Anda di halaman 1dari 5

Nama

: Ida Ayu Mas Mahadewi

NIM

:1321305037

Mata Kuliah : Negara, Civil Society dan Sektor Swasta


Prodi

: Ilmu Politik

Corporate Social Responbility


Dalam era globalisasi sekarang ini pandangan dan pemahaman individu maupun
masyarakat akan bisnis mengalami perluasan makna. Bisnis bukan lagi menjadi suatu yang
menguntungkan bagi perusahaan saja, akan tetapi telah menjadi kebutuhan akan keuntungan
bersama masyarakat luas. Perusahaan bukan lagi mencari keuntungan yang besar, dengan
mengeksploitasi lingkungan sekitar, akan tetapi memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
lingkungan sosial di sekitar bisnis perusahaan itu berada. Pada sekarang ini dalam menghadapi
dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus
secara serius memperhatikan CSR. Konsep dan strategi CSR ini telah menjadi isu yang menarik
dalam dunia bisnis sekarang ini.
CSR yang kini kian marak diimplementasikan di berbagai macam perusahaan,
mengalami evolusi dan metamorphosis dalam rentang waktu yang cukup lama. Konsep ini tidak
lahir begitu saja, akan tetapi melewati berbagai macam tahapan terlebih dahulu. Gema CSR
mulai terasa pada tahun 1950-an. Pada saat itu, persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang
semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Buku yang
bertajuk Social Responbility of the Businessman karya Howard R. Bowen yang ditulis pada tahun
1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR.
Definisi CSR telah banyak dikemukakan berbagai pihak. Konsep CSR yang banyak
dijadikan rujukan oleh berbagai pihak sebagaimana yang dikemukakan oleh Teguh S. Pambudi
dalam tulisannya di majalah SWA edisi desember 2005 adalah pemikiran Elkington, yakni
tentang triple bottom line. Menurutnya CSR adalah segitiga kehidupan stakeholder yang harus
diberi atensi oleh korporasi di tengah upayanya mengejar keuntungan atau profit, yaitu ekonomi,
lingkungan, dan sosial. Hubungan itu di ilustrasikan dalam bentuk segitiga. Sejalan dengan itu,
Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku

kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak
positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Berbagai argument bermunculan yang mendukung keberadaan CSR, seperti yang
pertama yakni perusahaan perlu untuk melakukan konsep tanggung jawab sosial karena
keberadaannya ditengah-tengah masyarakat (Budiman:2003), yang kedua yakni oganisasi bisnis
pada umumnya, maupun para pemimpin perusahaan merupakan anggota masyarakat, yang juga
memiliki kewajiban tanggung jawab moral terhadap masyarakat dalam kaitan dengan
perusahaan, maka perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kewajiban sosial-moral kepada
masyarakat karena akan mendukung dalam pengoperasian perusahaan (Keraf:1991).
Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab CSR :
1. Tanggung jawab ekonomi perusahaan, yakni modal yang ditanamkan dalam perusahaan
harus dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan tanggung jawab
perusahaan yang berkaitan erat dengan aspek sosial, dimana aktivitas bisnis perusahaan
akan mewarnai aktivitas perekonomian basional, misalkan bantuan ekonomi lemah, biaya
pendidikan dan yang lainnya. Hal ini akan berdampak pada peningkatan citra perusahaan,
serta perasaan simpati masyarakat, terutama dari konsumen.
2. Tanggung jawab hukum, disini perusahaan harus memperhatikan operasinya berdampak
baik

