PBL Neuro Skenario 2
PBL Neuro Skenario 2
induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah
menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang
menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan
stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke
serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.
SARAF OPTIKUS (N. II)
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut saraf
ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari
sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabutserabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah
retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut
dari
lapangan
visual temporal (separuh bagian
nasal retina) menyilang kiasma,
sedangkan yang berasal dari
lapangan visual nasal tidak
menyilang. Serabut-serabut untuk
indeks cahaya yang berasal dari
kiasma optikum berakhir di
kolikulus superior, dimana terjadi
hubungan dengan kedua nuklei
saraf okulomotorius. Sisa serabut
yang
meninggalkan
kiasma
berhubungan dengan penglihatan
dan berjalan di dalam traktus
optikus menuju korpus genikulatum
lateralis. Dari sini serabut-serabut
yang berasal dari radiasio optika
melewati bagian posterior kapsula
interna dan berakhir di korteks
visual lobus oksipital.
Dalam perjalanannya
serabutserabut tersebut memisahkan diri
sehingga serabut-serabut untuk
kuadran bawah melalui lobus
parietal sedangkan untuk kuadaran
atas melalui lobus temporal. Akibat
dari dekusasio serabut-serabut
tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri
berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari
Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat
medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama
nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis
akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot
orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus,
otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi
pengecapan bagian anterior lidah.
SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua
komponen yaitu serabut-serabut aferen yang
mengurusi pendengaran dan vestibuler yang
mengandung serabut-serabut aferen yang
mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut
untuk pendengaran berasal dari organ corti dan
berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini
terdapat transmisi bilateral ke korpus
genikulatum medial dan kemudian menuju girus
superior lobus temporalis. Serabut-serabut
untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan
kanalis semisirkularis dan bergabung dengan
serabut-serabut auditorik di dalam kanalis
fasialis.
Serabut-serabut
ini
kemudian
memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.
SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)
Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada waktu
meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua
ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati
foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan
vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara
otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah
dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga
posterior lidah.
B.Traktus Ekstrapyramidal
Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis
1. Tractus reticulospinalis
Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla
oblongata (neuron orde pertama).
Jalan :
Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus
reticulospinlis pontinus
Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke
medulla spinalis : traktus reticulospinalis medulla spinalis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)
Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan
inhibisi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi kseimbangan tubuh.
2. Tractus Tectospinalis
Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)
Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata.
Jalannya dekat sekali dengan fasciculus longitudinale medialis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron
orde kedua dan ketiga
Fungsi :
1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap
2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan
3. Tractus Rubrospinalis
Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon
setinggi coliculus superior.
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati
pns, medulla oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea
(pusat spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensor
berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
10
4. Tractus vestibulospinalis
Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata),
menerima akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
Fungsi
: memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot
fleksor berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
5. Tractus olivospinalis
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex
cerebrii, corpus striatum, nuceu ruber
Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)
Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi keseimbangan
tubuh
11
2. Sensorik
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau stimulus. Dengan
alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan dalam dan
luar. Setiap reseptor sensoris mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus dan mentranduksi
energi fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf.
Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:
Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan raba
Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.
Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti jantung,
lambung, usus, dll.
Mekanoreseptor
Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan
pada pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka,
persendn dna organ visceral. Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba
ringan), corpus Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan).
Thermoreseptor
12
Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya : bulbus Krause (untuk
suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).
Nociseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang dihasilkan oleh
adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia. Contoh reseptornya berupa
akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk tekanan).
Chemoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu-bauan yang diterima
sel reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan yang diterima oleh sel reseptor
pengecap di lidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh darah untuk mendeteksi oksigen,
osmoreseptor untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah, glucoreseptor di
hipotalamus mendeteksi perubahan kadar gula darah.
Photoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan oleh sel
photoreceptor (batang dan kesrucut) di retina mata.
Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai berikut :
A. Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba, tekan, dan suhu : sinyal
diterima reseptor dibawa ke ganglion spinale melalui radiks posterior menuju
cornu posterior medulla spinalis berganti menjadi neuron sensoris ke-2 lalu
menyilang ke sisi lain medulla spinalis membentuk jaras yang berjalan ke atas
yaitu traktus spinotalamikus menuju thalamus di otak berganti menjadi neuron
sensoris ke-3 menuju korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis
(lobus parietalis)
B. Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan tendo :
sinyal diterima reseptor ganglion spinale radiks posterior medulla spinalis
lalu naik sebagai funiculus grasilis dan funiculus cuneatus berakhir di nucleus Goll
berganti menjadi neusron sensoris ke-2 menyilang ke sisi lain medulla spinalis
menuju thalamus di otak berganti menjadi neuron sensoris ke-3 menuju ke
korteks somatosensorik di girus postsentralis (lobus parietalis).
13
Letak : Merupakan serabut saraf berbentuk pita lebar substantia alba yang memisahkan
nucleus lenticularis dengan nucleus caudatus dan thalamus. Mengandung serabut saraf
penghubung bolak balik antara cortex cerebri dengan thalamus dan medulla spinalis
Bentuk : Pada penampang lintang membentuk huruf V dimana titik sudutnya disebut genu.
Menghadap ke medial dna kaki-kakinya disebut crus anterior dan crus posterior.
Pars lenticulothalmicus
Tractus corticobulbaris
Tractus corticospinalis
Tractus corticorubralis
Pars retrolenticularis
Pars sublenticularis
Tractus termporopontin
Tractus geniculocalcarina
Radiatio auditorius
14
Memahami fungsi motorik dan kelainan neurologis akibat gangguan fungsi motorik
Saraf motorik
Sel saraf motorik merupakan bagian dari struktur dan fungsi sistem saraf yang berfungsi
Mengirim implus dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa
tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya
dapat sangat panjang. Bisa dilihat dalam gambar berikut.
Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui
proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu. saraf eferen di sebut
sebagai saraf motorik terdiri dari dua bagian yaitu saraf motorik somatik dan saraf somatik
autonom
1. Saraf motorik somatik
Saraf motorik somatik membawa implus dari pusat ke otot rangka sebagai organ
efektor.melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui
neurotransmitor di hubungkan saraf-otot, dapat terbangkit kontraksi otot. Baik kekuatan
maupun jenis kontraksi oto rangka dapat dikendalikan oleh sistem saraf pusat maupun sistem
saraf tepi. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses pengendalian kinerja otot rangka
yang diperlukan untuk menyelengarakan berbagai sikap dan gerakan tubuh.
1. Saraf-saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)
Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik; dimulai dari ujung
saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian di luar sumsum tulang
belakang). Saraf-saraf tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang di sepanjang
perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang
saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama
cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala (skeletal muscles). Mekanisme input (masuknya
informasi-informasi sensoris ke sumsum tulang belakang) dan output dari proses tersebut
yang menghasilkan informasi-informasi motorik dapat Soma sel dari axon-axon saraf tulang
belakang yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di
luar sistem saraf pusat (kecuali untuk sistem visual karena retina mata adalah bagian dari
otak). Axon-axon yang datang membawa informasi sensoris ke susunan saraf pusat ini adalah
saraf-sarafafferent. Soma-soma sel dari axon yang membawa informasi sensoris tersebut
berkumpul di dorsal rootganglia. Neuron-neuron ini merupakan neuron-neuron unipolar.
Batang axon yang bercabang di dekat soma sel, mengirim informasi ke sumsum tulang
belakang dan ke organ-organ sensoris. Semua axon di dorsal root menyampaikan informasi
sensorimotorik.
2. Saraf-saraf Kepala (Cranial Nerves)
Saraf-saraf kepala Terdiridari 12 pasang saraf kepala yang meninggalkan permukaan ventral
otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengontrol fungsi sensoris dan motorik di bagian
kepala dan leher. Salah satu dari kedua belas pasang tersebut adalah saraf vagus (vagus
nerves/saraf yang berkelana), yang merupakan saraf nomor sepuluh yang mengatur fungsifungsi organ tubuh di bagian dada dan perut. Disebut vagus atau saraf yang berkelana
karena cabang-cabang sarafnya mencapai rongga dada dan perut.
15
16
Kinerja motorik bergantung pada otot yang utuh, hubungan neuromuscular yang fungsional,
dan traktus nervus kranialis dan spinalis yang utuh. Untuk dapat memahami bagaimana
system syaraf mengkoordinasi aktifitas otot, pertama tama kita harus dapat membedakan
antara neuron motorik atas (upper motor neuron, UMN) dan neuron motorik
bawah(lowermotor neuron, LMN).
UMN berasal dari kortek serebri dan menjulur ke bawah, satu bagian (traktus
kortikobulbaris) berakhir pada batang otak sedangkan bagian lainnya (traktus kortikospinalis)
menyilang bagian bawah modula oblongata dan terus turun ke dalam medulla spinalis. Nuklei
nervus kranialis merupakan ujung akhir traktus kortikobulbaris. Traktus kortikospinalis
berakhir di daerah kornu anterior medulla spinalis servikal sampai sacral. Serabut-serabut
spinalis yang melalui piramide modula oblongata membentuk traktus piramidalis. Serabutserabut saraf dalam traktus kortikospinalis merupakan penyalur gerakan voluntary, terutama
gerakan halus, disadari, dan mempunyai cirri tersendiri.
LMN mencakup sel-sel motorik nuclei nervus kranialis dan aksonnya serta sel-sel
kornu anterior medulla spinalis dan aksonnya. Serabut-serabut motorik keluar melalui radiks
anterior atau motorik medulla spinalis, dan mempersarafi otot-otot.
Lesi pada UMN dan LMN menyebabkan perubahan-perubahan khas pada respon otot.
Pengetahuan mengenai perbedaan kelemahan otot akan mempermudah menentukan letak lesi
neurologis tersebut.
Perbedaan antara Kelemahan UMN dan LMN
Karakteristik
UMN
LMN
Jenis dan distribusi kelemahan Lesi di otak : distribusi
Bergantung LMN yang
piramidalis yaitu bagian
terkena yaitu sgmen radiks,
distal terutama otot-otot
atu saraf yang mana.
tangan, ekstensor lengan dan
fleksor tungkai lebih lemah.
Lesi di medulla spinalis
:bervareasi bergantung lokasi
lesi.
Tonus
Spastisitas : lebih nyata pada
Flaksid
fleksor lengan dan ekstensor
tungkai
Massa otot
Hanya sedikit mengalami
Atropi dapat sangat jelas
disuse atropi
Refleks
Meninggi : Babinski positif
Menurun atau tidak ada :
Babinski negatif
Fasikulasi
Tidak
Ada
Klonus
Seringkali ada
Tidak ada.
Koordinasi dan Gaya Berjalan (Gait)
Gangguan koordinasi menunjukkan adanya masalah pada fungsi cerebral dan
interupsi traktus kortikospinalis. Tes ini mencakup jalan tandem (penderita disuruh berjalan
pada satu garis dengan tumit ditempelkan pada ujung jari kaki yang lain), kemampuan
penderita untuk meniru gerkan sederhana yang cepat (memukulkan telapak tangan dan
punggung tangan pada lutut secara bergantian). Gangguan sereberal menyebabkan gerakan
ini lambat, tidak ritmik dan tidak akurat.
Gaya berjalan (gait) dapat dinilai dengan meminta penderita berjalan, pemeriksa harus
memperhatikan ayunan lengan yang berkurang, hemiplegia, rigiditas, hilangnya gerakan
terkoordinasi, tremor dan atau apraksia (langkah lambat, diseret, kesulitan mengangkat kaki
dari lantai) atau kombinasi dari semua karakteristik ini. Penderita gangguan sereberal berjalan
17
dengan jarak kedua kaki relative jauh dan cenderung sempoyongan ke lateral. Gaya berjalan
yang lambat, langkah kecil diseret, dan ayunan lengan berkurang merupakan cirri khas
penderita Parkinson.
