Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit yang diakibatkan oleh terbentuknya batu di dalam ginjal ini merupakan salah
satu penyakit yang banyak diderita di Indonesia.Batu ginjal lebih sering terjadi bila
dibandingkan batu kandung kemih. Di Indonesia, data yang dikumpulkan dari rumah sakit di
seluruh Indonesia pada tahun 2002 adalah sebanyak 37.636 kasus baru dengan jumlah
kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar
19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang. Batu ginjal yang paling
sering terbentuk adalah batu kalsium oksalat (80%).Jenis batu lainnya yang tersering
berturut-turut adalah batu asam urat, batu kalsium fosfat, batu struvit, dan batu sistin.
Di Indonesia sendiri dicurigai adanya fenomena gunung es dimana jumlah kasus yang
tidak terdeteksi jauh lebih banyak daripada yang terdeteksi akibat kurangnya pengetahuan
masyarakat dan jangkauan pelayanan kesehatan yang masih rendah. Gejala penyakit batu
ginjal sangat bervariasi, mulai dari tidak ada gejala sama sekali sampai dengan nyeri
pinggang yang hebat disertai kencing berdarah. Pada banyak kasus bahkan berupa gejala
silent stone yaitu adanya batu ginjal tidak dirasakan sama sekali oleh penderitanya dan
terdeteksi secara tidak sengaja pada saat cek kesehatan rutin.
Menyikapi isu diatas, maka peran perawat sebagai salah satu pemberi asuhan
keperawatan bukan hanya memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat komperhensif
tetapi juga sebagai edukator dan konselor sangat diperlukan dalam memberikan pengetahuan
kepada masyarakat terkait penyakitNefrolitiasis &urolitiasis dan perawatannya selama sakit
ataupun setelah menjali pengobatan dirumah.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
[Type text]
Page 1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
1. ANATOMI GINJAL
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :
Sistem perkemihan (urinari) terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli
dan uretra.
a. Ginjal
[Type text]
Page 2
sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas
di sepanjang kolumna vertebra. Pada posisi supine ginjal terletak antara vertebra
thorakal XII vertebra lumbal III, pada saat posisi trendelenberg posisinya bisa naik
ke atas sampai ruang intercosta X, sedangkan pada saat berdiri letak ginjal bisa turun
sampai di atas permukaan sacroiliaka. Karena adanya hepar, ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri.
Bentuk ginjal menyerupai kacang mente dengan sisi cekungnya menghadap ke
medial dan disebut sebagai hilus renalis, yaitu tempat struktur-struktur pembuluh
darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar
dan berat ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur serta
ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain.
Pada autopsi klinik didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah
11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170
gram atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan. Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus
tipis dan mengkilat yang disebut true capsule (kapsula fibrosa) ginjal dan di luar
kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal.Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar
anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenalis yang berwarna kuning.Kelenjar adrenal
bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia gerota.
Fasia ini berfungsi sebagai barier yang berfungsi menghambat meluasnya
perdarahan dari parenkim ginjal serta menghambat ekstravasasi urine pada saat terjadi
trauma, di luar fasia gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut
jaringan lemak pararenal.Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot
punggung yang tebal serta tulang rusuk XI dan XII, sedangkan di sebelah anterior
dilindungi oleh organ organ intraperitoneal.Ginjal kanan di kelilingi oleh hepar,
kolon dan duodenum; sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas,
jejunum dan kolon. Secara anatomik jaringan parenkim ginjal terdiri atas : korteks,
medulla.
[Type text]
Page 3
Page 4
Nefron
Tiap nefron terbentuk dari dua komponen utama:Glomerulus dan Kapsula
Bowmans, tempat air dan larutan difiltrasi dari darah dan Tubulus, yang mereabsorpsi
material penting dari filtrat dan memungkinkan bahan-bahan sampah dan material yang
tidak dibutuhkan untuk tetap dalam filtrat (material hasil filtrasi glomerulus) dan
mengalir ke pelvis renalis sebagai urine. Glomerulus terdiri atas sekumpulan kapilerkapiler yang mendapat suplai nutrisi dari arteriole afferen dan diperdarahai oleh arteriole
afferen. Glomerulus dikelilingi oleh kapsula bowmans, arteriole efferen mensuplai darah
ke kapiler peritubuler. Cairan filtrat dari kapiler masuk ke kapsula kemudian mengalir ke
dalam sistem tubular, yang terdiri atas empat bagian: tubulus proksimus, ansa henle,
tubulus distalis, tubulus kolegentes.
