Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS

BELLS PALSY
di susun oleh:
dr. Indria Paramitha
Pembimbing :
dr.Yusril, Sp.S

ANATOMI
Nervus facialis merupakn saraf motorik yang
menginervasi otot-otot ekspresi wajah.
Nervus facialis mempunyai 2 subdivisi ,
yaitu5,6:
Nervus facialis propius
Nervus intermediet
Aferen

otonom
Eferen otonom
Aferen somatic

Bells Palsy
Definisi1,6
Bells Palsy (BP) ialah suatu kelumpuhan
akut nervus facialis perifer yang tidak
diketahui sebabnya.
Sir Charles Bell (1821)
mengatakan semua kelumpuhan nervus
facialis perifer yang tidak diketahui
sebabnya disebut Bells Palsy

Prevalensi3,4
laki-laki

= wanita

wanita

muda yang berumur 10-19 tahun


lebih rentan terkena daripada laki-laki
pada kelompok umur yang sama.

semua

tahun )

umur ( terutama umur 15-50

Patofisiologi

Gejala klinik
- gejala kelumpuhan yang timbul mendadak
- gejala kelumpuhan otot wajah :
-dahi tidak dapat dikerutkan atau lipat dahi
hanya
terlihat pada sisi yang sehat
-kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata
pada
sisi yang lumpuh (lagophthalmus)
-Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh
lambat,
bola mata berputar ke atas bila
memejamkan mata
(Bell's sign)

- sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat


nasolabialis
mendatar pada sisi yang lumpuh dan
mencong ke sisi
yang sehat
- gangguan fungsi pengecap, hiperakusis
dan
gangguan lakrimasi.

Gejala dan tanda klinik yang berhubungan dengan


lokasi lesi3,4

a. Lesi di luar foramen stilomastoideus


Mulut tertarik kearah sisi mulut yang sehat + makanan
terkumpul di antara pipi dan gusi + lipatan kulit dahi
menghilang + mata yang terkena tidak ditutup maka
air mata akan keluar terus menerus.

b. Lesi di canalis facialis (corda timpani)


Gejala (a) + hilangnya ketajaman pengecapan lidah 2/3
bagian depan + salivasi di sisi yang terkena berkurang.

c.Lesi di canalis facialis lebih tinggi lagi (melibatkan


musculus stapedius)
Gejala (a) dan (b) + hiperakusis.
d. Lesi ditempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan
ganglion genikulatum)
Gejala (a),(b),(c) + dengan nyeri di belakang dan
didalam liang telinga + kegagalan lakrimal +
kegagalan pendengaran, gangguan pengecapan,
pengeluaran air mata dan salivasi.

e. Lesi di meatus acusticus internus


Gejala dan tanda klinik seperti diatas + tuli
f. Lesi ditempat keluarnya nervus facialis dari pons.
Gejala dan tanda klinik sama dengan diatas + gejala
dan tanda terlibatnya nervus trigeminus, nervus
acusticus dan kadang kadang juga nervus
abdusen, nervus aksesorius dan nervus hipoglossus.

Diagnosa
Gejala

Klinis
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fungsi saraf motorik
- Tonus
- Gustometri
- Salivasi
- Schimer test
- Refleks stapedius
- Uji auditorik
- sinkinesis
-

Diagnosis Banding
OMS dan Mastoiditis
Herpes Zoster Otikus
Trauma Capitis
Tumor Intracranial

Pentalaksanaan

Steroid
1 mg/kg atau 60 mg PO qd selama 7 hari
Dosis dewasa

diikuti

tappering

off

dengan

total

pemakaian 10 hari.
1 mg/kg PO qd selama 6 hari diikuti
Dosis Anak

tappering off dengan total pemakaian 10


hari.
Hipersensitivitas, diabetes berat yang tak

Kontraindikasi

terkontrol, infeksi jamur, ulkus peptikum,


TBC, osteoporosis.

Antivirus
Vitamin B (Metilcobalamin)

Prognosis

Prognosis sangat bergantung kepada derajat


kerusakan nervus facialis.

Pada anak prognosis umumnya baik (90% akan


mengalami penyembuhan tanpa gejala sisa)

Jika dengan prednison dan fisioterapi selama 3


minggu belum mengalami penyembuhan,
besar kemungkinan akan terjadi gejala sisa
berupa kontraktur otot-otot wajah, sinkinesis,
tik fasialis.

Rehabilitasi Medik
Fisioterapi
Latihan

otot wajah dan massage

wajah
Program
Home

psikologik

programe

Daftar Pustaka

Sabirin J. Bells Palsy. Dalam : Hadinoto dkk. Gangguan Gerak. Cetakan I.


Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 1990 : 171-81
Maisel RH, Levine SC. Gangguan Saraf Fasialis. Dalam : Adams dkk. Boies
Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit EGC, 1997 : 139-52
SM. Lumbantobing. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta
: Balai Penerbit FK-UI, 2006.
Mardjono M, Sidharta P. Nervus fasialis. Dalam Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta : Dian Rakyat, 2004.
Thamrinsyam. Penilaian Derajat Kekuatan Otot Fasialis. Dalam :
Thamrinsyam dkk. Bells Palsy. Surabaya : Unit Rehabilitasi Medik RSUD
Dr. Soetomo/FK UNAIR, 1991 : 31-49
Djamil, Yulius. 2003. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University
Press: Yogyakarta
Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis
Perifer. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI, 2007.

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai