Anda di halaman 1dari 29

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Peta Tranchis adalah gambaran dari bumi yang direpretasikan dengan sistem
proyeksi dengan skala tertentu. Kemudian merangkai titik-titik dilapangan dan
mengetahui elevasi, maka dapat dibuat garis kontur suatu lokasi.
Gambar situasi adalah sesungguhnya ini merupakan peta-peta yang secara
langsung sangat penting bagi bangunan-bangunan, apakah selaku petunjuk lokasi,
maupun untuk mendapatkan perihal persis dimana akan didirikan suatu bangunan.
1.2 Defenisi Peta
Peta adalah proyeksi bumi ke dalam sebuah bidang rata ( kertas ) yang disertai
skala / perbandingan, misal 1 : 100.000 ( 1 cm pada kertas = 1 km pada bumi ), yang
berisi gambaran permukaan bumi berupa daratan, lautan gunung, danau, dan lain-lain.
1.3 Kegunaan Peta
Kegunaan peta sangat banyak dan beraneka ragam, dilihat dari kegunaannya
untuk merencanakan lebih lanjut dan melaksanakan pekerjaan teknis berupa gedung,
jalan raya, jalan kereta api, jembatan, dan lain-lain.
Skala dipilih dan disesuaikan dengan besar kecilnya pekerjaan yang dilakukan
menurut maksud dan kegunaan peta, misalnya :
1. Peta jalan raya untuk keperluan tourism.
2. Peta sungai untuk keperluan pelayaran.
3. Peta geologi untuk menyatakan keadaan geologis suatu daerah.
Sehingga, keberadaan peta sangatlah diperlukan didalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan suatu pekerjaan teknis.

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

1.4 Alat Ukur Thedolite, Rambu Ukur, dan Statip


1.4.1

Alat Ukur Theodolite


Theodolit dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah,
dan bagian bawah. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang dimasukkan
ke dalam tabung, di atasnya terdapat alat pembaca nonius. Di tepi
lingkaran terdapat alat pembaca nonius. Bagian atas terdiri dari bagian
mendatar. Di atasnya terdapat teropong dilengkapi dengan sekrup-sekrup
pengatur fokus dan garis-garis bidik diagfragma.

Gambar 1.1. Theodolite


Keterangan gambar theodolit:
1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa obyektif
6. Klem vertikal teropong
7. Penggerak halus teropong
8. Klem alhidade horisontal

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

9. Penggerak halus horisontal


10. Nivo kotak alhidade horisontal
11. Plat dasar instrumen
12. Nivo tabung alhidade horisontal.
1.4.2

Statip
Statif ( kaki tiga ) dibuat dari kayu yang kering dan dicat kuning
dihubungkan dengan alat-alat sambungan besi. Kegunaan dari statip ini
yaitu sebagai penyangga atau kaki pesawat.

Gambar 1.2. Statip


1.4.3

Rambu Ukur

Bentuk rambu mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan skala
pembacaan tiap satu sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf E. Panjang
rambu adalah tiga meter. Bahan rambu ada yang dari kayu maupun alumunium.
Rambu berguna untuk membantu theodolit dalam menentukan jarak secara optis. Hal
yang perlu diperhatikan adalah dalam memegang rambu harus tegak lurus terhadap
titik yang ditinjau.

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Gambar 1.3. Rambu Ukur


1.4.4

Patok kayu

Gambar 1.4. Patok Kayu


Patok kayu dibuat dari reng atau bujur sangkar dan panjangnya 90 centimeter
yang salah satu ujungnya diruncingkan dan di ujung lainnya di beri paku payung agar
pembacaan nonius lebih akurat.

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

1.4.5

payung

Gambar 1.5. Payung


Payung digunakan untuk melindungi theodolit dari sinar matahari dan hujan.
Sebaiknya payung tersebut bukan terbuat dari bahan logam.
1.4.6

Pendulum

Gambar 1.6. Pendulum


Alat ini digunakan untuk membantu dalam meletakkan alat dalam kondisi tegak
lurus terhadap titik yang ditinjau. Karena salah satu syarat utama dalam pengukuran

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

sudut adalah sumbu vertikal harus tegak lurus sumbu horisontal. Untuk peralatan
modern pendulum diganti dengan cara optis dengan bantuan teropong.
1.4.7

Roll Meter

Gambar 1.7. Roll Meter


Alat ini digunakan untuk mengukur jarak antar titik dan juga untuk mengukur tinggi
alat. Roll Meter yang dipergunakan ini mempunyai panjang 50 m.