Page 5
meluas dari glomerulus turun ke bawah menuju medula bagian luar dan kemudian
membagi diri menjadi kapiler-kapiler peritubular khusus yang disebut vasa rekta,
meluas ke bawah menuju medula dan terletak berdampingan dengan ansa henle.
b. Ureter
Ureter adalah tuba dari ginjal ke kandung kemih.masing-masing ureter
mempunyai panjang kira-kira 25cm,dimulai pada pelvis bagian yang melebar melekat
ke hilum ginjal,menjalar ke bawah dari dinding posterior abdomen dibelakang
peritorium,pada pelvis menurun kea rah luar dank e dalam untuk memasuki kandung
kemih melalui dinding-dindingnya yang menjalar secara oblik.
Struktur
Ureter mempunyai membrane mukosa yang dilapisi dengan Epitel kuboid dan
dinding otot yang tebal.Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang
peristaltikyang terjadi sekitar 1-4 kali per menit,urin memasuki kandung kemih dalam
serangkaian semburan.masuk
Kandung kemih adalah kantong yang berbentuk dari otot tempat urin mengakir
dari ureter.Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih
tersebut terletak di dalam pelvis,ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya
maka kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas
pubis.
Struktur
Kandung kemih terdiri membrane mukosa jatuh ke dalam lipatan ketika kandung
[Type text]
Page 6
Gambaran klinis
Kandung kemih dapat mengalami distensi yang berlebihan bila terdapat obstruksi
aliran urin melalui uretra,misalnya laki-laki oleh perbesaran dari kelenjar
prostat.adalah merupakanhal yang mungkin untuk mengalirkan seluruh isi kandung
kemih atau mendapatkan specimen urin melalui stab suprapubic jarum diinsersikan
melalui dinding abdomen langsung kedalam kantong kemih;tidak terdapat bahaya
untuk melakukan fungsi pada peritorium karena hal ini akan mengurangi tekanan
pada bagian atas dari kandung kemih.Sistitis adalah imflamasi kandung kemih urin
secara khusus mungkin dapat terinfeksi apabila terdapat obstruksi terhadap
alirannya.Sitoskopi adalah pemeriksaan bagian anterior dari kandung kemih melalui
sistoskop,sebuah tuba yang diatur dengan Cermin dan cahaya yang melewati
uretra,karena dikemas menjadi tuba yang tipis maka dapat diinsersikan ke dalam
ostium uretrae denganTujuan bahwa urin dari maisng-masing ginjal dapat
dikumpulkan secara terpisah.
d. Uretra
Page 7
2. FISIOLOGI GINJAL
Ginjal menjalankan berbagai fungsi penting untuk mempertahankan homeostasis,
antara lain:
a. Pengeluaran cairan
Elektrolit dan keseimbangan asam basa serta pengeluaran nitrogen dan produk sisa
b. Aktivitas hormonal
Melalui efek beberapa hormon dan pengaturan keseimbangan cairan, ginjal juga ikut
mengatur tekanan darah.
1) Fungsi regulasi/pengaturan
Proses fisiologis yang terlibat dalam pengaturan lingkungan interna adalah
termasuk :
a) Filtrasi glomerulus
Merupakan proses penting dalam pembentukan urine. Sewaktu darah
mengalir dari arteriole afferen masuk glomerulus, sejumlah air, elektrolit dan zat
terlarut (seperti kreatinin, urea nitrogen dan glukosa) difiltrasi melewati
membran glomerular masuk kapsul bowmans membentuk filtrat. Substansi dan
berat molekul lebih dari 69.000 terlalu besar untuk melewati membran dan
merupakan subyek terjadinya penolakan elektrostasis pada membran kapiler
glomerulus (Guyton, 1991), sehingga substansi seperti protein-albumin,
globulin dan SDM normalnya tidak terdapat dalam filtrat. Adanya tekanan
positif memungkinkan terjadinya filtrasi glomerulus.
