Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nur Rohmah Widayati

NIM

: 13304241040

Kelas : Pendidikan Biologi I 2013


MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN
Manajemen tenaga kependidikan adalah segenap proses penataan yang bersangkut
paut dengan masalah memperoleh dan menggunakan tenaga kerja untuk dan di sekolah secara
efisien demi tercapainya tujuan sekolah yang telah ditentukan sebelumya. Manajemen tenaga
kependidikan bertujuan agar para personel sekolah berdayaguna, berhasilguna, dan tepatguna
serta mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif. Ruang lingkup manajemen tenaga
kependidikan meliputi pengadaan pegawai, penempatan dan penugasan pegawai,
pemeliharaannya, pembinaannya, evaluasi, serta pemutusan hubungan kerja.
Dalam hal pemeliharaan personel, sebagai seorang pegawai yang bekerja dilingkup
pendidikan seorang guru tentunya memiliki hak dan kewajiban yang harus dijalankannya.
Salah satunya adalah menerima gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawab
yang diembannya.
Permasalahan tentang gaji dibidang pendidikan merupakan hal yang seakan tidak
pernah selesai. Baru- baru ini beredar isu dimasyarakat mengenai dunia pendidikan
khususnya bagi guru yang menyatakan bahwa pemerintah Indonesia berencana akan
menghapus tunjangan profesi guru. Belum lagi dengan permasalan mengenai gaji dari guru
honorer yang sangat tidak layak dan jauh dibawah upah minimum propinsi (UMP). Padahal
kualitas pendidikan juga bergantung dari kesejahteraan gurunya.
DPR Tolak Rencana Penghapusan Tunjangan Profesi Guru
JAKARTA - DPR khususnya Komisi X menolak keras rencana pemerintah yang akan
menghapus tunjangan profesi guru (TPG) dan akan mulai diberlakukan tahun depan.
Ketua Komisi X Teuku Riefky Harsya menyatakan, kebijakan tersebut kurang tepat
terkait dengan kebijakan pemerintah yang akan menghapuskan tunjangan profesi guru.
Menurutnya hal tersebut bertentangan dengan UU Guru dan Dosen.
"Meroketnya harga harga kebutuhan pokok sudah cukup membebani biaya hidup para
guru. Jadi jelas tunjangan guru tidak hanya perlu dipertahankan bahkan jika ada mekanisme

baru yang bisa menambahkan penerimaan guru pun perlu dipertimbangkan oleh pemerintah,"
ucapnya ketika dihubungi SINDO, Minggu 27 September 2015.
Dia mengatakan, daya serap keuangan tunjangan profesi pada laporan ke Komisi DPR
per 31 Agustus 2015 baru Rp2,6 triliun (45%) dari total anggaran Rp5,8 triliun. Secara
sederhana, seharusnya dalam jangka waktu 8 bulan adalah 67%.
Jadi daya serapnya 22% masih di bawah hitungan normal. Menurutnya, jika dihitung
angkanya sebesar Rp1,2 triliun belum tersalurkan. "Hal ini menunjukkan sistem penyaluran
tunjangan profesi belum tertata secara baik. Untuk itu perlu diperbaiki sistemnya," jelasnya.
Selain itu, Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat tersebut mengungkapkan dari data
jumlah guru 3 juta orang, baru 1,5 juta orang atau 52,41% yang tersertifikasi. Dalam rencana
strategis Kemendikbud target guru yang tersertifikasi sebanyak 56%.
Riefky menambahkan, UU Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa dalam jangka
waktu paling lama 10 tahun sejak berlakunya UU Guru dan Dosen, guru yang belum
memiliki sertifikasi pendidik wajib memenuhi sertifikat pendidik.
"Bila dalam renstra hanya mentargetkan 56% guru bersertifikat pendidik di akhir
tahun 2015, maka pemerintah belum serius menjalankan amanat UU Guru dan Dosen,"
ungkapnya.
Jawaban Pemerintah Atas Tuntutan Guru Honorer
Liputan6.com, Jakarta - Puluhan ribu guru dan tenaga honorer yang tergabung
dalam Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) turun ke jalan pada Selasa (15/9/2015). Dalam
aksi demo ini, para guru dan tenaga kerja honorer memiliki 10 tuntutan.
Menanggapi tuntutan tersebut, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Yuddy Chrisnandi berusaha untuk menampung berbagai
usulan dari FHK2I tersebut.
"Demo itu biasa, tidak apa-apa yang namanya aspirasi sesuatu yang wajar apalagi
digelar forum eks honorer K2 dengan damai. Itu sesuatu yang baik dan akan kami dengarkan
betul, kami perhatikan betul pendapatnya," kata dia di Jakarta, Selasa (15/9/2015).

Yuddy mengatakan, akan membawa masalah ini ke rapat kerja di Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) siang ini. Pihaknya juga bilang telah menyiapkan kebijakan, namun belum bisa
dibeberkan sekarang. "Sudah ada, tapi nanti kami bicarakan dengan Komisi II," tuturnya.
Yuddy melanjutkan, kebijakan yang keluar tidak akan berbenturan dengan ketentuan
yang berlaku. Kebijakan tersebut mengacu pada UU No 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil
negara (ASN).
"Pedoman yang kedua putusan mahkamah konstitusi atas gugatan yang dimintakan
sendiri oleh forum honorer K2. Jadi kebijakannya dalam koridor itu," tandas dia.
10 Tuntutan
Sebelumnya, Ketua Umum Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) Titi Purwaningsih
mengatakan, ada sejumlah tuntutan yang akan disuarakan pada guru dan tenaga
honorer kepada pemerintah dalam demo hari ini.
Pertama, meminta pemerintah untuk menuntaskan masalah status tenaga honorer di
bidang pendidikan, kesehatan dan teknis administrasi lain secara bertahap dengan cara
mengangkatnya menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) melalui kebijakan penundaan
(moratorium) seleksi penerimaan ASN reguler.
Kedua, meminta pemerintah untuk menaikan upah buruh honorer yang selama ini
tidak lebih dari Rp 300 ribu per bulan, yang terkadang dibayarkan setiap tiga bulan
sekali. "Kami menuntut upah yang layak agar kami bisa bekerja dengan tenang dan tidak
perlu memikirkan permasalahan ekonomi," ujarnya.
Ketiga, massa guru dan tenaga honorer meminta pemerintah untuk menerbitkan
regulasi tentang penuntasan honorer K2 menjadi ASN. "Kami mendesak Panja ASN Komisi
II DPR serta Kementerian PAN-RB untuk menuntaskan masalah tenaga honorer K2 yang
dinyatakan tidak lulus seleksi sebanyak 439,956 orang dengan meningkatkan statusnya
menjadi ASN tanpa dilakukan tes ulang," jelas dia.
Keempat, meminta pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga honorer
dalam APBD di tingkat provinsi, kabupaten dan kota serta memberikan jaminan kesehatan
melalui peserta PBI. "Kami layak untuk mendapatkan jaminan kesehatan tersebut," lanjutnya.

Kelima, tetapkan analisis jabatan (anjab) dan analisis beban kerja (ABK) dalam eformasi ASN. Keenam, mendesak pemerintah untuk mengangkat seluruh guru honorer
menjadi ASN.
"Karena di lapangan guru honorer di setiap sekolah itu ada. Dalam satu sekolah
setingkat SD setidaknya hanya ada 2-3 guru PNS, sedangkan sisanya adalah honorer.
Sehingga terlihat guru honorer sangat diperlukan untuk menopang pendidikan," kata dia.
Ketujuh, meminta pemerintah memberikan kesempatan bagi para guru honorer untuk
mendapatkan sertifikasi. Selama ini sistem yang ada menjadi penghambat bagi para guru
untuk lolos program sertifikasi. Setiap tahun hanya ada 50 ribu guru yang tersertifikasi, dari
total 1,4 juta orang guru.
Kedelapan, menolak adanya ujian kompetensi guru. Hal ini karena hasil dari ujian
tersebut digunakan untuk melakukan pemotongan tunjangan profesi.
Kesembilan, menuntut pemerintah menghapus Keputusan Menteri (Kepmen) soal
petunjuk teknis (juknis) tunjangan profesi guru. "Selama ini guru swasta dan non-PNS di
sekolah negeri terancam tidak mendapatkan tunjungan profesi guru karena adanya Kepmen
tersebut," jelasnya.
Kesepuluh, meminta pemerintah mencabut Peraturan Menteria PAN-RB Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. "Disini guru tidak wajib
melaksanakan penelitian dan menulis karya ilmiah sebagai bahan kenaikan pangkat,"
tandasnya. (Amd/Gdn)
Dari kedua artikel diatas yang meneganai hak guru atas gaji dan tunjangan yang layak
mengemukakan bahwasannya wacana pemerintah mengenai penghapusan tunjangan profesi
guru akan dihapus tidak tepat karena dianggap melanggar undang-undang Guru dan Dosen
serta tuntutan guru honorer untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan gaji yang layak.
Dalam Undang- undang Guru dan Dosen pasal 14 dan pasal 15 menyebutkan bahwa
dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru berhak memperoleh pengahasilan diatas
kebutuhan minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a meliputi gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan

fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Serta dalam pasal 16
dijelaskan bahwa:
1. Pemerintah memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara
pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
2. Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara dengan 1(satu)
kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
3. Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD).
4. Ketentua.n lebih lanjut mengenai tunjangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Diperlukan pencermatan untuk menyelesaikan permasalahan mengenai gaji guru
khususnya bagi guru honorer yang kebanyakan gajinya tidak mencapai Rp 300.000 perbulan,
meski belum menjadi pegawai negri sipil beban dan tanggungjawabnya sama dengan guru
yang telah menjadi PNS. Tentunya pemerintah harus memeberikan perhatian lebih dengan
kasus ini agar para pahlawan tanpa tanda jasa ini memiliki kesejahteraan yang baik dan masa
depan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Dwi Afriyadi. 15 September 2015. Jawaban Pemerintah Atas Tuntutan Guru
Honorer. http://bisnis.liputan6.com/read/2317796/jawaban-pemerintah-atas-tuntutanguru-honorer. Diakses pada 5 Oktober 2015 pukul 19.15 WIB.
Mula Akmal. 28 September 2015. DPR Tolak Rencana Penghapusan Tunjangan Profesi
Guru.http://nasional.sindonews.com/read/1048528/144/dpr-tolak-rencanapenghapusan-tunjangan-profesi-guru-1443414552. Diakses pada 4 Oktober 2015 pukul
20.20 WIB.
Presiden Republik Indonesia. 2005.Undang- Undang tentang Guru dan Dosen Nomor 14
Tahun 2005. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
Tatang M. Amirin, dkk. 2013. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai