Anda di halaman 1dari 12

ETIKA BISNIS

KUIS BESAR
STUDI KASUS SUAP DAN KORUPSI DI PT. MI

KESIA SISKA AMELIA


LAVENIA SULISTYO
SHYEN RIESCA POERNOMO
VONNY SANTOSO
YULIANA DEVI LUKITO

121210032
121210034
121210046
121210052
121210059

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG
MALANG
2014

I.

Prinsip Transparansi
Transparansi berarti keterbukaan, kejelasan. Bagaimana suatu perusahaan terbuka

terhadap pihak lain sesuai dengan kondisi nyata yang terjadi dan tidak dibuat-buat. Pelanggaran
prinsip ini yang telah terjadi dalam kasus korupsi dan suap di PT. MI adalah:
1. Kapas transgenik merek Bollgrad produksi Monsanto Company (PT. MI) bisa
ditanam di Indonesia tanpa melalui amdal (analisis mengenai dampak lingkungan)
berkat surat jawaban Nabiel Makarim (NM) yang saat itu menjabat sebagai Menteri
Lingkungan Hidup kepada Menteri Pertanian Bungaran Saragih pada 21 September
2001. Padahal sebelum adanya surat tersebut, Menteri Lingkungan Hidup sebelum
Nabiel Makarim, yakni Sonny Keraf, sudah mengeluarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup bahwa semua benih tanaman transgenik wajib melalui amdal.
Setelah Sonny Keraf diganti, dicurigai bahwa Monsanto mencari peluang-peluang
lain agar kapas mereka tidak perlu melalui amdal, contoh dengan terus meningkatkan
lobi.
2. KPK menyelidiki lebih dari 140 pejabat dan staf penting di Indonesia dari Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Departemen Pertanian, Bappenas, Pemda/DPRD
Sulawesi Selatan, dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi, dimana yang belum
diketahui jati dirinya, dianggap memuluskan proses tanam benih transgenik di
Indonesia.
3. Tanpa mengakui atau menolak gugatan badan pengawas pasar modal AS tentang
pelanggaran Undang-Undang Praktik Korupsi Asing, Monsanto langsung setuju
mematuhi keputusan akhir dengan membayar 500.000 dolar AS. Dengan Departemen
Kehakiman AS, Monsanto bersepakat untuk menjalani perjanjian penangguhan
penuntutan dengan membayar denda satu juta dolas AS. Tidak mengungkapkan
nama-nama pejabat yang terlibat, juga merupakan salah satu kesepakatan yang
dilakukan Monsanto dengan pemerintah AS.
4. Praktik ilegal untuk memuluskan kapas transgenik di Indonesia dilakukan dengan
menebar dusta. Monsanto menjanjikan panenan kapas transgenik akan meningkat
hingga 3,5 ton per hektare dengan biaya produksi rendah, tahan hama, dan ramah
lingkungan. Agar menjanjikan, Monsanto menggandeng ilmuwan petualang yang
meyakinkan bahwa tanaman tersebut mampu meningkatkan pendapatan petani kapas
5x lipat dan produksinya meningkat lebih dari 400%. Iklan kapas transgenik tersebut

juga disosialisasikan ke mana-mana. Namun pada kenyataannya, hasil panen kapas


tidak sampai satu ton per hektare. Banyak diantaranya hanya sekitar 0,5 ton per
hektare. Sementara untuk biaya produksi, para petani di Sulawesi Selatan berutang
kepada PT. Branita Sandhini, anak perusahaan PT. Monagro Kimia, penyalur bibit
kapas transgenik yang harus dibayar begitu usai panen. Alhasil, hasil panen tidaklah
cukup untuk membayar utang.
5. Masyarakat belum memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengenai teknologi
transgenik yang masih sangat baru dan juga belum cukup bukti-bukti dampak positif
maupun negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dibutuhkan adanya
keterlibatan masyarakat dalam penyusunan dan implementasi kebijakan seperti dalam
kasus ini adalah tanaman transgenik.
II.

