Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN fISKAL

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ekonomi Makro Menengah
yang dibina Prof. Dr H. Wahjoedi, ME

Oleh
Bagus Prasetyo Bayu Aji

140432605650

Baharudin Yusuf

140432602341

Baktiar Prabowo

140432606358

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI DAN STUDI PEMNAGUNAN
PROGRAM STUDI S1 EKONOMI PEMBANGUNAN
September 2015

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, bimbingan, dan petunjuk-Nya, sehingga
atas kemudahan-Nya, kami dapat menyelesaikan pembuatan Makalah ini dengan
judul PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN FISKAL tak lupa shalawat serta
salam kita selalu mengiringi baginda Rasulullah Muhammad SAW karena atas
berkat beliaulah kita mampu mengenal agama yang benar yaitu adinul islam.
Kemudian kami juga menghaturkan ucapan terimakasih kepada Bapak
Prof. Dr H. Wahjoedi, ME. yang telah membimbing kami dalam mata kuliah
Ekonomi Makro Menengah sehingga kami mampu mengerjakan makalah ini
dengan baik. Makalah ini kami buat tidak hanya semerta-merta untuk memenuhi
tugas yang telah diberikan namun kami juga berharap bahwa maklah ini mampu
dijadikan sebagai pembelajaran kususnya dalam bab Makro Ekonomi.
Pada kesempatan ini pula kami menghaturkan ucapan terimakasih bagi
semua pihak yang telah membantu dalam penyeselaian makalah ini kususnya bagi
Dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Makro Menegah bagi teman-teman dan
semua yang tidak dapat kami ucapkan satu-persatu.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekeliruan dan kekurangan dalam
makalah ini, maka besar kiranya harapan kami untuk mendapatkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap
bahwa makalah ini dapat benar-benar bermanfaat bagi semua pihak, dan juga bagi
diri kami sendiri.
Malang 26 September 2015
penyusun

ii

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1..3 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
2.1 Pengertian Pemerintah ...................................................................... 3
2.2 Pengertian Kepemerintahan (Governance) ....................................... 4
2.3 Pasar dan Pemerintah ........................................................................ 4
2.4 Definisi Kebijakan Fiskal.................................................................. 5
2.5 Orientasi Kebijakan Fiskal................................................................ 8
2.6 Fungsi Kebijakan Fiskal.................................................................... 9
2.7 Jenis Kebijakan Fiskal..................................................................... 11
2.8 Kurva IS-LM dan Hubunganya Dengan Kebijakan Fiskal ............. 13
2.9 Pengeluaran Pemerintah Dan Perpajakan (Kebijakan Fiskal) ........ 14
2.10 Kurva IS dan Perekonomian ......................................................... 15
BAB III KAJIAN TEORI ........................................................................ 16
3.1 Studi Kasus ..................................................................................... 16
3.2 Tanggapan ....................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 18
4.2 Saran................................................................................................ 19
Daftar Rujukan .......................................................................................... 20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Permasalahan perekonomian negara sangat beragam diantaranya laju
inflasi, pengangguran pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain. Untuk mengatasi
masalah tersebut pemerintah menyiapkan kebijakan-kebijakan sebagai solusi
dalam menghadapi masalah masalah tersebut. Pemerintah sebagai pemegang
kekusasaan dalam sebuah negara ikut serta dalam perekonomian suatu negara
terlebih jika negara tersebut menganut sistem komando dan atau campuran.
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem ekonomi campuran yang berdasar
pada ekonomi pancasila memiliki tanggaunjawab besar dalam menggerakkan
kebijakan kebiakan untuk mencapai kestabilan perekonomian negara. Salah satu
dari kebijakan negara dalam perekonomian negara adalah kebijakan fiskal.
Kebijakan fiskal yang sering juga disebut politik fiskal atau fiscal policy,
diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran
belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya parekonomian.
Oleh karena anggaran belanja negara terdiri dari penerimaan berupa hasil
pungutan pajak dan pengeluaran pemerintah yang dapat berupa government
expenditure, maka sering pula dikatakan bahwa kebijakan fiskal meliputi semua
tindakan pemerintah yang berupa tindakan memperbesar atau memperkecil
jumlah pungutan pajak dan memperbesar atau memperkecil pengeluaran
pemerintah. Instrument yang penting dalam mempengaruhi kebijakan fiskal
adalah pajak dan pengeluaran pemerintah (Reksoprayitno, 1985).
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan
dana-dana

dan

kebijaksanaan

yang

ditempuh

oleh

pemerintah

untuk

membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan.


Atau dengan kata lain, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang
berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.

Dari semua unsure APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran


dan Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiscal.
Contoh kebijakan fiscal adalah apabila perekonomian nasional mengalami
inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan
cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta
kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Negara mengatur perekonomian makro dengan


kebijakannya?

Bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian makro?

1..3 Tujuan

Mendeskripsikan peran negara dalam kebikannya di perekonomian

Mendeskripsikan kebijakan fiskal sebagai stabilisasi perekonomian

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemerintah
Sebuah grup tidak hanya harus mencapai keputusan tentang kepentingan
umum, mereka juga harus mengetahui bagaimana keputusan mereka harus
disepakati dan dilaksanakan juga oleh kelompok-kelompok kecil. Kesepakatan ini
sering didapat dengan cara informal, seperti diskusi, tanpa perlu untuk
mengembangkan atau melalui prosedur khusus untuk pengambilan keputusan.
Dan mereka dapat membuat sebuah perjanjian yang bersifat self-executing, yaitu
mereka yang membuat keputusan dan mempraktekkannya sendiri. Namun,
mekanisme yang sederhana ini tidak bersifat praktis untuk kelompok besar, yang
harus mengembangkan lembaga khusus untuk membuat dan menegakkan
keputusan secara kolektif. Lembaga tersebut adalah pemerintah
Menurut

definisi,

pemerintah

merupakan

badan-badan

untuk

menyelesaikan masalah pada arena politik melalui sebuah keputusan. Setelah


pemerintah membuat sebuah keputusan, maka harus diberlakukan..Di sini ada
konsep otoritas publik yang mengacu pada sebuah kekuatan yang digunakan
untuk melaksanakan sebuah keputusan.Jika seorang individu melanggar aturan,
maka pemerintah mungkin menempatkannya di penjara.Pada tingkat apapun,
pemerintah

adalah

satu-satunya

badan

dengan

kewenangan

untuk

melakukannya.Selanjutnya pemerintah mempunyai kewenangan untuk meminta


setiap individu untuk mematuhi hukum, seperti membayar pajak.
Pemerintah terdiri dari lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk
membuat keputusan kolektif bagi masyarakat.Lebih sempit lagi pengertian
pemerintah mengacu pada tingkatan atas dalam lembaga-lembaga tersebut.Dalam
penggunaan populer, 'pemerintah' mengacu hanya untuk tingkat tertinggi janji
politik seperti untuk presiden, perdana menteri dan anggota kabinet.Tetapi dalam
pemerintahan arti luas, peemrintah terdiri dari semua organisasi yang dibebankan
untuk mencapai dan melaksanakan keputusan untuk masyarakat atau melayani
kepentingan publik. Jadi dengan definisi pemerintah sebagai pelayan publik, bisa

dikatakan bahwa hakim dan polisi merupakan bagian dari pemerintah, bahkan
meskipun orang-orang tersebut biasanya tidak ditunjuk oleh metode politik
seperti pemilu.
Dari definisi diatas dapat di tarik kesimpulan

bahwa pengertian

pemerintah adalah lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk membuat


keputusan kolektif bagi masyarakat. Lebih sempit, pemerintah mengacu ke atas
politik tingkat tertinggi dalam lembaga-lembaga tersebut.
2.2 Pengertian Kepemerintahan (Governance)
Pemerintahan (Governance) mengacu pada proses, kegiatan atau kualitas
pemerintah. Istilah tersebut

mengarahkan perhatian kita untuk menjauh dari

lembaga-lembaga dan kekuasaan pemerintah terhadap tugas regulasi publik.


Tetapi secara ringkas pemerintahan biasanya dibayangkan sebagai sistem hierarki
yang mengontrol sekumpulan manusia dalam lingkup kekuasannya.
Pada intinya, kata pemerintahan mendorong kita untuk fokus pada
berbagai aktor yang terlibat dalam mengatur masyarakat modern.Tergantung pada
sektor tertentu, para pelaku mungkin termasuk pengusaha, serikat pekerja,
lembaga peradilan, profesional karyawan, jurnalis dan bahkan akademisi.Dalam
bidang-bidang seperti perawatan kesehatan atau pendidikan, pekerja ahli
membentuk spesialis.Governance juga merupakan istilah yang lebih disukai saat
memeriksa aktivitas dan efektivitas pemerintahan, bukan hanya institusi itu
sendiri. Dalam konteks ini, pemerintahan (governance) mengacu pada apa yang
pemerintah lakukan dan seberapa baik mereka melakukannya. Misalnya, lembaga
internasional menunjukkan bahwa 'effective governance (pemerintahan yang
evektif) sangat penting untuk pembangunan ekonomi di demokrasi baru.
Apabila suatu Negara tidak ada pemerintahan maka akan terjadi
kekacauan, tidak ada aturan dan hukum yang berlaku. Hal tersebut telah cukup
memberikan gambaran mengenai pentingnya pemerintahan.
2.3 Pasar dan Pemerintah
Dalam setiap sistem perekonomian, apakah sistem perekonomian kapitalis
atau sistem perekonomian sosialis, pemerintah senantiasa mempunyai peranan

yang penting.Peranan pemerintah yang sangat besar dalam sistem perekonomian


sosialis dan sangat terbatas dalam sistem perekonomian kapitalis murni seperti
dalam sistem kapitalis yang dikemukakan oleh Adam Smith. AdamSmith
mengemukakan teori bahwa pemerintah hanya mempunyai tiga fungsi:
1) Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan
pertahanan.
2) Fungsi pemerintah untuk meyelenggarakan peradilan.
3) Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak
disediakan oleh pihak swasta, seperti halnya dengan jalan, dam-dam dan
sebagainya.
Dapat dipahami bahwa dengan kemajuan-kemajuan dan perkembangan di
setiap negara, tidak ada satu pun negara kapitalis di dunia ini yang melaksanakan
sistem kapitalis murni.Dalam dunia modern, pemerintah diharapkan peranannnya
semakin besar mengatur jalannya perekonomian.
Adam

Smith,

konseptor

sistem

kapitalis

murni,

mengemukakan

ideologinya karena dia menganggap bahwa dalam perekonomian kapitalis, setiap


individu yang paling tahu apa yang paling baik bagi dirinya, sehingga dia akan
melaksanakan apa yang dianggap terbaik bagi dirinya sendiri. Prinsip kebebasan
ekonomi dalam prakek menghadapi perbenturan kepentingan, karena tidak adanya
koordinasi yang menimbulkan harmonis dalam kepentingan masing-masing
individu.Dalam hal ini pemerintah mempunyai peranan untuk mengatur,
memperbaiki atau mengarahkan aktivitas sektor swasta. Dalam perekonomain
moden, peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan besar, yaitu:
1) Peranan alokasi
2) Peranan distribusi, dan
3) Peranan stabilisasi.
2.4 Definisi Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi makro yang
otoritas utamanya berada di tangan pemerintah dan diwakili oleh Kementerian

Keuangan. Hal tersebut diatur dalam dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun


2003 tentang Keuangan Negara, yang menyebutkan bahwa presiden memberikan
kuasa pengelolaan keuangan dan kekayaan negara kepada Menteri Keuangan
selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam pemilikan kekayaan negara
yang dipisahkan. Kebijakan fiskal umumnya merepresentasikan pilihan-pilihan
pemerintah dalam menentukan besarnya jumlah pengeluaran atau belanja dan
jumlah pendapatan, yang secara eksplisit digunakan untuk mempengaruhi
perekonomian.

Berbagai

pilihan

tersebut,

dalam

tataran

praktisnya

dimanifestasikan melalui anggaran pemerintah, yang di Indonesia lebih dikenal


dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Kebijakan fiskal memiliki berbagai tujuan dalam menggerakkan aktivitas
ekonomi negara, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, kestabilan harga,
pemerataan pendapatan. Namun demikian, dampak kebijakan fiskal kepad
aktivitas ekonomi negara sangatlah luas. Berbagai indikator ekonomi lainnyapun
mengalami perubahan sebagai akibat pelaksanaan kebijakan fiskal yang dilakukan
oleh pemerintah. Dampak kebijakan fiskal kepada pertumbuhan ekonomi
diharapkan selalu positif, sedangkan dampak kepada inflasi diharapkan negatif.
Namun secara teori, kebijakan fiskal mengembang yang dilakukan dengan
peningkatan pengeluaran pemerintah tanpa terjadinya peningkatan sumber pajak,
sebagai sumber keuangan utama pemerintah, akan mengakibatkan peningkatan
defisit anggaran (Sriyana, 2005).
Kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengelola
pengeluaran dan perpajakan atau penggunaan instru men-instrumen fiskal untuk
mempengaruhi bekerjanya sistem ekonomi agar memaksimumkan kesejahteraan
ekonomi (Madjid, Kemenkeu RI 2012). Kebijakan fiskal sering didefinisikan
sebagai