atau

tidak

bagi

masyarakat,

seperti

misalnya

pencemaran

lingkungan,

membahayakan pemakai/konsumen yang dapat merugikan masyrakat. Perusahaan sebagi


suatu badan hukum harus menjalankan aktivitasnya dengan mematuhi norma-norma
hukum yang ada, mulai dari sistem perkrutan karyawan, tidak melakukan KKN, hingga
memperhatikan lingkungan sekitar yang sesuai dengan aturan hukum. Bentuk kepatuhan
terhadap hukum dan aturan tersebut, merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan
terhadap masyarakat maupun pemerintah.
Kegiatan CSR memiliki dampak positif terhadap keberlangsungan perusahaan. CSR mampu
menciptakan laba jangka panjang bagi perusahaan, dapat sebagai sarana peningkatan citra
perusahaan, dapat meningkatkan kinerja financial dan akses ke modal. CSR akan membantu
peningkatan penjualan produk menarik dan mempertahankan sumber daya manusia yang
berkualitas, meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis dan mengelola

resiko. Untuk itu CSR menjadi suatu strategi bisnis yang dapat diterima. Selain dari pada itu
CSR mampu memberikan dampak yang positif bagi lingkungan masyarakat dalam membantu
menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat, seperti: pendidikan, ekonomi, pembangunan,
lingkungan, dan persoalan lainnya.
CSR tengah menjadi trend di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Pada mulanya
CSR diterapkan oleh TNC-TNC (Trans National Corporation) yang ada di Indonesia dan
kemudian diikuti oleh perusahaan-perusahaan domestik. Salah satu perusahaan yang
mengklaim

telah

melakukan

CSR adalah

PT. Freeport

Indonesia

dengan cara

mengembangkan program Community Development antara lain menyediakan layanan medis


bagi masyarakat papua melalui pendirian klinik-klinik kesehatan dan rumah sakit modern di
Banti dan Timika. Selain PT. Freeport banyak perusahaan di Indonesia yang mengembangkan
konsep Community Development beberapa diantaranya adalah Pertamina, PT. HM
Sampoerna, PT Coca Cola Botling Indonesia.
Pandangan Perusahaan Terhadap CSR:
Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai cara pandang dalam
memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap CSR yaitu:
1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR karena external
driven (faktor eksternal), environmental driven ( karena terjadi masalah lingkungan), dan
reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban . CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum,
dan aturan yang memaksa perusahaan menjalankannya.
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk
menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tanggung jawab
sosial dan lingkungan.

Kesimpulan
Penerapan CSR di perusahaan-perusahaan di Indonesia ada atau tidak ada pengaturannya
dalam UUPT, sejatinya harus didukung oleh semua pihak tidak terkecuali oleh perusahaan. CSR

hendaknya tidak dipandang sebagai beban bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya
tetapi sebaliknya harus dipandang sebagi salah satu corporate strategy. Penerapan CSR
hendaknya beranjak dari filosfi jika masyarakat tidak berkembang, perusahaan juga akan sulit
berkembang. Karena itu, dalam menerapkan CSR bisa terjadi perusahaan memang tidak
mendapatkan profit, namun ada hal yang penting yang diraih yaitu citra perusahaan.
Agar CSR dapat berkembang, diharapkan setiap perusahaan yang telah menerapkan CSR
dengan baik, tidak hanya sekedar upaya untuk meraih citra positif dari masyarakat dan
pemerintah, seperti pengurangan pajak, pemberian fasilitas, dan sebagainya. Hal ini wajar
diberikan mengingat CSR yang dilakukan perusahaan secara tidak langsung telah membantu
tugas pemerintah di bidang sosial. Menerapkan paradigma lama yang menyebut bahwa kondisi
keuangan yang stabil akan mampu menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan,
sudah saatnya ditinggalkan karena keberlanjutan perusahaan dipengaruhi pula oleh seberapa
besar perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjosisworo Soejono, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal, di Indonesia,
(Bandung: Mandar Maju, 1999)
Moir, Lance, 2001, Journal of Corporate Governance 1-2, 2001, What Do We Mean By
Corporate Social Responsibility, the Measurement of Corporate Social Behavior.
Mowen, John C & Mihael Minor, 2002, Perilaku Konsumen, Terjemahan, Lina Salim,
Erlangga, Jakarta.
Tomotheus Lesmana, Program Corporate Social Responsibility yang Berkelanjutan, Majalah
Lensa Edisi 1 November 2006.

Anda mungkin juga menyukai