[Type text]
Page 8
Page 9
tubulus proksimal, saat filtrat berada pada pars desenden air juga direabsorpsi.
Pada pars asenden yang berdinding berdinding tipis, sodium dan klorida secara
aktif direabsorpsi, akan tetapi dindingnya tidak permeabel terhadap air, sehingga
cairan jaringan interstisial medula menjadi hipertonik.
Pada saat filtrat melewati tubulus distal reabsorpsi air juga terjadi karena
dindingnya permeabel terhadap air.Dinding membran tubulus distal dapat
menjadi lebih permeabel terhadap air atas pengaruh vasopresin (ADH).ADH
meningkatkan permeabilitas membran terhadap air dan meningkatkan reabsorpsi
air.Aldosteron juga mengubah permeabilitas membran, aldosteron meningkatkan
reabsorpsi sodium dalam tubulus distal; sedangkan reabsorpsi air terjadi sebagai
hasil perpindahan sodium.Reabsorpsi solut : sebagian besar sodium, clorida dan
air direabsorpsi sewaktu di tubulus proksimal dan reabsorpsi yang sama juga
terjadi pada tubulus koligentes dan biasa terjadi atas pengaruh aldosteron.
Potassium utamanya direabsorpsi pada tubulus proksimal dimana 20 % sampai
40 % potassium direabsorpsi pada pars asenden yang berdinding tebal.
Bikarbonat, kalsium dan phospat utamanya juga direabsorpsi pada tubulus
proksimal dan sebagian pada pars asenden dan tubulus distal.
Reabsorpsi bikarbonat menjadi dasar penetralan asam dalam plasma dan
membantu mempertahankan pH serum normal.Kalsitonin dan paratiroid hormon
(PTH) juga mempengaruhi reabsorpsi dan sekresi kalsium. Magnesium terutama
direabsorpsi pada pars asenden dinding tebal dan sebagian kecil pada tubulus
proksimal. Biasanya ambang batas ginjal terhadap glukosa adalah pada tingkat
kadar glukosa serum sekitar 220 mg/dl. Normalnya hampir semua glukosa dan
beberapa asam amino atau protein yang difiltrasi kemudian direabsorpsi
kembali, sekitar 50 % dari urea yang ada difiltrat difiltrasi dan tidak ada
kreatinin yang diabsorpsi.
c) Sekresi tubular
Sekresi tubular adalah proses ketiga dalam pembentukan urine dan
merupakan perpindahan substansi dari plasma ke dalam filtrat tubular. Selama
sekresi tubular, molekul-molekul mengalir dari kapiler peritubular melewati
membran kapiler masuk ke dalam sel di sekitar tubular.Sebuah pertukaran
molekul secara konstan dan reaksi koreksi kimia memungkinkan pengeluaran
[Type text]
Page 10
Difusi
Transport aktif
Osmosis
Filtrasi
d) Fungsi hormonal
Ginjal memproduksi beberapa hormon yang signifikan mempengaruhi fisiologi,
antara lain :
1) Erithropoetin
Erythropoetin diproduksi dan dikeluarkan sebagai respon terhadap
penurunan tekanan oksigen pada suplai darah ginjal.Erythropoetin menstimuli
pembentukan SDM dalam sumsum tulang. Saat massa parenkim ginjal
menurun; produksi erythropoetin juga menurun.
2) Pengaktif vitamin D
Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25-Dihidroksi
vitamin D3, dimana bentuk aktif ini diperlukan pada pengaturan kalsium dan
phospat.
3) Rennin
Renin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah.Renin
dibentuk dan dikeluarkan apabila ada penurunan dalam aliran darah, volume
atau tekanan dalam arteriole serta apabila adanya penurunan konsentrasi ion
sodium yang dideteksi oleh reseptor jukstaglomerular.
Angiotensinogen yang dihasilkan oleh hati
diaktifkan
oleh
angiotensin
menjadi
bentuk
aktif;
angiotensinogen
Page 11
alkali.
Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.
Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolismr purin (hiperuremia dan gout)
Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (proteus vulgaris).
Sumbatan kronis di mana urine tertahan akibat benda asing dalam saluran kemih.
f. Kelebihan absorbsi oksalat pada penyakit inflamasi usus dan reseksi atau ileostomi.
Tinggal di daerah yang beriklim panas dan lembab.
3. FAKTOR PRESDIPOSISI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
a. Sekitar tiga atau empat pasien dengan batu ginjal adalah laki-laki dengan rentang
usia 20-30 tahun. Banyak batu berpindah dari atas ke bawah (menyebabkan kolik
[Type text]
Page 12
hebat) dan ditemukan di saluran kemih bawah). Batu secara spontan pada saluran
dapat diantisipasi 80% pada pasien urolitiasis.
b. Batu bisa tertinggal di dalam pelvis ginjal, ureter, atau leher kandung kemih yang
menyebabkan sumbatan, edema, infeksi sekunder, dan berbagai kasus kerusakan
nefron.
c. Orang yang pernah menderita batu ginjal cenderung untuk kambuh.
4. PATOFISIOLOGI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius.Batu terbentuk
ketika konsentrasi substansi seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat
meningkat.Batu juga dapat terbentuk ketika difisiensi substrats tertentu.Seperti sitrat
yang secaa normal mencegah kristalisasi dalam urine, serta status cairan
pasien.Infeksi, stasis urine, serta drainase renal yang lambat dan perubahan metabolic
kalsium, hiperparatiroid, malignansi, penyakit granulo matosa (sarkoldosis,
tuberculosis), masukan vitamin D berlebih merupakan penyebab dari hiperkalsemia
dan mendasari pembentukan batu kalsium.
Batu asam urat dapat dijumpai pada penyakit Gout. Batu struvit mengacu pada
batu infeksi, terbentuk dalam urine kaya ammonia alkalin persisten akibat uti
kronik. Batu urinarius dapat terjadi pada inflamasi usus atau ileostomi.Batu sistin
terjadi pada pasien yang mengalami penurunan efek absorbsi sistin (asam ammonia)
turunan.
5. PATHWAY UROLITIASIS
Asam urat
Kalsium fosfat
Defisiensi sitrat
Periode Immobilisasi
Kristal Asam
Kristal Kalsium
Kristalisasi
Statis Urine
Oksalat
[Type text]
fosfat
Page 13
Akumulasi anorganik
Nefrolitiasis
Mengganggu saluran
Urine tertahan
Kemih
Obtruksi
Tekanan hidrostatik /
Tekanan arah balik
Gangguan
eliminasi
urine
Merusak jaringan
Nyeri
Merusak jaringan
Resiko
infeksi
[Type text]
Page 14
f. Gejala gastrointestinal : meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak mual di
perut berhubungan dengan refluks renointestinal dan penyebaran saraf (ganglion
celic) antara ureter dan infestin.
7. KOMPLIKASI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
a.
Sumbatan : akibat pecahan batu.
b.
Infeksi : akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :
a. Ultrasonografi
1) Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu
2) Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi
kontras radiologi
3) Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem kolektikus.
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter,
da tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.
b. Pemeriksaan radiografi
Foto abdomen biasa
1) Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi
2) Membedakan batu kalsifikasi
3) Densitas tinggi: kalsium oksalat dan kalsium fosfat
4) Densitas rendah: struvite, sistin, dan campuran keduanya
5) Indikasi dilakukan uji kualitatif sistin pada pasien muda
c. Urogram
1) Dateksi batu radiolusen sebagai defek pengisisan (filling) (batu asam urat,
xantin, 2,8 dihidroksiadenin ammonium urat)
2) Menunjukkan likasi batu dalam sistem kolektikus
3) Menunjukkan kelainan anatonis
d. CT-scan halikal dan kontras
Pemeriksaan labotarurium ritin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan Ph, berat
jenis air kemih, sedimen air kemih untuk menentukan hematuri, leukosituria, dan
kristaluria. Pemeriksaan kultur kuman penting untuk adanya infeksi saluran kemih.
Apabila batu keluar, diperlukan pencarian faktor risiko dan mekanisme timbulnya
batu.
Perlu dilakukan :
1) Penampunganair kenih 24 jam (atau waktu tertentu)
2) Pengurangan pH air kemih
[Type text]
Page 15
Page 16
3. PATOFISIOLOGI
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal
mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
[Type text]
Page 17
pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi
pada pasien dehidrasi).
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran
bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai
batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang
mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urine, periode
immobilitas. Faktor-faktor yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium dalam
darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium (Price, 2006).
4. PATHWAY NEFROLITIASIS
Asam urat
Kalsium fosfat
Defisiensi sitrat
Periode Immobilisasi
Kristal Asam
Kristal Kalsium
Kristalisasi
Statis Urine
Oksalat
fosfat
Akumulasi anorganik
Nefrolitiasis
Mengganggu saluran
Urine tertahan
Kemih
Obtruksi
Tekanan hidrostatik /
Tekanan arah balik
[Type text]
Page 18
Merusak jaringan
Gangguan
eliminasi
urine
Nyeri
Merusak jaringan
Resiko
infeksi
5. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :
Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi,
dan edema.Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.Infeksi
dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu
yang terus menerus.Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedik\it gejala namun
secara perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain menyebabkan
nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus
menerus diarea konstovertebral.Hematuria dan piuria dapat dijumpai.Batu yang
terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang
menyebar kepaha dan genitalia.Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya
sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive
batu.Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.
6. KOMPLIKASI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi
obstruksi baik sebagian atau total.
Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh :
a. Sempurnanya obstruksi
[Type text]
Page 19
b. Lamanya obstruksi
c. Lokasi obstruksi
d. Ada tidaknya infeksi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara
lain:
a. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan
organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat
atau struvita
b. Meningkatkan tekanan intraluminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran
kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.
c. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Klinik
1) Jumlah batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan
2) Derajat kerusakan ginjal
3) Riwayat keluarga
4) Analisa batu
5) Tanda dan gejala penyakit penyebab :
a) Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis.
b) Asidosis Tubuler Renalis ; langkah terhuyung huyung, sakit pada tulang.
c) Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum.
d) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget, imobilisasi,
kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan alkali dan penyakit khusus.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Urinalisis
2)
Hematuria
3)
Piuria
4)
Kristalisasi
5)
Bakteriologi
6)
Kerangka kerja metabolic
7)
Darah
8)
Urine
9)
Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi
10) Status batu
c. Pemeriksaan Radiologi
1) Pielografi ( IVP)
2)
Pieolgrafi retrograde
3)
USG
4)
Tomografi
5)
CT- Scan
[Type text]
Page 20
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :
a. Terapik medik dan simtomatik
b. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu
c. Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang
terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan
minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 10 mg/hr.
d. Terapi mekanik
E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
e. Terapi pembedahan
Jika tidak tersedia alat litotriptor
9. PENCEGAHAN
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang
tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
[Type text]
Page 21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Urolitiasis merujuk pada adanya kalkuli (batu) dalam urinaria tract, sedangkan
nefrolitiasis menggambarkan bahwa kalkuli terbentuk dalam parenkim ginjal. Nefrolitiasis
merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran kemih dari
ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine. Urolitiasis
merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan batu ginjal
terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium, dan fosfat atau felembung
asam amino.
Penyebab yang akan timbul hiperkalemia dan hiperkalsiuria disebabkan oleh
hiperparatiroidisme, asidosis tubulus ginjal, multiple myeloma, serta kelebihan asupan
vitamin D, susu, dan alkali. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.
Adapun faktor predisposisinya orang yang pernah menderita batu ginjal cenderung untuk
kambuh.
B. SARAN
[Type text]
Page 22
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secra teoritis
maupun praktek tentang Nefrolitiasis dan Urolitiasis agar dapat melakukan tindakan
keperawatan.
3. Rumah sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita
Nefrolitiasis da Urolitiasis mendapatkan ruangan dan fasilitas media yang seharusnya
ada sehingga dapat melakukan tndakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan
komplikasi penyakitNefrolitiasis dan Urolitiasis.
DAFTAR PUSTAKA
[Type text]
Page 23
Guyton & Hall. 2008. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. EGC:
Jakarta.
Pearce, Evelyn C. 2009. ANATOMI DAN FISIOLOGIS UNTUK PARAMEDIS. Pt
Jakarta.
Sudoyo, Aru W. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Departemen ilmu penyakit dalam
FKUI: Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN dengan intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC ed.7. EGC: Jakarta.
[Type text]
Page 24