Anda di halaman 1dari 30

Kelainan Degeneratif

Oleh :
Danita Dwi Maryana
Pembimbing:
dr. Donny Jandiana, Sp.OT

Anatomi Tulang

Struktur tulang: 30 % bahan


organik (sel tulang, kolagen,
glikosaminoglikan sulfat dan
asam hialuronat) dan 70 %
endapan mineral (kalsium,
fosfat, natrium, kalium
karbonat, magnesium)
Tulang keras disebabkan
adanya endapan mineral
dalam matriks.
Bahan organik: kekuatan
terhadap tarikan yang
meregangkan
Endapan mineral: kekuatan
kompresi terhadap tekanan

Tulang
Klasifikasi tulang:

Tulang Panjang (femur,


humerus)

Tulang pendek (carpal,


tarsal)

Tulang pipih (costae)

Tulang ireguler (vertebra)

Tulang sesamoid (patella)

Tulang Rawan (Cartilago)


Terdiri atas
kondrosit,
kondroblas, matriks
ekstraseluler.
Bersifat avaskular,
menerima makanan
dengan difusi
melalui matriks
ekstraseluler

Klasifikasi:
Tulang rawan hilain
Struktur kuat, kolagen tipe II, penyangga
fleksibel, model kerangka
(permukaan sendi, ujung costa, hidung,
laring, trakea, bronki)
Tulang rawan elastik
Terdapat banyak serat elastik, bersifat
lentur
(telinga luar, dinding tuba auditorius,
laring)
Fibrokartilago
Serat kolagen kasar yang padat dan
tidak teratur, kolagen tipe I
(diskus intervertebralis, simfisis pubis)

Proses Pembentukan Tulang


(osifikasi)
Osifikasi endokondral
Leher tulang terbentuk di
sekitar kartilago hialin
Kartilago di tengah diafisis
mengalami kalsifikasi
Tulang spons mulai terbentuk
Diafisis memanjang dan
terbentuk rongga medula
bersamaan dengan osifikasi
Epifisis mengalami osifikasi.
Sisa kartilago hialin terdapat
di lempeng epifisis

Fisiologi Tulang
Faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas osteoblas:
Faktor fisik (olahraga)
Hormon (estrogen, testosteron,
growth hormon)
Asupan vitamin D dan kalsium
Faktor yang mengontrol osteoklas:
Hormon paratiroid: hormon
paratirod meningkatkan aktivitas
osteoklas sehingga kadar kalsium
serum meningkat
Kalsitonin menghambat aktivitas
dan pembentukan osteoklas

Fungsi tulang pada tubuh


manusia:
Sebagai kerangka tubuh
manusia
Perlekatan bagi otot dan organ
dalam
Melindungi organ-organ di
dalam tubuh
Sebagai pembentukan sel darah
(hemopoiesis)
Sebagai tempat penyimpanan
kalsium, fosfat, dan mineral
lainnya.

Anatomi Sendi
Klasifikasi berdasarkan bentuk permukaan:

Sendi peluru (art. Globaidea/ ball and socket):


gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi,
dan sirkumduksi. Contoh: art. humeri dan art. coxae

Sendi bujur telur (art. Ellipsoidea/ ellipsoid):


gerakan fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi.
Contoh: art. metacarpophalngea, art. radiocarpal

Sendi geser (gliding, plane): gerakan menggeser


disebut nonaxial. Contoh: tulang-tulang tarsal dan
carpal.

Sendi putar (art. Trocoidea/ trocoid). Gerakan pada


bidang transversal dan longitudinal. Contoh: art.
radioulna, art. atlanto epistrophica.

Sendi pelana (art. sellaris). Gerakan: fleksi,


ekstensi, abduksi, dan adduksi. Contoh: art,
carpometacarpal

Sendi engsel (art. throchlearis/ hing) gerakan:


bidang sagital dengan sumbu transversal. Fleksi
dan ekstensi art. cubiti, art. talocrurales, dan sendi
interphalangea.

OSTEOARTHRITIS

Penyakit sendi degeneratif yang


bersifat kronik dan struktur
tulang mengalami perubahan
patologis
Prevalesnis OA terbanyak adalah
OA lutut yang terjadi pada
wanita (69%).
Etiologi berdasarkan faktor
predisposisi: usia, jenis kelamin,
ras/etnik, genetik,, merokok,
obesitas dan riwayat trauma
lutut.
Osteoarthritis terbagi atas:
primer (idiopatik) dan sekunder

Patogenesis osteoarthritis

Gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago


dengan kerusakan struktur tulang.
Terdapat dua jenis makromolekul kartilago yaitu kolagen
tipe II dan aggrekan (proteoglikan yang memberikan
kepadatan pada kartilago)
Kondrosit sintesis metaloproteinase matriks > memecah
kolagen tipe II dan aggrekan.
Stimulasi sitokin terhadap cedera matriks >
menstimulasi pergantian matriks
IL-1 yang berlebih memicu proses degradasi matriks.
TNF menginduksi kondrosit menghasilkan NO yang akan
menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan
degradasi
Kartilago memiliki metabolisme yang lamban >
keseimbangan antara sintesis dan degradasi tidak teatur
Kondrosit yabf terstimulasi > melepaskan aggrekan dan
kolagen tipe II yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan
sendi > jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur.
Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen
sendi akan meningkatkan kemungkinan timbulnya OA
pada sendi

Manifestasi Klinis

Nyeri sendi terutama saat bergerak


Kekauan sendi pada pagi hari (< 30
menit) dan setelah inaktivitas
Keterbatasan gerak
Krepitasi (rasa gemeretak)
Perubahan bentuk sendi

Klasifikasi osteoartritis menurut Kellgren


dan Lawrence untuk osteoartritis genu:
Grade 0 : tidak ada gambaran
osteoartritis pada radiologi
Grade 1 : penyempitan ruang antar
sendi belum terlalu banyak, osteofit
mungkin belum terlihat
Grade 2 : penyempitan ruang antar
sendi dan osteofit sudah ada
Grade 3 : multiple osteofit, penyempitan
ruang antar sendi, dan mungkin sudah
terjadi perubahan deformitas tulang
Grade 4 : osteofit yang luas,
penyempitan ruang antar sendi,
sklerosis berat, dan terjadi deformitas
tulang.

Diagnosis Osteoarthritis
Diagnosis osteoartritis lutut berdasarkan kriteria klasifikasi The
American College of Rheumatology :

Tatalaksana Osteoarthritis
Non farmakologi:

Edukasi

Penurunan berat badan

Terapi fisik
Farmakologi:

Analgetik (paracetamol, kodein,


tramadol)

NSAIDs

Glukosamin dan chondrotin sulfate

Injeksi intraartikular : sterodi,


hyaluronan)

Pembedahan
Indikasi :

Deformitas

Nyeri yang tidak teratasi


Tipe terapi pembedahan:

Realigment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara
memotong tulang dan merubah sudut dari weight
bearing. Tujuannya adalah membuat kartilago
sendi yang sehat menopang sebagian besar berat
tubuh.

Arthroplasty
Tindakan eksisi tulang untuk dibentuk menjadi
sendi palsu baru, contohnya eksisi kaput femur lalu
ruang sendi diisi dengan massa jaringan lunak
seperti otot gluteus. Protesis juga dapat digunakan
untuk mengganti sebagian atau seluruh sendi,
contohny
pada
total
knee
replacement
arthroplasty.

FROZEN SHOULDER (adhesive


capsulitis)

Suatu kelainan di
mana terjadi
inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu
jaringan
ikat
disekitar
sendi
glenohumeral, sehingga sendi tersebut
menjadi kaku dan terjadi keterbatasan
gerak dan nyeri yang kronis.
Sendi
pergerakan
bahu
:
art.
akromioklavikular
dan
art.
glenohumeral
Otot-otot rotator cuff: m. suprapinatus,
m. teres minor dan m. subscapularis
Terjadi pada usia > 40 tahun dan lebih
banyak pada wanita.
Etiologi : immobilisasi yang lama,
rotator
cuff
tendinopati,
bursitis
subacromial akut, fraktur tulang collum
atau caput humeri.

Patofisiologi frozen shoulder


Lengan yang immobil
menyebabkan statis vena dan
kongesti sekunder > vasospastik >
anoksia menimbulkan reaksi
timbunan protein, edema, eksudasi
dan fibrosis.
Fibrosis menyebabkan adhesi
antara lapisan bursa subdeltoid,
adhesi ekstrartikuler-intraartikuler,
kontraktur tendon subskapularis
dan bisep, dan perlekatan kapsul
sendi.
Range of movement terbatas
sehingga saat bergerak terasa
nyeri

Manifestasi dan Diagnosis


Terbagi dalam tiga fase:
Fase pertama (painful/freezing stage):
Diawali dengan nyeri pada bahu saat
tidur posisi miring dan membatasi
gerakan bahu, dapat berlangsung 2 9
bulan
Fase kedua (stiff/frozen fase):
Pergerakan bahu menjadi sangat
terbatas, fase ini berlangsung selama 3
bulan 1 tahun.
Fase ketiga (resolusi/thawing fase):
Pasien mulai bisa menggerakkan
kembali sendi bahu. Setelah 1 3 tahun
kemampuan untuk aktivitas membaik.

Pemeriksaan fisik:

Feksi atau elevasi mungkin


kurang dari 90 derajat, abduksi
kurang dari 45 derajat, dan
rotasi internal dan eksternal
dapat berkurang sampai 20
derajat atau kurang. Terdapat
pula restriksi pada rotasi
eksternal.

Tes Appley scratch merupakan


tes tercepat untuk mengeveluasi
lingkup gerak sendi aktif. Pasien
diminta menggaruk daerah
angulus medialis skapula dengan
tangan sisi kontra lateral
melewati belakang kepala.

Tatalaksana frozen shoulder

NSAIDs
Pemberian panas pada lokasi nyeri
Latihan-latihan gerak
Opersai dilakukan pada kasus yang cukup parah dan sudah lama terjadi.
Biasanya operasi yang dilakukan berupa arthroskopi.

Plantar Fasciitis

Peradangan dari Plantar Fascia


Faktor resiko: usia tua, banyak
berdiri atau berjalan, sepatu
yang tidak ergonomis, arthritis,
obesitas, kelainan anatomis kaki
(kaki tanpa lengkung/ lengkung
berlebihan) yang menyebabkan
penyerapan kejutan yang
kurang.

Manifestasi :

Nyeri pada tumit, seperti


ditusuk terutama saat berdiri
pada pagi hari.

Nyeri saat menapakkan kaki


langkah pertama, disebabkan
karena fascia berkontraksi

Tatalaksana plantar fasciitis


Non operatif

Kompres dingin di daerah


nyeri selama 20 30 menit.
NSAIDs untuk mengurangi
nyeri dan antiinflamsi
Latihan peregangan berkala
(calf stretch atau plantar
fascia stretch)
Ortosis: penyangga
lengkungan kaki.

Operatif
Gastrocnemius
recession
Plantar fascia
release

Epicondylitis Lateral (Tennis Elbow)

Overuse syndrome, timbul


sebagai akibat dari extensi
pergelangan tangan yang
berlebihan.
Insiden terjadi pada usia >
40 tahun, wanita dan pria
sama banyaknya, terjadi
pada lengan yang dominan.
Etiologi : stres repetitif,
trauma langsung

Patofisiologi dan Manifestasi Klinis

Epikondilitis lateral terjadi karena


kontraksi repetitif pada otot-otot
extensor lengan bawah, terutama
pada origo extensor carpi radialis
brevis (ECRB), yang mengakibatkan
robekan mikro lalu degenerasi
tendon, perbaikan yang imatur,hingga
menimbulkan tendinosis.
Tendon ECRB berhimpitan dengan
aspek lateral capitellum
menyebabkan tendon mudah
mengalami abrasi berulang selama
proses extensi elbow
Hipovaskularitas permukaan bawah
tendon juga berkontribusi dalam
proses degenerasi dan tendinosis.

Manifestasi:

Onset timbul 24 72 jam setelah


ekstensi pergelangan tangan yang
berulang-ulang.

Nyeri pada lateral elbow saat


aktivitas.

Nyeri biasanya bersifat tajam,


intermiten dan menjalar ke lengan
bawah.

Diagnosis Tennis Elbow


Pemeriksaan fisik:

Penekanan lateral epikondilus

Tes maudsley: ekstensi jari ketiga lalu


pemeriksa menahan ekstensi sambil
palpasi epikondilus lateral

Tes mill: fleksi elbow dan pergelangan


tangan

Pemeriksaan USG pada tendon ekstensor


communis:

Robekan linear intrasubtansi

Penebalan tendon

Kalsifikasi intratendinosus

Iregularitas tulang pada yang


berdekatan

Fokal hipoekoik regional

Hipoekoik menandakan robekan

Tatalaksana Tennis elbow


Terapi fase akut:

Rest (istirahat)

Ice (es)

Compression (kompres)

Elevation (elevasi)
Terapi konservatif:

NSAID

Kortikosteroid

Vasodilator

Terapi fisik dengan latihan gerak eksentrik


dan konsentrik.

Terapi pembedahan:

Operasi terbuka
Terdapat beberpa teknik:

teknik ablasi origo extensor communis,

teknik melepaskan aponeurosis


extensor dari epikondilus lateral
(Hohmann),

reseksi ligamentum orbikularis


(Bosworth),

denervasi sendi radiohumeral (Kaplan)

prosedur Nirschl : memperpanjang


origo muskulofascial pada pergelangan
tangan dan ekstensor jari tangan.
Prosedur nirschl

Tenovaginis Stenosans (De


Quervain Syndrome)

Nyeri pada daerah prosesus


stiloideus akibat inflamasi
kronik pembungkus tendon
otot abduktor polisis longus dan
ekstensor polisis brevis setinggi
radius distal dan jepitan pada
kedua tendon tersebut.
Etiologi: trauma berulang pada
pergelangan tangan, trauma
langsung pada pergelangan
tangan, posisi penggungan
tangan yang tidak biasa.

Patofisologi dan Manifestasi Klinis

Trauma repetitif > malfungsi


tendon sheath > produksi cairan
sinovial menurun > terjadi
pergesekan otot dengan tendon
sheath
Proliferasi jaringan ikat fibrosa >
stenosis atau penyempitan
tendon sheath > pergerekan
tendon menjadi terbatas.
Manifestasi :
Pergesekan otot-otot ini merangsang
nervus yang ada pada kedua otot
tadi sehingga terjadi perangsangan
nyeri pada ibu jari bila digerakkan

Diagnosis De Quervain Syndrome


Anamnesis
Nyeri pada daerah stiloideus radius
Pemeriksaan fisik:
Tes finklestein: pasien
mengepalkan tangan dimana ibu
jari diletakkan dibagian dalam dari
jari-jari lain. Pemeriksa kemudian
melakukan deviasi ulnar pasif pada
pergelengan tangan pasien. Positif
jika nyeri pergelengan tangan
dorsolateral
Pemeriksaan penunjang:
USG : penebalan dan edema
tendon sheath.

Tatalaksana De Quervain Syndrome


Terapi konservatif:

Immobilisasi digiti I sekitar 4-6


minggu

Kompres dingin pada daerah


edema

NSAIDs

Kortikosteroid

Trigger Finger

Gangguan umum yang sering


terjadi dan ditandai dimana jari
yang dibengkokkan tiba-tiba
tidak dapat diluruskan kembali
serta berhubungan dengan
disfungsi dan nyeri yang
disebabkan penebalan setempat
pada suatu tendo fleksor, dalam
kombinasi dengan adanya
penebalan di dalam selubung
tendon pada tempat yang sama.
Faktor resiko: trauma repetitif,
rheumatoid artritis, diabetes
melitus.

Patofisiologi dan Manifestasi Klinis

Terjadi peradangan dan hipertrofi


pada selubung tendon (m. flexor
digitorum profundus) > membatasi
gerak fleksi
Selubung tendon > membentuk
sistem katrol > maksimalkan
kekuatan fleksi dan efisien
matakarpal
Nodul pada tendon > tendon
terjebak di tepi proksimal katrol
saat pasien mencoba ekstensi jari >
kesulitan bergerak > jari macet
pada posisi tertekuk
Nodul bergerak pada distal katrol >
jari macet dalam posisi lurus

Manifestasi :
adanya benjolan kecil
pada telapak tangan,
nyeri di telapak tangan,
edema,
kekakuan diperberat
pada saat tidak
aktivitas.
Terjadi pada lebih dari
satu jari

Tatalaksana Trigger Finger


Non Farmakologi:

Kompres es 5 15 menit pada


daerah edema

Hindari aktivitas yange


mengakibatkan tendon teriritasi

Splinting : mencegah gesekan


akibat pergerakkan tendon
fleksor

Farmakologi:

NSAIDs

Kortikosteroid
Operatif:
Pembedahan untuk melonggarkan
jalan bagi tendon dengan
membuka selubung.

Anda mungkin juga menyukai