Jtptunimus GDL Sitihaniah 6975 3 Babii
Jtptunimus GDL Sitihaniah 6975 3 Babii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Tifoid
1. Pengertian Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang terdapat pada
saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi ditandai
dengan adanya demam 7 hari atau lebih, gangguan pencernaan dan sistem
saraf pusat ( sakit kepala, kejang dan gangguan kesadaran)[16].
Demam tifoid juga merupakan penyakit masyarakat dengan standar
hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara
endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik. Sumber
penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita
dalam fase konvalesen, dan kronik karier[1].
Demam Tifoid atau typhus abdominalis, typhoid fever atau enterik
fever adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik
demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih
kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa
dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid) dsebabkan oleh
kuman Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B
dan Salmonella paratyphi C[17].
Sistem imun memungkinkan tubuh mengenali benda asing yang
memasuki tubuh, dan berenspon terhadapnya.limfosi B ditransformasi
menjadi sel plasma, yang menghasilkan anti bodi, khas terhadap protein
asing tertentu atau antigen, terjadi pada respon imun homoral. Limfosit
lain ( limfosi T ) terlibat dalam renspon imun bermedia sel. Berbagai unsur
dari mikroorganisme bersifat protein, terkat pada protein, atau berupa
molekul karbohidrat besar dan bersifat antigenik[18].
Pada sel bakteri, disebut unsur unsur yang dapat dianggap sebagai
antigen somatik (badan sel sendiri) disebut antigen O (antigen permukaan),
antigen flagela disebut antigen H atau antigen kapsula pada spesies yang
mempunyai fagela. Dibentuknya antibodi berbeda sebagai respon terhadap
antigen merupakan petunjuk diagnostik untuk penyakit infeksi[18].
3. Patogenesis
Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak
berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 m x 0.5-0,8
m[18]. Salmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhana[20],
hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk
asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanya memporoduksi
hidrogen sulfide. Pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 28milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP tidak
menyebabkan hemolisis pada media Mac Concey koloni Salmonella sp[2].
4. Diagnosis laboratorik
a. Diagnosis Laboratorium
cara
pengumpulan
dan
penanganan
sampel
untuk
lipopolisakarida
(LPS)
Salmonella
typhi
dengan
immobilized
sebagai
reagen
kontrol.
Metode
ini
10
B. Tes widal
1.
Pengertian
Widal test merupakan tes serologi suatu uji serum darah dengan
aglutinasi untuk mendiagnosa demam tifoid. Prinsip pemeriksaan
menggunakan tes widal adalah reaksi aglutinasi yang terjadi pada serum
penderita setelah dicampur dengan suspense antigen Salmonella.
Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen
dan antibodi (aglutinin) pada serum penderit[23-24]. Pemberian antibiotika
yang dilakukan sebelumnya kemudian diperiksa Widal hal ini
menghalangi respon antibodi[25].
Pada pemeriksaan uji Widal terdapat beberapa antigen yang dipakai
sebagai parameter penilaian hasil uji Widal, Antigen tersebut adalah
a.
Antigen O
Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh
kuman. Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini
tahan terhadap pemanasan 100C selama 25 jam pada alkohol dan
asam yang diencerkan. Dengan serum yang mengandung anti O,
antigen ini mengadakan aglutinasi dengan lambat membentuk
gumpalan berpasir [1].
b.
Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau
fili Salmonella typhi dan berstruktur kimia protein. Salmonella typhi
mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa
Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu
60C dan pada pemberian alkohol atau asam[1].
c.
Antigen Vi
Antigen Vi ini terdapat pada kapsul K yang terletak pada bagian
paling pinggir dari kuman. Strain yang baru diisolasi dengan anti sera
11
12
membantu
petugas
kesehatan
menghindarkan
Interprestasi hasil
Besar titer antibodi untuk diagnosis demam tifoid di lndonesia
belum terdapat kesesuaian. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kegunaan uji Widal untuk diagnosis demam tifoid bergantung
prosedur yang digunakan di masing masing rumah sakit atau
laboratorium. Menurut penelitian wardhani uji Widal dianggap positif
bila titer antibodi 1/160, baik untuk aglutinin O maupun H. Semakin
tinggi titernya semakin besar kemungkinan orang menderita demam
tifoid[31].
Kriteria hasil uji Widal dinilai positif apabila memenuhi ketentuan
Titer aglutinin O dan H sebesar atau sama dengan titer aglutinin yang
ditetapkan sebagai titer diagnostik berdasarkan batas atas nilai rujukan
titer aglutinin yang telah ditentukan. Setiap daerah memiliki standar
anglutinin Widal yang berbeda beda. Nilai standar agglutinin Widal
untuk beberapa wilayah endemis di Indonesia adalah di Yogyakarta titer
O dan H > 1/160, Surabaya titer O dan H > 1/160, Manado titer O dan H
> 1/80, Jakarta titer O dan H > 1/80, Makasar titer O dan H 1/320[32].
Cara kerja reaksi Widal untuk mendeteksi titer Salmonella yang
digunakan untuk penetapan titer antibodi dalam serum sebagai berikut[32]:
a.
b.
13
3.
Kegunaan
Kegunaan uji Widal untuk menentukan titer aglutinin yang
meningkat dalam serum penderita demam tifoid. Penentuan titer Widal
dilihat dari kenaikan titer antibodi dalam darah terhadap antigen O dan
antigen H dua kali dari titer sebelumnya yaitu 1/160. Pemeriksaan
laboratorium untuk menegakkan diagnosis demam tifoid yang sampai
saat ini dilakukan adalah dengan metode konvensional, yaitu uji serologi
tes Widal karena bersifat mudah dan cepat diketahui hasilnya[10].
4.
Kelemahan
Kelemahan yang penting dari penggunaan uji Widal sebagai sarana
penunjang diagnosis demam tifoid yaitu spesifisitas yang agak rendah
dan kesukaran untuk menginterpretasikan hasil, sebab adanya faktor yang
14
antibiotik
dengan
obat
antimikroba
dapat
Faktor-faktor teknis
1) Aglutinasi silang
15
Pengertian
Tes IgM Salmonella typhi merupakan tes aglutinasi kompetitif semi
kuantitatif yang sederhana dan cepat dengan menggunakan partikel yang
berwarna dan meningkatkan sensitivitas yang digunakan untuk
mendeteksi Salmonella typhi dalam darah, serum dan plasma manusia.
Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O yang benarbenar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella[5].
2.
Prinsip pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Inhibition Magnetic
Binding Immunoassay. Antibodi IgM terhadap antigen 09 LPS dideteksi
melalui kemampuannya untuk menghambat interaksi antara kedua tipe
partikel reagen yaitu indikator mikrosfer lateks yang disensitisasi dengan
antibodi monoklonal anti 09 (reagen berwarna biru) dan mikrosfer
magnetik yang disensitisasi dengan LPS Salmonella typhi (reagen
berwarna coklat). Setelah sedimentasi partikel dengan kekuatan
magnetik, konsentrasi partikel indikator yang tersisa dalam cairan
menunjukkan daya inhibisi. Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah
16
3.
Kegunaan
IgM Salmonella typhi ini dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik
terhadap antigen lipopolisakarida (LPS) Salmonella typhi dengan
menggunakan
membran
nitroselulosa
yang
mengandung antigen
D. Uji Diagnostik
Uji diagnostik merupakan suatu uji penelitian yang bertujuan yaitu
untuk menegakkan diagnosis atau menyingkirkan penyakit, untuk skrining,
pengobatan pasien dan untuk studi epidemiologi. Uji diagnostik baru harus
memberi manfaat yang lebih dibanding uji yang sudah ada, meliputi beberapa
hal yaitu :
1. Nilai diagnostik tidak jauh berbeda dengan uji diagnostik standar
2. Memberi kenyamanan bagi pasien (tidak invasif)
3. Lebih mudah atau sederhana
4. Lebih murah atau dapat mendiagnosis pada fase lebih dini
Struktur uji diagnostik memiliki variabel prediktor yaitu hasil uji
diagnostik dan variabel hasil akhir atau outcome yaitu sakit tidaknya seorang
pasien yang ditentukan oleh pemeriksaan dengan baku emas[34].
Baku emas atau gold standard adalah standar untuk pembuktian ada
atau tidaknya penyakit pada pasien, dan merupakan sarana diagnostik terbaik
yang ada. Baku emas yang ideal selalu memberikan hasil positif pada semua
subjek dengan penyakit dan hasil negatif pada semua subjek sehat. Dalam
praktek hanya sedikit baku emas yang ideal, sehingga kita sering memakai uji
17
diagnostik terbaik yang ada sebagai baku emas. Kata terbaik memiliki makna
bahwa uji diagnostik tersebut mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi[34].
Tabel 2.1 Uji Diagnostik
Hasil Uji
Positif
Negatif
= a : (a + c)
2. Spesifisitas
= d : (b + d)
seseorang
menderita
[29]
penyakit
tertentu
sehingga
dapat
untuk
seseorang
tidak
menderita
penyakit
tertentu[30].
Tujuan
keterangan
Rumus
a : (a + c)
d : (b + d)
a : (a + b)
d : (c + d)
a = positif benar
b = positif palsu
c = negatif palsu
d = negatif benar
Nilai kecermatan positif adalah proporsi jumlah yang sakit terhadap semua
hasil tes yang positif, yang dihitung dengan rumus :
a
(ab)
Nilai kecermatan negatif adalah proporsi jumlah yang tidak sakit terhadap
hasil tes negatif, yang dihitung dengan rumus :
z
d
(c d )
19
Nilai positif palsu adalah jumlah hasil tes positif palsu dibagi dengan
jumlah seluruh hasil tes positif, yang dihitung dengan rumus :
b
(a b)
Nilai negatif palsu adalah jumlah hasil tes negatif palsu dibagi dengan
jumlah seluruh hasil tes negatif, yang dihitung dengan rumus :
c
(c d )
E. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan maka dapat
disusun kerangka teori sebagai berikut :
Terbentuknya
aglitinin
Diagnosis
IgM salmonella
typhi
Reaksi aglutinasi
antigen dan antibodi
Widal
Demam tifoid
Antigen
Antigen O,H dan vi
lipopolisakarida
Salmonella typhi
20