Anda di halaman 1dari 9

A.

Seng (Zn)
Fungsi mineral Seng
Tubuh mengandung 2-2.5 gram seng yang tersebar di hampir semua sel.
Sebagaian sel berada dalam hati, pankreas, ginjal, otot, dan tulang. Jaringan yang
banyak mengandung seng dalah bagian mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit,
rambut, dan kuku. Seng di dalam plasma hanya merupakan 0.1% dari seluruh seng di
dalam tubuh yang mempunyai masa pergantian yang cepat.
Seng memegang peran essensil dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai enzim atau
kofaktor, berperan dari berbagai aspek metabolisme (reaksi yang berkaitan dengan
sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat). Sebagai bagian
dari enzim peptidase karboksil yang terdapat di dalam cairan pankreas, seng berperan
dalam pencernaan protein. Seng juga dibutuhkan oleh enzim insulin yang dibentuk di
dalam pankreas walaupun tidak berperan secara langsung dalam enzim insulin. Selain
itu, peranan penting lain adalah sebagai bagian integral enzim DNA polimerase dan
RNA polimerase yang diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA. Sebagai bagian dari
enzim kolagenase, seng berperan pula dalam sintsesis dan degradasi kolagen. Dengan
demikian seng berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat, dan
penyembuhan luka.
Seng juga berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan
pembentukan sperma. Seng berperan dalm fungsi kekebalan yaitu dalam fungsi sel T
dalam pembentukan antibodi oleh sel B.
Sumber yang paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati,
kerang, dan telur. Serealia tumbuk, kacang-kacangan juga merupakan sumber yang baik,
namun mempunyai ketersediaan biologik yang rendah.

Metabolisme dan Absorpsi Seng (Zn)


Absorpsi membutuhkan alat angkut dan terjadi di bagian atas usus halus
(duodenum). Seng diangkut oleh albumin dan transferin masuk ke aliran darah dan
dibawa ke hati. Kelebihan seng disimpan di dalam hati dalam bentuk metalotionin.
Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Di dalam pankreas seng digunakan
untuk membuat enzim pencernaan yang pada waktu makan akan dikeluarkan ke dalam
saluran cerna. Dengan demikian saluran cerna menerima seng dari dua sumber, yaitu
dari makanan dan cairan pencernaan yang berasal dari pankreas. Sirkulasi seng di dalam
tubuh dari pankreas ke saluran cerna dan kembali ke pankreas dinamakan sirkulasi
enteropankreatik.
Absorpsi seng diatur oleh metalotioni yang disintesis di dalam sel dinding
saluran cerna. Bila konsumsi seng tinggi, di dalam sel dinding saluran cerna sebagian
diubah menjadi metalotionin sebagai simpanan, sehingga absorbansi berkurang. Bentuk
simpanan ini akan dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang umurnya adalah 2-5
hari. Metalotionein di dalam hati mengikat seng hingga dibutuhkan oleh tubuh.
Metalotionein mempunyai peranan dalam mengatur kandungan seng di dalam cairan
intraseluler. Distribusi seng antara cairan ekstraseluler, jaringan dan organ dipengaruhi
oleh keseimbangan hormaon dan situasi stres. Hati mempunyai peranan penting dalam
redistribusi ini.
Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses. Di samping itu seng dikeluarkan
melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang, seperti jaringan kulit, sel dinding usus,
cairan haid, dan mani.
Angka Kecukupan Seng
Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998 menetapkan angka kecukupan seng
untuk Indonesia adalah bayi (3-5 mg), Umur 1-9 tahun (8-10 mg), umur 10- 60 tahun ke

atas (15 mg untuk pria maupun wanita), ibu hamil (5 mg lebih), ibu menyusui (10 mg
lebih).
Kekurangan Seng
Defisiensi seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil
dan menyusui serta orang tua. Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan
pertumbuhan dan kemtangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu, karena fungsi
pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna.
Di samping itu dapat juga terjadi diare, dan gangguan fungsi kekebalan. Kekuranagn
seng kronis mengganggu ousat sistem saraf dan fungsi otak. Kekurangan seng juga
mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan,
penurunan ketajaman indera serta rasa memperlambat penyembuhan luka.
Kekurangan seng dapat menyebabkan kekurangan tembaga, hambatan
pertumbuhan, hambatan perkembangan, hambatan kematangan sex pada pria, sintesis
dan pengeluaran testosteron rendah, anemia, kurang nafsu makan, rendahnya daya tahan
terhadap infeksi, sintetis kolagen tidak normal, kulit kering, luka, dan sulit sembuh,
gangguan sistem pencernaan, menurunnya fungsi penciuman dan pengecapan, selera
makan berkurang dan berat badan menurun, gangguan sistem otak dan syaraf yang
dapat menyebabkan kemunduran mental, gangguan sistem imunitas.
Kelebihan Seng
Kelebihan seng hingga 2-3 kali AKG menurunkan absorbsi tembaga. Kelebihan
sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai
lipoprotein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis
sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang
sangat, anemia, dan gangguan reproduksi.

B. Kobalt (Co)
Logam kobalt sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah yang
sangat sedikit untuk proses pembentukan butir darah merah. Kobalt (Co) dalam jumlah
tertentu dibutuhkan tubuh melalui Vitamin B12 yang masuk ke tubuh manusia.
Kobalt (Co) merupakan sumber mikroorganisme yang dapat membentuk
Vitamin

B12. Manusia

tidak

dapat

melakukan

hubungan

simbiosis

dengan

mikroorganisme dalam saluran cerna, sehingga harus memperoleh kobaltamin dari


makanan hewani seperti hati, ginjal, dan daging. Makanan nabati mengandung sedikit
kobalt, bergantung pada kandungan tanah tempat tumbuhnya. Pengikut vegetarian
(hanya makan makanan nabati) perlu berhati-nati terhadap kemungkinan kekuranagan
Vitamin B12.
Fungsi Kobalt yang merupakan vitamin B12 (kobaltmin) ini diperlukan
untuk mematangkan sel darah merah dan menormalkan fungsi semua sel. Kobalt
mungkin juga berperan dalam fungsi berbagai enzim. Angka kebutuhan gizi sebagian
besar kobalt dalam tubuh terikat dalam vitamin B12. Plasma darah mengandung kurang
lebih 1 g kobalt/100 pencernaan dan penyerapan absorbsi terjadi pada bagian atas usus
halus mengikuti mekanisme absorbsi besi. Absorbsi meningkat bila konsumsi besi
rendah. Sebanyak 85% ekskresi kobalt dilakukan melalui urin, selebihnya feses dan
keringat.
Ion kobalt memiliki konfigurasi elektron yang memungkinkan sebagai ion pusat
suatu senyawa kompleks, seperti kompleks kobalt (II) hipoksantin. Pengomplekan
kobalt dengan hipoksantin perlu dikaji karena hipoksantin dalam sistem tubuh terlibat
dalam proses katabolisme purin. Kombinasi senyawa komples heksa karbonil dikobalt
[Co2(CO)6] dengan aspirin juga perlu dikaji sebab secara signifikan dapat merubah sifat

anti-kanker yang menjadi dasar penemuan terapi anti-kanker baru dengan penambahan
fragmen-fragmen organologam.

1. Senyawa Kompleks Kobalt (II) hipoksantin


Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Purin
merupakan zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh
makhluk hidup. Yang termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan Guanosin.
Katabolisme sendiri merupakan proses metabolisme tubuh dengan memecahkan zat
yang cukup besar menjadi molekul yang lebih kecil. Katabolisme purin ini
membutuhkan enzim xantin oksidase yang umumnya terdapat di hati dan usus.
Penyakit manusia yang meliputi kelainan dalam metabolisme purin mencakup
penyakit gout, sindrom lesch-Nyhan, defisiensi adenosin deaminase dan defisiensi
fosforilase nukleosida purin. Keadaan defisiensi purin pada manusia terutama
disebabkan oleh defisiensi asam folat dan kadang-kadang oleh defisiensi B 12, kalau
keadaan ini menimbulkan defisiensi sekunder deriva folat.
Hasil penelitian dengan menggunakan radioisotop, ternyata setiap komponen
yang dijumpai dalam kerangka inti purin berasal dari bermacam-macam sumber
diantara lain : atom C(6) inti purin berasal dari atom karbon molekul CO 2 udara
pernafasan; atom N(1) inti purin bersal dari atom nitrogen gugus amino (-NH2) molekul
aspartat; atom C(2) dan atom C(8) inti purin adalah produk reaksi transformilasi yang
berasal dari senyawa donor gugus formil yang mengakibatkn koenzim FH4 (tetra hidro
folat); atom N(3) dan atom N(9) berasal dari nitrogen gugus amida molekul glutamin;
atom C(4) atom C(5) dan atom N(7) merupakan molekul glisin.
Tahapan purin diawali dengan pembentukan molekul PRPP(5-phospho ribosil
pyro phosphate) dan slanjutnya membentuk senyawa 5-phosphoribosilamin dari hasil

PRPP dan membentuk senyawa GAR kemudian GAR membentuk reaksi formilase yang
dikatelisis oleh enzim kemudian senyawa formil glisin amid ribosil 5P sehingga terjadi
penutup rantai, senyawa 5 amino-4-imidazole-karboksamid- ribosil-5P akhir dari
penutupan cicncin yang ke-2. Dalam katabolismepurin terlibat enzin hipoksantin yang
beeperan dalam mengubah purin menjadi nukleotida purin agar dapat digunakan
kembali sebagai penyusun DNA dan RNA. Jika enzim ini mengalami defisiensi, maka
peran enzim menjadi berkurang. Akibatnya purin dalam tubuh dapat meningkat, purin
yang tidak dikatabolisme akan mengganggu kesehatan tubuh.
Pembentukkan kompleks kobalt (II) hipoksantin dipengaruhi oleh pH. Kondisi
pH dapat mempengaruhi bentuk keto atau enol dari hipoksantin. Karakterisasi kompleks
ditunjukan secara kualitatif melalui analisis spektra inframerah dan spektra ultraviolet.
Uji kuantitatif dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom.