Tonus dan Kekuatan Otot
Tonus otot, yaitu resistensi yang terdeteksi oleh pemeriksa saat menggerakkan sendi
secara pasif, seringkali terganggu jika terdapat gangguan sistrm saraf. Gangguan UMN
menigkatkan tonus otot, sedangakan gangguan LMN menurunkan tonus otot.
Beberapa Perubahan Fungsi Motorik disebabkan oleh Gangguan Neurologis.
Gangguan Otot
Temuan Klinis
Gangguan neurologis
Distonia
Posisi bagian-bagian tubuh
Gangguan ekstrapiramidal
bertahan dalam keadaan
Penyakit Wilson
abnormal dengan sedikit
Neuropati fenotiasin
tahanan sewaktu dilakukan
Infeksi virus pada otak
gerakan pasif.
Paratonia (gegenhalten)
Tahanan terhadap gerakan
Penyakit lobus frontalis
pasif pada seluruh gerakan
Kekakuan deserebrasi
Ekstensi dan pronasi lengan
Cedera otak berat di atas pons
dan ekstensi dari tungaki
Hipotonia
Peningkatan gerakan sendi
Gangguan sereberal
(ekstensi dan fleksi
berlebihan)
Hemibalismus
Gerakan unilateral, mengenai Penyempitan pembuluh darah
bagian yang berlawanan
otak mengenai nucleus
dengan lesi, mencakup
subtalamikus.
gerakan sendi proksimal yang
kasar dan mengayun.
Tremor
Ritmik involuntary, gerakan
Lesi pada jaras sereberal.
tremor halus
Tremor istirahat : lebih nyata
pada saat istirahat.
Tremor intensional (gerakan
bertujuan) : memburuk bila
penderita menggapai suatu
objek.
Kelompok otot utama diamati untuk melihat adanya tanda-tanda kelemahan,
fasikulasi atau kontraktur. Kekuatan otot dapat diperiksa dengan membandingkan otot satu
sisi dengan otot sisi lainnya sewaktu penderita mencoba melawan tekanan yang berlawanan
dari pemeriksa. Dalam mengevaluasi tes-tes ini harus dipertimbangkan factor usia, seks dan
keadaan fisiknya. Penderita harus diperiksa akan kemungkinan adanya gerakan involunter
yaitu tremor, korea, dan hemibalismus.
Refleks
Refleks tendon dalam dapat ditimbulkan dengan mengetukkan palu reflex secara cepat dan
kuat pada tendon yang teregang sebagian.
Refleks tendon dalam (disebut juga reflex regang otot) yang sering diperiksa adalah
reflexbiseps, reflex trisep dan reflex brakioradialis, reflex patella, serta reflex Achilles.
Respon reflex dibagi dalam berbagai tingkatan yang bervareasi dari 0 sampai +4.
Tingkatan Kekuatan Refleks
Tingkat
Makna
18
+4
+3
+2
+1
0
Refleks superficial diperiksa dengan menggores kulit dengan benda keras (mis ; ujung
palu reflex atau aplikator) yang menyebabkan otot berkontraksi. Refleks tersebut antara lain
reflex abdominal, reflex kremaster, reflex plantar, reflek gluteal. Refleks ini akan mengalami
perubahan bila UMN dan LMN terserang penyakit.
Paralisis neuran motorik atas disebabkan oleh terputusnya jaras motorik desendens
pada satu sisi segmen medulla spinalis. Segera setelah terjadi lesi, reflex tendon dalam akan
tertekan untuk sementara waktu. Keadaan ini disebut arefleksia. Selain itu, otot yang lumpuh
akan lumpuh (flaksid). Beberapa minggu atau bulan setelah lesi, reflex tendon
dalam menjadi hiperaktif. Refleks superficial hilang dan reflex babinski positif.
Paralisis LMN disebabkan oleh destruktif saraf motorik perifer dan sel-sel kornu
anterior. Bila terjadi paralisis LMN, otot menjadi flaksid, hipotonus, dan reflex tendon dalam
hilang.
Refleks plantar ditimbulkan dengan menggores permukaan lateral telapak kaki, dari tumit
sampai ke bantalan kaki dan melengkung kea rah medial melintasi bantalan kaki. Rangsang
normal terhadap rangsang ini adalah fleksi jari-jari kaki. Refleks abnormal yaitu bila
dorsofleksi ibu jari kaki disertai jari-jari lainnya terbuka seperti kipas, disebut reflex babinski
dan adanya penyakit UMN. Refleks ini ditemukan pada :
1. Anak usia kurang dari 2 tahun
2. Selama periode tidur nyenyak, anestesi umum dan depresi postiktal
3. Pada orang mabuk atau syok hipoglikemik sedang sampai berat.
2. Memahami dan Menjelaskan Stroke
2.1
Definisi
WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun
global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai
menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler (Hatano, 1976 dalam
Davenport dan Dennis, 2000).
2.2
Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu :
1. Trombosis serebral. Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis
serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami
pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan
dari
haemorrhagi
intracerebral
atau
embolisme
serebral.
Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada
19
4. Haemorrhagi serebral
Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus Willisi dan
malformasi arteri vena kongenital pada otak.
Haemorrhagi intracerebral adalah perdar ahan di substansi dalam otak paling umum
pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya
awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila ha emorrhagi membesar, makin jelas
defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada
tanda vital
Faktor Resiko
Penggolongan faktor risiko stroke didasarkan pada dapat atau tidaknya resiko tersebut ditanggulangi /
diubah :
I. Faktor resiko yang tak dapat diubah atau dicegah/dimodifikasi
II. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
III. Faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasi
Pengenalan faktorfaktor resiko ini penting, karena banyak pasien mempunyai faktor resiko lebih dari
1 (satu) faktor atau bahkan kadangkadang faktor resiko ini diabaikan. Setelah mengetahui maka
perlu dikenal juga bagaimana cara pengatasan atau penghindaran faktorfaktor resiko dan caracara
pemeriksaan faktor.
a) Faktor Resiko Yang Tak Dapat Diubah
Umur
Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia hingga
makin bertambah usia makin tinggi kemungkinan mendapat stroke. Dalam statistik faktor ini
menjadi 2 x lipat setelah usia 55 tahun.
20
Jenis.
Stroke diketahui lebih banyak lakilaki dibanding perempuan. Kecuali umur 35 44 tahun
dan diatas 85 tahun, lebih banyak diderita perempuan. Hal ini diperkirakan karena pemakaian
obatobat kontrasepsi dan usia harapan hidup perempuan yang lebih tinggi dibanding laki
laki.
Berat Lahir Yang Rendah
Statistik di Inggris memungkinkan orang dengan berat bayi lahir rendah menunjukkan angka
kematian yang lebih tinggi dibanding orang yang lahir dengan berat normal. Namun apa
hubungan antara keduanya belum diketahui secara pasti.
Ras
Penduduk Afrika Amerika dan Hispanic Amerika berpotensi stroke lebih tinggi dibanding
Eropa Amerika. Pada penelitian penyakit artherosklerosis terlihat bahwapenduduk kulit
hitam mendapat serangan stroke 38 % lebih tinggi dibanding kulit putih.
Faktor Keturunan
Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor resiko stroke. Hal ini diperkirakan
melalui beberapa mekanisme antara lain :
Faktor genetik
Faktor life style
Penyakitpenyakit yang ditemukan
Interaksi antara yang tersebut diatas
Kelainan Pembuluh Darah Bawaan : sering tak diketahui sebelum terjadi stroke
b) Faktor Resiko Yang Dapat Diubah
Banyak data menunjukkan bahwa penderita stroke yang pertama kali menunjukkan bahwa
penderita stroke yang pertama kali menunjukkan angka penurunan terjadinya stroke setelah
penanggulangan faktor resikonya, terutama pengatasan faktor resiko artherosklerosis.
Hypertensi/tekanan darah tinggi
Makin tinggi tensi darah makin tinggi kemungkinan terjadinya stroke, baik perdarahan
maupun bukan.
Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor resiko terjadinya stroke, terutama
dalam kombinasi dengan faktor resiko yang lain misal pada kombinasi merokok dan
pemakaian obat kontrasepsi . Hal ini juga ditunjukkan pada perokok pasif. Merokok
meningkatkan terjadinya thombus, karena terjadinya artherosklerosis.
Diabetes
Penderita diabetes cenderung menderita artherosklerosis dan meningkat kan terjadinya
hypertensi, kegemukan dan kenaikan lemak darah. Kombinasi hypertensi dan diabetes sangat
menaikkan komplikasi diabetes termasuk stroke. Pengendalian diabetes sangat menurunkan
terjadinya stroke.
Kenaikan kadar cholesterol/lemak darah
Penelitian menunjukkan angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar cholesterol diatas
240 mg % Setiap kenaikan 38,7 mg % menaikkan angka stroke 25 %. Sedangkan kenaikan
HDL 1 m mol (38,7 mg %) menurunkan terjadinya stroke setinggi 47 %. Demikian juga
kenaikan trigliserid menaikkan jumlah terjadinya stroke. Pemberian obatobat anti cholesterol
21
Metabolik Sindrom
Dikatakan metabolik sindrom jika terdapat 3 atau lebih gejalagejala sebagai berikut:
Gemuk perut
Trigliceride > 150 mg %
HDL < 40 mg %
Tensi 130 / 85 mm Hg
Gula puasa 110 mg %
Perubahan gaya hidup, pola makan, penurunan BB dan diet seimbang akan menurunkan terjadinya
stroke.
Pemakaian alkohol berlebihan
Pemakaian alkohol berlebihan memicu terjadinya stroke. Pemakaian jumlah sedikit
dapat menaikkan HDL cholesterol dan mengurangi perlengketan trombosit dan
menurunkan kadar fibrinogen. Alkohol berlebihan akan menyebabkan peningkatan
tensi darah, darah gampang menjendal, penurunan aliran darah dan juga atrium
fibrilasi.
22
Drug Abuse/narkoba
Pemakaian obatobat terlarang seperti cocain, auphetamine, heroin dsb meningkatkan
terjadinya stroke. Obatobat ini dapat mempengaruhi tensi darahsecara tibatiba,
menyebabkan terjadinya emboli, karena adanya endocarditis dan menaikkan
kekentalan darah dan perlengketan thrombosit.
Pemakaian obatobat kontrasepsi (OC)
Resiko stroke meningkat jika memakai OC dengan dosis obstradial 50 ug.
Umumnya resiko stroke terjadi jika pemakaian ini dikombinasi dengan adanya usia >
35 tahun, perokok, hipertensi, diabetes dan migrain.
Gangguan Pola Tidur
Penelitian membuktikan bahwa tidur ngorok meningkatkan terjadinya stroke. Pola
tidur ngorok sering disertai apneu (henti nafas) tidak hanya berpotensi menyebabkan
stroke tapi juga gangguan jantung. Hal ini disebabkan penurunan aliran darah ke otak,
kenaikan tensi dsb. Pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan yang cermat dengan
mencari penyebabnya.
Kenaikan homocystein
Homocystein adalah sulpenydril yang mengandung asam amino dan diet yang
mengandung methirin. Kenaikan homocystein meningkatkan artheriosclerosis. Diet
kaya sayur dan buah akan menurunkan homocystein.