Prinsip Akuntabilitas
1. Dari cerita di atas dapat diketahui bahwa perusahaan MI dan Mg tidak beretika dan apa
yang telah dilakukan oleh perusahaan MI dan Mg tidak sesuai dengan prinsip GCG
(Good Corporate Governance), yang salah satunya adalah Akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan penyelenggara organisasi kepada pihak
yang

memiliki

hak

pertanggungjawaban.

atau

berkewenangan

Akuntabilitas

yaitu

untuk

kejelasan

meminta

keterangan

atau

fungsi,

pelaksanaan

dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.


Hal yang bertentangan dengan teori akuntabilitas yang dilakukan oleh perusahaan Mg
dan PT MI adalah salah satunya dengan membuat laporan keuangan palsu, yaitu:
a. JAB memerintahkan pengumpulan dana taktis untuk Biaya Pemasaran pada periode
1998 hingga 2001 untuk digunakan sebagai pelumas usaha Mg. Hal ini digunakan
untuk pemberian hadiah, uang saku pembelian dinas, kado pernikahan anak pejabat
dan pembelian kavling tanah untuk SS di Danau Bogor Raya. Dana tersebut diperoleh
dengan cara meninggikan tagihan kepada distributor sehingga harga jual ke petani
lebih mahal dari yang seharusnya.
b. Awal Desember 1998, Mg memesan kavling di Blok N 27-28 pada perusahaan
pengembang DBR, PT SKM dengan uang tanda jadi sebesar 25 juta rupiah. Namun
berikut-berikutnya Mg membayar kepada SKM dengan beberapa cek yang berbeda

yang memiliki nilai di atas 100 juta rupiah. Cek-cek yang bernilai tersebut digunakan
untuk menyuap SS, Menteri Pertanian.
c. PT MI menyuap NM (Mentri Lingkungan Hidup, 2002) melalui pegawai Hil dalam
bentuk 500 lembar uang pecahan US$100, untuk melewati surat keputusan yang
menyatakan bahwa produk pertanian transgenik harus menjalani analisis mengenai
dampak lingkungan.
III.

Prinsip Responsibility
Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap

peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan
keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif
bersama masyarakat dan sebagainya.

Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan

menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan juga mempunyai


peran untuk bertanggung jawab kepada shareholder juga kepada stakeholders-lainnya.
1. Dalam kasus suap kapas transgenic ini terlihat bahwa perusahaan MI tidak bertanggung
jawab terhadap masyarakat terutama petani sebagai konsumen. Tidak adanya penelitian
AMDAL terlebih dahulu sebelum perijinan beredarnya kapas transgenic tersebut.
Perusahaan tidak memperhatikan dampak yang akan terjadi pada liangkungan.
2. Selain itu PT. MI menggunakan para peneliti dari universitas ternama untuk memberi
hasil uji yang baik dan layak pada kapas tersebut agar dipercayai oleh para petani
sehingga mereka menanam kapas tersebut. Hal tersebut tidak bertanggungjawab karena
hasil yang di umumkan berbeda dengan faktanya.
3. Terlihat juga dalam perusahaan MI pengajuan dana biaya opersional yang tidak ada
juntrungannya, yang katanya akan digunakan unutk operasional perusahaan ternyata
digunakan untuk biaya menyuap.

IV.

Prinsip Independensi :
Kasus suap dan korupsi di PT MI ini menunjukkan bahwa tidak ada tata kelola yang baik

pada pemerintahan Indonesia. Hal ini menunjukkan pemerintah Indonesia dipengaruhi oleh
pihak luar yaitu para pebisnis dari Amerika. Otoritas dan kewenangan dari pemerintahan di

ganggu dan dicampuri dengan urusan pihak lain yang tidak ingin dirugikan. Kasus ini bermula
dari Mg yang mendapat barang baru dari MI untuk dijual di Indonesia. Pihak Amerika (MI)
melakukan suap kepada Menteri Pertanian agar barang yang diberikan kepada Mg dapat dengan
mudah dijual di Indonesia dan diamankan barangnya.
Barang produksi tersebut antara lain adalah tanaman transgenik seperti kapas, jagung dan
kedelai. Padahal kewenangan dan otoritas pemerintah Indonesia seharusnya melakukan berbagai
pengujian sebelum Departemen Pertanian bisa melepaskan tanaman tersebut di Indonesia, dan
terlebih lagi halangan akibat perundang-undangan yang belum lengkap dan tentangan dari para
penggiat lingkungan. Masalah-masalah ini lah yang membuat pihak Amerika melakukan suap
kepada pihak pemerintah untuk melicinkan aktivitasnya.
V.

Prinsip Fairness (Berimbang, Kewajaran, Keadilan)


Yakni: Keputusan (intern, ekstern) dalam perusahaan harus memperhatikan kebajikan

utama dalam institusi sosial, yang mengandung konsekuensi bahwa hal-hal yang tidak benar
harus ditolak, begitu juga hak-hak dasar individu harus dihargai.
PT. MI melanggar prinsip ini, dibuktikan dengan:

Dalam bidang praktik perdagangan,


a. Walaupun PT. MI membantu para petani dalam melawan hama tanaman, tapi
nyatanya mereka justru mematikan perekonomian lokal, karena dikatakan perusahaan

ini hampir menguasai 30% pangsa pasar pestisida


konsep perdagangan perusahaan tidak memperhatikan keseimbangan perekonomian
penduduk lokal.
a. Produk-produk buatannya pula tidak dianalisis melalui AMDAL, sehingga
pemasarannya di Indonesia pun tergolong tidak wajar, karena perizinan tanaman
transgenik haruslah didasarkan pada AMDAL terlebih dahulu, baru bisa dipasarkan
konsep perdagangan tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan akibat

pemakaian produknya.
Dalam bidang tata niaga,
1. Pengeluaran yang terjadi di perusahaan juga tidak wajar. Dikatakan bahwa ditemukan
adanya transaksi yang tak jelas juntrungannya senilai US $ 700 ribu, dan setahun
berikutnya juga muncul transaksi aneh sebesar US $ 50 ribu.
2. Juga adanya biaya pemasaran yang tidak wajar. Dikatakan sebagai biaya pemasaran,
harusnya untuk memperkenalkan produk pada masyarakat, akan tetapi biaya tersebut

malah digunakan untuk pemberian hadiah, uang saku perjalanan dinas, kado pernikahan
anak pejabat, biaya pembelian kavling tanah, dan bukan untuk biaya promosi, biaya
iklan, dan biaya perkenalan produk lainnya Biaya pemasaran menggunakan dana
taktis yang harusnya biaya itu dinikmati oleh petani, malah dinikmati oleh para pejabatpejabat pemerintah (Tidak adil dan berimbang).
3. Dikatakan semua pengeluaran uang, sah atau tidak harus ada persetujuan dari presiden
direktur. Padahal jika ditelaah, harusnya presiden direktur tidak boleh ikut campur dalam
keluar masuknya uang perusahaan, karena hal itu merupakan tugas manajer terlihat
pada tabel pohon suap kasus MI, ada banyak transaksi janggal. (pada keterangan
peruntukan)
VI.

Prinsip Hak
Hak merupakan status kepemilikan seseorang atas sesuatu benda, jasa, maupun karya

cipta intelektual. Orang merasa berhak karena memiliki. Berikut merupakan beberapa pernyataan
dari kasus seputar hak:
1. Exhaustion rights merupakan satu dari batasan hak atas kekayaan intelektual (HKI)
yang diatur dalam undang-undang paten di Amerika. Dalam kasus ini, PT MI
memiliki hak paten eksklusif atas benih dan genetik yang bisa secara bebas
dipasarkan di dunia global. Bagi dunia global: harus berhati-hati terhadap fakta ini
karena pada umumnya benih biasa tidak berbeda dengan benih transgenik.
2. PT. MI merebut hak-hak para petani terhadap sumber daya asli yang mempengaruhi
keputusan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari petani dengan janji palsu yang
menggiurkan.
3. Para pejabat yang terlibat telah mengambil hak pihak lain yang bukan miliknya
VII.

dengan bersedia dilobi/disuap oleh PT. MI guna kepentingan pribadi.


Prinsip Kewajiban
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk mendapatkan

hak. Prinsip kewajiban yang ditemukan dan memiliki contoh nyata dalam kasus ini:
1. Karena melanggar aturan larangan menyuap di luar negeri (Indonesia), PT. MI
dihukum oleh Pengadilan New York dengan kewajiban membayar denda sebesar US$
1,5juta.

2. Ketergiuran para petani terhadap janji palsu PT. MI mengakibatkan petani berutang
kepada PT. Branita Sandhini untuk biaya produksi, dan wajib membayar begitu usai
panen.
VIII.

Teori Akhlak
1. Definisi dari akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sasaran dari
akhlak adalah Tuhan, manusia, lingkungan dan diri sendiri. Dari teori akhlak, dapat
diketahui bahwa PT MI dan perusahaan Mg telah melakukan hal-hal yang bertantangan
dengan akhlak, yaitu seperti berikut ini.
a. Perbuatan yang dilakukan oleh Mg, PT MI, yaitu penipuan dan penyuapan terhadap
pejabat-pejabat tinggi di Indonesia merupakan perbuatan yang tidak pantas di mata
Tuhan. Begitu juga dengan orang-orang yang menerima suapan tersebut, tidak pantas
untuk dilakukan sebab apa yang mereka lakukan adalah perbuatan dosa yang telah
merugikan banyak pihak.
b. Penyuapan yang dilakukan perusahaan Mg merugikan para petani, karena Mg
meninggikan tagihan distributor yang hal tersebut mengakibatkan para petani harus
membeli bibit tanaman transgenik dengan harga yang lebih mahal daripada yang
seharusnya.
c. PT MI tidak ingin melakukan prosedur untuk mendapatkan perizinan penjualan bibit
tanaman transgenik di Indonesia dengan cara yang sesuai dengan aturan yang ada,
yang seharusnya dilakukan pengujian terlebih dahulu pada tanaman-tanaman tersebut.
Namun perizinan tersebut didapatkannya dengan menyuap Menteri Pertanian dan
Menteri Lingkungan Hidup.
d. PT MI dan Mg telah merugikan diri mereka sendiri dengan melakukan suap pada
pejabat-pejabat, yang pada akhirnya hal tersebut telah membuat mereka rugi besar
dan nama mereka jatuh menjadi jatuh di mata publik.

IX.

Teori Deontologi
1. Dari cerita di atas juga dapat diketahui bahwa PT MI menggunakan teori deontologi
dalam pelaksanaan bisnisnya. Teori Deontologi menunjukkan bagaimana seseorang
melakukan suatu tindakan dengan tanpa memikirkan benar atau salahnya dan teori ini

digunakan dalam Teori Ekonomi Komunis. Hal ini dapat diketahui dari cerita di atas yang
menyebutkan bahwa penyuapan yang dilakukan tidak hanya dimaksudkan untuk kapas
transgenik namun juga untuk mengamankan bisnis pestisida, yang perusahaan Mg saat itu
telah menguasai 30 persen pangsa pasar pestisida di Indonesia.
X.

Utilititarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini suatu

perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja
satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
1. Dalam kasus supa kapas transgenic ada tindakan yang tidak selaras dengan teori tersebut
yaitu tidak adanya uji AMDAL dalam peredaran kapas transgenic serta meninggikan
harga tagihan pada distributor yang mengakibatkan harga jual pada petani menjadi mahal.
Para petani dirugikan dengan hal ini dan perusahaan memperkaya diri sendiri dan
merugikan orang lain.
2. Diketahui bahwa perusahaan MI melalui anak perusahaan yang berada di Sulawesi telah
melalukan tidakan tidak bertanggung jawab dengan mengiformasikan bahwa kapas
transgenic akan meningkatkan hasil panen kerna tahan hama. Namum faktanya banyak
para petani yang dirugikan karena hasil panen tidak seperti yang dijanjikan dan kapas
teteap terkena hama.

XI.

Prinsip Kontrak social


Etika teori kontrak sosial menjelaskan bahwa keputusan etika harus didasarkan pada

sejumlah faktor empiris (apa yang ada) dan faktor normatis (apa yang seharusnya). Pandangan
itu didasarkan pada penggabungan dua kontrak. Kontrak sosial umum yang mengijinkan dunia
bisnis menjalankan dan mendefinisikan peraturan dasar yang bisa diterima, dan kontrak yang
lebih khusus di antara para anggota komuniatas tertentu yang mencakup cara berperilaku yang
dapat diterima.
1. Dalam kasus suap ini jelas melanggar teori kontrak social, factor empirisnya adalah
masuknya kapas transgenic di Indonesia dan factor normatis adalah semua tanaman

transgenic harus melalui uji AMDAL sedangkan dalam kasus ini PT. MI tidak melakukan
uji AMDAL terlebih dulu sebelum mengedarkannya di Indonesia.
2. Kepada para petani PT. MI juga melakukan penipuan mengenai kualitas dan mutu
tanaman kapas transgenic, perusahaan menjanjikan apabila menggunakan kapas
transgenic mereka hasil panen akan meningkat dan tahan hama. Petani pun percaya dan
menanam bahkan ada yang berutang modal pada anak perusahaan MI di Sulawesi untuk
menanam kapas tersebut dengan harapan hasil panen meningkat dan dapat melunasi
utang tersebut saat panen. Namun faktanya hasil panen tidak seperti nyang dijanjikan dan
petani mengalami kerugian.
XII.

PrinsipKeadilan :
Konsep dari keadilan ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Distributive Justice
Kasus suap dan korupsi di PT MI ini tidak menunjukkan keadilan dalam konsep
distributive justive. Hal ini dilihat dari tidak adanya kesamaan atau kemerataan keadilan
serta tanggung jawab maupun manfaat yang dapat diberikan kepada masyarakat. Hal
yang dilakukan PT MI kepada pihak pemerintahan Indonesia yang telah disuap maupun
pihak distributor PT MI yang yang telah dirugikan dengan menaikkan tagihan yang
menyebabkan petani harus harus membeli dengan harga yang lebih mahal malah
membuat masyarakat lebih sengsara.
Para pejabat pemerintah yang mendapatkan suap pun tak terelakkan melakukan
tindakan korupsi yang merugikan masayarakat banyak. Selain itu dilihat dari sisi
masyarakat yang membeli barang tersebut pun dirugikan karena mereka harus mau
membayar lebih mahal untuk korupsi PT MI yang digunakan untuk melakukan kasus
suap kepada pemerintah. Hal ini bertolak belakang dari pemerataan keadilan, karena
mereka yang dirugikan akan tetap dirugikan dan PT MI semakin diuntungkan dengan
suap dan korupsi yang telah dilakukan karena dapat melakukan aktivitas yang
diinginkannya.
2. Retributive Justice
Konsep retributive justice ini menunjukkan bahwa konsep keadilan dilihat dari
orang yang melakukan kesalahan harus mendapat hukuman seadil-adilnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dalam kasus ini tidak dijelaskan bagaimana PT MI dihukum atas
kesalahannya melakukan suap dan korupsi kepada pihak lain.

Hal yang seharusnya dilakukan untuk menegakkan keadilan tentunya harus


melakukan pemberian hukuman kepada PT MI atas perbuatannya yang sudah melanggar
etika bisnis. Pemberian hukuman ini tentunya dilakukan oleh pihak berwenang dan juga
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
3. Kompensatory Justice
Konsep keadilan ini mengacu pada pemberian ganti rugi yang memadai atas rugi
yang dialami seseorang. Hak dan kehormatan yang hilang dari seseorang itu harus dapat
dikembalikan dan tetap dipertahankan. Kasus PT MI tidak menunjukkan konsep keadilan
ini karena tidak ada proses pemberian ganti rugi kepada pihak yang dirugikan dan juga
tidak ada pengembalian hak dari yang seharusnya mendapatkan hak tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa PT MI tidak melakukan tindakan keadilan kepada masyarakat dan
pihak-pihak yang sudah dirugikan.
XIII.

Prinsip Hedonisme :
Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Hedone yang berati kepuasan. Hedonisme

merupakan pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan
mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan
yang menyakitkan. Hedonisme juga merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesengangan atau
kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Hedonisme apabila dikaitkan dengan
kasus suap dan korupsi di PT MI menunjukkan bahwa kasus suap yang dilakukan PT MI adalah
suatu alat atau tindakan yang digunakan dalam pencapaian suatu aktivitas tertentu yang
menghasilkan kepuasan dan tujuan dari PT MI itu sendiri. Suap tersebut menjadi sarana untuk
memberikan kepuasan dan tujuan untuk mengamankan tanaman transgenik yang hendak dijual di
Indonesia dan memudahkan aktivitas tersebut dilakukan. Sikap hedonisme tentunya akan
mendorong PT MI untuk mengejar kepuasan dan kenikmatan, sehingga hal ini mendorong PT
MI untuk melakukan segala cara untuk mendapatkan kepuasan tersebut dan melakukan tujuan
awal dari PT MI.
XIV.

Prinsip Sudut Pandang Moral


Yakni: Suatu hal yang mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia.

PT. MI dapat dikatakan tidak bermoral, dikarenakan:

Perusahaan tetap menjual tanaman transgenik, walaupun mereka mengetahui bahwa


tanaman tersebut dapat membahayakan setiap orang yang mengonsumsinya. PT. MI
hanya fokus pada kepentingan diri mereka, yakni untuk mendapat laba yang besar, tanpa
menghiraukan orang lain yang terkena dampaknya. Hendaknya jika perusahaan bermoral,
maka akan menyelidiki serta meneliti dengan cermat bahan apa saja yang dipakain
didalam produk-produk mereka. Jika produk yang mereka produksi mengandung bahanbahan berbahaya, produk tersebut tidak boleh dipasarkan lagi demi kebaikan bersama,
atau setidaknya tetap memasarkan tapi dengan mengaplikasikan analisis AMDAL di
dalamnya.

Para pejabat yang menerima suap dapat dikatakan tidak bermoral, dikarenakan:

Uang yang seharusnya menjadi hak dan kesejahteraan para petani malah dirampas oleh
para pejabat yang tergiur oleh kemewahan. Selain itu, mereka tidak menghiraukan
dampak lingkungan yang mungkin timbul dari izin yang diberikan tanpa memenuhi
prosedur yang ada. Harusnya jika memang mereka bermoral, mereka akan menolak
pemberian apapun yang sifatnya adalah suap, dan berani bertindak tegas demi
kesejahteraan petani dan penegakan peraturan yang ada, karena peraturan dibuat untuk
memenuhi kemakmuran rakyat umum.

XV.

Prinsip Dimensi Bisnis


Suatu bisnis dikatakan sehat jika memenuhi 5 kriteria dimensi, yakni ekonomi, etis,
hukum, sosial, dan spiritual.
PT. MI dapat dikatakan tidak sehat dalam memenuhi kriteria dimensi bisnis:
1. Dimensi Ekonomi
Tidak melanggar dimensi ini, karena bisnis PT. MI merupakan kegiatan produktif
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Penjualan tanaman transgenik dan
bisnis pestisida di Indonesia dapat menghantarkan nilai penjualan hingga Rp. 2
Triliun.
2. Dimensi Etis

Melanggar dimensi ini, karena bisnis (pemasaran) yang dijalankan PT. MI di


Indonesia adalah hasil suap pada para pejabat dan juga tidak menjalani AMDAL
sebagaimaa mestinya.
3. Dimensi Hukum
Melanggar dimensi ini, karena perusahaan tidak menjalankan kewajiban hukum,
yakni penjualan kapas transgenik tidak mematuhi aturan perizinan yang ada (ilegal).
4. Dimensi Sosial
Melanggar dimensi ini, karena bila perusahaan dilihat dari dimensi sosial, tujuan
pokok perusahaan adalah untuk menciptakan barang dan jasa yang diperlukan oleh
masyarakat, sedangkan keuntungan akan datang dengan sendirinya. PT. MI justru
sebaliknya dari definisi ini. Perusahaan tersebut justru memiliki tujuan pokok
keuntungan, dan bukan mengutamakan kebutuhan masyarakat akan barang
produksinya. Terbukti jika memang perusahaan lebih mengutamakan produknya,
maka perusahaan tidak perlu repot jika produksinya tidak laku, yang terpenting
adalah mereka menciptakan untuk kepentingan masyarakat. Akan tetapi pada kasus
ini, perusahaan malah melakukan segala cara agar penjualan dapat diteruskan di
Indonesia walau dengan cara kotor sekalipun.
5. Dimensi Spiritual
Bisnis yang baik harus menjaga God Devotion, yakni hubungan dengan Tuhan, serta
menjaga keseimbangan masyarakat sejahtera, dan harus menjaga kelestarian alam
(triangle business). PT. MI melanggar dimensi ini dalam hal kesejahteraan para
petani. Adanya pengumpulan dana taktis yang membuat harga jual ke petani lebih
mahal dari yang seharusnya, dan malah mempertebal kantong para pejabat tinggi
membuat kesejahteraan hidup para petani semakin berkurang.

Anda mungkin juga menyukai