Anda di halaman 1dari 8

Trikonomika

Volume 7, No.2, Desember 2008, Hal. 114-121


ISSN 1411-514X

Kompetensi dan Independensi Auditor


Pengaruhnya pada Kualitas Audit
Justinia Castellani
Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116
E-mail: justinia09@yahoo.com

ABSTRACT
This research purpose to prove the hypotesis that auditors competence and independence influence the
quality audit. This descriptive and verifikatif research give description above variables which investigated,
involved 51 auditors that working settled in Public Accountant Firm in Bandung, in May 2007 and have
three years minimum experience, as respondents. Using likert scale as an instrument for measure auditors
perceptions about the competence and independence that influence audit quality. Hypothesis analysis method
was tested used path analysis. The result of the analysis, showed empirical testimony that auditors competence
and independence significantly influence audit quality, according to auditors perceptions. The independence
extended more dominant influence (49%) than competence (28%), while the rest (23%) decided by another
factor that doesnt detect in this research. Auditor with good knowledge, experience and follow technical
training having ability more good to find insincerity or mistake in client financial statement, so that can yield
qualified audited process and financial report.
Keywords: competence, independence, audit quality, auditors perceptions, audited financial statement

PENDAHULUAN

alam rangka mewujudkan perekonomian


modern, semakin banyak perusahaan yang melakukan
pemisahan antara pemilik dan pengelola (manajemen).
Manajemen diberi wewenang untuk mengelola
sumber daya yang diinvestasikan kedalam perusahaan
oleh pemilik. Konsekuensi dari hal ini adalah pihak
manajemen harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan tersebut secara periodik kepada
pemilik. Pertanggungjawaban periodik berkaitan
dengan masalah keuangan umumnya menggunakan
media laporan keuangan.
Ada kepentingan yang berbeda antara manajemen
dengan pemakai laporan keuangan. Manajer ber
kepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis
perusahaan yang dipercayakan kepadanya, sedang
kan pemakai laporan keuangan, khususnya pemilik,
berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen
dalam mengelola perusahaan. Oleh karena itu,

laporan keuangan perlu diaudit oleh pihak ketiga


yang independen, yaitu auditor independen untuk
meningkatkan kepercayaan para penggunanya (SFAC
No 1). Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan
keuangan yang diberikan kepada auditor, mengharus
kan auditor memperhatikan kualitas auditnya.
Akhir-akhir ini terdapat fenomena menurunnya
kualitas audit. Pada beberapa kasus, auditor tidak
dapat menemukan kecurangan dalam laporan
keuangan atau kecurangan tersebut ditemukan oleh
auditor tetapi tidak dilaporkan, misalnya kasus
PT KAI, PT Kimia Farma, dan KSO PT Telkom.
Padahal auditor sebagai profesi yang independen
mempunyai tanggungjawab dalam mengungkapkan
kecurangan atau pelanggaran pada laporan keuangan
(SAS No 53 dan SA Seksi 316). Bahkan terjadi
kasus dimana auditor diindikasikan bekerja sama
dengan manajemen melakukan rekayasa hasil audit,
misalnya kasus Kantor Akuntansi Publik (KAP) yang
memeriksa bank-bank yang dilikuidasi.