Kenaikan lipoprotein (a)
Lipid protein komplex yang meningkat merupakan resiko terjadinya penyakit jantung
dan stroke. Lp (a) merupakan partikel dari LDL dan peningkatannya akan
meningkatkan terjadinya thrombosis dengan mekanisme menghambat plasminogen
aktivator. Pengobatan dengan niacin akan menurunkan lp (a)
Hypercoagubility
Ada kecenderungan darah mudah menggumpal di karenakan adanya autiphospolipid
antibody. Test dapat dikerjakan dengan pemeriksaan anti crdiolipin antibody dan
anticoagulant lypus.
2.3 Klasifikasi
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Stroke Trombotik :Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir
70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
1. Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
23
2. Hemoragik Subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
2.4 Patofisiologi
Stroke Iskemik
Adanya aterotrombosis atau emboli, memutuskan aliran darah otak (cerebral blood flow/CBF).
Nilai normal CBF = 53 ml/100 mg jaringan otak/menit. Jika CBF < 30 ml/100 mg/menit, maka
akan terjadi iskemik. Jika CBF < 10 ml/100 mg/menit kekurangan oksigen, maka proses
fosforilasi oksidatif terhambat dan produksi ATP (energi) berkurang. Hal ini menyebabkan pompa
Na-K-ATPase tidak berfungsi, sehingga terjadi depolarisasi membran sel saraf yang menyebabkan
pembukaan kanal ion Ca. hal ini akan memicu kenaikan influks Ca secara cepat sehingga terjadi
gangguan padanCa homeostasis. Ca merupakan signalling molekul yang mengaktivasi berbagai
enzim dan memicu proses biokimia yang bersifat eksitotoksik yang menyebabkan kematian sel
saraf (nekrosis maupun apotosis), sehingga gejala yang timbul tergantung pada saraf mana yang
mengalami kerusakan/kematian
Stroke Hemoragik
Hemoragik merupakan penyebab ketiga tersering serangan stroke. Penyebab utamanya: hipertensi
yang terjadi jika tekanan darah meningkat dengan signifikan, sehingga pembuluh arteri robek dan
menyebabkan perdarahan pada jaringan otak. Hal tersebut menimbulkan membentuk suatu massa
yang menyebabkan jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan (displacement of brain tissue)
sehingga fungsi otak terganggu. Semakin besar hemoragi yang terjadi, semakin besar
displacement jaringan otak yang terjadi. Pasien dengan stroke hemoragik sebagian besar
mengalami ketidaksadaran dan akhirnya meninggal.
Berikut ini adalah skema terjadinya stroke :
24
25
Pusing, bingung
Penglihatan kabur atau kehilangan ketajaman. Ini bisa terjadi pada satu atau dua mata
Kehilangan keseimbangan, lemah
Rasa kebal atau kesemutan pada satu sisi tubuh
B.
Stroke ringan (Sembuh dalam beberapa minggu):
Beberapa atau semua gejala di atas
Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki.
Bicara tidak jelas.
C. Stroke berat (Sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau tahun, tidak bisa
sembuh total):
Semua/beberapa gejala stroke sementara dan ringan.
Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran).
Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki.
Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara.
Sukar menelan.
Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan feses.
Kehilangan daya ingat atau konsentrasi, perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu,
mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil.
Mendeteksi Pemicu
Gejala yang terjadi tergantung kepada daerah otak yang terkena:
Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi
tubuh
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
Penglihatan ganda
Pusing
Bicara tidak jelas
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
Pergerakan yang tidak biasa
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
Ketidakseimbangan dan terjatuh
Pingsan
Kelainan neurologis yang terjadi lebih berat, lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan
sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan emosi.
Stroke bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam
tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan
memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.
Stroke hemoragik
Gejala Klinik
1.
PIS
PSA
Berat
Ringan
26
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
SIS sebelumnya
Permulaan (onset)
Nyeri kepala
Muntah pada awalnya
Hipertensi
Kesadaran
Kaku kuduk
Hemiparesis
Deviasi mata
Gangguan bicara
Likuor
Perdarahan subarakhnoid
Paresis / gangguan N. III
Amat jarang
Menit/jam
Hebat
Sering
Hampir selalu
Biasa hilang
Jarang
Sering sejak
Bisa ada
Sering
Sering
Berdarah tidak ada
1 2 menit
Sangat hebat
Sering
Biasanya tidak
Biasa hilang sebentar
Biasa ada
Permulaan tidak ada
Tidak ada
Jarang
Selalu
Berdarah
Bisa ada mungkin (+)
Head CT Scan
stroke
non
hemorhargi
terlihat
strokehaemorhargi terlihat perdarahan
adanya
infark
sedangkan
pada
EKG
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan dalam suplai darah
keotak. d. Elektro Encephalo Grafi Elektro Encephalo Grafi mengidentifikasi
masalahberdasarkan gelombang otak, menunjukkan area lokasi secara spesifik.
Angiografi cerebral
Me mb antu secara spesifik dala m men cari pen yebab stroke seperti
perdarahan atau obstruksi arteri, memperlihatkan secara tepat letak
oklusi atau ruptur.
Ultrasonografi dopler
27
6. Konstanta 12
Siriraj Stroke Score (SSS): ( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala ) + ( 0,1 x
tekanan diastolik ) ( 3 x petanda ateroma ) 12
Interpretasi score : Skor -1 = Infark, 1 = Hemoragik
Poin-poin pada masing-masih gejala klinis tersebut ditambahkan, dan ditemukan hasil dengan
interpretasi < -1 adalah kemungkinan strok non-hemorrhagic, sedangkan pada skor >1 maka
kemungkinan strok hemorrhagic.
Pemeriksaan radiologis
a. CT-scan
CT-scan merupakan alat pencitraan yang dipakai pada kasus-kasus emergensi seperti emboli
paru, diseksi aorta, akut abdomen, semua jenis trauma dan menentukan tingkatan dalam stroke.
Pada kasus stroke, CT-scan dapat menentukan dan memisahkan antara jaringan otak yang infark
dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk menilai kalsifikasi jaringan.
28
Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-scan dapat mendeteksi lebih dari 90 % kasus stroke
iskemik, dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke.
Normal
2.8. Tatalaksana
Pengobatan Umum
Untuk pengobatan umum ini dipakai patokan 5 B yaitu:
1. Breathing
29
2.
3.
4.
5.
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru baik. Pengobatan dengan oksigen hanya
perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari
keadaan pasien yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi, dapat
diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat diberikan
Diphenylhydantoin atau Carbamazepin.
Blood
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pengobatan
hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambah iskemik
lagi.
Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus glukosa
harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang akan
mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat pasien
gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila perlu diberikan nasogastric tube (NGT).
Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urin. Pemasangan
kateter jika terjadi inkontinensia.
Perawatan suportif
Pelihara oksigenasi jaringan secara adekuat; membutuhkan bantuan saluran napas dan
ventilasi. Cek aspirasi pneumonia yang mungkin terjadi.
Tekanan darah; pada kebanyakan kasus, tekanan darah tidak boleh diturunkan secara cepat.
Jika terlalu tinggi, menurunkan tekanan darah secara berhati-hati, karena status neurologis
dapat bertambah buruk ketika tekanan darah diturunkan.
Status volume darah; koreksi hipovolemia dan elektrolit-elektrolit tetap pada batas normal.
Demam; harus dicari sumber dari demam dan diturunkan dengan anti piretik yang sesuai.
Hypoglycemia/dan atau hyperglycemia; harus dijaga dengan kontrol yang ketat.
Hiperglikemia dapat bertambah buruk pada cedera iskemik.
Profilaksis DVT; stroke dengan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk DVT. Penting
untuk menggunakan heparin subcutan 5,000 IU q. 8 atau 12 jam atau subkutan enoksaparin
30 mg q. 12 jam pada ambulasi awal.
a. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
Singkirkan kemungkinan koagulopati. Pastikan hasil masa protrombin dan masa
tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan plasma beku
segar (FFP) 4-8 unit intravena setiap 4 jam dan vitamin K 15 mg intravena bolus, kemudian 3
kali sehari 15 mg subkutan sampai masa protrombin normal. Koreksi antikoagulasi heparin
dengan protamin sulfat 10-50 mg bolus lambat (1 mg mengoreksi 100 unit heparin).
Kendalikan HT. Tekanan yang tinggi bisa menyebabkan perburukan perihematom. Tekanan
darah sisitolik >180mmHg dengan labetalol (20 mg intravena dalam 2 menit ulangi 40-80 mg
intravena dalam interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan kemudian infus 2
mg/menit dan dirasi atau penghambat ACE 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehari atau antagonis
kalsium (nifedipin oral 4x 10 mg).
Pertimbangkan bedah saraf apabila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm atau
volum lebih dari 50 ml. Pemasangan ventrikulo-peritoneal bila ada hidroefalus obstruktif akut
atau kliping aneurisma.
Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma/malformasi arteriovenosa.
Berikan manitol 20% (1 mg/kg BB intravena dalan 20-30 menit). Steroid tidak terbukti efektif
pada perdarahan intraserebral.
30
Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kg BB intravena atau peroral). Pada umumnya anti
konvulsan diberikan bila terdapat kejang.
Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme.
Untuk mengatasi perdarahan intracerebral : obati penyebabnya, turunkan TIK, beri
neuroprotektor, tindakan bedah dengan pertimbangan GCS >4 dilakukan pada pasien dengan
perdarahan serebelum > 3cm, hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum,
perdarahan lobar diatas 60 cc dengan tanda peningkatan TIK akut dan encaman herniasi.
31
Prosedur eksperimental; > 50-60% mengalami kekambuhan. Menempatkan suatu coil baja
tahan-karat kedalam pembuluh darah yang kemudian difiksasi pada salah satu dinding dari
arteri; saat ini coil ditambahkan dengan obat-obatan slow-release.
4. Agen-agen antiplatelet
Aspirin
Mekanisme kerja: a) Menghambat agregasi platelet. b) Menurunkan atau mengurangi pelepasan
substansi vasoaktif dari platelet. c) Menginaktivasi secara irreversibel siklooksigenase-platelet; dan
efeknya cukup berlangsung selama hidup dari platelet; 5-7 hari
Efikasi
a. ASA telah menunjukkan pengurangan yang bermakna secara klinis (22-24%) pada risiko stroke
dan kematian, pada uji-uji klinis acak pasien-pasien yang telah mengalami suatu TIA sebelumnya
atau strok sebagai pencegahan sekunder.
b. Dosis berkisar dari 50 -1500 mg perhari.
Pada uji klinis terakhir; evaluasi dosis rendah (30-325 mg perhari); hasilnya mengindikasikan
bahwa dosis rendah mungkin lebih bermanfaat dengan berkurangnya efek-efek tidak
diinginkan dari asam salisilat pada lambung.
Pada beberapa studi menyatakan; bahwa ASA lebih efektif pada laki-laki dibanding sejumlah
kecil perempuan pada studi lain.
Peran pada pencegahan primer belum jelas.
Dipiridamol (Persantine)
Mekanisme kerja: a) Inhibitor lemah dari agregasi platelet. b) Sebagai inhibit fosfodiesterase platelet.
Efikasi: a) Pada uji klinis belum mempunyai bukti yang kuat dalam penggunaan dipiridamol pada
iskemia otak. b) Tidak ada efek aditif yang ditemukan bersama dengan aspirin.
Sulfinpirazon (Anturane)
Mekanisme kerja: Innhibisi reversibel dari siklooksigenase.
Efikasi: Uji klinis belum mempunyai dukungan rekomendasi penggunaan.
Tiklopidin (Ticlid)
Mekanisme Kerja: a) Inhibisi agregasi platelet dan menginduksi ADP. b) Inhibisi agregasi platelet
yang diinduksi oleh kolagen, PAF, epinefrin dan thrombin. c) Waktu perdarahan diperpanjang. d)
Berefek minimal pada siklooksigenase.