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB II
DASAR TEORI
2.1. Peta Tranchis dan Gambar Situasi
Seperti yang telah disebutkan dalam Bab Pendahuluan, bahwa pengukuran
mengenai letak ( posisi ), elevasi ( ketinggian ), dan konfigurasi dari areal tanah
memerlukan beberapa penunjang yang diantaranya adalah keberadaan peta dan
perlengkapan pengukuran yang lengkap.
Data yang diperoleh dari pekerjaan pengukuran tersebut, kemudian dilukiskan
pada suatu peta yang sering dikenal dengan peta topografi. Menurut Davis dan Foote
adalah menggambarkan simbol-simbol yang spesifik mengenai konfigurasi atau relief
tanah yang dipetakan dan keadaan alami atau buatan, seperti saluran sungai dan lainlain.
Sedangkan menurut Ayres dan Scoates adalah peta yang menggambarkan sifat
permukaan tanah yang dilengkapi garis-garis kontur yang berbeda-beda elemennya
dan berbagai keadaan yang terdapat pada areal tanah tersebut dengan menggunakan
simbol tertentu.
Didalam pembuatan peta, pengukuran titik-titik detail untuk penggambaran peta
haruslah berdasarkan pada posisi yang tetap baik arah horizontal maupun vertikal.
Dengan demikian, penggambaran untuk pembuatan peta setidaknya kita harus
menguasai teori-teori sebagai berikut :
1. Teori tetang poligon tertutup.
2. Teori tetang pembuatan titik detail.
3. Teori tentang pengukuran jarak dan beda tinggi secara optis.
4. Teori tentang penggambaran peta.

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

2.1.1. Poligon Tertutup


Suatu bentuk pengukuran dimana pengukuran ini dilakukan seterusnya
dari titik-titik yang kita tentukan dan akhirnya titik-titik tersebut
merupakan suatu daerah pemetaan. Dan pengukuran ini dilakukan
searah jarum jam.
Untuk pengukuran poligon ini kita harus mempunyai beberapa titik-titik
kedudukan sebagai awal pedoman untuk pengukuran selanjutnya. Juga
diperlukan sebuah titik sebagai acuan Bench Mark ( BM ), bilamana
tidak ada titik BM pada lokasi yang kita ukur, dapat kita mengambil
sembarang benda untuk kita jadikan BM, dengan catatan benda tersebut
tidak berubah kedudukannya.

D
4

C
3

5
2
B

6
1

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

2.1.2. Garis Kontur


Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan titik-titik
yang mempunyai ketinggian yang sama terhadap bidang refrensi yang
digunakan. Kecuraman dari suatu lereng (stepness) dapat ditentukan
dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan
jarak horizontal antara dua garis kontur dapat ditentukan dengan cara
interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling berpotongan satu sama lain.
Selain itu garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik di
dalam maupun di luar peta.
Pada gambar berikut ditunjukan jenis-jenis garis kontur:
+ 400
+ 450
+ 500
+550
+ 600

(a)

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

+ 110

+ 107,5

+ 105

+ 102,5

(b)

+ 200
+ 300
+ 400
+ 500

(c)
Gambar 2.1. Jenis-jenis garis kontur
(a) Kontur sebuah bukit,
(b) Kontur sebuah sungai
(c) Kontur pada daerah datar
Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut:
1. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas
peta.

10

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

2. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin
saling berpotongan.
3. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan
keaslian alam, kecuali buatan manusia).
4. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu,
kecuali pada bagian tanah yang vertikal akan digambarkan sebagai garis
yang berimpit.
5. Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.
6. Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.
7. Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung kearah
turunnya tanah.
8. Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung kearah titik
atau hulu lembah.
9. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung kearah hulu sungai.
10. Garis kontur yang memotong jalan akan cembung kearah turunnya jalan.
Garis kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi
dengan peta lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief atau
tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan. Dari pengertian di
atas dapat dipahami betapa pentingnya garis kontur antara lain untuk
pembuatan trace jalan/rel dan menghitung volume galian dan timbunan..
2.1.3. Metode Lapangan Yang Dipakai
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode lapangan dalam pembuatan
peta topografi adalah :
Skala peta.
Interfal kontur.
Kondisi alamiah tanah.
Jenis proyek.

11

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Peralataan yang tersedia.


Dalam praktikum ini, kami mengunakan metode radiasi dimana radiasi
adalah titik traverse yang diliputi oleh Theodolite. Sudut diukur ke titik
yang dikehendaki, lalu jarak ke titik tersebut diukur dengan pita ukur.
Pojok bangunan maupun obyek lainnya buatan manusia harus
dicantumkan. Panjang, lebar dan proyeksi yang merupakan data penting
diukur serta digambar didalam buku lapangan.
2.1.4. Koreksi Kesalahan Yang Terjadi
Koreksi kesalahan sangatlah diperlukan dalam analisa data, sebab data
yang dianalisa tersebut memerlukan ketelitian. Beberapa hal yang perlu
dikoreksi dalam analisa data yaitu:
1. Kontrol tidak terkoreksi.
2. Jarak titik kontrol terlalu besar.
3. Titik-titik kontrol tidak dipilih.
4. Pemilihan titik-titik untuk penggambaran kontur tidak baik.
5. Kontur yang diambil tidak cukup.
6. Kontur horizontal dan vertikal tidak cukup.
2.2. Penentuan Titik Ikat dan Titik Detail
Dalam penggambaran polygon titik-titik kontrol,metode-metode yang dipakai
untuk meletakkan posisi detail pada peta tergantung pada prosedur yang dipakai
untuk menentukan lokasinya, dan bentuk dimana data itu berada. Bila catatan
lapangan adalah sudut dan jarak, pusat batas dan titik-titik penting diatas dimana
pekerjaan konstruksi sudah terjadi tergantung padanya, digambar dengan metode
koordinat. Sedang untuk jarak digambar dengan skala dari puncak, untuk
menggambar detail jelasnya tentang cara-cara membuat detail dengan busur.

12

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

a) Menentukan Sudut Dalam ( )


1)

1 = AD - AB

2)

2 = BA - BC

3)

3 = CB - CD

4)

4 = DC - DA +

b) Koreksi Sudut Untuk Poligon Tertutup ( f )


f = ( n 2 ) 180 +
Dimana ;

n = jumlah titik yang dibidik


= jumlah sudut

c) Koreksi Masing-masing Sudut


f/n
d) Perhitungan Jarak ( D )
D = 100 ( BA BB ) Cos2
Dimana ;

= 270 pembacaan vertical

P erhitungan Azimuth ( )
AB = misal A ( Awal )
BC = AB + ( 180 2 )
CD = BC + ( 180 3 )
DE = CD + ( 180 4 )
Chek : AB = FA + ( 180 1 )

13

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

e) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-X


Fx = di . Sin
f) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-Y
Fy = di . Cos
g) Beda Tinggi ( H )
H = TP +

100( BA BB ) Sin( 2 vertikal )


BT
2

Dimana, TP = tinggi pesawat


BA = benang atas

BB = benang bawah

BT = benang tengah

2.3. Penyajian Peta


2.3.1. Menggambar Titik Poligon
Sebelum titik poligon digambar diatas kertas, terlebih dahulu harus
diperiksa apakah kesalahan yang terjadi telah memenuhi syarat. Apabila
ternyata kesalahan terlalu besar, maka kita berusaha untuk melokalisir
kesalahan tersebut. Menggambar titik-titik poligon pada kertas dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Dengan koordinat
2) Dengan cara grafis
Pada penggambaran titik poligon dengan cara koordinat akan
menghasilkan posisi yang lebih teliti dibandingkan cara grafis.

14

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

2.3.2. Menggambar Titik Detail


Penggambaran titik detail dapat dilakukan dengan menggunakan busur
derajat dan mistar skala. Pusat diletakkan pada titik tempat pesawat dan
skala busur diarahkan ke sumbu-O pada sumbu-Y ( Utara ), sudut yang
sudah dibaca berupa azimuth, maka bacaan ke titik poligon harus
disesuaikan dengan sudut pada busur derajat.
Sedangkan titik-titik detail yang lainnya dapat digambar sesuai dengan
pembacaan sudut horizontal dan jaraknya.
2.3.3. Menggambar Garis Tinggi
Garis tinggi adalah garis yang menghubungkan titik yang sama
elevasinya. Dari garis kontur ini kita dapat membayangkan keadaan
medan yang sebenarnya. Besarnya kontur interval tergantung dari skala
peta, kelanmdaian, atau menurut kebutuhan.
Untuk menggambarkan garis kontur harus dicari dulu titik-titik yang
elevasinya sama. Untuk itu perlu diadakan interpolasi dari titik-titik
yang tersedia dengan menggunakan perbandingan jarak.
2.3.4. Skala Peta
Pemilihan skala untuk sebuah peta pada ukuran proyek, presisi yang
dikehendaki dan kegunaannya peta tersebut didesain. Skala peta
diberikan menurut tiga cara yaitu :
1) Bentuk pecahan atau perbandingan, seperti 1 / 2000 atau 1 : 2000
2) Persamaan, seperti 1 inc = 200 ft.
3) Grafik.
Skala peta diklasifikasikan sebagai besar, sedang, ataupun kecil. Sebuah
skala besar 1 inc = 100 ft ( 1 : 200 ) atau lebih besar. Sebuah skala
sedang misalnya : 1 inc = 100 ft sampai 1000 ft ( 1 : 200 ) sampai ( 1 :
12000 ). Sebuah skala kecil misalnya : 1 inc = 100 ft ( 1 : 12000 ) atau

15

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

lebih kecil. Dalam penggambaran garis kontur nanti kami mengunakan


skala 1 : sesuai perhitungan.
2.3.5. Finishing
Ketelitian peta topografi ditentukan dari tujuan penggunaan peta, skala
peta, peralatan yang digunakan dalam pembuatan peta. Disamping halhal tersebut, peta harus dilengkapi hal-hal berikut, yang merupakan
finishing dari pembuatan antara lain :
1) Panah tanda petunjuk arah utara.
2) Skala peta, areal peta.
3) Keterangan, macam peta, kegunaan peta.
4) Keterangan areal yang dipetakan.
5) Interval kontur yang digunakan.
6) Tanggal, bulan, tahun pembuatan peta.
7) Nama pemeta ( pelaksana ).
Bila hal tersebut diatas sudah dilakukan, maka peta sudah siap
digunakan sesuai keperluan.

16

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB III
JALANNYA PRATIKUM
3.1. Pekerjaan Pendahuluan
3.1.1. Penentuan Titik Bench Mark
Hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan survei lapangan
untuk melihat dari batas-batas lokasi yang akan dipetakan. Barulah akan
ditentukan titik yang berfungsi sebagai titik tetap atau Bench Mark
( BM). Karena pada waktu praktikum tidak ada Bench Mark, maka kami
menggunakan BM palsu yang kami tempatkan pada lapangan parkir
depan gedung A.
3.1.2. Membuat Patok Titik Ikat
Setelah ditentukan titik Bench Mark nya, kemudian ditentukan jumlah
titik utamanya sebanyak 6 buah titik, dan dilakukan pengukuran secara
manual dengan mengunakan baak ukur pada titik-titik utama yaitu titik
A, B, C, D, E, F, yang mana keenam titik utama tersebut ditandai dengan
cat pilox untuk menghindari kelupaan.
3.2. Pelaksanaan Pengukuran
1) Menentukan titik detail utama, titik BM, dan titik detail tambahan.
2) Mendirikan statip tepat diatas patok dititik detail utama dengan cara
meluruskan unting-unting jatuh tepat diatas patok.
3) Menempatkan Theodolite diatas statip, lalu kait dengan baut dimana salah
seorang di statip bagian atas dan seorang lagi di Theodolite bagian bawah
sampai kencang.
4) Sebelum kita melakukan segala penyetelan, segala pengunci horizontal dan
vertikal pada Theodolite harus bebas semua.

17

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

5) Menyetel nivo bawah ( nivo bulat ) yaitu menempatkan gelembung yang


ada di nivo bulat agar tepat di tengah-tengah lingkaran, dengan cara
memutar sekrup penyetel A, B, C dengan cara memutar sekrup dengan arah
berlawanan sehingga gelembung terletak tepat di lingkaran.
6) Menyetel nivo atas ( nivo tabung ) yaitu menempatkan gelembung nivo
yang ada di nivo tabung agar tepat di tengah-tengah tanda dengan jalan
memutar salah satu sekrup penyetel nivo tabung sampai gelembung jatuh
tepat di tengah-tengah tanda. Dengan catatan bahwa gelembung di nivo
bulat tidak boleh berpindah tempat ( keluar dari lingkaran ). Jadi kedua
gelembung nivo harus tepat di tengah-tengah.
7) Mengenolkan detik yang ada di teropong pada lensa sebelah kanan dengan
memutar sekrup penyetel menit detik yang terletak pada sebelah kanan
teropong.
8) Memutar lempeng yang terletak pada bagian bawah Theodolite yang
bertujuan untuk mengenolkan horizontalnya. Sambil memutar lempeng kita
melihat teropong pada lensa sebelah kanan, apakah sudah horizontal atau
belum. Apabila sudah horizontal lalu putar pengunci horizontal dengan cara
memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak diatas lempeng, maka
horizontal sudah terkunci.
9) Mengutarakan kompas dengan melihat kompas yang ada dibagian atas
pesawat. Bila garis putih sudah tepat atau masuk tanda, maka pesawat sudah
menghadap utara. Kemudian dikunci dengan pengunci arah utara, dengan
cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak di bawah lempeng,
maka arah utara sudah terkunci.
10) Menyetel pesawat agar membentuk sudut 270 terhadap sudut vertikal
dengan cara menaik turunkan teropong sambil melihat pada lensa sebelah
kanan, apakah sudah 270 atau belum. Apabila sudah tepat 270 lalu kunci
dengan pengunci vertikal, dengan cara memutar searah jarum jam. Pengunci
terletak disamping teropong, maka arah vertikal sudah terkunci.

18

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

11) Menempatkan baak atau rambu ukur pada titik detail tambahan, titk BM,
dan kedelapan titik yang mengapit.
12) Membuka kunci horizontal, untuk memutar pesawat sampai baak kelihatan
pada lensa. Setelah terlihat lalu kunci kembali pengunci horizontal.
13) Membaca BA, BT, BB pada baak dengan melihat pada teropong lensa
sebelah kiri, apabila pembacaan kurang jelas, kita harus memutar penyetel
diagfragma lensa sampai baak bias terbaca dengan jelas.
14) Membaca sudut vertikal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan,.
Dengan cara memuter penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada
tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik
sampai derajat.
15) Membaca sudut horizontal dengan melihat pada teropong lensa sebelah
kanan. Dengan cara memutar penyetel menit, detik sampai derajat jatuh
tepat pada tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut
menit, detik pada arah horizontal.
16) Setelah selesai di titik detail utama A, kemudian memindahkan pesawat ke
titik detail B, begitu seterusnya untuk titik detail utama C, D, E, F.
17) Melakukan hal yang sama pada nomor 2 sampai pada dengan nomor 10
untuk penyetelan alat.
Catatan :
Disetiap titik detail utama selalu dilakukan pekerjaan nomor 2 sampai
dengan nomor 10 untuk penyetelan alat dan sebelum membidik baak.
Memutar pesawat selalu searah jarum jam, agar tidak kesalahan
pembacaan pada sudut horizontal.
Pada waktu pembidikan ( pembacaan baak ), pengunci yang terbuka
hanyalah pengunci horizontalnya saja.

19

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Apabila pada pembacaan sudut horizontal maupun vertikal, dimana


derajatnya tidak jatuh di tengah-tengah ( pembacaan sudut yang dibaca
terlebih adalah sudut vertikal baru sudut horizontal ). Maka pembacaan
sudut vertikal diputar pengunci vertikal pada penggerak halus sampai
derajat vertikal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca. Dan untuk
pembacaan sudut horizontal diputar pengunci horizontal pada penggerak
halus sampai derajat horizontal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca
besarnya derajat, menit, dan detik.
3.3. Penyelesaian Laporan Sementara
Setelah pratikum selesai dilakukan dimana data-data ukur sudah dibukukan ke
dalam buku ukur, maka barulah dapat dilakukan penyelesaian buku ukur yaitu
perhitungan sementara dari data yang ada untuk dilakukan pengecekan kembali,
apakah data yang kita peroleh dari hasil pengukuran sesuai dengan keadaan
dilokasi.

20

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Tabel Hasil Pengukuran Dilapangan
PESAWAT

TINGGI
PESAWAT

1,205

1,140

1,250

1,132

TITIK

VERTIKAL

HOROZONTAL

D
1
2
3
4
5
6
B
C
1
2
3
4
5
6
A
D
1
2
3
4
5
6
B
A
1
2
3
4
5
6
C

914847
903225
903240
903240
903240
903240
903240
88355
86347
903400
900300
903540
903540
892940
902910
883135
903000
903000
903000
903000
903000
900715
900030
89934
903529
903008
905900
905000
906000
905000
905000
91526

463920
133225
423240
673240
1063240
2193240
3413240
3163240
392925
143400
980300
1363540
1914540
2902940
3300310
1363000
1443000
103000
783010
1343000
1813000
2270715
3130030
2192950
915100
513008
655920
760000
2056000
2705000
3055000
3245000

21

BA

BT

BB

1,551 1,433 1,313


1,240 1,110 0,980
1,106 1,008 0,910
1,163 1,023 0,883
1,515 1,042 0,933
1,344 1,294 1,244
1,294 1,233 1,172
1,207 1,067 0,927
1,254 1,117 0,98
1,238 1,146 1,054
1,310 1,232 1,154
1,388
1,19 0,992
1,301 1,247 1,193
1,187 1,130 1,073
1,340 1,256 1,172
1,150 1,010 0,870
1,342 1,182 1,032
1,312 1,228 1,144
1,240 1,165 1,090
1,406 1,244 1,082
1,350 1,182 1,014
1,315 1,277 1,239
1,334 1,305 1,276
1,264 1,117 0,970
1,162 1,0430 0,924
1,369 1,259 1,149
1,290 1,175 1,060
1,010 0,910 0,810
1,320 1,250 1,180
1,250 1,160 1,070
1,330 1,245 1,160
1,2801 1,130 0,970

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

a) Perhitungan Sudut Dalam ( :


A

= 360 - AB + AF
= 360 3163240 + 463920

97035

745950

= CB - CD
= 2192950 1443000

90640

= A - C
= 1363000" 392925

= DC - DA
= 3245040 - 2185100

= 1055940+

Syarat rataan sudut

4 2 36000'00"

= n 2 180
= 368645 360

Rataan tiap sudut

368645

= 180 n 2
= 180

Koreksi sudut dalam

= 8645
=

86'45"
4

= 2141,25
Perhitungan Sudut dalam terkoreksi :
A =

90640 - 2141,25

= 88 422,75

B =

97035 - 2141,25

= 945853,75

C = 745950 - 2141,25

= 72588,75

D = 1055940 - 2141,25

= 1035758,75

b) Perhitungan Azimuth Terkoreksi :


'AB = 3163225

22

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

'BC = 3163225 945853,75

= 2213331,25

'CD = 2213331,25 72588,75

=1483522,5

'DA = 1483522,5 1035758,75

= 443758,75

c) Menhitung Jarak Poligon dan Titik Koordinat pada Titik Utama


Muka
d= BA BB 100 cos 270
dAB

= (1,207 0,927).100 .cos . (88355 - 90)

POSISI
D AB
D BC
D CD
DDA

MUKA
28
27,30
31
23,8

BELAKANG
28
27,40
31
23,79

Rata rata

= 28 m
D RATA - RATA

28
27,35
31
23,8

110,15

Jarak Sumbu X Pada Titik Utama


X AB d AB * sin AB 14,25 * sin 31632'25"" 7,97

X BC = - 18,14
XCD = 16,18
X DA = 16,72

Fx 7,6
Koreksi Arah Sumbu x Pada Titik Utama

X' X

* Fx

d AB

28

* Fx 7,97
* 22,73 2,2
110,15

X ' AB X AB

Koordinat x titik utama


Xa
Xb

nilai
2,2
-23,78

23

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Xc
Xd

9,78
11,81

Jarak Sumbu Y Pada Titik Utama

YAB d AB * cos AB 28 * cos 316 32 25 20,32


0 ' "

Ybc = -20,47
Ycd = -26,45
Yda = 16,94

Fy 9,66
Koreksi Arah Sumbu Y Pada Titik Utama

Y' Y

* Fy

d AB

28

* Fy 20,32
* 9,66 22,78
110,15

Y ' AB Y AB

Delta koordinat Y

Nilai

YA

22,78

Yb

-18,1

Yc

-23,73

Yd

19,03

Koordinat Titik Utama Y


YBM 7
YA 7 22,78 29,78

24

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

YB 29,78 18,1 11,68


YC 11,68 23,73 12,05
YD 12,05 19,03 6,98 7

Tabel Hasil Perhitungan Titik Utama Koordinat BM (3,7)


TITIK
BM

+2,2

+22,78

23,78

- 18,1

+ 9,78

- 23,73

A
B
C
+ 11,81

X
+3

Y
+7

+ 5,5

+ 29,78

18,28

+ 11,68

-8,5

-12,05

+3

+7

+ 19,03

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah kami melaksanakan praktikum pengukuran Ukur Tanah II ini, maka dapat
kami simpulkan sebagai berikut :

25

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

1. Sudut Dalam
Kesalahan pengukuran sudut dalam menggunakan rumus :
i

dimana : i = bacaan sudut skala terkecil pada alat yang dipakai


n = banyaknya titik utama
2. Beda Tinggi
Pada pengukuran beda tinggi, batas kesalahan yang diijinkan ditentukan
dengan rumus :
K = ( 2,0 2,0
Dimana : skm = jarak pengukuran km

26

skm

) mm

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

4. Kondisi Permukaan Tanah


Dari hasil pengukuran dilokasi yang kami lakukan ternyata memiliki beda
tinggi yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan permukaan tanah
datar.
B. SARAN
Dari pengukuran diatas, kesalahan-kesalahan tersebut seluruhnya dapat dihindari
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.

Sudut Dalam
Untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran sudut dalam sebaiknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dalam menentukan arah utara, pada setiap titik utama harus benar-benar
menunjukkan arah utara dengan melakukan hal tersebut berulang kali.
Rambu ukur harus diletakkan tegak lurus dan tepat pada titik utama yang
dibidik.
Unting-unting harus diletakkan tegak lurus tepat pada titik utama.
Teliti dalam pembacaan sudut horisontal.

2.

Untuk perhitungan sudut luar disarankan untuk memakai sudut 360o

3.

Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi


Pada pengukuran jarak dan beda tinggi sebaiknya memperhatikan hal-hal
berikut ini :
Pada saat pengukura dilapangan sebaiknya memperhatikan cuaca, suhu
kondisi dan situasi lapangan.
Diusahakan jarak antara titik-titik utama tidak terlalu berbeda jauh.

27

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

BAB VI
PENUTUP
Alat ukur Theodolite sangat penting digunakan dalam bidang pengukuran
yaitu untuk menentukan ketinggian permukaan tanah dititik-titik tertentu pada
permukaan bumi. Pengukuran Theodolite dilakukan untuk pengukuran memanjang
dan melintang. Alat-alat yang melengkapi dalam pengukuran selain Theodolite
adalah rambu ukur atau baak ukur, statip, meteran dan payung untuk melindungi
Theodolite dari sinar matahari langsung. Prinsip kerja dalam menggunakan alat
waterpass ini adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang
membuat berkedudukan horizontal adalah nivo yang berbentuk sebagai tabung yang
berisi cairan dengan gelembung udara didalamnya. Sehingga dengan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
terselesaikannya laporan ini dan semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

28

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

DAFTAR PUSTAKA
1. Soetoma Wongsotjiro, 1995, Ilmu Ukur Tanah, Swada, Jakarta.
2. Wali Jatun, Djoko dan Wolf, Brinker, 1996, Dasar dasar Pengukuran Edisi
Ketujuh, Erlangga, Jakarta.
3. Laboratorium Ukur Tanah, 2009, Pedoman Praktikum Ukur Tanah I, ITATS,
Surabaya.
4. Ilmu

Teknik

Sipil.

2009.

Garis

Kontur,

(0nline).

(http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah, diakses 03 Januari 2010)


5. Ilmu

Teknik

Sipil.

2009.

Theodolite

Manual,

(http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah, diakses 03 Januari 2010)

29

(0nline).

Anda mungkin juga menyukai