pengelolaan

anggaran

pemerintah

untuk

mempengaruhi

suatu

perekonomian, termasuk kebijakan perpajakan yang dipungut dan dihimpun,


pembayaran transfer, pembelian barangbarang dan jasa-jasa oleh pemerintah, serta
ukuran defisit dan pembiayaan anggaran, yang mencakup semua level
pemerintahan (Govil, 2009).

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


yang menyebutkan bahwa presiden memberikan kuasa pengelolaan keuangan dan
kekayaan negara kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil
pemerintah dalam pemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Instrumen
kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang tertuang
dalam APBN sebagai suatu rencana operasi keuangan pemerintah.
a. Peningkatan penerimaan karena perubahan tarif pajak akan
berpengaruh pada ekonomi.
b. Pengeluaran pemerintah akan berpengaruh pada stimulasi pada
perekonomian melalui dampaknya terhadap sisi pengeluaran agregat,
c. Politik anggaran (surplus, berimbang, atau defisit) sebagai respon atas
suatu kondisi, serta
d. Strategi pembiayaan dan pengelolaan hutang (Kebijakan Fiskal Dan
Penyususan APBN, Direktorat Jendral Anggaran).
Definisi lain meyebutkan, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang
dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran
(belanja) uang pemerintah (Basri, 2003 : 23) . Secara singkat dapat dikatakan
bahwa kebijakan fiskal adalah, kegiatan yang dilakukan pemerintah sebagai salah
satu bentuk interfensi untuk mengelola anggaran dalam mempengaruhi
perekonomian serta memaksimumkan kesejahteraan dan stabilitas dalam bidang
perekonomian. Dalam perkembangannya, kebijakan fiskal dapat dibedakan
menjadi 4 macam atas dasar (Basri, 2003: 26)
1. Pembiayaan fungsional (fungsional finance)
2. Pengelolaan anggaran (the managed budget approach)
3. Stabilisasi anggaran otomatis (the stabilization budget)
4. Anggaran belanja seimbang (balanced budget approach)
Secara singkat, kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk
mengelola pengeluaran dan perpajakan atau penggunaan instrumen-instrumen

fiskal untuk mempengaruhi bekerjanya sistem ekonomi agar memaksimumkan


kesejahteraan ekonomi (Tanzi, 1991 dalam Madjid).

2.5 Orientasi Kebijakan Fiskal


Setelah krisis multi-dimensi 1997, kebijakan fiskal yang ditempuh
olehpemerintah diarahkan pada dua sasaran utama, yaitu untuk mendukung
konsolidasi fiskal guna mewujudkan ketahanan fiskal yang berkelanjutan (fiscal
sustainability) dan untuk menciptakan ruang gerak fiskal (fiscal space)1 yang
memadai guna memperkuat stimulus fiskal. sehingga mampu menggerakkan
perekonomian domestik. Kedua sasaran tersebut masih tetap menjadi prioritas
kebijakan dalam tahun-tahun selanjutnya. Dalam periode 2000 2009, upaya
pencapaian sasaran kebijakan fiskal tersebut dibagi menjadi fase konsolidasi
(penyehatan) APBN dalam periode 2000 2005 dan fase stimulus fiskal dalam
periode 2006 2009.
Secara operasional, konsolidasi fiskal (penyehatan APBN) diupayakan
melalui pengendalian defisit anggaran dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama, peningkatan pendapatan negara yang dititikberatkan pada peningkatan
penerimaan perpajakan dan optimalisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Kedua, pengendalian dan penajaman prioritas alokasi belanja negara dengan tetap
menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan alokasi belanja minimum. Ketiga,
pengelolaan utang negara yang sehat dalam rangka menutupi kesenjangan
pembiayaan anggaran yang dihadapi pemerintah. Keempat, perbaikan struktur
penerimaan dan alokasi belanja negara, dengan memperbesar peranan sektor pajak
nonmigas, dan pengalihan subsidi secara bertahap kepada bahan-bahan kebutuhan
pokok bagi masyarakat yang kurang mampu agar lebih tepat sasaran.
Kelima pengelolaan keuangan negara yang lebih efektif, efisien, dan
berkesinambungan, yang dilakukan antara lain melalui perbaikan manajemen
pengeluaran negara. Sementara itu, penguatan stimulus fiskal terutama
diupayakan melalui optimalisasi belanja negara untuk sarana dan prasarana
pembangunan, alokasi belanja negara untuk kegiatan-kegiatan dan sektor-sektor

