Kel 13 Udah Jadi
Kel 13 Udah Jadi
Kel 13 Udah Jadi
KONTEKSTUAL
MAKALAH
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah PsikologiPendidikan)
Dosen Pengampu : Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd
Oleh :
Kelompok 13
1. Cici Istahiyyatun Nisa
2. Ana Triana
3. Siti F
(1401413179)
(1401413
)
(1401413
)
Rombel
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai
strategi
maupun
metode
pembelajaran untuk
kontekstual
beraksentuasi
pada
pemrosesan
informasi,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang
menyatakan bahwa manusia membangun dan memaknai pengetahuan dari
pengalamannya sendiri. Pengetahuan itu terbentuk bukan dari objek semata,
akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap
setiap objek yang di amatinya. Teori ini dikembangkan oleh Seymour Papert.
Pembentukan teori konstruktivisme pada umumnya dikaitkan dengan
Jean Piaget, yang mengartikulasikan mekanisme internalisasi pengetahuan
pada peserta didik. Dia menyatakan bahwa melalui proses akomodasi dan
asimilasi, peserta didik membantu pengetahuam dari pengalamannya. Ketika
peserta didik mengasimilasi, dia memasukkan pengetahuan baru kedalam
kerangka kerja yang telah ada tanpa mengubah kerangka kerja tersebut.
Salah satu tujuan penggunaan pembelajaran konstruktivisme adalah
peserta didik belajar cara-cara mempelajari sesuatu dengan cara memberikan
pelatihan untuk mengambil prakarsa belajar . untuk mendorong agar peserta
didik terlibat aktif dalam kegiatan belajar, maka lingkungan belajar harus
menunjukkan suasana demokratis, kegiatan pembelajaran berlangsung
interaktif terpusat pada peserta didik dan pendidik memperlancar proses
belajar sehingga mampu mendorong peserta didik melakukan kegiatan belajar
mandiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajanya.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut
konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina
sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan
merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka
berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).
Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan
mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan
untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan
yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan
sehingga diperoleh konstruksi yang baru.
2.2 Asumsi Pembelajaran
a. Hakekat peserta didik
1) Pereta didik adalah individu yang bersifat unik : peserta didik
dipandang sebagai individu yang kompleks dan multi-dimensional.
2) Latar belakang dan kebudayaan peserta didik : konstruktivisme social
mendorong peserta didik menghadirkan versi kebenarannya sendiri ,
dan hal ini karena dipengaruhi oleh latar belakang , kebudayaan atau
pandangan tentang dunianya sendiri . hal ini juga menekankan
pentingnya jenis interaksi social dengan orang lain yang lebih
berpengetahuan .
3) Tanggung jawab belajar : pembelajaran konstruktivisme lebih
menekankan kepada pentingnya peserta didik terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.
4) Motivasi belajar : tergantung pada keyakinan peserta didik terhadap
potensi belajarnya.
b. Peranan pendidik
Peranan pendidik yaitu mempunyai peran sebagai fasilitator , tugas
pendidik adlah berceramah tentang pelajaran yang diajarkan , sedangkan
tugas fasilitator adalah membantu peserta didik memperoleh pemahaman
tentang isi pelajaran.
c. Hakekat proses belajar
Belajar merupakan proses sosial dan aktif
Dinamika interaksi antara tugas, pendidikan, dan peserta didik
d. Kolaborasi antar peserta didik
Belajar sambil mengajar : peserta didik berkolaborasi dalam
melaksanakan tugas dan diskusi dalam rangka memperoleh pemahaman
tentang kebenaran.
Pentingnya konteks : konstruktivisme social memandang konteks yang
menjadikan belajar sebagai pusat belajar , pengetahuan yang tidak
sesuai dengan konteks tidak memberikan keterampilan kepada peserta
didik untuk menerapkan pemahamannya pada tugas-tugas yang bersifat
autentik
e. Assesmen
Asesmen dinamik adalah cara menilai potensi peserta didik yang
berbeda dari penilaian konvensional , disini belajar interaktif diperluas
dengan proses asesmen. Peranan asesor adalah berdialog dengan peserta
didik untuk memperoleh kinerja atau tugas tertentu dan berbagi dengan
peserta didik untuk memperbaiki kinerjanya.
f. Pemeliharaan, cakupan, dan urutan materi pembelajaran.
Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu
Keterlibatan peserta didik
Struktur proses belajar.
tujuan
dan
cara
dengan
Pengetahuan
yang
dilakukan
sebaiknya
juga
lebih
banyak
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
mata
pelajaran
yang
dipelajarinya
dengan
dunia
nyata.
Akan
tetapi
siswa
harus
mampu
mengkonstruksi
Kerjasama
Saling menunjang
Pembelajaran terintegrasi
Siswa aktif
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
dimaksud
adalah
konstruktivisme
(constructivism),
bertanya
(questioning),
menemukan
(inquiry),
masyarakat
belajar
(learning
knowledge),
perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge),
pemahaman pengetahuan (understanding knowledge),
mempraktekkan pengetahuan (applyng knowledge), dan
melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. Tukar pengalaman dan
berbagi ide. Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman,
5.
contoh
mengerjakan
apa
yang
guru
inginkan
agar
siswa
mengerjakannya.
6. Reflection (refleksi) dilakukan pada akhir pembelajaran.Refleksi
merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali,
menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi
kembali hal-hal yang telah dipelajari. Sepertimembuat jurnal, karya
seni, atau dengan melakukan diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (penilaian sebenarnya) yaitu upaya pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikangambaran perkembangan belajar
siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa
pada saat melakukan pembelajaran. Hal-hal yang bisa digunakan
sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah proyek atau kegiatan dan
laporannya, PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa,
demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis, dan karya tulis (Riyanto,
2010: 176).
2.10
a. Prinsip kesaling-bergantungan
Mengajak pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lain,
peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam. Prinsip ini juga
mendukung adanya kerjasama antar komunitas belajar
b. Prinsip diferensiasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Konstruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang
menyatakan bahwa menusia membangun dan memaknai pengetahuan dari
pengalamannya sendiri.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang
membantu pendidik menghubungkan isi materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata, memotivasi peserta didik membuat hubungan antara
3.2 Saran
Seharusnya model pembelajaran konstruktivisme diterapkan dalam dunia
pendidikan di Indonesia supaya dapat meingkatkan mutu pendidikan agar
lebih baik.
Dalam dunia pendidikan proses lebih diutamakan daripada hasil walaupun
nantinya kita akan menuju puncak dari suatu hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Rifai RC, Achmaddkk. 2012. PsikologiPendidikan. Semarang :UNNES PRESS
Udin S, Winaputra, dkk. 2007. TeoriBelajardanPembelajaran.Semarang
:Universitas Terbuka
Dalyana. 2012. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And
Learning/ CTL) (Online) (http://myblogdalyana.blogspot.com/, diakses 7 Juni
2015)