2. Senyawa Kompleks Heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6] dengan Aspirin


Senyawa kompleks kobalt dapat berinteraksi dengan aspirin secara berbeda
dengan enzim-enzim siklooksigenase (COX) yang menghasilkan prostaglandin dan
molekul-molekul pensinyalan lain yang terkait dengan inflamasi dan pembekuan darah.
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri
minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga
memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama
untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat
dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.
Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon dalam
tubuh yang dikenal sebagai prostaglandins. Aspirin dapat menghambat enzim COX

dengan mensubstitusi sebuah residu lysin dengan gugus asetil yang merubah jalur-jalur
biokimia yang terjadi pada aktivitas COX. Senyawa kompleks heksa karbonil dikobalt
[Co2(CO)6] dengan aspirin dapat menghambat pertumbuhan sel yang tidak diharapkan
dan pembentukan pembuluh darah kecil sehingga mengurangi pertumbuhan kanker
yang ada dalam tubuh. Dengan adanya ion kobalt dapat merangsang pembentukan sel
darah merah yang baik karena kobalt adalah salah satu faktor pembentukan sel darah
merah.
Sel darah merah atau eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti
yang berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya hanya 1 m
atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui
mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein
terdiri dari antigen kelompok A dan B serta Rh yang menentukan golongan darh
seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang
mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar
intraseluler. Kobalt dalam bentuk vitamin B12 juga mendukung proses metabolisme dan
pembentukan sel darah merah.
Vitamin B12 merupakan bahan makanan yang diperlukan oleh seluruh sel tubuh
dan pertumbuhan sel jaringan pada umumnya. Hal ini karena vitamin B 12 berperan
dalam sintesis DNA. Karena jaringan yang menghasilkan eritrosit paling cepat
pertumbuhan dan proliferasinya, kekurangan vitamin B12 menghambat kecepatan
pembentukan eritrosit. Kobalt diperlukan sebagai katalisator dalam tahapan-tahapan
pembentukan eritrosit.
Vitamin B12 tanpa penandaan atau penunjukan berarti sianokobalamin, karena
molekul sianida melekat pada kobalt. Formula tersebut memperlihatkan bahwa bagian
utama molekul yang rumit tadi mempunyai atom kobalt di tengah-tengah struktur

cincin-tetra porfirin. Grup sianida terikat pada atom karbon, yang bertanggung jawab
terhadap nama siano-kobalamin.
Vitamin B12 berwarna merah karena adanya kobalt. Kobalt tersebut merupakan
4,35% dari berat molekul. Meskipun merupakan molekul terbesar di antara zat-zat
vitamin dengan berat molekul 1355, vitamin B12 adalah stabil.
Vitamin B12 membentuk beberapa enzim dan berfungsi dalam proses-proses
metabolik, menghasilkan dalam metilasi transfer hidrogen dan pembentukan hemoglobin. Vitamin tersebut secara luas digunakan dalam obat-obatan manusia.
Kanker yang berhubungan dengan darah atau sel darah merah dapat berasal dari
sumsum tulang atau melalui kekurangan di sel itu sendiri. Leukemia merupakan salah
satu kanker yang berhubungan dengan sel darah merah. Kanker adalah suatu kondisi di
mana sel-sel mulai mengalami kerusakan. Dalam manusia normal sel-sel tumbuh dan
membelah sehingga mereka dapat membentuk sel-sel baru. Ketika sel-sel yang lebih tua
mati, sel-sel baru mengambil tempat mereka dan tubuh tetap berfungsi. Ketika proses
ini tidak terjadi seperti yang dijadwalkan dan sel-sel yang lebih tua tidak mati
sebagaimana seharusnya terlepas dari pembentukan sel-sel baru, kondisi ini disebut
kanker.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Atmadja et al. 1988. Penelitian Status Zink dengan Tes Kecap Smith pada Masyarakat
RW 04 Manggarai. Jakarta: Majalah Kedokteran Indonesia.
Damayanthi. 2002. Media Gizi & Keluarga. http://www.google.co.id/search?hl=id&ei=EUsbSv=X&oi=spell&resnum=0&ct=result&cd=1&q=Kekurangan+S
eng+nasution+dan+damayanthi&spell=1
F.A. Wilkinson G. 1988. Advanced Inorganic Chemistry. Fifth Edition. John Willey and
Sons Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai