KUIS BESAR
STUDI KASUS SUAP DAN KORUPSI DI PT. MI
121210032
121210034
121210046
121210052
121210059
I.
Prinsip Transparansi
Transparansi berarti keterbukaan, kejelasan. Bagaimana suatu perusahaan terbuka
terhadap pihak lain sesuai dengan kondisi nyata yang terjadi dan tidak dibuat-buat. Pelanggaran
prinsip ini yang telah terjadi dalam kasus korupsi dan suap di PT. MI adalah:
1. Kapas transgenik merek Bollgrad produksi Monsanto Company (PT. MI) bisa
ditanam di Indonesia tanpa melalui amdal (analisis mengenai dampak lingkungan)
berkat surat jawaban Nabiel Makarim (NM) yang saat itu menjabat sebagai Menteri
Lingkungan Hidup kepada Menteri Pertanian Bungaran Saragih pada 21 September
2001. Padahal sebelum adanya surat tersebut, Menteri Lingkungan Hidup sebelum
Nabiel Makarim, yakni Sonny Keraf, sudah mengeluarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup bahwa semua benih tanaman transgenik wajib melalui amdal.
Setelah Sonny Keraf diganti, dicurigai bahwa Monsanto mencari peluang-peluang
lain agar kapas mereka tidak perlu melalui amdal, contoh dengan terus meningkatkan
lobi.
2. KPK menyelidiki lebih dari 140 pejabat dan staf penting di Indonesia dari Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Departemen Pertanian, Bappenas, Pemda/DPRD
Sulawesi Selatan, dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi, dimana yang belum
diketahui jati dirinya, dianggap memuluskan proses tanam benih transgenik di
Indonesia.
3. Tanpa mengakui atau menolak gugatan badan pengawas pasar modal AS tentang
pelanggaran Undang-Undang Praktik Korupsi Asing, Monsanto langsung setuju
mematuhi keputusan akhir dengan membayar 500.000 dolar AS. Dengan Departemen
Kehakiman AS, Monsanto bersepakat untuk menjalani perjanjian penangguhan
penuntutan dengan membayar denda satu juta dolas AS. Tidak mengungkapkan
nama-nama pejabat yang terlibat, juga merupakan salah satu kesepakatan yang
dilakukan Monsanto dengan pemerintah AS.
4. Praktik ilegal untuk memuluskan kapas transgenik di Indonesia dilakukan dengan
menebar dusta. Monsanto menjanjikan panenan kapas transgenik akan meningkat
hingga 3,5 ton per hektare dengan biaya produksi rendah, tahan hama, dan ramah
lingkungan. Agar menjanjikan, Monsanto menggandeng ilmuwan petualang yang
meyakinkan bahwa tanaman tersebut mampu meningkatkan pendapatan petani kapas
5x lipat dan produksinya meningkat lebih dari 400%. Iklan kapas transgenik tersebut
Prinsip Akuntabilitas
1. Dari cerita di atas dapat diketahui bahwa perusahaan MI dan Mg tidak beretika dan apa
yang telah dilakukan oleh perusahaan MI dan Mg tidak sesuai dengan prinsip GCG
(Good Corporate Governance), yang salah satunya adalah Akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan penyelenggara organisasi kepada pihak
yang
memiliki
hak
pertanggungjawaban.
atau
berkewenangan
Akuntabilitas
yaitu
untuk
kejelasan
meminta
keterangan
atau
fungsi,
pelaksanaan
dan
yang memiliki nilai di atas 100 juta rupiah. Cek-cek yang bernilai tersebut digunakan
untuk menyuap SS, Menteri Pertanian.
c. PT MI menyuap NM (Mentri Lingkungan Hidup, 2002) melalui pegawai Hil dalam
bentuk 500 lembar uang pecahan US$100, untuk melewati surat keputusan yang
menyatakan bahwa produk pertanian transgenik harus menjalani analisis mengenai
dampak lingkungan.
III.
Prinsip Responsibility
Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap
peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan
keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif
bersama masyarakat dan sebagainya.
IV.