yang mampu menggerakkan perekonomian, serta pemberian insentif fiskal


(perpajakan) (Nizar, 2010)
2.6 Fungsi Kebijakan Fiskal
Pemerintah terkadang memfokuskan pada tujuan-tujuan yang lebih
spesifik agar dapat menigkatkan kesejahteraan ekonomi (Tanzi, 1991 dalam
Madjid). Tujuan- tujuan spesifik dari kebijakan fiskal tersebut antara lain:
a.

Koreksi atas ketidakseimbangan sementara,

b.

Stimulasi terhadap pertumbuhan ekonomi, dan

c.

Redistribusi pendapatan.

Dengan berbagai tujuan spesifik tersebut, maka secara bersamaan terdapat


kebijakan fiskal jangka pendek atau stabilisasi, dan kebijakan fiskal jangka
panjang. Hal ini terutama karena di dalam kenyataan, kebanyakan dari
langkahlangkah kebijakan fiskal jangka pendek juga mempunyai konsekuensi
jangka panjang, dan dengan cara yang sama berbagai langkah kebijakan fiskal
jangka panjang juga mempunyai implikasi-implikasi jangka pendek.
Berdasarkan berbagai tujuan tersebut, terdapat tiga aktivitas utama dari
otoritas fiskal yang mencerminkan fungsi-fungsi spesifik dari kebijakan fiskal.
Ketiga fungsi spesifik dari kebijakan fiskal itu adalah fungsi alokasi, distribusi,
dan stabilisasi (Musgrave, 1959). Ketiga cabang ekonomi dari pemerintah
(Musgrave) adalah sebagai berikut:
1) Stabilisasi
Tanggung jawabnya

adalah menjamin perekonomian tetap

pada

kesempatan kerja penuh (full employment) dengan harga yang stabil. Tujuan
utama dari fungsi stabilisasi kebijakan fiskal adalah memelihara tingkat
pendapatan nasional aktual mendekati potensialnya. Dengan tujuan seperti itu,
maka kebijakan stabilisasi seringkali dimaknai sebagai manipulasi dari
permintaan agregat agar pada saat yang sama mencapai full employment dan
stabilitas harga (price stability).
2) Alokasi

10

Pemerintah

melakukan

intervensi

terhadap

perekonomian

dalam

mengalokasikan sumber daya ekonominya. Intervensi pemerintah ini dapat


dilakukan dengan secara langsung membeli barang-barang seperti pertahanan dan
pendidikan, dan secara tidak langsung melalui berbagai pajak dan subsidi subsidi,
yang mendorong berbagai aktivitas atau menghambat aktivitas-aktivitas lainnya.
3) Distribusi
Berkaitan dengan bagaimana barang-barang yang diproduksi oleh
masyarakat didistribusikan diantara anggota-anggotanya, berkaitan dengan isu-isu
seperti pemerataan, dan trade-offs antara pemerataan dan efisiensi.
Namun demikian, fungsi kebijakan fiskal lebih jelas ketika meminimalisir
volatilitas atau fluktuasi siklus bisnis, dimana fungsi stabilisasi sangat
dibutuhkan perekonomian. Dalam kerangka fungsi stabilisasi tersebut diatas,
kebijakan fiskal dipandang sebagai alat yang sangat ampuh dalam membantu
memperkecil siklus bisnis. Mengingat sumber penyebab terjadinya fluktuasi
ekonomi jangka pendek berasal dari guncangan permintaan agregat dan
penawaran agregat, maka usaha untuk mengendalikan fluktuasi siklus bisnis
seharusnya dilakukan dengan mengendalikan permintaan agregat dan penawaran
agregat melalui berbagai instrumen kebijakan ekonomi makro, baik kebijakan
moneter maupun kebijakan fiskal yang tepat.
Kebijakan-kebijakan ini mempengaruhi siklus bisnis, sehingga sangat
berpotensi menstabilkan perekonomian dari berbagai fluktuasi siklus bisnis jika
dilaksanakan secara baik, tepat, akurat, dan prudent. Sebaliknya, jika kebijakankebijakan tersebut tidak dijalankan dan dikelola dengan baik, justru akan dapat
menciptakan masalah baru pada ketidakstabilan ekonomi yang bukan tidak
mungkin bahkan akan lebih buruk lagi (Mankiw, 2007).
Pendapat lain mengeni fungsi kebijakan fiskal adalah menurut Romer
(1996) dalam Hendrin H. Sawitri , secara simultan fungsi fiskal bertujuan untuk
menciptakan kondisi makro ekonomi secara kondusif dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi, penciptaan tenaga kerja yang sekaligus menekan jumlah
pengangguran, pengendalian tingkat inflasi, dan mendorong distribusi pendapatan