Efikasi:
a. Telah menunjukkan dapat mereduksi insidens stroke, kira-kira 22% pada pasien-pasien yang telah
mengalami TIAs sebelumnya atau stroke.
b. Lebih efektif dibanding aspirin dengan kurangnya efek gastrointestinal.
c. Tidak ada perbedaan gender yang memperlihatkan tiklopidin bereaksi sama; seperti halnya
dengan ASA.
d. Dosis 500 mg perhari dibagi menjadi dua dosis (250 mg peroral-bid)
Efek samping: diare, ruam pada kulit, total kolesterol serum yang meningkat.
Antikoagulasi (warfarin)
a. Belum ada studi-studi yang membuktikan superioritas dari antikoagulan ini sebagai agen
antiplatelet.
b. Dapat mereduksi risiko dari stroke pada pasien dengan infark miokard sebelumnya.
32
c. Bermanfaat pada pasien yang menderita keluhan simptomatik pada terapi antiplatelet.
d. Eksepsi mayor adalah pada pasien dengan embolisme otak yang berasal kardiac;
1. Antikoagulasi kronik dengan warfarin telah dibuktikan untuk mencegah keadaan gangguan
serebrovaskuler pada pasien dengan AF (atrial fibrilasi).
2. Penanganan terhadap stroke infarction /dan atau ischemic serebral akut.
Obat Antihipertensi Pada Stroke
Golongan/Obat
Tiazid
Diazoksid
ACEI
Enalaprit
Mekanisme
Aktivasi
sensitive
channels
Esmolol
Alfa Blocker
Fentolamin
Interaksi Obat
ACE inhibitor
Beta Blocker
Labetalol
Dosis
0,625-1,25 mg IV Awitan
selama 15 menit. menit.
<
Efek Samping
Retensi cairan dan
garam,
hiperglikemia
berat, durasi lama
(1-12 jam).
15 Durasi
jam),
renal.
lama (6
disfungsi
Antagonis
reseptor 1, 1, 2
5-20 mg IV.
Vasodilator Langsung
Hidralasin
NO terkait dengan 2,5-10 mg IV
mobilisasi kalsium bolus (sampai 40
dalam otot polos.
mg).
33
Thiopental
Trimetafan
Fenoldipam
Sodium
Nitroprusid
Nitrogliserin
34
Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak.
Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari
otak dialirkan ke perut. Kadang kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. Pasien akan mengalami masalah berpikir, melihat,
atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar
masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa
permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
b. Radiosurgery stereotactic
Merupakan "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa membuka
tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak.
Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan
tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan
foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien
dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor
yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah
radioterapi.
Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak
mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat
menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
c. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar diarahkan
pada tumor dan jaringan di dekatnya. Terkadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf
tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel sisa tumor yang
mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti
operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi
radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
35
2.9. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
Kenaikan tekanan darah. Keadaan ini biasanya merupakan mekanisme kompensasi sebagai
upaya mengejar kekurangan pasokan darah di tempat lesi. Oleh karena itu kecuali bila
menunjukkan nilai yang sangat tinggi (sistolik > 220/ diastolik >130) tekanan darah tidak perlu
diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48 jam. Pada pasien hipertensi kronis tekanan
darah juga tidak perlu diturunkan segera.
Kadar gula darah. Pasien stroke seringkali merupakan pasein DM sehingga kadar glukosa
darah pasca stroke tinggi. Akan tetapi seringkali terjadi kenaikan glukosa darah pasein sebagai
reaksi kompensasi atau akibat mekanisme stress.
Gangguan jantung. Baik sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi. Keadaan ini
memerlukan perhatian khusus, karena seringkali memperburuk keadaan stroke bahkan sering
merupakan penyebab kematian.
Gangguan respirasi. Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat napas.
Infeksi dan sepsis. Merupakan komplikasi stroke yang serius pada ginjal dan hati.
Gangguan cairan, elektrolit, asam dan basa.
Ulcer stres. Yang dapat menyebabkan terjadinya hematemesis dan melena.
2. Komplikasi Kronik
Akibat tirah baring lama di tempat tidur bias terjadi pneumonia, dekubitus, inkontinensia serta
berbagai akibat imobilisasi lain.
Rekurensi stroke.
Gangguan sosial-ekonomi.
Gangguan psikologis.
2.10. Pencegahan
Rekomendasi American Stroke Association (ASA) tentang pencegahan stroke adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan Primer Stroke
Pendekatan pada pencegahan primer adalah mencegah dan mengobati faktor-faktor risiko yang
dapat dimodifikasi.
Hipertensi
Hipertensi harus diobati, untuk mencegah stroke ulang maupun mencegah penyakit
vaskular lainnya. Pengendalian hipertensi ini sangat penting artinya bagi para penderita stroke
iskemik dan TIA. Target absolut dalam hal penurunan tekanan darah belum dapat ditetapkan,
yang penting adalah bahwa tekanan darah < 120 / 80 mm Hg. Modifikasi berbagai macam
gaya hidup berpengaruh terhadap upaya penurunan tekanan darah secara komprehensif.
Obatobat yang dianjurkan adalah diuretika dan ACE inhibitor; namun demikian pilihan
obat disesuaikan dengan kondisi / karakteristik masingmasing individu.
Diabetes melitus
Pada penderita diabetes melitus maka penurunan tekanan darah dan lipid darah perlu
memperoleh perhatian yang lebih serius. Dalam kasus demikian ini maka obat antihipertensi
dapat lebih dari 1 macam. ACE inhibitor merupakan obat pilihan untuk kasus gangguan ginjal
dan diabetes melitus
Pada penderita stroke iskemik dan TIA, pengendalian kadar gula direkomendasikan
sampai dengan mendekati kadar gula plasma normal (normoglycemic), untuk mengurangi
komplikasi mikrovaskular dan kemungkinan timbulnya komplikasi makrovaskular. Sementara
itu kadar HbA1c harus lebih rendah dari 7%.
Lipid
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar kolesterol yang tinggi, penyakit arteri
koroner, atau adanya bukti aterosklerosis, maka pasien harus dikelola secara komprehensif
36
meliputi modifikasi gaya hidup, diet secara tepat, dan pengobatan. Target penurunan kadar
kolesterol adalah sebagai berikut: LDL < 100 mg% dan kadar LDL < 70 mg% bagi penderita
dengan faktor risiko multipel.
Penderita stroke iskemik atau TIA yang dicurigai mengalami aterosklerosis tetapi tanpa
indikasi pemberian statis (kadar kolesterol normal, tanpa penyakit arteri koroner, atau tidak
ada bukti aterosklerosis) dianjurkan untuk diberi statin untuk mengurangi risiko gangguan
vaskular.
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar HDL kolesterol rendah dapat
dipertimbangkan untuk diberi niasin atau gemfibrozil.
Merokok
Setiap pasien stroke atau TIA harus segera menghentikan kebiasaan merokok.
Penghentian merokok dapat diupayakan dengan cara penyuluhan dan mengurangi jumlah
rokok yang dihisap / hari secara bertahap.
Obesitas
Bagi setiap penderita stroke iskemik atau TIA dengan obesitas/overweight sangat
dianjurkan untuk mempertahankan bodymass index (BMI) antara 18,524,9 kg/m2 dan
lingkat panggul kurang dari 35 inci (perempuan) dan kurang dari 40 inci (lakilaki).
Penyesuaian berat badan diupayakan melalui keseimbangan antara asupan kalori, aktivitas
fisik dan penyuluhan kebiasaan hidup sehat
Aktivitas fisik
Setiap pasien stroke iskemik atau TIA yang mampu untuk melakukan aktivitas fisik
sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik ringan selama 30 menit/hari. Untuk pasien
yang tidak mampu melakukan aktivitas fisik maka dianjurkan untuk melakukan latihan
dengan bantuan orang yang sudah terlatih.
37
A. NAFAKAH.
Suami wajib memberi nafakah kepada isterinya yang meliputi:
1. Pangan, yaitu kebutuhan makanan, minuman, lauk pauk sebagai kebutuhan hidup sehari-hari
dengan segala rangkaiannya
2. Pakaian, yaitu segala yag diperlukan untuk menutup dan memelihara tubuh isteri dari panas,
dingin, dan menjaga harga diri menurut yang pantas.
3. Pengobatan, yaitu segala sesuatu yang diperlukan untuk memelihara kesehatan jasmani isteri
dan pengobatan di waktu sakit, melahirkan dsb.
B. SUKNA.
Suami diwajibkan menyediakan dan menyelenggarakan rumah tempat tinggal bersama isterinya
menurut yang pantas dan sesuai dengan kemampuannya, lengkap dengan peralatan yang diperlukan.
Rincian kewajiban sukna ini meliputi:
1. Papan, yaitu rumah tempat berteduh dan bertempat tinggal, baik milik sendiri, menyewa atau
dengan cara lain. Suami wajib menyediakan tempat tinggal untuk isteri dan anak-anaknya dan
isteri pada dasarnya wajib mengikuti domisill suami atau bertempat tinggal sesuai hasil
permusyawaratan suami isteri
2. Peralatan, yaitu segala peralatan yang diperlukan untuk rumah tangga, meiiputi peralatan
ruang tamu, peralatan ruang tidur, peralatan dapur, dsb.
3. Pelayanan, yaitu menyediakan tenaga atau pembantu untuk melayani kebutuhan isteri apabila
suami mampu dan isteri termasuk orang yang pantas memiliki pelayan dengan melihat
kebiasaan keluarganya atau isteri karena kondisinya memerlukan pelayan. Tetapi apabila
suami tidak mampu maka ia tidak wajib menyediakannya.
Kewajiban nafakah termasuk tamlik, artinya apa yang diberikan oleh suami kepada isterinya menjadi
milik bagi isteri dan suami tidak boleh meminta kembali apabila terjadi perceraian. Adapun kewajiban
sukna termasuk imta artinya untuk diambil kesenangan dan manfaatnya, tidak diberikan menjadi
milik isteri.
Dasar hukum suami wajib menyelenggarakan nafakah dan sukna bagi isterinya ialah:
a. Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 233:
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma`ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya,
b. Al-Quran surat at-Talaq (65) ayat 7:
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan
kepadanya.
c. Al-Quran surat at-Talaq (65) ayat 6:
38
"Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu
dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika
mereka (isteri-isteri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka
nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu
untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya".
d. Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim, bahwa pada waktu Haji Wada Rasulullah berkhutbah
yang lengkap dan panjang lebar, isinya antara lain berkaitan dengan garis-garis kewajiban
suami terhadap isterinya,
Hai para manusia, kamu memiliki hak yang wajib atas istermu dan isteri-isteri memilki hak
yang wajib atasmu. Kewajiban mereka (isteri-isteri) yang menjadi hak kamu adalah mereka
tidak boleh memasukkan orang yang tidak kamu sukai tidur di tempatmu, dan janganlah
mereka melalaikan perbuatan jelek. Jika mereka melalaikannya kamu diizinkan Allah
mengucilkan mereka dari tempat tidur dan diberi hak memukul mereka dengan pukulan yang
tidak membahayakan. Jika mereka (isteri-isteri) telah berhenti dari perbuatan tidak baiknya
dan taat kembali kepadamu maka mereka berhak memperoleh rizki (makan) dan pakaian
dengan cara yang maruf.
e. Dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah diriwayatkan bahwa Hindun binti
Utbah menghadap Rasulullah saw dan mengatakan bahwa suaminya bernama Abu Sufyan
orang yang kikir, tidak memberikan keperluan hidupnya dan anaknya dengan cukup kecuali
dengan cara mengambil secara tanpa sepengetahuan Abu Sufyan, maka Rasulullah saw
bersabda: