Anda di halaman 1dari 39

1

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Nervus Cranialis


1.1 Menjelaskan anatomi makroskopik dan fisiologi nervus cranialis
Nervus Cranialis

SARAF OLFAKTORIUS (N.I)


Sistem olfaktorius dimulai dengan
sisi yang menerima rangsangan
olfaktorius. Sistem ini terdiri dari
bagian berikut: mukosa olfaktorius
pada bagian atas kavum nasal, fila
olfaktoria, bulbus subkalosal pada
sisi medial lobus orbitalis.
Saraf ini merupakan saraf sensorik
murni
yang
serabut-serabutnya
berasal dari membran mukosa hidung
dan menembus area kribriformis dari
tulang etmoidal untuk bersinaps di
bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di
lobus temporal bagian medial sisi yang sama.
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks
tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan

induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah
menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang
menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan
stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke
serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.
SARAF OPTIKUS (N. II)
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut saraf
ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari
sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabutserabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah
retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut
dari
lapangan
visual temporal (separuh bagian
nasal retina) menyilang kiasma,
sedangkan yang berasal dari
lapangan visual nasal tidak
menyilang. Serabut-serabut untuk
indeks cahaya yang berasal dari
kiasma optikum berakhir di
kolikulus superior, dimana terjadi
hubungan dengan kedua nuklei
saraf okulomotorius. Sisa serabut
yang
meninggalkan
kiasma
berhubungan dengan penglihatan
dan berjalan di dalam traktus
optikus menuju korpus genikulatum
lateralis. Dari sini serabut-serabut
yang berasal dari radiasio optika
melewati bagian posterior kapsula
interna dan berakhir di korteks
visual lobus oksipital.
Dalam perjalanannya
serabutserabut tersebut memisahkan diri
sehingga serabut-serabut untuk
kuadran bawah melalui lobus
parietal sedangkan untuk kuadaran
atas melalui lobus temporal. Akibat
dari dekusasio serabut-serabut
tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri
berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)


Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan
substansia grisea periakuaduktal (Nukleus motorik) dan
sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus
otonom).
Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan
otot-otot rektus medialis, superior, dan inferior, otot
oblikus inferior dan otot levator palpebra superior.
Nukleus otonom atau nukleus Edinger-westhpal yang
bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata
inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.
SARAF TROKLEARIS (N. IV)
Nukleus saraf troklearis terletak setinggi
kolikuli inferior di depan substansia grisea
periakuaduktal dan berada di bawah
Nukleus
okulomotorius.
Saraf
ini
merupakan satu-satunya saraf kranialis yang
keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf
troklearis mempersarafi otot oblikus
superior untuk menggerakkan mata bawah,
kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.
SARAF TRIGEMINUS (N. V)
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabutserabut motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut
motorik mempersarafi otot masseter dan otot temporalis.
Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi
tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan
mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit,
dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar
dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah
bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta
bagian membran timpani.
SARAF ABDUSENS (N. VI)
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah dekat medula
oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi otot rektus
lateralis.

SARAF FASIALIS (N. VII)

Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari
Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat
medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama
nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis
akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot
orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus,
otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi
pengecapan bagian anterior lidah.
SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)
Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua
komponen yaitu serabut-serabut aferen yang
mengurusi pendengaran dan vestibuler yang
mengandung serabut-serabut aferen yang
mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut
untuk pendengaran berasal dari organ corti dan
berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini
terdapat transmisi bilateral ke korpus
genikulatum medial dan kemudian menuju girus
superior lobus temporalis. Serabut-serabut
untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan
kanalis semisirkularis dan bergabung dengan
serabut-serabut auditorik di dalam kanalis
fasialis.
Serabut-serabut
ini
kemudian
memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.
SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)

Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada waktu
meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua
ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati
foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan
vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara
otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah
dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga
posterior lidah.

SARAF VAGUS (N. X)


Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare dan ganglion
inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah foramen jugularis, saraf vagus
mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding
usus, jantung dan paru-paru.
SARAF ASESORIUS (N. XI)
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis.
Radiks kranial adalah akson dari neuron dalam nukleus
ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus.
Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi
otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot
trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi
memutar kepala ke samping dan otot trapezius memutar
skapula bila lengan diangkat ke atas.

SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)


Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis tengah dan
depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus
merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus,
hipoglosus dan genioglosus.

1.2 Menjelaskan jaras motorik dan sensorik


1. Motorik
Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur
segala gerakan pada manusia. Gerakan diatur oleh pusat
gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area
motorik di korteks, ganglia basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada dua, yaitu
traktus piramidal dan ekstrapiramidal :
A.Traktus piramidal s. Traktus Corticospinalis
Merupakan jaras motorik utama yang pusatnya di girus precentralis (area 4
Broadmann), yang disebut juga korteks motorik primer. Impuls motorik dari pusat
motorik disalurkan melalui traktus piramidal berakhir pada cornu aanterior medulla
spinalis.
Pusat jaras Motorik
Neuron Motorik Atas
Semua serabut saraf turun yang berasal dari sel pyramid cortex cerebri (Pusat
Supraspinal). Meliputi :
o Ganglia basalis tractus corticostriata
o Di-encephalon tractus cortico-diencephalon
o Batang otak cortico bulbaris
Motorik atas terletak pada cortex cerebri, neuron yang ada dicortex cerebri sebagai Neuron
orde pertama (sel pyramidalis). Axo neuron pertama turun melalui corona radiata masuk
crus posterior capsula interna mes-encephalon, pons, medulla oblongata dan medulla
spinalis bersinap dengan neuron orde kedua pada cornu anterior subt.grisea medulla spinalis.
Asal Neuron Orde pertama :
o 1/3 berasal dari Area 4 Brodmann (pusat motorik primer) pada gyrus
precentralis
o 1/3 berasal dari Area 6 Brodmann (pusat motorik sekunder) pada gyrus
precentralis
o 1/3 berasal dari Area 3,2,1 Brodmann (pusat somastesi) pada gyrus
postcentralis

Neuron Motorik Bawah (Pusat Spinal)


Cornu anterius medulla spinalis (Pusat Spinal) tractus corticospinalis. Letak
columna subt.grisea medulla spinalis terdapat dua neuron :
o Neuron orde kedua (neuron antara) terletak pada pangkal columna anterior
subt.grisea
o Neuron orde ketiga axon neuron ketiga keluar dari medulla spinalis
sebagai radix anterior n.spinalis yang bergabung dengan radix posterior
membentuk n.spinalis dan akhirnya pergi ke efektor sadar

B.Traktus Ekstrapyramidal
Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis
1. Tractus reticulospinalis
Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla
oblongata (neuron orde pertama).
Jalan :
Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus
reticulospinlis pontinus
Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke
medulla spinalis : traktus reticulospinalis medulla spinalis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)
Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan
inhibisi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi kseimbangan tubuh.

2. Tractus Tectospinalis
Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)
Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata.
Jalannya dekat sekali dengan fasciculus longitudinale medialis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron
orde kedua dan ketiga
Fungsi :
1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap
2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan

3. Tractus Rubrospinalis
Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon
setinggi coliculus superior.
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati
pns, medulla oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea
(pusat spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensor
berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh

10

4. Tractus vestibulospinalis
Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata),
menerima akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
Fungsi
: memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot
fleksor berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh

5. Tractus olivospinalis
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex
cerebrii, corpus striatum, nuceu ruber
Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)
Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi keseimbangan
tubuh

11

Datang dari Cortex Cerebri menuju Batang Otak


a. Tractus Corticothalamus
Asal
: area brodmann 10, 11, 12
Tujuan : nucleus medialis thalami
Asal
: area brodmann 9 dan 11
Tujuan : nuclei septi thalami
Asal
: area brodmann 9
Tujuan : nucleus medialis et lateralis thalami
Asal
: area brodmann 6
Tujuan : nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis thalami
Asal
: area brodmann 4
Tujuan : nuclei lateralis thalami
b. Tractus corticohypothalamicus
Asal
: cortec hypocampi
Tujuan
: hypothalamus
c. Tractus corticosubthalamicus
Asal
: area brodman 6
Tujuan
: subthalamus
d. Tractus Corticonigra
Asal
: area brodmann 4, 6 dan 8
Tujuan
: substantia nigra
e. Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6
Tujuan
: tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis (pons), nucleus
olivarius inferius (medulla oblongata)

2. Sensorik
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau stimulus. Dengan
alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan dalam dan
luar. Setiap reseptor sensoris mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus dan mentranduksi
energi fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf.
Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:

Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan raba
Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.
Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti jantung,
lambung, usus, dll.

Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi :

Mekanoreseptor
Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan
pada pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka,
persendn dna organ visceral. Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba
ringan), corpus Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan).

Thermoreseptor

12

Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya : bulbus Krause (untuk
suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).
Nociseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang dihasilkan oleh
adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia. Contoh reseptornya berupa
akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk tekanan).
Chemoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu-bauan yang diterima
sel reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan yang diterima oleh sel reseptor
pengecap di lidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh darah untuk mendeteksi oksigen,
osmoreseptor untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah, glucoreseptor di
hipotalamus mendeteksi perubahan kadar gula darah.
Photoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan oleh sel
photoreceptor (batang dan kesrucut) di retina mata.

Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai berikut :
A. Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba, tekan, dan suhu : sinyal
diterima reseptor dibawa ke ganglion spinale melalui radiks posterior menuju
cornu posterior medulla spinalis berganti menjadi neuron sensoris ke-2 lalu
menyilang ke sisi lain medulla spinalis membentuk jaras yang berjalan ke atas
yaitu traktus spinotalamikus menuju thalamus di otak berganti menjadi neuron
sensoris ke-3 menuju korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis
(lobus parietalis)
B. Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan tendo :
sinyal diterima reseptor ganglion spinale radiks posterior medulla spinalis
lalu naik sebagai funiculus grasilis dan funiculus cuneatus berakhir di nucleus Goll
berganti menjadi neusron sensoris ke-2 menyilang ke sisi lain medulla spinalis
menuju thalamus di otak berganti menjadi neuron sensoris ke-3 menuju ke
korteks somatosensorik di girus postsentralis (lobus parietalis).

13

Anatomi Capsula Interna

Letak : Merupakan serabut saraf berbentuk pita lebar substantia alba yang memisahkan
nucleus lenticularis dengan nucleus caudatus dan thalamus. Mengandung serabut saraf
penghubung bolak balik antara cortex cerebri dengan thalamus dan medulla spinalis
Bentuk : Pada penampang lintang membentuk huruf V dimana titik sudutnya disebut genu.
Menghadap ke medial dna kaki-kakinya disebut crus anterior dan crus posterior.

Crus anterior capsula interna


Letak : Antara nucleus caudatus dan nucleus lenticularis. Didalamnya terdapat:

Serabut corticopetal/serabut afferen: mengandung serabut radiatio anterior thalamus


Serabut corticofugal/serabut eferen: mengandung tractus frontopotin yang datang dari
cortex lobus frontalis menuju nuclei ponti

Crus posterior capsula interna


Letak : Antara thalamus dengan nucleus lenticularis, di dalamnya terdapat:

Pars lenticulothalmicus
Tractus corticobulbaris
Tractus corticospinalis
Tractus corticorubralis
Pars retrolenticularis
Pars sublenticularis
Tractus termporopontin
Tractus geniculocalcarina
Radiatio auditorius

14

Memahami fungsi motorik dan kelainan neurologis akibat gangguan fungsi motorik
Saraf motorik
Sel saraf motorik merupakan bagian dari struktur dan fungsi sistem saraf yang berfungsi
Mengirim implus dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa
tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya
dapat sangat panjang. Bisa dilihat dalam gambar berikut.
Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui
proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu. saraf eferen di sebut
sebagai saraf motorik terdiri dari dua bagian yaitu saraf motorik somatik dan saraf somatik
autonom
1. Saraf motorik somatik
Saraf motorik somatik membawa implus dari pusat ke otot rangka sebagai organ
efektor.melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui
neurotransmitor di hubungkan saraf-otot, dapat terbangkit kontraksi otot. Baik kekuatan
maupun jenis kontraksi oto rangka dapat dikendalikan oleh sistem saraf pusat maupun sistem
saraf tepi. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses pengendalian kinerja otot rangka
yang diperlukan untuk menyelengarakan berbagai sikap dan gerakan tubuh.
1. Saraf-saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)
Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik; dimulai dari ujung
saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian di luar sumsum tulang
belakang). Saraf-saraf tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang di sepanjang
perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang
saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama
cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala (skeletal muscles). Mekanisme input (masuknya
informasi-informasi sensoris ke sumsum tulang belakang) dan output dari proses tersebut
yang menghasilkan informasi-informasi motorik dapat Soma sel dari axon-axon saraf tulang
belakang yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di
luar sistem saraf pusat (kecuali untuk sistem visual karena retina mata adalah bagian dari
otak). Axon-axon yang datang membawa informasi sensoris ke susunan saraf pusat ini adalah
saraf-sarafafferent. Soma-soma sel dari axon yang membawa informasi sensoris tersebut
berkumpul di dorsal rootganglia. Neuron-neuron ini merupakan neuron-neuron unipolar.
Batang axon yang bercabang di dekat soma sel, mengirim informasi ke sumsum tulang
belakang dan ke organ-organ sensoris. Semua axon di dorsal root menyampaikan informasi
sensorimotorik.
2. Saraf-saraf Kepala (Cranial Nerves)
Saraf-saraf kepala Terdiridari 12 pasang saraf kepala yang meninggalkan permukaan ventral
otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengontrol fungsi sensoris dan motorik di bagian
kepala dan leher. Salah satu dari kedua belas pasang tersebut adalah saraf vagus (vagus
nerves/saraf yang berkelana), yang merupakan saraf nomor sepuluh yang mengatur fungsifungsi organ tubuh di bagian dada dan perut. Disebut vagus atau saraf yang berkelana
karena cabang-cabang sarafnya mencapai rongga dada dan perut.

15

1. Saraf motorik autonom


Saraf motorik autonom merupakan salah satu komponen sistem saraf autonom yang
menegendalikan otot polos, otot jantung dan kelenjar. Sistem saraf autonom (SSAU)
termasuk berbagai pusat pengendali di otak, pada dasarnya melaksanakan kegiatan secara
independen dan tidak langsung dikendalikan oleh kesadaran. Sistem saraf autonom terutama
mengendalikan berbagai fungsi organ viseral yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, antara lain fungsi jantung dalam mengatur volume curah jantung(cardiac ouput),
fungsi pembuluh darah dalam mengatur aliran darah keberbagai organ, dan fungsi
pencernaan.
Saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang
belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan
masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat
saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada
pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf autonom terdiri dari system saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Organ yang
dilayani oleh saraf autonom bekerja secara autonom. Sistem ini biasanya disebut system
motor dan serabut aferen yang kembali dari organ interna bukan merupakan bagian dari
system ini. Sebagian besar organ menerima seperangkat serabut ganda, satu perangkat
melalui saraf simpatik dan yang lain melalui parasimpatik. Ujung akson pada saraf tersebut
mengeluarkan suatu zat transmitter yang berbeda pada pada efektor. Serabut-serabut system
simpatik mengeluarkan norepinefrin dan serabut- serabut system parasimpatik mengeluarkan
asetilkolin.
Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf
simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada
organ yang dibantu.. Ada tiga ganglion simpatis yang tidak tergabung dalam ganglion
paravertebralis yaitu ganglion kolateral yang terdiri dari ganglion seliaka, ganglion
mesenterikus superior dan ganglion mesenterikus inferior. Ganglion parasimpatis terletak
relatif dekat kepada alat yang disarafinya bahkan ada yang terletak didalam organ yang
dipersarafi. Semua serat preganglion baik parasimpatis maupun simpatis serta semua serat
postganglion parasimpatis, menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara. Neuron
yang menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara dinamakan neuron kolinergik
sedangkan neuron yang menghasilkan nor-adrenalin dinamakan neuron adrenergik. Sistem
saraf parasimpatis dengan demikian dinamakan juga sistem saraf kolinergik, sistem saraf
simpatis sebagian besar merupakan sistem saraf adrenergik dimana postganglionnya
menghasilkan nor-adrenalin dan sebagian kecil berupa sistem saraf kolinergik dimana
postganglionnya menghasilkan asetilkolin. Distribusi anatomik sistem saraf otonom ke alatalat visera, memperlihatkan bahwa terdapat keseimbangan pengaruh simpatis dan
parasimpatis pada satu alat. Umumnya tiap alat visera dipersarafi oleh keduanya. Bila sistem
simpatis yang sedang meningkat, maka pengaruh parasimpatis terhadap alat tersebut kurang
tampak, dan sebaliknya. Dapat dikatakan pengaruh simpatis terhadap satu alat berlawanan
dengan pengaruh parasimpatisnya.
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK

16

Kinerja motorik bergantung pada otot yang utuh, hubungan neuromuscular yang fungsional,
dan traktus nervus kranialis dan spinalis yang utuh. Untuk dapat memahami bagaimana
system syaraf mengkoordinasi aktifitas otot, pertama tama kita harus dapat membedakan
antara neuron motorik atas (upper motor neuron, UMN) dan neuron motorik
bawah(lowermotor neuron, LMN).
UMN berasal dari kortek serebri dan menjulur ke bawah, satu bagian (traktus
kortikobulbaris) berakhir pada batang otak sedangkan bagian lainnya (traktus kortikospinalis)
menyilang bagian bawah modula oblongata dan terus turun ke dalam medulla spinalis. Nuklei
nervus kranialis merupakan ujung akhir traktus kortikobulbaris. Traktus kortikospinalis
berakhir di daerah kornu anterior medulla spinalis servikal sampai sacral. Serabut-serabut
spinalis yang melalui piramide modula oblongata membentuk traktus piramidalis. Serabutserabut saraf dalam traktus kortikospinalis merupakan penyalur gerakan voluntary, terutama
gerakan halus, disadari, dan mempunyai cirri tersendiri.
LMN mencakup sel-sel motorik nuclei nervus kranialis dan aksonnya serta sel-sel
kornu anterior medulla spinalis dan aksonnya. Serabut-serabut motorik keluar melalui radiks
anterior atau motorik medulla spinalis, dan mempersarafi otot-otot.
Lesi pada UMN dan LMN menyebabkan perubahan-perubahan khas pada respon otot.
Pengetahuan mengenai perbedaan kelemahan otot akan mempermudah menentukan letak lesi
neurologis tersebut.
Perbedaan antara Kelemahan UMN dan LMN
Karakteristik
UMN
LMN
Jenis dan distribusi kelemahan Lesi di otak : distribusi
Bergantung LMN yang
piramidalis yaitu bagian
terkena yaitu sgmen radiks,
distal terutama otot-otot
atu saraf yang mana.
tangan, ekstensor lengan dan
fleksor tungkai lebih lemah.
Lesi di medulla spinalis
:bervareasi bergantung lokasi
lesi.
Tonus
Spastisitas : lebih nyata pada
Flaksid
fleksor lengan dan ekstensor
tungkai
Massa otot
Hanya sedikit mengalami
Atropi dapat sangat jelas
disuse atropi
Refleks
Meninggi : Babinski positif
Menurun atau tidak ada :
Babinski negatif
Fasikulasi
Tidak
Ada
Klonus
Seringkali ada
Tidak ada.
Koordinasi dan Gaya Berjalan (Gait)
Gangguan koordinasi menunjukkan adanya masalah pada fungsi cerebral dan
interupsi traktus kortikospinalis. Tes ini mencakup jalan tandem (penderita disuruh berjalan
pada satu garis dengan tumit ditempelkan pada ujung jari kaki yang lain), kemampuan
penderita untuk meniru gerkan sederhana yang cepat (memukulkan telapak tangan dan
punggung tangan pada lutut secara bergantian). Gangguan sereberal menyebabkan gerakan
ini lambat, tidak ritmik dan tidak akurat.
Gaya berjalan (gait) dapat dinilai dengan meminta penderita berjalan, pemeriksa harus
memperhatikan ayunan lengan yang berkurang, hemiplegia, rigiditas, hilangnya gerakan
terkoordinasi, tremor dan atau apraksia (langkah lambat, diseret, kesulitan mengangkat kaki
dari lantai) atau kombinasi dari semua karakteristik ini. Penderita gangguan sereberal berjalan

17

dengan jarak kedua kaki relative jauh dan cenderung sempoyongan ke lateral. Gaya berjalan
yang lambat, langkah kecil diseret, dan ayunan lengan berkurang merupakan cirri khas
penderita Parkinson.
Tonus dan Kekuatan Otot
Tonus otot, yaitu resistensi yang terdeteksi oleh pemeriksa saat menggerakkan sendi
secara pasif, seringkali terganggu jika terdapat gangguan sistrm saraf. Gangguan UMN
menigkatkan tonus otot, sedangakan gangguan LMN menurunkan tonus otot.
Beberapa Perubahan Fungsi Motorik disebabkan oleh Gangguan Neurologis.
Gangguan Otot
Temuan Klinis
Gangguan neurologis
Distonia
Posisi bagian-bagian tubuh
Gangguan ekstrapiramidal
bertahan dalam keadaan
Penyakit Wilson
abnormal dengan sedikit
Neuropati fenotiasin
tahanan sewaktu dilakukan
Infeksi virus pada otak
gerakan pasif.
Paratonia (gegenhalten)
Tahanan terhadap gerakan
Penyakit lobus frontalis
pasif pada seluruh gerakan
Kekakuan deserebrasi
Ekstensi dan pronasi lengan
Cedera otak berat di atas pons
dan ekstensi dari tungaki
Hipotonia
Peningkatan gerakan sendi
Gangguan sereberal
(ekstensi dan fleksi
berlebihan)
Hemibalismus
Gerakan unilateral, mengenai Penyempitan pembuluh darah
bagian yang berlawanan
otak mengenai nucleus
dengan lesi, mencakup
subtalamikus.
gerakan sendi proksimal yang
kasar dan mengayun.
Tremor
Ritmik involuntary, gerakan
Lesi pada jaras sereberal.
tremor halus
Tremor istirahat : lebih nyata
pada saat istirahat.
Tremor intensional (gerakan
bertujuan) : memburuk bila
penderita menggapai suatu
objek.
Kelompok otot utama diamati untuk melihat adanya tanda-tanda kelemahan,
fasikulasi atau kontraktur. Kekuatan otot dapat diperiksa dengan membandingkan otot satu
sisi dengan otot sisi lainnya sewaktu penderita mencoba melawan tekanan yang berlawanan
dari pemeriksa. Dalam mengevaluasi tes-tes ini harus dipertimbangkan factor usia, seks dan
keadaan fisiknya. Penderita harus diperiksa akan kemungkinan adanya gerakan involunter
yaitu tremor, korea, dan hemibalismus.
Refleks
Refleks tendon dalam dapat ditimbulkan dengan mengetukkan palu reflex secara cepat dan
kuat pada tendon yang teregang sebagian.
Refleks tendon dalam (disebut juga reflex regang otot) yang sering diperiksa adalah
reflexbiseps, reflex trisep dan reflex brakioradialis, reflex patella, serta reflex Achilles.
Respon reflex dibagi dalam berbagai tingkatan yang bervareasi dari 0 sampai +4.
Tingkatan Kekuatan Refleks
Tingkat
Makna

18

+4

Sangat kuat, mengesankan adanya penyakit


UMN, sering disertai klonus (gerakan osilasi
ritmik antara fleksi dan ekstensi)
Lebih kuat dari normal, tetapi tidak harus
menunjukkan suatu penyakit
Rata-rata atau normal
Sedikit berkurang
Tidak ada respons.

+3
+2
+1
0

Refleks superficial diperiksa dengan menggores kulit dengan benda keras (mis ; ujung
palu reflex atau aplikator) yang menyebabkan otot berkontraksi. Refleks tersebut antara lain
reflex abdominal, reflex kremaster, reflex plantar, reflek gluteal. Refleks ini akan mengalami
perubahan bila UMN dan LMN terserang penyakit.
Paralisis neuran motorik atas disebabkan oleh terputusnya jaras motorik desendens
pada satu sisi segmen medulla spinalis. Segera setelah terjadi lesi, reflex tendon dalam akan
tertekan untuk sementara waktu. Keadaan ini disebut arefleksia. Selain itu, otot yang lumpuh
akan lumpuh (flaksid). Beberapa minggu atau bulan setelah lesi, reflex tendon
dalam menjadi hiperaktif. Refleks superficial hilang dan reflex babinski positif.
Paralisis LMN disebabkan oleh destruktif saraf motorik perifer dan sel-sel kornu
anterior. Bila terjadi paralisis LMN, otot menjadi flaksid, hipotonus, dan reflex tendon dalam
hilang.
Refleks plantar ditimbulkan dengan menggores permukaan lateral telapak kaki, dari tumit
sampai ke bantalan kaki dan melengkung kea rah medial melintasi bantalan kaki. Rangsang
normal terhadap rangsang ini adalah fleksi jari-jari kaki. Refleks abnormal yaitu bila
dorsofleksi ibu jari kaki disertai jari-jari lainnya terbuka seperti kipas, disebut reflex babinski
dan adanya penyakit UMN. Refleks ini ditemukan pada :
1. Anak usia kurang dari 2 tahun
2. Selama periode tidur nyenyak, anestesi umum dan depresi postiktal
3. Pada orang mabuk atau syok hipoglikemik sedang sampai berat.
2. Memahami dan Menjelaskan Stroke
2.1

Definisi

WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun
global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai
menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler (Hatano, 1976 dalam
Davenport dan Dennis, 2000).
2.2

Etiologi

Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu :
1. Trombosis serebral. Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis
serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami
pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan
dari
haemorrhagi
intracerebral
atau
embolisme
serebral.
Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada

19

beberapa jam atau hari.


2. Embolisme serebral. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya,
yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau
tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah
karakteristik dari embolisme serebral.
3. Iskemia serebral. Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

4. Haemorrhagi serebral

Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang


memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak
dengan robekan arteri tengah arteri meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam
beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup.

Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidural, kecuali


bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode
pembentukan hematoma lebih lama danc menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa
pasien mungkin mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau
gejala.

Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus Willisi dan
malformasi arteri vena kongenital pada otak.

Haemorrhagi intracerebral adalah perdar ahan di substansi dalam otak paling umum
pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya
awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila ha emorrhagi membesar, makin jelas
defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada
tanda vital
Faktor Resiko
Penggolongan faktor risiko stroke didasarkan pada dapat atau tidaknya resiko tersebut ditanggulangi /
diubah :
I. Faktor resiko yang tak dapat diubah atau dicegah/dimodifikasi
II. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
III. Faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasi
Pengenalan faktorfaktor resiko ini penting, karena banyak pasien mempunyai faktor resiko lebih dari
1 (satu) faktor atau bahkan kadangkadang faktor resiko ini diabaikan. Setelah mengetahui maka
perlu dikenal juga bagaimana cara pengatasan atau penghindaran faktorfaktor resiko dan caracara
pemeriksaan faktor.
a) Faktor Resiko Yang Tak Dapat Diubah
Umur
Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia hingga
makin bertambah usia makin tinggi kemungkinan mendapat stroke. Dalam statistik faktor ini
menjadi 2 x lipat setelah usia 55 tahun.

20

Jenis.
Stroke diketahui lebih banyak lakilaki dibanding perempuan. Kecuali umur 35 44 tahun
dan diatas 85 tahun, lebih banyak diderita perempuan. Hal ini diperkirakan karena pemakaian
obatobat kontrasepsi dan usia harapan hidup perempuan yang lebih tinggi dibanding laki
laki.
Berat Lahir Yang Rendah
Statistik di Inggris memungkinkan orang dengan berat bayi lahir rendah menunjukkan angka
kematian yang lebih tinggi dibanding orang yang lahir dengan berat normal. Namun apa
hubungan antara keduanya belum diketahui secara pasti.
Ras
Penduduk Afrika Amerika dan Hispanic Amerika berpotensi stroke lebih tinggi dibanding
Eropa Amerika. Pada penelitian penyakit artherosklerosis terlihat bahwapenduduk kulit
hitam mendapat serangan stroke 38 % lebih tinggi dibanding kulit putih.

Faktor Keturunan
Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor resiko stroke. Hal ini diperkirakan
melalui beberapa mekanisme antara lain :
Faktor genetik
Faktor life style
Penyakitpenyakit yang ditemukan
Interaksi antara yang tersebut diatas
Kelainan Pembuluh Darah Bawaan : sering tak diketahui sebelum terjadi stroke
b) Faktor Resiko Yang Dapat Diubah
Banyak data menunjukkan bahwa penderita stroke yang pertama kali menunjukkan bahwa
penderita stroke yang pertama kali menunjukkan angka penurunan terjadinya stroke setelah
penanggulangan faktor resikonya, terutama pengatasan faktor resiko artherosklerosis.
Hypertensi/tekanan darah tinggi
Makin tinggi tensi darah makin tinggi kemungkinan terjadinya stroke, baik perdarahan
maupun bukan.
Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor resiko terjadinya stroke, terutama
dalam kombinasi dengan faktor resiko yang lain misal pada kombinasi merokok dan
pemakaian obat kontrasepsi . Hal ini juga ditunjukkan pada perokok pasif. Merokok
meningkatkan terjadinya thombus, karena terjadinya artherosklerosis.
Diabetes
Penderita diabetes cenderung menderita artherosklerosis dan meningkat kan terjadinya
hypertensi, kegemukan dan kenaikan lemak darah. Kombinasi hypertensi dan diabetes sangat
menaikkan komplikasi diabetes termasuk stroke. Pengendalian diabetes sangat menurunkan
terjadinya stroke.
Kenaikan kadar cholesterol/lemak darah
Penelitian menunjukkan angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar cholesterol diatas
240 mg % Setiap kenaikan 38,7 mg % menaikkan angka stroke 25 %. Sedangkan kenaikan
HDL 1 m mol (38,7 mg %) menurunkan terjadinya stroke setinggi 47 %. Demikian juga
kenaikan trigliserid menaikkan jumlah terjadinya stroke. Pemberian obatobat anti cholesterol

21

jenis statin sangat menurunkan terjadinya stroke.


Penyempitan Pembuluh darah Carotis
Pembuluh darah carotis berasal dari pembuluh darah jantung yang menuju ke otak dan dapat
diraba pada leher. Penyempitan pembuluh darah ini kadangkadang tak menimbulkan gejala
dan hanya diketahui dengan pemeriksaan. Penyempitan > 50 % ditemukan pada 7 % pasien
lakilaki dan 5 % pada perempuan pada umur diatas 65 tahun. Pemberian obatobat aspirin
dapat mengurangi incidence terjadinya stroke, namun pada beberapa pasien dianjurkan
dikerjakan carotid endarterectomy.
Gejala Sickle cel
Penyakit ini diturunkan, kadangkadang tanpa gejala apapun. Beberapa menunjukkan gejala
anemia hemolytic dengan episode nyeri pada aanggota badan, penyumbatanpenyumbatan
pembuluh darah termasuk stroke.
Penggunaan terapi sulih hormon.
Penggunaan terapi sulih hormon dianjurkan untuk mencegah terjadinya stroke dan penyakit
jantung vaskuler, namun pada beberapa penelitian pada pemakaian 6 bulan berturutturut
meningkatkan terjadinya stroke pada pemakaian restradol. Pemakaian sulih hormon untuk
mencegah stroke tidak dianjurkan.
Diet dan Nutrisi
Asupan makanan yang mengandung banyak sayur dan buah mengurangi terjadinya stroke.
Pemakaian garam dapur berlebihan meningkatkan terjadianya stroke. Mungkin ini dikaitkan
dengan terjadinya kenaikan tensi. j. Latihan fisik Kegiatan fisik yang teratur dapat
mengurangi terjadinya stroke ( 30 menit gerakan moderate tiap hari)
Kegemukan
BMI (Body Mass Index) yaitu BB (kg) = TB (m) > 25 29,9 dikategorikan berat berlebih
(over weight). Sedang > 30 dikategorikan obesitas
Central Obesitas/Gemuk perut:
Dihitung jika lingkar perut > 102 cm pad alakilaki dan > 88 cm pada perempuan.
Kegemukan meningkatkan terjadnya stroke, baik jenis penyumbatan ataupun perdarahan.
Penurunan berat badan akan menurunkan juga tekanan darah
c) Faktor Resiko Yang Sangat Dapat Diubah

Metabolik Sindrom
Dikatakan metabolik sindrom jika terdapat 3 atau lebih gejalagejala sebagai berikut:
Gemuk perut
Trigliceride > 150 mg %
HDL < 40 mg %
Tensi 130 / 85 mm Hg
Gula puasa 110 mg %
Perubahan gaya hidup, pola makan, penurunan BB dan diet seimbang akan menurunkan terjadinya
stroke.
Pemakaian alkohol berlebihan
Pemakaian alkohol berlebihan memicu terjadinya stroke. Pemakaian jumlah sedikit
dapat menaikkan HDL cholesterol dan mengurangi perlengketan trombosit dan
menurunkan kadar fibrinogen. Alkohol berlebihan akan menyebabkan peningkatan
tensi darah, darah gampang menjendal, penurunan aliran darah dan juga atrium
fibrilasi.

22

Drug Abuse/narkoba
Pemakaian obatobat terlarang seperti cocain, auphetamine, heroin dsb meningkatkan
terjadinya stroke. Obatobat ini dapat mempengaruhi tensi darahsecara tibatiba,
menyebabkan terjadinya emboli, karena adanya endocarditis dan menaikkan
kekentalan darah dan perlengketan thrombosit.
Pemakaian obatobat kontrasepsi (OC)
Resiko stroke meningkat jika memakai OC dengan dosis obstradial 50 ug.
Umumnya resiko stroke terjadi jika pemakaian ini dikombinasi dengan adanya usia >
35 tahun, perokok, hipertensi, diabetes dan migrain.
Gangguan Pola Tidur
Penelitian membuktikan bahwa tidur ngorok meningkatkan terjadinya stroke. Pola
tidur ngorok sering disertai apneu (henti nafas) tidak hanya berpotensi menyebabkan
stroke tapi juga gangguan jantung. Hal ini disebabkan penurunan aliran darah ke otak,
kenaikan tensi dsb. Pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan yang cermat dengan
mencari penyebabnya.
Kenaikan homocystein
Homocystein adalah sulpenydril yang mengandung asam amino dan diet yang
mengandung methirin. Kenaikan homocystein meningkatkan artheriosclerosis. Diet
kaya sayur dan buah akan menurunkan homocystein.
Kenaikan lipoprotein (a)
Lipid protein komplex yang meningkat merupakan resiko terjadinya penyakit jantung
dan stroke. Lp (a) merupakan partikel dari LDL dan peningkatannya akan
meningkatkan terjadinya thrombosis dengan mekanisme menghambat plasminogen
aktivator. Pengobatan dengan niacin akan menurunkan lp (a)
Hypercoagubility
Ada kecenderungan darah mudah menggumpal di karenakan adanya autiphospolipid
antibody. Test dapat dikerjakan dengan pemeriksaan anti crdiolipin antibody dan
anticoagulant lypus.
2.3 Klasifikasi
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Stroke Trombotik :Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir
70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
1. Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

23

2. Hemoragik Subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
2.4 Patofisiologi
Stroke Iskemik
Adanya aterotrombosis atau emboli, memutuskan aliran darah otak (cerebral blood flow/CBF).
Nilai normal CBF = 53 ml/100 mg jaringan otak/menit. Jika CBF < 30 ml/100 mg/menit, maka
akan terjadi iskemik. Jika CBF < 10 ml/100 mg/menit kekurangan oksigen, maka proses
fosforilasi oksidatif terhambat dan produksi ATP (energi) berkurang. Hal ini menyebabkan pompa
Na-K-ATPase tidak berfungsi, sehingga terjadi depolarisasi membran sel saraf yang menyebabkan
pembukaan kanal ion Ca. hal ini akan memicu kenaikan influks Ca secara cepat sehingga terjadi
gangguan padanCa homeostasis. Ca merupakan signalling molekul yang mengaktivasi berbagai
enzim dan memicu proses biokimia yang bersifat eksitotoksik yang menyebabkan kematian sel
saraf (nekrosis maupun apotosis), sehingga gejala yang timbul tergantung pada saraf mana yang
mengalami kerusakan/kematian
Stroke Hemoragik
Hemoragik merupakan penyebab ketiga tersering serangan stroke. Penyebab utamanya: hipertensi
yang terjadi jika tekanan darah meningkat dengan signifikan, sehingga pembuluh arteri robek dan
menyebabkan perdarahan pada jaringan otak. Hal tersebut menimbulkan membentuk suatu massa
yang menyebabkan jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan (displacement of brain tissue)
sehingga fungsi otak terganggu. Semakin besar hemoragi yang terjadi, semakin besar
displacement jaringan otak yang terjadi. Pasien dengan stroke hemoragik sebagian besar
mengalami ketidaksadaran dan akhirnya meninggal.
Berikut ini adalah skema terjadinya stroke :

24

2.5 Manifestasi Klinis


Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala stroke ialah:
1. Bagian sistem saraf pusat
Lemah otat (hemipelgia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
2. Batang otak,
Menurunnya kemampuan penghidu, mengecap, mendengar dan melihat parsial/ Keseluruhan,
ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah
3. Korteks serebral
Afasia, daya ingat menurun, kebingungan.
Jika tanda-tanda di atas hilang dalam 24 jam disebut Transient Ischemic Attack (TIA). Berikut ini
beberapa gejala stroke:
A. Stroke sementara (Sembuh dalam beberapa menit/jam):

Tiba-tiba sakit kepala

25

Pusing, bingung
Penglihatan kabur atau kehilangan ketajaman. Ini bisa terjadi pada satu atau dua mata
Kehilangan keseimbangan, lemah
Rasa kebal atau kesemutan pada satu sisi tubuh
B.
Stroke ringan (Sembuh dalam beberapa minggu):
Beberapa atau semua gejala di atas
Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki.
Bicara tidak jelas.
C. Stroke berat (Sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau tahun, tidak bisa
sembuh total):
Semua/beberapa gejala stroke sementara dan ringan.
Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran).
Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki.
Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara.
Sukar menelan.
Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan feses.
Kehilangan daya ingat atau konsentrasi, perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu,
mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil.
Mendeteksi Pemicu
Gejala yang terjadi tergantung kepada daerah otak yang terkena:

Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi
tubuh
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
Penglihatan ganda
Pusing
Bicara tidak jelas
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
Pergerakan yang tidak biasa
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
Ketidakseimbangan dan terjatuh
Pingsan

Kelainan neurologis yang terjadi lebih berat, lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan
sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan emosi.
Stroke bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam
tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan
memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.
Stroke hemoragik
Gejala Klinik
1.

Gejala defisit lokal

PIS

PSA

Berat

Ringan

26

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

SIS sebelumnya
Permulaan (onset)
Nyeri kepala
Muntah pada awalnya
Hipertensi
Kesadaran
Kaku kuduk
Hemiparesis
Deviasi mata
Gangguan bicara
Likuor
Perdarahan subarakhnoid
Paresis / gangguan N. III

Amat jarang
Menit/jam
Hebat
Sering
Hampir selalu
Biasa hilang
Jarang
Sering sejak
Bisa ada
Sering
Sering
Berdarah tidak ada

1 2 menit
Sangat hebat
Sering
Biasanya tidak
Biasa hilang sebentar
Biasa ada
Permulaan tidak ada
Tidak ada
Jarang
Selalu
Berdarah
Bisa ada mungkin (+)

2.6 Diagnosis dan Diangnosis banding

Anamnesis seputar gejala-gejala penanda stroke.


Pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan fungsi syaraf.
Pemeriksaan penunjang

Tes Laboratorium Darah


untuk mendeteksi adanya masalah lain yang menghambat proses pemulihan
seperti penyakit ginjal, penyakit hati, diabetes, infeksi atau dehidrasi

Head CT Scan
stroke
non
hemorhargi
terlihat
strokehaemorhargi terlihat perdarahan

adanya

infark

sedangkan

pada

Pemeriksaan lumbal pungsi


Diperiksa kimia sitologi, mikrobiologi, virologi . Disamping itu dilihat pula
tetesancairan cerebrospinal saat keluar baik kecepatannya, kejernihannya, warna dan
tekananyang menggambarkan proses terjadi di intra spinal.Pada stroke non hemorargi
akan ditemukan tekanan normal dari cairan cerebrospinaljernih. Pemeriksaan
pungsi cisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi lumbal. Prosedur
ini dilakukan dengan supervisi neurolog yang telah berpengalaman.

EKG
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan dalam suplai darah
keotak. d. Elektro Encephalo Grafi Elektro Encephalo Grafi mengidentifikasi
masalahberdasarkan gelombang otak, menunjukkan area lokasi secara spesifik.

Angiografi cerebral
Me mb antu secara spesifik dala m men cari pen yebab stroke seperti
perdarahan atau obstruksi arteri, memperlihatkan secara tepat letak
oklusi atau ruptur.

Magnetik Resonansi Imagine (MRI)


Menunjukkan darah yang mengalami infark, haemorhargi, Malformasi Arterior
Vena(MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibanding CT Scan.

Ultrasonografi dopler

27

Mengidentifikasi penyakit Malformasi Arterior Vena .

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Skor yang dapat digunakan oleh tenaga medis untuk mengarahkan diagnosis diantaranya :
A. Skor Siriraj
1. Kesadaran ( x 2,5 )
siaga 0
Pingsan 1
Semi koma, koma 2
2. Muntah ( x 2 )
No 0
Yes 1
3. Nyeri kepala dalam 2 jam ( x2)
No 0
Yes 1
4. Tekanan Diastolik ( DBP )
DBP x 0,1
5. Atheroma markers ( x -3 )
Done 0
Diabetes, angina, claudicatio intermitten 1

6. Konstanta 12
Siriraj Stroke Score (SSS): ( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala ) + ( 0,1 x
tekanan diastolik ) ( 3 x petanda ateroma ) 12
Interpretasi score : Skor -1 = Infark, 1 = Hemoragik
Poin-poin pada masing-masih gejala klinis tersebut ditambahkan, dan ditemukan hasil dengan
interpretasi < -1 adalah kemungkinan strok non-hemorrhagic, sedangkan pada skor >1 maka
kemungkinan strok hemorrhagic.
Pemeriksaan radiologis
a. CT-scan
CT-scan merupakan alat pencitraan yang dipakai pada kasus-kasus emergensi seperti emboli
paru, diseksi aorta, akut abdomen, semua jenis trauma dan menentukan tingkatan dalam stroke.
Pada kasus stroke, CT-scan dapat menentukan dan memisahkan antara jaringan otak yang infark
dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk menilai kalsifikasi jaringan.

28

Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-scan dapat mendeteksi lebih dari 90 % kasus stroke
iskemik, dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke.

Normal

stroke(tanda-tanda perdarahan (warna


putih/hiperdens)
atau tanda iskemia/infark
(warna menurun/hipodens)

khas pada strok non-hemoragik


b.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-scan. MRI juga dapat digunakan pada kompresi
spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam
peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan
lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai, harga pemeriksaan yang sangat
mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien yang memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu
pendengaran.

2.8. Tatalaksana
Pengobatan Umum
Untuk pengobatan umum ini dipakai patokan 5 B yaitu:
1. Breathing

29

2.

3.

4.
5.

Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru baik. Pengobatan dengan oksigen hanya
perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari
keadaan pasien yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi, dapat
diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat diberikan
Diphenylhydantoin atau Carbamazepin.
Blood
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pengobatan
hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambah iskemik
lagi.
Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus glukosa
harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang akan
mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat pasien
gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila perlu diberikan nasogastric tube (NGT).
Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urin. Pemasangan
kateter jika terjadi inkontinensia.

Perawatan suportif
Pelihara oksigenasi jaringan secara adekuat; membutuhkan bantuan saluran napas dan
ventilasi. Cek aspirasi pneumonia yang mungkin terjadi.
Tekanan darah; pada kebanyakan kasus, tekanan darah tidak boleh diturunkan secara cepat.
Jika terlalu tinggi, menurunkan tekanan darah secara berhati-hati, karena status neurologis
dapat bertambah buruk ketika tekanan darah diturunkan.
Status volume darah; koreksi hipovolemia dan elektrolit-elektrolit tetap pada batas normal.
Demam; harus dicari sumber dari demam dan diturunkan dengan anti piretik yang sesuai.
Hypoglycemia/dan atau hyperglycemia; harus dijaga dengan kontrol yang ketat.
Hiperglikemia dapat bertambah buruk pada cedera iskemik.
Profilaksis DVT; stroke dengan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk DVT. Penting
untuk menggunakan heparin subcutan 5,000 IU q. 8 atau 12 jam atau subkutan enoksaparin
30 mg q. 12 jam pada ambulasi awal.
a. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
Singkirkan kemungkinan koagulopati. Pastikan hasil masa protrombin dan masa
tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan plasma beku
segar (FFP) 4-8 unit intravena setiap 4 jam dan vitamin K 15 mg intravena bolus, kemudian 3
kali sehari 15 mg subkutan sampai masa protrombin normal. Koreksi antikoagulasi heparin
dengan protamin sulfat 10-50 mg bolus lambat (1 mg mengoreksi 100 unit heparin).
Kendalikan HT. Tekanan yang tinggi bisa menyebabkan perburukan perihematom. Tekanan
darah sisitolik >180mmHg dengan labetalol (20 mg intravena dalam 2 menit ulangi 40-80 mg
intravena dalam interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan kemudian infus 2
mg/menit dan dirasi atau penghambat ACE 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehari atau antagonis
kalsium (nifedipin oral 4x 10 mg).
Pertimbangkan bedah saraf apabila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm atau
volum lebih dari 50 ml. Pemasangan ventrikulo-peritoneal bila ada hidroefalus obstruktif akut
atau kliping aneurisma.
Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma/malformasi arteriovenosa.
Berikan manitol 20% (1 mg/kg BB intravena dalan 20-30 menit). Steroid tidak terbukti efektif
pada perdarahan intraserebral.

30

Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kg BB intravena atau peroral). Pada umumnya anti
konvulsan diberikan bila terdapat kejang.
Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme.
Untuk mengatasi perdarahan intracerebral : obati penyebabnya, turunkan TIK, beri
neuroprotektor, tindakan bedah dengan pertimbangan GCS >4 dilakukan pada pasien dengan
perdarahan serebelum > 3cm, hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum,
perdarahan lobar diatas 60 cc dengan tanda peningkatan TIK akut dan encaman herniasi.

Pada TIK yang meninggi :


o Manitol bolus, 1 gr/kgBB dalam 20-30 menit lanjutkan dengan 0,25-0,5g/kgBB tiap 6
jam smpai maksimal 48 jam.
o Gliserol 50% oral, 0,25-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam atau gliserol 10% intravena 10
ml/kgBB dalam 3-4 jam (untuk edema serebri ringan-sedang).
o Furosemid 1mg/ kg BB intravena
o Intubasi dan hiperventilasi terkontrol sampai pCO2 29-35 mmHg
o Penggunaan steroid masih kontroversial.
o Kraniotomi dekompresif.
Perdarahan subaraknoid
o Nimodipin digunakan untuk mencegah vasospasme.
o Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid stadium I dan II akibat
pecahnya aneurisma sakular berry dan adanya komplikasi hidrosefalus obstruktif.
b. Penatalaksanaan Stroke Non-Hemoragik
Tujuan terapi:
1. Pencegahan stroke melalui reduksi faktor risiko.
2. Pencegahan sejak awal atau pada stroke yang rekuren dengan memodifikasi proses patologik
mendasar.
3. Mereduksi kerusakan otak sekunder dengan pemeliharaan perfusi yang adekuat pada daerah yang
secara garis besar mengalami iskemik dengan mengurangi dan atau menurunkan edema.
Penanganan dari Serangan Iskemia Akut
1. Mengeleminasi atau mengontrol faktor-faktor risiko.
2. Memberi edukasi pada pasien mengenai pengurangan faktor risiko dan tanda serta gejala-gejala
dari TIA dan stroke ringan.
3. Intervensi-Bedah
Endarterektomi karotis ( Cea)
Pengeluaran plak ateromatosa dengan cara bedah.
Pasien yang direservasi untuk pengeluaran bekuan atau lesi berulserasi yang mengoklusi >
70% dari aliran darah pada arteri karotis.
Dapat menurunkan risiko dari strok > 60% selama tahun keduanya setelah dioperasi dan
wajib mengikuti mengikuti prosedur.
Endarterektomi vertebra umumnya tidak lagi digunakan.
a. Angioplasti balon
Menempatkan suatu balon kecil yang dideflasikan pada pembuluh darah yang yang
mengalami stenose Balon kemudian dipompakan menekan plak ateromatosa ke arah
dinding. Mempunyai risiko melepasnya emboli kecil yang dapat berpindah ke retina atau
otak.
b. Penempatan Sten

31

Prosedur eksperimental; > 50-60% mengalami kekambuhan. Menempatkan suatu coil baja
tahan-karat kedalam pembuluh darah yang kemudian difiksasi pada salah satu dinding dari
arteri; saat ini coil ditambahkan dengan obat-obatan slow-release.
4. Agen-agen antiplatelet
Aspirin
Mekanisme kerja: a) Menghambat agregasi platelet. b) Menurunkan atau mengurangi pelepasan
substansi vasoaktif dari platelet. c) Menginaktivasi secara irreversibel siklooksigenase-platelet; dan
efeknya cukup berlangsung selama hidup dari platelet; 5-7 hari
Efikasi
a. ASA telah menunjukkan pengurangan yang bermakna secara klinis (22-24%) pada risiko stroke
dan kematian, pada uji-uji klinis acak pasien-pasien yang telah mengalami suatu TIA sebelumnya
atau strok sebagai pencegahan sekunder.
b. Dosis berkisar dari 50 -1500 mg perhari.
Pada uji klinis terakhir; evaluasi dosis rendah (30-325 mg perhari); hasilnya mengindikasikan
bahwa dosis rendah mungkin lebih bermanfaat dengan berkurangnya efek-efek tidak
diinginkan dari asam salisilat pada lambung.
Pada beberapa studi menyatakan; bahwa ASA lebih efektif pada laki-laki dibanding sejumlah
kecil perempuan pada studi lain.
Peran pada pencegahan primer belum jelas.
Dipiridamol (Persantine)
Mekanisme kerja: a) Inhibitor lemah dari agregasi platelet. b) Sebagai inhibit fosfodiesterase platelet.
Efikasi: a) Pada uji klinis belum mempunyai bukti yang kuat dalam penggunaan dipiridamol pada
iskemia otak. b) Tidak ada efek aditif yang ditemukan bersama dengan aspirin.
Sulfinpirazon (Anturane)
Mekanisme kerja: Innhibisi reversibel dari siklooksigenase.
Efikasi: Uji klinis belum mempunyai dukungan rekomendasi penggunaan.
Tiklopidin (Ticlid)
Mekanisme Kerja: a) Inhibisi agregasi platelet dan menginduksi ADP. b) Inhibisi agregasi platelet
yang diinduksi oleh kolagen, PAF, epinefrin dan thrombin. c) Waktu perdarahan diperpanjang. d)
Berefek minimal pada siklooksigenase.
Efikasi:
a. Telah menunjukkan dapat mereduksi insidens stroke, kira-kira 22% pada pasien-pasien yang telah
mengalami TIAs sebelumnya atau stroke.
b. Lebih efektif dibanding aspirin dengan kurangnya efek gastrointestinal.
c. Tidak ada perbedaan gender yang memperlihatkan tiklopidin bereaksi sama; seperti halnya
dengan ASA.
d. Dosis 500 mg perhari dibagi menjadi dua dosis (250 mg peroral-bid)
Efek samping: diare, ruam pada kulit, total kolesterol serum yang meningkat.
Antikoagulasi (warfarin)
a. Belum ada studi-studi yang membuktikan superioritas dari antikoagulan ini sebagai agen
antiplatelet.
b. Dapat mereduksi risiko dari stroke pada pasien dengan infark miokard sebelumnya.

32

c. Bermanfaat pada pasien yang menderita keluhan simptomatik pada terapi antiplatelet.
d. Eksepsi mayor adalah pada pasien dengan embolisme otak yang berasal kardiac;
1. Antikoagulasi kronik dengan warfarin telah dibuktikan untuk mencegah keadaan gangguan
serebrovaskuler pada pasien dengan AF (atrial fibrilasi).
2. Penanganan terhadap stroke infarction /dan atau ischemic serebral akut.
Obat Antihipertensi Pada Stroke
Golongan/Obat
Tiazid
Diazoksid

ACEI
Enalaprit

Mekanisme
Aktivasi
sensitive
channels

Esmolol

Alfa Blocker
Fentolamin

Interaksi Obat

ATP IV bolus: 50-100 Awitan < 5 menit


K- mg; IV infus; 1530 mg/menit

ACE inhibitor

Calcium Channel Blocker


Nikardipin
Penyekat
Clevidipin
kalsium
Verapamil
Diltiazem

Beta Blocker
Labetalol

Dosis

0,625-1,25 mg IV Awitan
selama 15 menit. menit.

kanal 5 mg/jam IV, 2.5


mg/jam tiap 15
menit, sampai 15
mg/jam.

<

Efek Samping
Retensi cairan dan
garam,
hiperglikemia
berat, durasi lama
(1-12 jam).

15 Durasi
jam),
renal.

lama (6
disfungsi

Awitan cepat (1- Bradikardia,


5 menit), tidak hipotensi, durasi
terjadi rebound. lama (4-6 jam).
Eliminasi tidak
dipengaruhi oleh
disfungsi
hati/
renal,
potensi
interaksi
obat
rendah.

Antagonis
reseptor 1, 1, 2

10-80 mg IV tiap Awitan cepat (5- Bradikardia,


10 menit sampai 10 menit).
hipoglikemia,
300
mg/hari;
durasi lama (2-12
infus
0,5-2
jam).
Gagal
mg/menit.
jantung kongestif,
bronkospasme.
Antagonis selektif
Awitan segera, Bradikardia, gagal
reseptor 1.
0,25-0,5 mg/kg
durasi singkat < jantung kongestif.
IV bolus disusul
15 menit.
dosis
pemeliharaan.
Antagonis
reseptor 1, 2.

5-20 mg IV.

Vasodilator Langsung
Hidralasin
NO terkait dengan 2,5-10 mg IV
mobilisasi kalsium bolus (sampai 40
dalam otot polos.
mg).

Awitan cepat (2 Takikardia,


menit),
durasi aritmia.
singkat
(10-15
menit)
Serum sicknesslike, drug-induced
lupus, durasi jam

33

Thiopental

Trimetafan

Fenoldipam
Sodium
Nitroprusid

Nitrogliserin

(3-4 jam), awitan


lambat
(15-30
menit)
Aktivasi reseptor 30-60 mg IV.
Awitan cepat (2 Depresi
GABA
menit),
durasi miokardial
singkat
(5-10
menit).
1-5 mg/ menit IV
Blockade
Awitan segera, Bronkospasme,
ganglionik.
urin,
durasi singkat (5- retensi
siklopegia,
10 menit)
midriasis
Agonis DA-1 dan 0,001- 1,6 g/kg/
Hipokalemia,
Awitan
<
15
menit IV; tanpa
reseptor alfa 2
menit, durasi 10- takikardia,
bolus
Nitrovasodilator
bradikardia.
0,25-10/
kg/ 20 menit.
Awitan segera, Keracunan sianid,
menit IV.
durasi singkat (2- vasodilator
serebral
(dapat
3 menit)
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
intracranial)
Nitrovasodilator
refleks takikardi.
5-1000
Awitan
1-2 Produksi
g/kg/menit IV
menit, durasi 3-5 methemoglobin,
reflek takikardia.
menit.

Pengobatan Tumor Otak


Pasien dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada jenis dan
stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi.
Selain itu, pada setiap tahapan penyakit, pasien harus menjalani pengobatan untuk mengendalikan
rasa nyeri dari kanker, untuk meringankan efek samping dari terapi, dan untuk meringankan masalah
emosional.
Jenis
pengobatan
ini
disebut
perawatan
paliatif.
a. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah untuk
mengangkat tumornya dan meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak.
Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi
umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di
kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak.
Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan
potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit
kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala
selama satu atau dua hari setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala
atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat diberikan
obat sakit kepala.
Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di
otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk
meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan.

34

Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak.
Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari
otak dialirkan ke perut. Kadang kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. Pasien akan mengalami masalah berpikir, melihat,
atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar
masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa
permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
b. Radiosurgery stereotactic
Merupakan "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa membuka
tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak.
Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan
tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan
foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien
dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor
yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah
radioterapi.
Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak
mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat
menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
c. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar diarahkan
pada tumor dan jaringan di dekatnya. Terkadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf
tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel sisa tumor yang
mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti
operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi
radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.

Beberapa bentuk terapi radiasi


Fraksinasi. Radioterapi biasanya diberikan 5x seminggu selama beberapa minggu. Memberikan dosis
total radiasi secara periodik membantu melindungi jaringan di daerah tumor.
Hyperfractionation. Pasien mendapat dosis kecil radiasi 2/3x kali sehari, bukan jumlah yang lebih
besar sekali sehari.
Efek samping dari radioterapi: perasaan lelah berkepanjangan, mual, muntah, kerontokan rambut,
perubahan warna kulit di tempat radiasi, sakit kepala dan kejang.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh tubuh. Obat obatan biasanya
diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab (Avastin Lebih
efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi
lama. Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan
operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung obat
kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut kemudian
membunuh sel kankernya.
Efek samping dari kemoterapi: mual dan muntah, sariawan, kehilangan nafsu makan, rambut
rontok.

35

2.9. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
Kenaikan tekanan darah. Keadaan ini biasanya merupakan mekanisme kompensasi sebagai
upaya mengejar kekurangan pasokan darah di tempat lesi. Oleh karena itu kecuali bila
menunjukkan nilai yang sangat tinggi (sistolik > 220/ diastolik >130) tekanan darah tidak perlu
diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48 jam. Pada pasien hipertensi kronis tekanan
darah juga tidak perlu diturunkan segera.
Kadar gula darah. Pasien stroke seringkali merupakan pasein DM sehingga kadar glukosa
darah pasca stroke tinggi. Akan tetapi seringkali terjadi kenaikan glukosa darah pasein sebagai
reaksi kompensasi atau akibat mekanisme stress.
Gangguan jantung. Baik sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi. Keadaan ini
memerlukan perhatian khusus, karena seringkali memperburuk keadaan stroke bahkan sering
merupakan penyebab kematian.
Gangguan respirasi. Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat napas.
Infeksi dan sepsis. Merupakan komplikasi stroke yang serius pada ginjal dan hati.
Gangguan cairan, elektrolit, asam dan basa.
Ulcer stres. Yang dapat menyebabkan terjadinya hematemesis dan melena.
2. Komplikasi Kronik
Akibat tirah baring lama di tempat tidur bias terjadi pneumonia, dekubitus, inkontinensia serta
berbagai akibat imobilisasi lain.
Rekurensi stroke.
Gangguan sosial-ekonomi.
Gangguan psikologis.
2.10. Pencegahan
Rekomendasi American Stroke Association (ASA) tentang pencegahan stroke adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan Primer Stroke
Pendekatan pada pencegahan primer adalah mencegah dan mengobati faktor-faktor risiko yang
dapat dimodifikasi.
Hipertensi
Hipertensi harus diobati, untuk mencegah stroke ulang maupun mencegah penyakit
vaskular lainnya. Pengendalian hipertensi ini sangat penting artinya bagi para penderita stroke
iskemik dan TIA. Target absolut dalam hal penurunan tekanan darah belum dapat ditetapkan,
yang penting adalah bahwa tekanan darah < 120 / 80 mm Hg. Modifikasi berbagai macam
gaya hidup berpengaruh terhadap upaya penurunan tekanan darah secara komprehensif.
Obatobat yang dianjurkan adalah diuretika dan ACE inhibitor; namun demikian pilihan
obat disesuaikan dengan kondisi / karakteristik masingmasing individu.
Diabetes melitus
Pada penderita diabetes melitus maka penurunan tekanan darah dan lipid darah perlu
memperoleh perhatian yang lebih serius. Dalam kasus demikian ini maka obat antihipertensi
dapat lebih dari 1 macam. ACE inhibitor merupakan obat pilihan untuk kasus gangguan ginjal
dan diabetes melitus
Pada penderita stroke iskemik dan TIA, pengendalian kadar gula direkomendasikan
sampai dengan mendekati kadar gula plasma normal (normoglycemic), untuk mengurangi
komplikasi mikrovaskular dan kemungkinan timbulnya komplikasi makrovaskular. Sementara
itu kadar HbA1c harus lebih rendah dari 7%.
Lipid
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar kolesterol yang tinggi, penyakit arteri
koroner, atau adanya bukti aterosklerosis, maka pasien harus dikelola secara komprehensif

36

meliputi modifikasi gaya hidup, diet secara tepat, dan pengobatan. Target penurunan kadar
kolesterol adalah sebagai berikut: LDL < 100 mg% dan kadar LDL < 70 mg% bagi penderita
dengan faktor risiko multipel.
Penderita stroke iskemik atau TIA yang dicurigai mengalami aterosklerosis tetapi tanpa
indikasi pemberian statis (kadar kolesterol normal, tanpa penyakit arteri koroner, atau tidak
ada bukti aterosklerosis) dianjurkan untuk diberi statin untuk mengurangi risiko gangguan
vaskular.
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar HDL kolesterol rendah dapat
dipertimbangkan untuk diberi niasin atau gemfibrozil.
Merokok
Setiap pasien stroke atau TIA harus segera menghentikan kebiasaan merokok.
Penghentian merokok dapat diupayakan dengan cara penyuluhan dan mengurangi jumlah
rokok yang dihisap / hari secara bertahap.
Obesitas
Bagi setiap penderita stroke iskemik atau TIA dengan obesitas/overweight sangat
dianjurkan untuk mempertahankan bodymass index (BMI) antara 18,524,9 kg/m2 dan
lingkat panggul kurang dari 35 inci (perempuan) dan kurang dari 40 inci (lakilaki).
Penyesuaian berat badan diupayakan melalui keseimbangan antara asupan kalori, aktivitas
fisik dan penyuluhan kebiasaan hidup sehat
Aktivitas fisik
Setiap pasien stroke iskemik atau TIA yang mampu untuk melakukan aktivitas fisik
sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik ringan selama 30 menit/hari. Untuk pasien
yang tidak mampu melakukan aktivitas fisik maka dianjurkan untuk melakukan latihan
dengan bantuan orang yang sudah terlatih.

2. Pencegahan Sekunder Stroke


Pencegahan sekunder stroke mengacu pada kepada strategi untuk mencegah kekambuhan
stroke. Pendekatan utama adalah mengendalikan hipertensi, CEA, dan memakai obat antiagregat
antitrombosit. Aggrenox adalah satu-satunya kombinasi aspirin dan dipiridamol yang telah
terbukti efektif untuk mencegah stroke sekunder.
2.11. Prognosis
Indikator prognosis adalah: tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan tingkat kesadaran.
Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik. Umumnya, 1/3-nya lagi adalah
fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan jangka panjang. Jika pasien mendapat terapi dengan tepat
dalam waktu 3 jam setelah serangan, 33% diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Prognosis pasien dengan stroke hemoragik (perdarahan intrakranial) tergantung pada
ukuran hematoma hematoma > 3 cm umumnya mortalitas tinggi, hematoma yang massive
biasanya bersifat lethal.
Jika infark terjadi pada spinal cord prognosis bervariasi tergantung keparahan gangguan
neurologis jika kontrol motorik dan sensasi nyeri terganggu prognosis buruk

3. Mampu Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Suami terhadap Istri


Adapun kewajiban suami terhadap isteri dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu:
1. Kewajiban materiil atau disebut al-Huquq al-Maddiyah
2. Kewajiban immateriil atau disebut al-Huquq gairu al-Maddiyah
Yang termasuk kewajiban materiil:
1. Kewajiban materiil yang hanya sekali ditunaikan oleh suami untuk isterinya yaitu mahar.
2. Kewajiban materiil yang bersifat continue sepanjang ikatan perkawinan masih berjalan. Kewajiban
materiil yang bersifat continue ini dapat diklasifikasikan kepada dua kategori:

37

A. NAFAKAH.
Suami wajib memberi nafakah kepada isterinya yang meliputi:
1. Pangan, yaitu kebutuhan makanan, minuman, lauk pauk sebagai kebutuhan hidup sehari-hari
dengan segala rangkaiannya
2. Pakaian, yaitu segala yag diperlukan untuk menutup dan memelihara tubuh isteri dari panas,
dingin, dan menjaga harga diri menurut yang pantas.
3. Pengobatan, yaitu segala sesuatu yang diperlukan untuk memelihara kesehatan jasmani isteri
dan pengobatan di waktu sakit, melahirkan dsb.
B. SUKNA.
Suami diwajibkan menyediakan dan menyelenggarakan rumah tempat tinggal bersama isterinya
menurut yang pantas dan sesuai dengan kemampuannya, lengkap dengan peralatan yang diperlukan.
Rincian kewajiban sukna ini meliputi:
1. Papan, yaitu rumah tempat berteduh dan bertempat tinggal, baik milik sendiri, menyewa atau
dengan cara lain. Suami wajib menyediakan tempat tinggal untuk isteri dan anak-anaknya dan
isteri pada dasarnya wajib mengikuti domisill suami atau bertempat tinggal sesuai hasil
permusyawaratan suami isteri
2. Peralatan, yaitu segala peralatan yang diperlukan untuk rumah tangga, meiiputi peralatan
ruang tamu, peralatan ruang tidur, peralatan dapur, dsb.
3. Pelayanan, yaitu menyediakan tenaga atau pembantu untuk melayani kebutuhan isteri apabila
suami mampu dan isteri termasuk orang yang pantas memiliki pelayan dengan melihat
kebiasaan keluarganya atau isteri karena kondisinya memerlukan pelayan. Tetapi apabila
suami tidak mampu maka ia tidak wajib menyediakannya.
Kewajiban nafakah termasuk tamlik, artinya apa yang diberikan oleh suami kepada isterinya menjadi
milik bagi isteri dan suami tidak boleh meminta kembali apabila terjadi perceraian. Adapun kewajiban
sukna termasuk imta artinya untuk diambil kesenangan dan manfaatnya, tidak diberikan menjadi
milik isteri.
Dasar hukum suami wajib menyelenggarakan nafakah dan sukna bagi isterinya ialah:
a. Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 233:


Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma`ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya,
b. Al-Quran surat at-Talaq (65) ayat 7:

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan
kepadanya.
c. Al-Quran surat at-Talaq (65) ayat 6:






38

"Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu
dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika
mereka (isteri-isteri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka
nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu
untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya".
d. Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim, bahwa pada waktu Haji Wada Rasulullah berkhutbah
yang lengkap dan panjang lebar, isinya antara lain berkaitan dengan garis-garis kewajiban
suami terhadap isterinya,
Hai para manusia, kamu memiliki hak yang wajib atas istermu dan isteri-isteri memilki hak
yang wajib atasmu. Kewajiban mereka (isteri-isteri) yang menjadi hak kamu adalah mereka
tidak boleh memasukkan orang yang tidak kamu sukai tidur di tempatmu, dan janganlah
mereka melalaikan perbuatan jelek. Jika mereka melalaikannya kamu diizinkan Allah
mengucilkan mereka dari tempat tidur dan diberi hak memukul mereka dengan pukulan yang
tidak membahayakan. Jika mereka (isteri-isteri) telah berhenti dari perbuatan tidak baiknya
dan taat kembali kepadamu maka mereka berhak memperoleh rizki (makan) dan pakaian
dengan cara yang maruf.
e. Dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah diriwayatkan bahwa Hindun binti
Utbah menghadap Rasulullah saw dan mengatakan bahwa suaminya bernama Abu Sufyan
orang yang kikir, tidak memberikan keperluan hidupnya dan anaknya dengan cukup kecuali
dengan cara mengambil secara tanpa sepengetahuan Abu Sufyan, maka Rasulullah saw
bersabda:

Ambilah (nafakah) secukupnya untukmu dan anakmu dengan cara yang maruf
f.

Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim bahwa Muawiyah al-Qusyairi bertanya kepada
Rasulullah saw tentang kewajiban suami kepada isterinya, maka Rasulullah saw menjawab:
Engkau beri makan ia (istri) ketika enhkau makan dan engkau beri dia pakaian ketika
engkau berpakaian, dan jangan engkau memukul wajahnya, jangan engkau berlkau kasar,
jangan engkau menghardiknya kecuali di rumah

g. Qaidah:

Setiap orang yang terikat oleh hak orang lain dan memberi manfaat baginya maka nafakah
orang tersebut wajib atas orang yang karenanya orang itu terikat.
Siapa saja yang dirinya terikat untuk kepentingan dan kemanfaatan orang lain, menjadi wajib
nafakah orang itu dengan harta orang lain tersebut. Militer, PNS, Hakim, dan pegawi lainnya
yang berkerja untuk kepentingan rakyat dan Negara, maka sudah selayaknya nafkah mereka
beserta keluarganya menjadi tanggungannya, seperti anak dan isterinya, wajib ditanggung
oleh uang rakyat melalui penguasa menurut cara-cara yang l.azim. Demikian halnya dengan
isteri, karena isteri terikat oleh hak suami dan untuk kemanfaatan suami, menjaga kemuliaan
dan kehormatan maka menjadi tetaplah nafkah dan segala kebutuhan isteri dibebankan kepada
suami.
Kewajiban immateriil (al-Huquq gairu al-Maddiyah)
Beberapa kewajiban suami yang bersifat immaterial ialah:
1.
Mempergauli isteri menurut garis-garis perintah Allah swt berdasarkan kecintaan
yang tulus:

39

(19 : ) 2.

Menghormati isteri dan memperlakukannya dengan cara yang baik serta bersikap sopan
terhadapnya. Suami wajib menghormati isteri sebagai teman hidup dan jalinan jiwa. Suami
dilarang memperlakukan isteri sebagai pelayan yang boleh diperlakukan semena-mena, dan
suami dilarang berlaku kasar terhadapnya. Berlaku lemah lembut dan halus serta sopan
terhadap isteri termasuk tanada kesempurnaan akhlak suami:
( )
Paling sempurnanya keimanan seorang mukmin ialah yang paling baik budi pekertinya,
dan yang paling baik di antaramu ialah yang paling baik terhadap isterinya

3.

Menghormati isteri menjadi bukti kesempurnaan pribadi, dan meremehkan isteri


menunjukkan rendahnya budi. Rasulullah saw bersabda:



Hanya orang mulia yang memuliakan isteri dan hanya orang hina yang menghinakan
isteri

4.

5.

Menjaga dan melindugi isteri. Suami wajib menjaga diri dan pribadi isterinya dari segala
sesuatu yag menurunkan martabatnya dipandang dari segi agama maupun di mata masyarakat:
(6 : )...
Suami wajib menjaga rahasia rumah tangga termasuk rahasia isterinya sebab hal ini berarti
menepuk air di dulang terpecik muka sendiri.
( )

.4
Sejelek-jelek kedudukan orang di sisi Allah pada hari qiyamat ialah suami yang
mengumpuli isterinya atau sebaliknya, kemudian menyebarkan rahasia mereka berdua di
hadapan orang lain

6.

Memperhatikan keadaan isteri, memperjinak hati agara isteri selalu gembira dan senang
berada di samping suami, antara lain dengan cara suami selalu bermuka manis, selalu necis, dan
bertingkah laku yang simpatik. Jika isteri menunjukkan sikap tegang atau marah maka suami
harus pandai menormalisir keadaan dan mengembalikan kepada suasana gembira.

7.

Mendatangi isteri menurut cara yang maruf, sopan dan baik. Dalam hal ini syariat Islam
memberikan tuntunan dengan bercanda terlebih dahulu, membaca doa, khidmat, tidak
mendatangi isteri ada duburnya, tidak mendatangi isteri pada waktu haid dan sebagainya.


(223 :)
(187 : )

8.

Bagi suami yang beristeri lebih dari seorang, ia diwajibkan berlaku adil dalam hal nafakah,
sukna, waktu gilir

Anda mungkin juga menyukai