11

yang semakin merata. John F. Due dalam Ani Sri Rahayu, mengatakan terdapat
tiga tujuan dari kebijakan fiskal, yaitu :
a.

Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan


ekonomi atau memperbaiki keadaan ekonomi.

b.

Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran


atau mengusahakan kesempatan kerja (mengurangi pengangguran),
dan menjaga kestabilan harga harga secara umum.

c.

Untuk menstabilkan harga harga secara umum, khususnya


mengatasi inflasi.

Kebijakan fiskal yang diterapkan di Indonesia sebagai negara


berkembang adalah kebijakan fiskal yang ekspansif dengan menggunakan
instrumen anggaran defisit. Karena APBN merupakan alat dari kebijakan fiskal,
maka pengelolaan anggaran baik dari sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran
menjadi hal yang penting, agar kebijakan fiskal yang ekspansif dengan anggaran
yang defisit ini tidak akan menimbulkan masalah dalam jangka panjang.
Merumuskan strategi pembiayaan anggaran yang tepat dan terkendali menjadi
perlu dilaksanakan agar anggaran tetap sehat, dapat dipercaya (credible) dan
berkesinambungan (sustainable).
Kebijaksanaan fiskal dapat dilihat dari struktur pos-pos APBN. Dimana
APBN mempunyai dua sisi, yaitu sisi yang mencatat pengeluaran dan sisi yang
mencatat penerimaaan. Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah
yang memerlukan untuk pelaksanaannya. Dalam praktek macam pos-pos yang
tercantum di sisi ini sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa yang ingin
dilaksanakan pemerintah dalam programnya, antara lain (Boediono,1986 dalam
Pamuji)
2.7 Jenis Kebijakan Fiskal
Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi
dua yaitu Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kebijakan Fiskal Kontraktif. Kebijakan
Fiskal Ekspansif adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan

12

pengeluaran pemerintah. Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan


pengeluaran pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output
(Y), adapun mekanisme peningkatan pengeluaran pemerintah ataupun penurunan
pajak (T) terhadap output adalah sebagai berikut, pada grafik (2.1) maka dapat
dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (G) naik atau selisih pajak (T)
turun maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga pendapatan
akan naik dari (Y ) menjadi (Y ).
1

Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara


menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan
untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah
untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang
mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat
munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana output
potensial (Y ) lebih kecil dibandingkan dengan output Actual (). Adapun mekanisme
f

penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun kenaikan pajak (T) terhadap output
(Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan fiskal kontraktif diagram sebagai
berikut:

13

Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (G)
turun atau selisih pajak (T) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat
kebawah sehingga Pendapatan akan turun dari (Y ) menjadi (Yf)
1

2.8 Kurva IS-LM dan Hubunganya Dengan Kebijakan Fiskal


Ekuilibrium Pasar Uang Dan Pasar Barang
Kurva IS adalah kurva yang menghubungkan tingkat-tingkat pendapatan
nasional dengan berbagai tingkat bunga dimana dipenuhi syarat keseimbangan di
pasar barang. Kurva LM adalah kurva yang menghubungkan tingkat-tingkat
pendapatan nasional dengan berbagai tingkat bunga dimana dipenuhi syarat
keseimbangan di pasar uang.
Keseimbangan pasar uang dan pasar barang bisa dijelaskan secara grafis
pada Gambar berikut :