114

Kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu


kompetensi dan independensi (SFAC, 2000) sedangkan pengukuran kualitas audit memerlukan kombinasi
antara proses dan hasil (Sutton, 1993). Kualitas proses
audit dimulai dari tahap perencanaan penugasan, tahap
pekerjaan lapangan dan pada tahap administrasi akhir.
Kualitas hasil audit merupakan probabilitas auditor
akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada
sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Kompetensi
dan independensi auditor dipandang berkaitan dengan
kualitas audit baik dengan proses maupun hasil audit.
Kompetensi memerlukan pengetahuan dan
keahlian yang diperoleh melalui pendidikan formal,
pengalaman dan pelatihan teknis (SPAP Seksi 210
& Flint, 1988:48). Pendidikan formal diperlukan
oleh seorang auditor berkaitan dengan pengetahuan
mengenai apa dan bagaimana audit, kode etik, standar
audit serta penerapan prosedur dalam praktek audit.
Pengalaman akan memberikan feed back yang berguna
terhadap bagaimana sesuatu dilakukan secara lebih
baik (Brouwman & Bradley, 1997) dan berpengaruh
signifikan pada tugas semakin kompleks. Auditor
berpengalaman memiliki keunggulan, diantaranya
dalam hal (1) mendeteksi kesalahan, (2) memahami
kesalahan secara akurat, dan (3) mencari penyebab
terjadinya kesalahan (Tubbs, 1992). Pelatihan teknis
yang memadai diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan teknis auditor. Deis dan Giroux (1992)
menyatakan bahwa probabilitas untuk menemukan
pelanggaran pada laporan keuangan tergantung pada
kemampuan teknis auditor.
Independensi merupakan faktor penting bagi
auditor untuk menjalankan profesinya. Sikap mental
independen auditor meliputi independen dalam fakta
(in fact) maupun dalam penampilan (in appearance)
(Mautz & Sharaf, 1993).
Independensi in fact dapat dipertahankan melalui
pelaksanaan (1) peer review yang menjamin bahwa
pemeriksaan yang dilakukan telah sesuai dengan
standar profesional yang berlaku (Arens, 2006), dan
(2) regulasi fee audit, sehingga walaupun klien dapat
memberikan fee audit dan fasilitas yang baik bagi
auditor, auditor independen tidak hanya berkewajiban
mempertahankan fakta bahwa ia independen dan
berani untuk melaporkan pelanggaran yang ditemukan
pada laporan keuangan (Deis & Giroux, 1992).
Independensi in appearance, dapat dijaga dengan
(1) keberadaan dan peran komite audit dalam suatu
organisasi klien, (2) pembatasan ikatan kepentingan
antara auditor dengan klien. Untuk diakui pihak lain
sebagai orang yang independen, auditor harus bebas
dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak

mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya (SA


Seksi 220:03). Adanya ikatan kepentingan keuangan
berpotensi mempengaruhi sikap mental auditor
untuk dapat independen dalam melaksanakan audit
dan melaporkan hasilnya. Financial interest antara
auditor dengan klien dapat merusak kepercayaan
pengguna laporan keuangan terhadap independensi
auditor (Flint, 1988).
Berdasarkan pemahaman teoretis bagaimana
kompetensi dan independensi seorang auditor dapat
mempengaruhi kualitas pekerjaan mereka, maka
penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang
mengatakan bahwa kompetensi dan independensi baik
secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh
pada kualitas audit.

METODE
Pada penelitian ini, konsep yang akan diteliti ada
tiga, yaitu (1) kompetensi auditor, (2) independensi
auditor, dan (3) kualitas audit. Kompetensi
auditor dan Independensi auditor sebagai variabel
bebas (variabel X1 dan X2), sedangkan Kualitas
audit (variabel Y) merupakan variabel terikat.
Kompetensi auditor diukur melalui tiga dimensi,
yaitu pendidikan formal, pengalaman, dan pelatihan
teknis. Independensi auditor diukur melalui dua
dimensi, yaitu independensi in fact dan independensi
in appearance; sedangkan kualitas audit diukur
melalui dua dimensi, yaitu proses audit dan hasil
audit. Dimensi pengukuran tersebut selanjutnya
diterjemahkan ke dalam indikator penelitian seperti
terlihat pada Tabel 1. Variabel-variabel ini diukur oleh
instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner yang
bersifat tertutup yang memenuhi pernyataan dengan
skala Likert. Untuk setiap pilihan jawaban diberi
skor, dan skor yang diperoleh mempunyai tingkat
pengukuran ordinal.
Metode penarikan sampel yang digunakan adalah
sampel acak sederhana (simple random sampling), tiap
elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun,
1998). Populasi sampling pada penelitian ini terdiri
dari 25 Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di kota
Bandung (Directory IAI, 2006), termasuk didalamnya
enam KAP yang merupakan cabang dari KAP di
Jakarta dan dua KAP non-aktif. Populasi sasarannya
adalah para auditor yang bekerja tetap dengan masa
kerja sekurang-kurangnya tiga tahun dan aktif bekerja
di KAP tersebut pada bulan Mei 2007. Setiap KAP
rata-rata memiliki tiga orang auditor yang memenuhi
persyaratan sebagai responden.

Kompetensi dan Independensi Auditor


Pengaruhnya pada Kualitas Audit

115

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel


Variable

DIMENSI

INDIKATOR

1.

Pendidikan formal

Spesialisasi
Strata
Lama bekerja
Jenis perusahaan klien

2.

Pengalaman

3.

Pelatihan teknis

Frekuensi
Jenis

1.

Independensi dalam fakta (in fact)

Efektivitas Peer Review


Jumlah Fee dan Fasilitas

2.

Independensi dalam penampilan


(in appearance)

Peran Komite audit


Tingkat Financial Interest

1.

Proses

Perencanaan
Pelaksanaan
Administrasi akhir

2.

Hasil

Kemampuan menemukan kesalahan


Keberanian melaporkan kesalahan

X1
(KOMPETENSI AUDITOR)

X2
(INDEPENDENSI AUDITOR)

Y
(KUALITAS AUDIT)

Sumber: Kajian teoretis, diolah

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Auditor


Scale Mean If Item
Deleted

Scale Variance If Item


Deleted

Corrected Item-Total
Corelation

Cronbachs Alpha If Item


Deleted

Item 1

36.94

19.642

.585

.782

Item 2

37.45

20.003

.473

.791

Item 3

37.82

18.153

.487

.792

Item 4

37.43

20.208

.459

.793

Item 5

37.37

20.154

.453

.793

Item 6

38.29

18.292

.487

.791

Item 7

37.94

19.017

.335

.817

Item 8

37.12

19.568

.652

.777

Item 9

37.41

19.163

.607

.778

Item 10

37.67

19.891

.549

.785

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Instrumen Independensi Auditor


Scale Mean If Item
Deleted

Scale Variance If Item


Deleted

Corrected Item-Total
Corelation

Cronbachs Alpha If Item


Deleted

Item 11

32.00

13.447

.699

.765

Item 12

32.08

13.738

.600

.774

Item 13

32.94

14.102

.178

.842

Item 14

32.65

12.574

.385

.810

Item 15

31.69

13.453

.580

.774

Item 16

32.04

13.615

.704

.767

Item 17

32.08

13.482

.616

.771

Item 18

31.75

13.426

.439

.790

Item 19

31.77

12.053

.764

.745

116

Trikonomika

Vol. 7, No.2, Desember 2008

Justinia Castellani

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Kualitas Audit


Scale Mean If Item
Deleted

Scale Variance If Item


Deleted

Corrected Item-Total
Corelation

Cronbachs Alpha If Item


Deleted

Item 1

74.21

73.360

.770

.928

Item 2

75.42

73.908

.409

.937

Item 3

74.21

71.828

.751

.927

Item 4

74.94

75.251

.414

.935

Item 5

74.54

72.211

.578

.932

Item 6

74.48

72.680

.620

.930

Item 7

74.38

71.984

.813

.927

Item 8

74.02

73.255

.750

.928

Item 9

74.13

73.856

.697

.929

Item 10

74.40

70.542

.805

.926

Item 11

74.27

73.180

.821

.927

Item 12

74.17

74.780

.613

.930

Item 13

74.19

73.219

.554

.932

Item 14

74.40

72.797

.648

.930

Item 15

74.63

72.878

.710

.928

Item 16

74.48

75.489

.462

.933

Item 17

74.19

74.709

.626

.930

Item 18

74.46

76.211

.588

.931

Item 19

74.27

74.031

.683

.929

Mengingat sifat penelitian adalah deskriptif dan


verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan
data di lapangan, maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode survey, dan jika suatu
penelitian ingin menjelaskan hubungan kausal antar
variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian
disebut sebagai penelitian penjelasan (explanatory
research) (Singarimbun, 1998).
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel

Cronbach Alpha

Keterangan

Kompetensi
Auditor (X1)

0.807

Reliabel

Independensi
Auditor (X2)

0.802

Reliabel

Kualitas Audit (Y)

0.933

Reliabel

HASIL
Uji validitas dan reliabilitas berhubungan dengan
sejauh mana sebuah instrumen penelitian yang
digunakan untuk mendapatkan data itu valid dan
reliabel. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

alat bantu program komputer SPSS 13 untuk me


lakukan pengujian validitas dan reliabilitas, dengan
hasil seperti terlihat pada Tabel 2. sampai Tabel 5.
Hasil uji validitas menunjukan bahwa hampir
seluruh instrumen untuk mengukur variabel-variabel
penelitian menujukan hasil yang valid atau dapat
mengukur apa yang ingin diukur oleh peneliti.
Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa tingkat
reliabilitas dari alat ukur yang digunakan untuk
mengukur variabel penelitian sangat tinggi ini
ditunjukan oleh nilai Cronbach Alpha yang di atas
0,6 (Emory, 1988).
Pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur
sedangkan pengolahan data menggunakan program
komputer LISREL 8,7 dan SPSS. Dari hasil pengolahan data diperoleh diagram jalur (Path Diagram)
(Gambar 1). Selanjutnya persamaan struktural
yang diperoleh dari pengolahan data adalah sebagai
berikut:
Y = 0.36*X1 + 0.58*X2, Errorvar.= 0.23, R = 0.77
(0.098) (0.098)
(0.048)
3.69
5.94
4.80

Kompetensi dan Independensi Auditor


Pengaruhnya pada Kualitas Audit

117

1.000

X1
0.364

0.692

0.548
1.000

auditor dan independensi auditor berpengaruh terhadap


kualitas audit. Koefisien determinasinya yang dapat
diartikan bahwa pengaruh variabel-variabel di luar
model yaitu I - R2 = 0,23 (error).
Untuk melihat kontribusi pengaruh variabel
independen yaitu kompetensi auditor dan independensi
auditor terhadap variabel dependen yaitu kualitas
audit dihitung dengan mengkalikan nilai koefisien
jalur dengan nilai korelasi zero-order yaitu korelasi
antara variabel independen dengan variabel dependen,
hasil perkalian antara koefisien jalur atau Beta
(standardized coefficients) merupakan nilai kontribusi
pengaruh masing-masing variabel independen dengan
variabel dependen dan penjumlahan kontribusi
pengaruh merupakan nilai koefisien determinan atau
R2. Hasil perhitungan kontribusi menujukan bahwa
yang memberikan kontribusi pengaruh terbesar
adalah independensi auditor (X2) yaitu sebesar 49%,
sedangkan sisanya disumbangkan oleh kompetensi
auditor yang memberikan pengaruh sebesar 28%,
maka secara keseluruhan seperti dijelaskan pada
uraian sebelumnya bahwa pengaruh bersama-sama
adalah 77% (Tabel 7 dan 8).

0.232

X2

Chi-Square = 0.00, df = 0, p-value = 1.00000, RMSEA = 0.000

Gambar 1. Path Diagram Estimasi.

Untuk menguji variabel bebas mana saja yang


berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat diuji dengan uji-t. Berdasarkan uji tersebut
ditemukan bahwa secara signifikan kompetensi
auditor (X1) berpengaruh terhadap kualitas audit (Y),
dan secara signifikan pula independensi auditor (X2)
berpengaruh terhadap kualitas audit (Y) (Tabel 6).
Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh secara bersama-sama kompetensi
auditor dan independensi auditor pada kualitas audit
dilakukan pengujian secara simultan, yaitu dengan uji-F.
Berdasarkan hasil perhitungan (diperoleh nilai F hitung
sebesar 75,867, dengan F-tabel sebesar 2,70, maka dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama kompetensi

Tabel 6. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)


Model

Sum of Square

df

Mean Square

Sig

1 Regression

4757.869

2378.934

75.867

.000a

Residual

1442.404

46

31.357

Total

6200.272

48

a.
b.

Predictors : (Constant), Independensi Auditor, Kompetensi Auditor


Dependent Variable : Kualitas Audit

Tabel 7. Standardized Coefficients


Unstandardized Standardized
Coefficients
B

Std.
Error

-5.104

5.369

Kompetensi Auditor

.775

.211

Independensi Auditor

1.316

.222

1. (Constant)

Coefficients

Corelations
t

Sig.

Beta

Zeroorder

Partial

Part

-.951

.347

.363

3.682

.001

.767

.477

.262

.585

5.938

.000

.836

.659

.422

Tabel 8. Kontribusi Pengaruh variable independen terhadap Variabel dependen


Variable

Standarized Coefficients

Correlation Zero-order

Kontribusi Pengaruh

X1

0.36

0.77

0.28

X2

0.58

0.84

0.49

R-Square

118

0.77

Trikonomika

Vol. 7, No.2, Desember 2008

Justinia Castellani

PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan diuraikan tanggapan
responden mengenai (1) kompetensi auditor yang
diukur melalui tiga dimensi yaitu pendidikan formal,
pengalaman dan pelatihan teknis; (2) independensi
auditor yang diukur melalui dua dimensi yaitu:
independensi in fact dan independensi in appearance,
dan (3) kualitas audit yang diukur melalui dua dimensi
yaitu, proses audit dan hasil audit.
Kompetensi Auditor
Berdasarkan tanggapan responden, diketahui
bahwa responden sangat setuju apabila latar belakang
pendidikan formal bidang akuntansi merupakan
persyaratan utama saat melamar menjadi auditor
karena melalui pendidikan formal diperoleh antara
lain pengetahuan mengenai apa dan bagaimana
audit, standar audit serta penerapan prosedur dalam
praktek audit. Pendidikan formal yang memadai juga
memberikan pengetahuan dasar akuntansi keuangan,
sistem akuntansi, auditing, termasuk standar dan
kode etik. Selain itu, auditor setuju strata atau tingkat
pendidikan formal merupakan salah satu pertimbangan
dalam menentukan po sisi di dalam tim audit.
Responden juga setuju bahwa pengalaman
auditor yang diukur berdasarkan lamanya bekerja akan
menghasilkan audit yang berkualitas. Auditor juga setuju
bahwa pengalaman dalam mengaudit sangat membantu
proses audit serta dengan pengalaman mengaudit
perusahaan yang lebih kompleks (perusahaan go public)
akan memudahkan untuk mengaudit perusahaan yang
lebih sederhana (belum go public) .
Di samping pendidikan formal dan pengalaman,
responden setuju bahwa auditor perlu secara rutin
mengikuti program pelatihan teknis audit. Auditor
dengan kemampuan teknis yang baik lebih mudah
menganalisa dan mendeteksi suatu penyimpangan.
Program pelatihan mempunyai andil yang cukup besar
dalam peningkatan keahlian. Selain itu, pengetahuan
lain diluar audit yang diperoleh melalui pelatihan,
seperti: sistem informasi dan perpajakan, dirasakan
sangat menunjang kemampuan dalam mengaudit.
Walaupun demikian, responden berpendapat, apabila
ada bidang audit yang tidak dikuasai maka tim audit
perlu dibantu oleh tenaga ahli dari luar.
Independensi Auditor
Berdasarkan tanggapan responden, dapat disimpulkan auditor setuju untuk memperhatikan
independensi in fact melalui pelaksanaan prosedur
peer review dan regulasi standar fee. Pelaksanaan

peer review mencerminkan kepatuhan suatu KAP


pada pengendalian kualitasnya. Peer review bukan
hanya bertujuan menilai prosedur atau program audit
yang diterapkan tetapi juga menilai independensi
status atau posisi auditor terhadap klien. Auditor
juga setuju jumlah fee dan fasilitas berlebihan yang
diterima dapat mengganggu independensi auditor
dan fee yang diterima diluar fee yang telah ditetapkan
merupakan pelanggaran walaupun 29% responden
memberikan tanggapan netral bahwa jumlah fee dan
fasilitas berlebihan dapat mengganggu independensi
auditor serta fee yang diterima diluar fee yang telah
ditetapkan merupakan pelanggaran. Sebagian besar
memberi tanggapan sangat setuju apabila KAP
mengacu pada peraturan mengenai standar fee.
Responden juga setuju bahwa keberadaan dan
peran komite audit dapat meningkatkan persepsi
masyarakat mengenai independensi auditor karena
salah satu peran komite audit adalah turut serta dalam
penunjukan auditor. Di samping itu, auditor sangat
setuju KAP tidak menugaskan auditor yang memiliki
keterkaitan bisnis (financial interest) dengan klien
yang akan diperiksa dan seharusnya auditor tidak
menerima bermacam-macam pekerjaan sekaligus
dari satu klien untuk menghindari tingginya tingkat
financial interest.
Kualitas Audit
Berdasarkan tanggapan responden dapat disimpulkan bahwa perencanaan audit yang mencakup
antara lain pemahaman mengenai jenis industri klien,
pertimbangan risiko, penyusunan program serta supervisi merupakan faktor pendukung terwujudnya proses
audit yang berkualitas. Selain itu responden juga
setuju bahwa penerapan program audit yang tepat, pengumpulan dan evaluasi bukti yang cermat serta tanggung jawab untuk mendeteksi setiap kecurangan dalam
laporan keuangan klien, merupakan hal pokok pada
tahap pelaksanaan audit yang berkualitas. Yang terakhir
disimpulkan pula bahwa proses audit yang berkualitas
perlu memperhatikan pertimbangan profesional pada
saat laporan audit diterbitkan termasuk memberi
penjelasan dan membicarakan temuan penyimpangan
dengan klien sebelum final report diterbitkan.
Berdasarkan tanggapan responden tersebut dapat
disimpulkan bahwa auditor yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan mengikuti pelatihan teknis
(kompeten), mempunyai kemampuan lebih baik untuk
menemukan kesalahan atau kecurangan dalam laporan
keuangan klien, sehingga dapat menghasilkan audit
yang berkualitas. Tanggapan responden mengenai
keberanian melaporkan kesalahan. Berdasarkan tang-

Kompetensi dan Independensi Auditor


Pengaruhnya pada Kualitas Audit

119

gapan responden, diketahui bahwa sebagian besar


responden setuju akan melaporkan penyimpangan yang
ditemukan meskipun klien menawarkan tambahan fee
dan sejumlah hadiah bahkan kehilangan klien dimasa
yang akan datang.

KESIMPULAN
Hasil pengujian hipotesis mengenai pengaruh
kompetensi auditor terhadap kualitas audit, terbukti
bahwa kompetensi yang diukur melalui pendidikan
formal, pengalaman serta pelatihan teknis secara
signifikan mempengaruhi kualitas audit baik dari
segi proses maupun hasil audit. Independensi auditor
dalam melaksanakan pemeriksaan (in fact) maupun
menurut persepsi masyarakat (in appearance), secara
signifikan mempengaruhi kualitas audit baik dari
segi proses maupun hasil audit. Baik dari segi proses
maupun hasil audit, independensi auditor berpengaruh
lebih dominan terhadap kualitas audit dibandingkan
kompetensi auditor.
Dalam rangka meningkatkan kualitas auditnya,
Kantor Akuntan Publik (KAP) harus memperhatikan
independensi in fact melalui pelaksanaan prosedur
peer review dan regulasi standar fee. Pelaksanaan peer
review mencerminkan kepatuhan suatu KAP pada
pengendalian kualitasnya dan KAP harus mengacu
pada peraturan mengenai standar fee, termasuk berani
melaporkan penyimpangan yang ditemukan. Untuk
menghindari tingginya tingkat financial interest, KAP
tidak menugaskan auditor yang memiliki keterkaitan
bisnis (financial interest) dengan kliennya.
Hasil penelitian ini diharapkan juga akan mendorong penelitian selanjutnya berkaitan dengan kualitas
audit, dengan memperluas responden, tidak terbatas
pada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
pada satu kota saja. Selain itu, indikator yang digunakan
pada penelitian ini kemungkinan belum mencakup
seluruh segi yang perlu diteliti. Beberapa atribut yang
belum terukur sebaiknya dikembangkan agar dapat
mencakup atribut secara lebih lengkap sehingga hasil
penelitian menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulmohammadi, M. & Arnold, W. 1987. An
Examination of the Effects of Experience and
Task Complexity on Audit Judgements. The
Accounting Review, January: 1-13.

120

Trikonomika

Vol. 7, No.2, Desember 2008

Alia, A. 2001. Pendapat Auditor Tentang Faktorfaktor yang Mempengaruhi Keahlian dan
Independensi Kualitas Audit. Tesis. Yogyakarta:
Program Studi Akuntansi Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: tidak
diterbitkan
Amin, W. T. 2000. Management Audit-Suatu
Pengantar. Bandung : Rineka Cipta.
Antle, R. 1984. Auditor Independence. Journal of
Accounting Research, Spring: 1-20.
Antle, R.. & Nalebuff, B. 1991. Conservatism
and Auditor-Client Negotiations. Journal of
Accounting Research. 29: 31-54.
Anwar. J. 2005. Kualitas Pelaporan keuangan:
Akuntan Kunci Utama. Media Akuntansi, 44.
Ashton, A. H. 1991. Experience and Error Frequency
Knowledge as Potential Determinants of Audit
Expertise. The Accounting Review, April: 218239.
Arens, A.A. 2006 Auditing and Assurance Services
An Integrated Approach (9th edition). New
Jersey: Prentice Hall. New Jersey.
Bambang, S. 2005. Membangun Struktur Pendidikan
Akuntan. Media Akuntansi, Maret: 44.
Behn, B.K. et al. 1997. The Determinants of Audit
Client Satisfaction Among Clients of Big 6
Firms. Accounting Horizons, March: 7-24.
Bernardi. A. R. 1994. Fraud Detection : The Effect
of Client Integrity and Competence and Auditor
Cognitive Style Auditing. A Journal of Practice
and Theory, 13: 69-101.
Bonner, S.E. 1990. Experience Effects in Auditing:
The Role of Task-Specific Knowledge. The
Accounting Review, January: 72-92.
Carcello. J.V., Hermanson, R.H., & Mc.Grath, N.T.
1992. Audit Quality Attributes : The perception
of Audit Partners, Prepares, and Financial
Statement Users. Auditing : A Journal of Practice
and Theory, 11: 1-15.
Charles, A.M. 1989. The Quality Audit, A Management
Evolution Toll. London: Mc Graw Hill Publishing
Company.
Cheney, W.D. 1993. International Competitiveness
and Sustainable Development. Journal Economic
Development Review, summer: 68-70.
Choo, F. & Ken, T. T. 1991. The Relationship Between
Knowledge Structure and Judgements for
Experienced Auditors. The Accounting Review,
July: 464-485.

Justinia Castellani

Deis, D.R. & Gary A.G. 1992. Determinants of Audit


Quality in the Public Sector. The Accounting
Review, 67: 462-479.
Deis, D.R. & Gary, G 1996. The Effect of Auditor
Change on Audit Fees, Audit Hours, and Audit
Quality. Journal of Accounting and Public
Policy, 15: 55-76.
De Angelo, L.E. 1981. Auditor Size and Audit
Quality. Journal of Accounting and Economics,
3: 183-199.
Edi, W. 2002. Kartu Merah buat 10 KAP Papan Atas.
Media Akuntansi, 27: 5.
Fogarty, T.J. 1996. The Imagery and Reality of Peer
Review in The US ; Insights from Institutional
Theory Accounting, Organizations, and Society.
Auditing : A Journal of Practice and Theory. 21:
243-267.
Hogarth, R. M. 1991. A Perspective on Cognitive
Research in Accounting. The Accounting Review,
April: 277-290.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional
Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Knapp, M. C. 1985. Audit Conflict : An Empirical
Study of the Perceived Ability of Auditors to
Resist Management Pressure. The Accounting
Review, April: 202-211.
Knapp, M. C. 1991. Factors that Audit Committee
Members use as Surrogate for Audit Quality.
Auditing : A Journal of Practice and Theory, 22:
109-126.
Libby, R. & Ken, T. T, 1993. The Review Process as
a Controll for Differential Recall of Evidence in
Auditor Judgements. Accounting, Organizations,
and Society, 18: 559-574.
Malone, C.F. & Robin, W. R. 1996 Factors Associated
with the Incidence of Reduced Audit Quality
Behaviors. Auditing A Journal of Practice and
Theory, 15: 49.
Meier, H.H. & Jayne, F. 1992. How to Improve Audit
Quality ; Perceptions of Auditors and clients. The
Ohio CPA Journal, 21-24.
Menon, K. & John, D.W. 1994. The Use of Audit
Committee for Monitoring. Journal of Accounting
and Public Policy, 13:121-139.
Menon, K. & Williams, D.D. 2001. Long term trends
in Audit Fees. Auditing : A Journal of Practice
and Theory, 20: 115-136.

Nichols, D.R. & Kenneth, H.P. 1976. The AuditorFirm Conflict : An Analysis Using Concepts
of Exchange Theory. The Accounting Review,
51:335-346.
Nichols. D. & Smith, D. 1983. Auditor Credibility
and Auditor Changes. Journal of Accounting
Research, 21: 534-544.
Palmrose, Z.V. 1988. An Analysis of Auditor Litigation
and Audit Sevice Quality. The Accounting
Review, 64: 55-73.
Palmrose, Z.V. 1986. Audit Fees and Auditor Size:
Further Evidence. Journal of Accounting
Research, 24: 97-110.
Sekar, M. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan
Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah
Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, 6: 1-22.
Shafer, W.E., et al. 2001. Effects of Personal Values on
Auditorsethic Decisions. Accounting, Auditing
& Accountability Journal, 14(3): 254-277.
Sularso, S. & Ainun, N. 1999. Analisis Pengaruh
Pengalaman Akuntan Pemeriksa terhadap
Pengetahuan dan Penggunaan Intuisinya
mengenai Kekeliruan. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, 2: 154-172.
Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntan: FaktorFaktor yang Mempengaruhi Independensi
Penampilan Akuntan Publik (edisi ke-1).
Yogyakarta: BPFE.
Sutton, S. G. 1993. Toward an Understanding of
the Factors Affecting the Quality of the Audit
Process. Decision Sciences, 24: 88-105.
Swan, J. E. & Comb, L.J. 1979. Product Performance
and Customer Satisfaction: A New Concept.
Journal of Marketing, 40: 25-33.
Teoh, S.H & Wong, T.J. 1993. Perceived Auditor
Quality and the Earnings Response Coefficient.
The Accounting Review, 346-366.
Tubbs, R.M. 1992. The Effect of Experience on
the Auditors Organization and Amount of
Knowledge. The Accounting Review, October:
783-801.
Yulius, J.C. 2002. Kompetensi dan Independensi
Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian
Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 4:
79-92

Kompetensi dan Independensi Auditor


Pengaruhnya pada Kualitas Audit

121

Anda mungkin juga menyukai