1.1.1
Pengertian
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa,
tambak, perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia.
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan
tempat yang diusahakan.
Surat Pemberitahuan Objek Pajak ( SPOP ) adalah surat yang digunakan
oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak menurut ketetuan undangundang PBB.
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) adalah surat yang digunakan
oleh Direktorat Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak yang
terutang kepada Wajib Pajak.
1.1.2
Dasar Hukum
UU No.12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU
Persentase Nilai Jual Kena Pajak untuk Pajak Bumi dan Bangunan.
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.201/KMK.04/2002
tentang
Penyesuaian Besar Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
sebagai Dasar Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan
Keputusan menteri Keuangan No. 552/KMK.04/2002 tentang Perubahan
atas Keputusan Menteri Keuangan No.82/KMK.04/2002 tentang
Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
1.1.3
manfaat
atas
bangunan.
Dengan
demikian
tanda
atau
bukan
karena
perjanjian,
subjek
pajak
yang
1.1.4
saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu
paling lama 24 bulan, bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
4) Denda administrasi ditambah utang pajak yang belum atau kurang
dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP) dan harus dilunasi
selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya STP oleh WP.
5) Pajak yang terutang dapat dibayar di Bank, Kantor Pos dan Giro, dan
tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
6) Tata cara pembayaran dan penagihan pajak diatur oleh Menteri
Keuangan.
7) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), surat ketetapan pajak,
dan Surat Tagihan Pajak merupakan dasar penagihan pajak.
8) Jumlah pajak yang terutang berdasarkan STP yang tidak dibayarkan
pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.
1.1.5
Rp 268.000.000
- NJOP bangunan :
- Rumah
(400 m2 x Rp 505.000)
Rp 202.000.000
- Taman mewah
(200 m2 x Rp 98.000)
Rp 19.600.000
- Pagar mewah
(100 x 1,50 m2 x Rp 1.200.000)
Rp 180.000.000
Rp 401.600.000(+)
Rp 669.600.000
- NJOPTKP (diketahui)
Rp 10.000.000 (-)
Rp 659.600.000
Rp 131.920.000
- PBB :
0,5% x Rp 131.920.000 = Rp 659.600
1.2
1.2.1
Pengertian
1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
2. Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan
oleh orang pribadi atau badan.
3. Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak
pengelolaan beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria, Undang-undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan
ketentuan peraturan peundanga-undangan yang berlaku lainnya.
1.2.2
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan. Undang-undang ini menggantikan Ordonansi Bea Balik Nama
Staatsblad 1924 Nomor 291.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 111 s.d. 114 tahun 2000,
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2004 tentang Pemberian
Pengurangan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 91/PMK.03/2006,
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 516/KMK.04/2000 tentang Tata Cara
Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana terakhir diubah
dengan PMK Nomor 14/PMK.03/2009.
1.2.3
Rp 70.000.000,00
Rp 60.000.000,00
Rp 10.000.000,00
= Rp
Rp
60.000.000
Rp
200.000.000
= Rp
60.000.000
= Rp
140.000.000
10
140.000.000
5% x Rp 140.000.000 = Rp 7.000.000
1.3
1.3.1
BEA MATERAI
Pengertian
Bea Materai adalah pajak atas dokumen yang dipakai oleh masyarakat
dalam lalu lintas hukum. Beberapa pengertian-pengertian lain yang perlu
diketahui dalam bea materai, antara lain :
1. Bea Materai adalah pajak atas dokumen.
2. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan
maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau
pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Benda Materai adalah materai tempel dan kertas materai yang dikeluarkan
oleh pemerintah Republik Indonesia.
4. Tanda Tangan adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan,
termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap
nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.
5. Pemateraian kemudian adalah cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Materainya
belum dilunasi sebagaimana mestinya.
6. Pejabat Pos adalah pejabat PT. Pos dan Giro yang diserahi tugas melayani
permintaan pemateraian-kemudian.
1.3.2
Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea
Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan
Bea Materai.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2005 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.03/2005 Tentang
Bentuk, Ukuran, Warna, Dan Desain Materai Tempel Tahun 2005.
11
4. Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
133b/KMK.04/2000
tentang
12
c. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkaprangkapnya.
d. Surat yang memuat jumlah uang yaitu:
yang menyebutkan penerimaan uang;
yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank;
yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah
dilunasi atau diperhitungkan.
e. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek.
f. Dokumen yang dikenakan Bea Materai juga terhadap dokumen yang akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan yaitu surat-surat biasa
dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak
dikenakan Bea Materai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan
lain atau digunakan oleh orang lain, lain dan maksud semula.
Yang Tidak Dikenakan Bea Materai :
a. Dokumen yang berupa, antara lain surat penyimpanan barang, konosemen,
surat angkutan penumpang dan barang, bukti pengiriman dan dan penerimaan
barang, surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim,
surat-surat lainnya yang disamakan dengan surat-surat tersebut di atas.
b. Segala bentuk Ijasah. Yang termasuk dalam pengertian ini adalah Surat Tanda
Tamat Belajar (STTB), tanda lulus, surat keterangan telah mengikuti suatu
pendidikan, latihan, kursus, dan penataran.
c. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayaran
lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.
d. Tanda bukti penerimaan uang negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah
Daerah, dan Bank.
e. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan penerimaan lainnya yang dapat
disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan Bank.
f. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan internal organisasi.
13
Perjanjian
Nilai
dan
Bea Materai
surat-surat -
Rp 6.000,00
Notaris
termasuk -
Rp 6.000,00
Pejabat -
Rp 6.000,00
salinannya.
Akta-akta
yang
dibuat
digunakan -
Bea
Materai
berdasarkan tujuannya,
jika
14
Rp 6.000,00
>Rp
250.000,00 Rp 3.000,00
menyebutkan s/d
Yang
Rp 1.000.000,00
penerimaan uang.
Nihil
Rp 6.000,00
Yang
berisi
pemberitahuan
uang
sebagian
atau
>Rp
Nihil
250.000,00 Rp 3.000,00
s/d
Rp 1.000.000,00
>Rp 1.000.000,00
Cek dan Bilyet Giro
Efek dengan nama dan dalam bentuk <Rp 250.000,00
apapun.
>Rp
Rp 6.000,00
Rp 3.000,00
Nihil
250.000,00 Rp 3.000,00
s/d
Rp 1.000.000,00
>Rp 1.000.000,00
15
Rp 6.000,00
16
mestinya.
c) Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.
Pemateraian kemudian wajib dilakukan terhadap dokumen-dokumen
seperti diatas dengan menggunakan :
a. Materai Tempel
17
b.
Jawab :
Jumlah uang yang telah dikeluarkan Pak Usman adalah :
Uang muka : 20% Rp 150.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
Angsuran 1 : 25% Rp 150.000.000,00 = Rp 37.500.000,00
Angsuran 2 : 25% Rp 150.000.000,00 = Rp 37.500.000,00
Angsuran 3 : 25% Rp 150.000.000,00 = Rp 37.500.000,00
Angsuran 4 : 25% Rp 150.000.000,00 = Rp 7.500.000,00
No
1
2
3
Nominal
Rp 30.000.000,00
Rp 37.500.000,00
Rp 37.500.000,00
Kuitansi
Rp 6.000
Rp 6.000
Rp 6.000
18
Cek
Rp 3.000
Rp 3.000
Rp 3.000
4
5
Rp 37.500.000,00
Rp 7.500.000,00
Jumlah
Rp 6.000
Rp 6.000
Rp 30.000
Rp 3.000
Rp 3.000
Rp 15.000
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit ANDI
http://eddiwahyudi.com/perspektif-pajak-sebagai-sarana-pendukung
pembangunan/pajak-bumi-dan-bangunan-pbb/
19
http://ikadamayantiali.blogspot.co.id/2012/12/pajak-pbb-dan-bphtb.html
http://sesesey.blogspot.co.id/2014/01/bphtb-bea-perolehan-hak-atas-tanah-dan.html
http://www.tarif.depkeu.go.id/Bidang/?bid=pajak&cat=materai
http://ikasmilevalery.blogspot.co.id/2009/12/cara-pelunasan-bea.html
https://www.scribd.com/doc/52906977/Bea-Materai
20