14

LM0 dan IS0 adalah keseimbangan pasar uang dan pasar barang. Pada
suku bunga i1 ekuibrium antara jumlah uang yang beredar dan permintaan akan
uang terjadi pada tingkat pendapatan Y1, sedangkan ekuilibrium antara
permintaan dan penawaran barang terjadi pada tingkat pendapatan Y2. Hanya ada
satu suku bunga i0, dimana pasar uang dan pasar barang berada dalam
keseimbangan pada tingkat pendapatan Y0. Suku bunga ini ditentukan oleh titik
perpotongan antara kurva IS dan LM.
2.9 Pengeluaran Pemerintah Dan Perpajakan (Kebijakan Fiskal)
Perubahan dalam

pengeluaran pemerintah atau pajak-pajak juga

menyebabkan pergeseran dalam skedul (kurva) IS . Misalnya dalam gambar,


kenaikan pengeluaran pemerintah menggeser skedul IS ke kanan sebesar keG.
Tetapi, perubahan tingkat pendapatan ekuilibrium adalah kurang dari keG (yaitu
sebesar Y0 ke Y1, bukan Y0 ke Y2). Bila tingkat pendapatan naik, jumlah
permintaan uang untuk keperluan transaksi meningkat, dan hanya tersisa sedikit
untuk motif spekulasi. Hal ini akan menaikkan suku bunga, yang selanjutnya
dapat mengurangi volume investasi dan karena itu menghilangkan sebagian
pengaruh yang mendorong kenaikan pengeluaran pemerintah.

Perubahan Jumlah Uang Beredar (Kebijakan Moneter)

15

Kurva LM bergeser sebagai akibat dari perubahan (1) permintaan akan


uang untuk motif transaksi, (2) permintaan akan uang untuk motif spekulasi, dan
(3) jumlah uang. Dalam bagian ini kita melihat pergeseran kurva LM yang
disebabkan oleh adanya perubahan jumlah uang beredar. Dalam Gambar di atas,
kurva LM bergeser ke kanan sebesar M(1/k) sebagai akibat dari kenaikan jumlah
uang beredar. Kenaikan tingkat pendapatan dari Y0 menjadi Y1 adalah lebih kecil
dari Y2 Y0 (yaitu pergeseran kurva LM).
2.10 Kurva IS dan Perekonomian
Kurva IS untuk perekonomian tertutup tanpa kebijakan fiskal diturunkan
dengan salah satu rumus:
I (r) = S(Y) atau Y = C (Y) + I (r)
Keterangan:
I

= fungsi investasi

= fungsi saving

= fungsi konsumsi

= pendapatan nasional

Kurva IS untuk perekonomian Indonesia yang terbuka diturunkan dengan


rumus:
Y= C (Y) + I (r) + G + X Z (Y)
Keterangan:
X

= ekspor

= fungsi impor

BAB III
KAJIAN TEORI
3.1 Studi Kasus
JAKARTA - Pemerintah tahun ini banyak mengeluarkan kebijakan fiskal
lantaran melemahnya harga komoditas sehigga mengurangi daya beli masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih melambat karena pembangunan baru akan
dimulai pada April-Mei 2015.
Hal tersebut dikarenakan, proses penyelesaian administrasi, proses tender
dan menunggu anggaran untuk pembangunan tersebut cair.
"Proyek-proyek pembangunan baru sekarang keluar realisasi, karena APBNP baru
diketok pertengahan Februari. Sehingga dipercepat dan memperkuat daya beli
masyarakat juga," ujar Menko Perekonomian Sofyan Djalil di Jakarta, Rabu
(29/4/2015).
Menurutnya, Kementeri PU saat ini sudah mulai melakukan tender dan
dinilai sudah lebih baik dan ada kemajuan. Jika pembangunan sudah berjalan,
maka akan menunjang daya beli masyarakat. "Ini merupakan bantalan sektor yang
memperkuat daya beli masyarakat menjadi lebih baik," ungkap dia.
Selain itu, jika daya beli masyarakat meningkat dan terus tumbuh, maka
pengaruhnya ke perekonomian Indonesia yang ikut mengalami kenaikan sesuai
dengan target pemerintah.
3.2 Tanggapan
Seperti yang telah kita pelajari bersama mengenai pemerintah dan
kebijakan fiskal maka dapat ditarik kesimpulan mengenai studi kasus yang terjadi

Tahun 2015 pemerintah menstimulus kegiatan ekonomi dengan


campur tangan dan kebijakan fiskal oleh pemerintah

Kebijakan fiskal yang diberlakukan adalah kebijakan fiskal


ekspansif

Kebijakan fiskal ekspansif mampu menaikan perekonomian negara

16

17

Selain daripada itu, kebijakan fiskal yang diberlakukan pada tahun 2015
ini merupakan langkah dalam merangsang ekonomi bangsa yang berorientasi pada
perkonomian berbasis ekonomi pancasila dangan UMKM dan koperasi sebagai
penggerak perekonomian masyarakat. Dengan adanya kebijakan fiskal ekspansif
oleh pemerinta maka akan berlaku kurfa kebijakan fiskal ekspansif yang
membawa dampak peningkatan output (Y) dan pendapatan masyarakat.
Tetapi, kebijakan fiskal ekspansif dalam jangka penjang membawa
perekonomian kedalam inflasi berkelanjutan maka dari itu kebijkan fiskal juga
harus didukung oleh kebijakan moneter dan kerjasama semua pihak yang ada pada
negara tersebut dalam hal ini khususnya negara Indonesia.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemerintah

dan

kebijakannya

merupakan

bagian

penting

dalam

perekonomian suatau bangsa. Kegagalan pasar dalam menanggulangi permasalahpermasalahan ekonomi mampu dikendalikan oleh negara sebagai pemilik
kekuasaan tertinggi. Kebijakan fiskal pemerintah mampu menanggulangi
kegagalan pasar dalam masalah-masalah ekonomi makro. Pengenadalian
kebijakan fiskal bertujan menstabilisasikan ekonomi pasar yang dalam dunia
kenegaraan, negara melindungi masyarakatnya ketika ekonomi pasar tidak stabil.
Namun kegagalan pasar hanyalah salah satu sebab mengapa pemerintah
harus turun tangan dalam perekonomian agar kesejahteraan masyarakat dapat
tercapai secara Kegagalan pasar barulah merupakan syarat perlu (necessary
condition) bagi campur tangan pemerintah. menyebutkan pula bahwa dalam
ekonomi pasar yang dikendalikan oleh pemerintahan

yang

dipilih

secara

demokratis, hanya ada dua alasan bagi pemerintah untuk masuk ke dalam
aktivitas masyarakat, yaitu :social equity dan kegagalan pasar. Berdasarkan
alasan-alasan itu, secara garis beasar peran pemerintah dengan publicpolicies-nya
adalah mengkoreksi kegagalan pasar untuk memperbaiki efisiensi produksi.dan
alokasi sumber daya dan barang, serta merealokasi oportunitas dan barang untuk
mencapai nilai-nilai distribusional dan nilai-nilai lainnya
Kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengelola
pengeluaran dan perpajakan atau penggunaan instru men-instrumen fiskal untuk
mempengaruhi bekerjanya sistem ekonomi agar memaksimumkan kesejahteraan
Kebijakan fiskal sering didefinisikan sebagai pengelolaan anggaran pemerintah
untuk mempengaruhi suatu perekonomian, termasuk kebijakan perpajakan yang
dipungut dan dihimpun, pembayaran transfer, pembelian barangbarang dan jasajasa oleh pemerintah, serta ukuran defisit dan pembiayaan anggaran, yang
mencakup semua level pemerintahan.

18

19

4.2 Saran
Saran penulis bagi pemerintah adalah diharapkan dengan kepemilikan
kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi suatu bangsa maka diharapkan
pemerintah mengambil keputusan-keputusan kebijakan yang berpijak pada citacita bangsa Indonesia yaitu kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia, sehingga
kebijakan yang dimiliki pemerintah melindungi segenap perekonomian rakyat dan
tidak menyalah gunakan kebijakan tersebut utuk keuntungan individu maupun
kelompok.

20

Daftar Rujukan
Basri, Y. Z. (2003). Dilematika ekonomi ketergantungan: sebuah pemikiran.
RajaGrafindo Persada.
Mankiw, N. G. (2007). Principles ofEconomics.
Reksoprayitno, S. (1985). Ekonomi makro: pengantar analisa pendapatan
nasional. Liberty.
http://loveuang.weebly.com/kebijakan-fiskal.html

Anda mungkin juga menyukai