Prinsip Independensi :
Kasus suap dan korupsi di PT MI ini menunjukkan bahwa tidak ada tata kelola yang baik
pada pemerintahan Indonesia. Hal ini menunjukkan pemerintah Indonesia dipengaruhi oleh
pihak luar yaitu para pebisnis dari Amerika. Otoritas dan kewenangan dari pemerintahan di
ganggu dan dicampuri dengan urusan pihak lain yang tidak ingin dirugikan. Kasus ini bermula
dari Mg yang mendapat barang baru dari MI untuk dijual di Indonesia. Pihak Amerika (MI)
melakukan suap kepada Menteri Pertanian agar barang yang diberikan kepada Mg dapat dengan
mudah dijual di Indonesia dan diamankan barangnya.
Barang produksi tersebut antara lain adalah tanaman transgenik seperti kapas, jagung dan
kedelai. Padahal kewenangan dan otoritas pemerintah Indonesia seharusnya melakukan berbagai
pengujian sebelum Departemen Pertanian bisa melepaskan tanaman tersebut di Indonesia, dan
terlebih lagi halangan akibat perundang-undangan yang belum lengkap dan tentangan dari para
penggiat lingkungan. Masalah-masalah ini lah yang membuat pihak Amerika melakukan suap
kepada pihak pemerintah untuk melicinkan aktivitasnya.
V.
utama dalam institusi sosial, yang mengandung konsekuensi bahwa hal-hal yang tidak benar
harus ditolak, begitu juga hak-hak dasar individu harus dihargai.
PT. MI melanggar prinsip ini, dibuktikan dengan:
pemakaian produknya.
Dalam bidang tata niaga,
1. Pengeluaran yang terjadi di perusahaan juga tidak wajar. Dikatakan bahwa ditemukan
adanya transaksi yang tak jelas juntrungannya senilai US $ 700 ribu, dan setahun
berikutnya juga muncul transaksi aneh sebesar US $ 50 ribu.
2. Juga adanya biaya pemasaran yang tidak wajar. Dikatakan sebagai biaya pemasaran,
harusnya untuk memperkenalkan produk pada masyarakat, akan tetapi biaya tersebut
malah digunakan untuk pemberian hadiah, uang saku perjalanan dinas, kado pernikahan
anak pejabat, biaya pembelian kavling tanah, dan bukan untuk biaya promosi, biaya
iklan, dan biaya perkenalan produk lainnya Biaya pemasaran menggunakan dana
taktis yang harusnya biaya itu dinikmati oleh petani, malah dinikmati oleh para pejabatpejabat pemerintah (Tidak adil dan berimbang).
3. Dikatakan semua pengeluaran uang, sah atau tidak harus ada persetujuan dari presiden
direktur. Padahal jika ditelaah, harusnya presiden direktur tidak boleh ikut campur dalam
keluar masuknya uang perusahaan, karena hal itu merupakan tugas manajer terlihat
pada tabel pohon suap kasus MI, ada banyak transaksi janggal. (pada keterangan
peruntukan)
VI.
Prinsip Hak
Hak merupakan status kepemilikan seseorang atas sesuatu benda, jasa, maupun karya
cipta intelektual. Orang merasa berhak karena memiliki. Berikut merupakan beberapa pernyataan
dari kasus seputar hak:
1. Exhaustion rights merupakan satu dari batasan hak atas kekayaan intelektual (HKI)
yang diatur dalam undang-undang paten di Amerika. Dalam kasus ini, PT MI
memiliki hak paten eksklusif atas benih dan genetik yang bisa secara bebas
dipasarkan di dunia global. Bagi dunia global: harus berhati-hati terhadap fakta ini
karena pada umumnya benih biasa tidak berbeda dengan benih transgenik.
2. PT. MI merebut hak-hak para petani terhadap sumber daya asli yang mempengaruhi
keputusan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari petani dengan janji palsu yang
menggiurkan.
3. Para pejabat yang terlibat telah mengambil hak pihak lain yang bukan miliknya
VII.
hak. Prinsip kewajiban yang ditemukan dan memiliki contoh nyata dalam kasus ini:
1. Karena melanggar aturan larangan menyuap di luar negeri (Indonesia), PT. MI
dihukum oleh Pengadilan New York dengan kewajiban membayar denda sebesar US$
1,5juta.
2. Ketergiuran para petani terhadap janji palsu PT. MI mengakibatkan petani berutang
kepada PT. Branita Sandhini untuk biaya produksi, dan wajib membayar begitu usai
panen.
VIII.
Teori Akhlak
1. Definisi dari akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sasaran dari
akhlak adalah Tuhan, manusia, lingkungan dan diri sendiri. Dari teori akhlak, dapat
diketahui bahwa PT MI dan perusahaan Mg telah melakukan hal-hal yang bertantangan
dengan akhlak, yaitu seperti berikut ini.
a. Perbuatan yang dilakukan oleh Mg, PT MI, yaitu penipuan dan penyuapan terhadap
pejabat-pejabat tinggi di Indonesia merupakan perbuatan yang tidak pantas di mata
Tuhan. Begitu juga dengan orang-orang yang menerima suapan tersebut, tidak pantas
untuk dilakukan sebab apa yang mereka lakukan adalah perbuatan dosa yang telah
merugikan banyak pihak.
b. Penyuapan yang dilakukan perusahaan Mg merugikan para petani, karena Mg
meninggikan tagihan distributor yang hal tersebut mengakibatkan para petani harus
membeli bibit tanaman transgenik dengan harga yang lebih mahal daripada yang
seharusnya.
c. PT MI tidak ingin melakukan prosedur untuk mendapatkan perizinan penjualan bibit
tanaman transgenik di Indonesia dengan cara yang sesuai dengan aturan yang ada,
yang seharusnya dilakukan pengujian terlebih dahulu pada tanaman-tanaman tersebut.
Namun perizinan tersebut didapatkannya dengan menyuap Menteri Pertanian dan
Menteri Lingkungan Hidup.
d. PT MI dan Mg telah merugikan diri mereka sendiri dengan melakukan suap pada
pejabat-pejabat, yang pada akhirnya hal tersebut telah membuat mereka rugi besar
dan nama mereka jatuh menjadi jatuh di mata publik.
IX.
Teori Deontologi
1. Dari cerita di atas juga dapat diketahui bahwa PT MI menggunakan teori deontologi
dalam pelaksanaan bisnisnya. Teori Deontologi menunjukkan bagaimana seseorang
melakukan suatu tindakan dengan tanpa memikirkan benar atau salahnya dan teori ini
digunakan dalam Teori Ekonomi Komunis. Hal ini dapat diketahui dari cerita di atas yang
menyebutkan bahwa penyuapan yang dilakukan tidak hanya dimaksudkan untuk kapas
transgenik namun juga untuk mengamankan bisnis pestisida, yang perusahaan Mg saat itu
telah menguasai 30 persen pangsa pasar pestisida di Indonesia.
X.
Utilititarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja
satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
1. Dalam kasus supa kapas transgenic ada tindakan yang tidak selaras dengan teori tersebut
yaitu tidak adanya uji AMDAL dalam peredaran kapas transgenic serta meninggikan
harga tagihan pada distributor yang mengakibatkan harga jual pada petani menjadi mahal.
Para petani dirugikan dengan hal ini dan perusahaan memperkaya diri sendiri dan
merugikan orang lain.
2. Diketahui bahwa perusahaan MI melalui anak perusahaan yang berada di Sulawesi telah
melalukan tidakan tidak bertanggung jawab dengan mengiformasikan bahwa kapas
transgenic akan meningkatkan hasil panen kerna tahan hama. Namum faktanya banyak
para petani yang dirugikan karena hasil panen tidak seperti yang dijanjikan dan kapas
teteap terkena hama.
XI.
sejumlah faktor empiris (apa yang ada) dan faktor normatis (apa yang seharusnya). Pandangan
itu didasarkan pada penggabungan dua kontrak. Kontrak sosial umum yang mengijinkan dunia
bisnis menjalankan dan mendefinisikan peraturan dasar yang bisa diterima, dan kontrak yang
lebih khusus di antara para anggota komuniatas tertentu yang mencakup cara berperilaku yang
dapat diterima.
1. Dalam kasus suap ini jelas melanggar teori kontrak social, factor empirisnya adalah
masuknya kapas transgenic di Indonesia dan factor normatis adalah semua tanaman
transgenic harus melalui uji AMDAL sedangkan dalam kasus ini PT. MI tidak melakukan
uji AMDAL terlebih dulu sebelum mengedarkannya di Indonesia.
2. Kepada para petani PT. MI juga melakukan penipuan mengenai kualitas dan mutu
tanaman kapas transgenic, perusahaan menjanjikan apabila menggunakan kapas
transgenic mereka hasil panen akan meningkat dan tahan hama. Petani pun percaya dan
menanam bahkan ada yang berutang modal pada anak perusahaan MI di Sulawesi untuk
menanam kapas tersebut dengan harapan hasil panen meningkat dan dapat melunasi
utang tersebut saat panen. Namun faktanya hasil panen tidak seperti nyang dijanjikan dan
petani mengalami kerugian.
XII.
PrinsipKeadilan :
Konsep dari keadilan ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Distributive Justice
Kasus suap dan korupsi di PT MI ini tidak menunjukkan keadilan dalam konsep
distributive justive. Hal ini dilihat dari tidak adanya kesamaan atau kemerataan keadilan
serta tanggung jawab maupun manfaat yang dapat diberikan kepada masyarakat. Hal
yang dilakukan PT MI kepada pihak pemerintahan Indonesia yang telah disuap maupun
pihak distributor PT MI yang yang telah dirugikan dengan menaikkan tagihan yang
menyebabkan petani harus harus membeli dengan harga yang lebih mahal malah
membuat masyarakat lebih sengsara.
Para pejabat pemerintah yang mendapatkan suap pun tak terelakkan melakukan
tindakan korupsi yang merugikan masayarakat banyak. Selain itu dilihat dari sisi
masyarakat yang membeli barang tersebut pun dirugikan karena mereka harus mau
membayar lebih mahal untuk korupsi PT MI yang digunakan untuk melakukan kasus
suap kepada pemerintah. Hal ini bertolak belakang dari pemerataan keadilan, karena
mereka yang dirugikan akan tetap dirugikan dan PT MI semakin diuntungkan dengan
suap dan korupsi yang telah dilakukan karena dapat melakukan aktivitas yang
diinginkannya.
2. Retributive Justice
Konsep retributive justice ini menunjukkan bahwa konsep keadilan dilihat dari
orang yang melakukan kesalahan harus mendapat hukuman seadil-adilnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dalam kasus ini tidak dijelaskan bagaimana PT MI dihukum atas
kesalahannya melakukan suap dan korupsi kepada pihak lain.
Prinsip Hedonisme :
Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Hedone yang berati kepuasan. Hedonisme
merupakan pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan
mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan
yang menyakitkan. Hedonisme juga merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesengangan atau
kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Hedonisme apabila dikaitkan dengan
kasus suap dan korupsi di PT MI menunjukkan bahwa kasus suap yang dilakukan PT MI adalah
suatu alat atau tindakan yang digunakan dalam pencapaian suatu aktivitas tertentu yang
menghasilkan kepuasan dan tujuan dari PT MI itu sendiri. Suap tersebut menjadi sarana untuk
memberikan kepuasan dan tujuan untuk mengamankan tanaman transgenik yang hendak dijual di
Indonesia dan memudahkan aktivitas tersebut dilakukan. Sikap hedonisme tentunya akan
mendorong PT MI untuk mengejar kepuasan dan kenikmatan, sehingga hal ini mendorong PT
MI untuk melakukan segala cara untuk mendapatkan kepuasan tersebut dan melakukan tujuan
awal dari PT MI.
XIV.
Para pejabat yang menerima suap dapat dikatakan tidak bermoral, dikarenakan:
Uang yang seharusnya menjadi hak dan kesejahteraan para petani malah dirampas oleh
para pejabat yang tergiur oleh kemewahan. Selain itu, mereka tidak menghiraukan
dampak lingkungan yang mungkin timbul dari izin yang diberikan tanpa memenuhi
prosedur yang ada. Harusnya jika memang mereka bermoral, mereka akan menolak
pemberian apapun yang sifatnya adalah suap, dan berani bertindak tegas demi
kesejahteraan petani dan penegakan peraturan yang ada, karena peraturan dibuat untuk
memenuhi kemakmuran rakyat umum.
XV.