada beberapa dimensi budaya (Hofstede, 1998) menyebabkan perbedaan
sikap orang Indonesia dalam pengambilan keputusan, tanpa dipengaruhi oleh tingkat
keyakinan. Mentalitas bangsa kita yang mengalami degradasi moral dan ekonomi
berimplikasi pada runtuhnya kepercayaan diri, termasuk dalam pengambilan
keputusan. Dalam pengambilan keputusan lebih banyak berharap pada faktor lucky,
tanpa ada rasa kepercayaan diri atau tingkat keyakinan. Ketiga, rata-rata umur
partisipan dalam penelitian ini adalah 32 tahun, jauh lebih tua dibanding rata-rata
umur partisipan dalam penelitian sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Reyna
dan Ellis (1994) bahwa umur signifikan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
Seperti pada penelitian eksperimen lainnya, validitas eksternal atau ketidakmampuan
hasil eksperimen untuk menggeneralisasi simpulan secara menyeluruh tentunya
merupakan ancaman dari penelitian ini. Keterbatasan lainnya adalah pada kasus yang
sangat sederhana dan belum familiar sehingga mungkin akan berbeda hasilnya jika
kasus yang digunakan lebih realistis, lebih kompleks dan cukup familiar bagi para
partisipan.
Implikasi dari penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai bagaimana penyaji
informasi menyajikan suatu informasi. Bagaimana akuntan merancang suatu sistem
pelaporan dengan penyajian informasi keuangan yang kompleks dan tidak dapat
dengan mudah diringkas atau disederhanakan sehingga akan mengurangi bias akibat
efek framing. Implikasi lainnya adalah, para penyaji informasi dapat menggunakan
framing atau pembingkaian informasi yang relevan untuk mencapai keputusan yang
diinginkan. Penyajian informasi dengan frame positif dapat mengurangi perilaku risk
taker, sebaliknya penyajian informasi dengan frame negatif dapat meningkatkan
perilaku risk taker dari para pengambil keputusan yang cenderung konservatif.
Penelitian yang akan datang pada bidang ini masih sangat luas. Selain
penggunaan skenario yang lebih kompleks, pertanyaan bagaimana seharusnya teori
prospek mengungkapkan alasan atas hilangnya efek framing pada pengambilan
keputusan, ketika kedua efek dipisahkan juga adalah tantangan penelitian berikutnya.
Tantangan lainnya adalah pengujian lebih lanjut atas teori fuzzy-trace sebagai generalisasi
atas kemampuan prediksi dari teori fuzzy-trace. Hal menarik lainnya adalah pemisahan
kedua efek yang tidak menunjukkan bahwa tingkat keyakinan merupakan faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan, membuka peluang pada pengujian dimasa
mendatang khususnya pada subject orang Indonesia. Sangat memungkinkan adanya
pengaruh lain yang justru dominan serta signifikan mempengaruhi pengambilan
keputusan ketika kedua efek dipisahkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R.N. and V. Govindarajan, 2001. Management Control Systems, 10th Ed.
Boston: McGraw-Hill.
Biyanto, Frasto. 2001. Hubungan Pembingkaian Informasi Anggaran, Tanggungjawab,
dan Pengalaman terhadap Pilihan Keputusan pada Investasi Beresiko. Tesis Pasca
Sarjana UGM.
Bowditch, J.L. and A.F. Buono. 1990. A Primer on Organizational Behavior. Singapore:
John Wiley & Sons.
Christensen, Larry B. 1988. Experimental Methodology. 4th Ed. Allyn and Bacon
Chang Janie C., Yen, Sin-Hui, and Duh, Rong-Ruey. 2002. An Empirical Examination of
Competing Theories to Explain the Framung Effect in Accounting-Related
Decisions. Behavioural Research In Accounting 14: 35-64
Emby, C. and D. Finley. 1997. Debiasing framing effects in auditors internal control
judgments and testing decisions. Contemporary Accounting Research 14: 55-57.
Friedman. M.. and L. J. Savage. 1948. The utility analysis of choices involving risks.
Journal of Political Economy 56: 279-304.
Gudono and Hartadi. 1998. Apakah Teori Prospek Tepat untuk Kasus Indonesia?: Sebuah
Replikasi Penelitian Tversky dan Kahneman. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
1(1): 29-42.
Haryanto. 2000. Pengaruh Framing dan Jabatan Mengenai Informasi Investasi pada
Keputusan Individu-Kelompok: Suatu Eksperimen Semu. Tesis Pasca Sarjana
UGM
Hofstede, G. and M.H. Bond. 1988. The Confucius Connection: From Cultural Roots to
Economic Growth. Organizational Dynamics. pp. 5-21
lsenberg, D .J., 1986. Group Polarization: A Critical Review and Meta-Analysis. Journal
of Personality and Social Psychology (June): 1141-1151.
Kahneman, D. and A. Tversky. 1979. Prospect Theory: An Analysis of Decision Under
Risk. Econometrica 47 (2): 263-291.
Kuhberger, A. 1998. The influence of framing on risky decisions: A meta-analysis.
Organizational Behavior and Human Decision Processes 75: 23-55.
___________, 1995. The framing of decisions: A new look at old problems.
Organizational Behaviour and Human Decision Processes 32: 230-240
Levin, I. P., S. L. Schneider, and G. J. Gaeth. 1998. All frames are not created equal: A
typology and critical analysis of framing effects. Organizational Behavior and
Human Decision Processes 76: 149-188.
Libby, R. and J. Luft. 1993. Determinant of Judgment Performance in Accounting
Setting: Ability, Knowledge, Motivation, and Environment. Accounting
Organization and Society: 425-450.
Li. S. 1998. Can the conditions governing the framing effect be determined? Journal of
Economic Psychology 19: 133-153.
Reyna. V. F., and C. J. Brainerd. 1990. Fuzzy processing In transitivity development.
Annual of Operations Research 23: 37-63.
__________., and C. J. Brainerd. 199la. Fuzzy-trace theory and framing effects In choice:
Gist extraction, truncation, and conversion. Journal of Behavioral Decision Making
4: 249-262.
__________., and C. J. Brainerd. 199lb. Fuzzy-trace theory and childrens acquistion of
mathematical and scientific concepts. Learning and Individual Differences 3: 2759.
__________., and S. C. Ellis. 1994. Fuzzy-trace theory and framing effects in chlldrens
risky decision making. Psychological Science 5:275-279.
__________., and C. J. Brainerd. 1995. Fuzzy-trace theory: An interim synthesis.
Learning and Individual Differences 7:1-75.
Rutledge. R. W. and A.M. Harrell. 1994. The Impact of Responsibility and Framing of
Budgetary Information on Group Shifts. Behavioral Research in Accounting. 6: 93109.