Anda di halaman 1dari 4

Aku membonceng pada Andi yang saat itu membawa motor.

Kami menuju rumah


Andi, dalam perjalanan aku hanya diam belum berani bertanya. Barulah setelah
sampai di rumahnya aku mulai bicara menanyakan hal yang sedari tadi ingin
kutanyakan. saat terakhirnya Mas Damar bilang tentang surat. Dini ingin tahu
tentang surat itu, boleh...? aku berusaha melepaskan rasa penasaranku.
tentu. Tentu saja boleh. Surat itu untuk Dini, aku diminta untuk menjaganya
sampai saat yang tepat.
jadi sekarang saatnya sudah tepat, Dini boleh memintanya?
belum. Belum boleh.
kenapa aku bertanya heran
karena ada syaratnya.
apa syaratnya?
Surat itu baru boleh diberikan kalau kamu sudah lulus. Kamu harus dapat gelar
sarjana terlebih dahulu.
oh begitu. Dini tahu, Mas Damar mensyaratkan seperti itu karena ingin Dini
tidak menyerah dengan kuliah Dini karena kondisi keluarga. Dini sudah tahu hal
itu dan Dini sudah berjanji akan mengingat semua nasehat dan permintaan Mas
Damar. Tapi Dini mohon, tolong berikan surat itu pada Dini sekarang. Dini ingin
sekali membacanya. Aku meminta dengan memelas kepada Andi.
Andi hanya menggeleng kemudian berkata, maaf Dini, saat ini aku belum bisa.
Aku hanya berusaha menjalankan permintaan terakhir sahabatku. Aku harap kamu
mengerti.
Aku sedih dengan ketegasan Andi tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ia benar, ini
adalah salah satu dari dua permintaan terakhir Mas Damar kepada Andi, yaitu agar
surat itu diberikan nanti dan yang lain agar Andi menjaga Dini. Menjagaku? Ah
entah mengapa agak sulit aku menerima permintaan itu. Bukannya apa-apa,
memangnya mau menjaga seperti apa? Seperti Mas Damar menjagaku? Tapi, aku
dan Mas Damar memang saling menyayangi sebagai kekasih, sementara aku dan

Andi kami bersahabat, dan Mas Damar paham betul itu. Lalu mengapa ia meminta
Andi seperti itu? dan sampai kapan Andi harus menjagaku, dia juga punya
kehidupannya sendiri. Dia mencintai perempuan lain, dan perempuan itu
adalah...? entahlah siapa, hanya Andi yang tahu hal itu tapi kupikir Mas Damar
sebagai sahabatnya pun tahu hal itu, namun entah karena alasan apa mereka
merahasiakannya dariku.
Ibu Andi datang membawakan minuman, beliau senang melihatku ini Nak
tehnya. Silahkan diminum. Ibu menyodorkan teh, sembari bicara menambahkan
Ibu senang kalian sudah pulang. Ibu harap kalian tidak lagi bersedih atas
musibah kemarin itu yang penting setiap kejadian diambil hikmahnya, yaa... Ibu
dengan bijaksananya menjelaskan.
iya Bu terimakasih minumnya, kami sudah lebih baik sekarang, iya kan din?
Andi tersenyum untuk membahagiakan ibunya. Aku ikut tersenyum setelah
meneguk teh yang dibuatkan ibu.
yo wis,, Ibu mlebu dhisik yo... kali ini Ibu berbicara dengan bahasa jawa dan
sudah lebih tenang melihat keadaan anaknya.
nggih, Bu... aku yang menjawab. Kemudian ibu meninggalkan kami yang
sedang berbicara di teras rumah. Setelah ibu benar-benar masuk ke dalam rumah,
aku bertanya lagi pada Andi, Bay, ada hal lain yang Dini masih tidak mengerti..
tentang apa?
tentang permintaan Mas Damar yang ingin Andi menjaga Dini.
oh itu, ya sudah. Aku juga akan melaksanakannya. Aku akan menjagamu. Andi
berkata lugas namun ia juga menatapku dengan lembut. Deg, untuk
pertamakalinya jantungku berdenyut merasakan hal yang aneh dan tidak biasanya
mendengar ketegasan Andi seperti itu.

tapi, itu kan, tidak...


sudahlah, tidak usah dibicarakan lagi. Andi memotong pembicaraanku,
Permintaan terakhir seseorang memang kadang sulit kita mengerti paling tidak

pada awalnya. Namun pada akhirnya dengan berjalannya waktu kita akan mulai
memahami, bisa jadi ini ada hubungannya dengan rahasia Tuhan yang belum kita
tahu. Entah benar atau tidak, tapi aku merasa saat terakhir dalam kehidupan
seseorang adalah bagian terpenting untuk kita mengingat pesannya. Aku merasa
orang yang berada di ujung nafasnya adalah orang kepercayaan Tuhan yang
bertugas untuk menyampaikan pesan dan peringatan bagi kita yang masih diberi
kesempatan hidup lebih lama. Seperti halnya orang bijak mengatakan, belajar dan
teruslah mengingat akan kematian. Sekarang semuanya masih misteri bagi kita,
namun lambat laun yakinlah yang namanya misteri kehidupan pasti akan
terungkap. Semua, biarlah indah pada waktunya. aku terpana mendengarkan
penjelasan Andi barusan hingga rasanya tidak berkedip.
Menyadari diperhatikan seperti itu, Andi merasa bingung dan risih, kemudian
bertanya kenapa?
Aku hanya menggeleng dan menjawab hah, enggak. Gak papa... aku merasa
aneh dan heran karena Andi saat itu mirip sekali dengan Mas Damar.
heran yaa, aku ngomong barusan? ia menebak
hee, iyaa.. aku mengangguk, malu karena dia bisa menebak apa yang aku
pikirkan.
huh, dasar. Kamu berarti belum kenal Andi dengan baik, heheee... suasana jauh
lebih cair sekarang.
hah, hmmm iya kali ya?! Hahaaa, mungkin.. pertanyaanku tidak memerlukan
jawaban.
sudah sore, ayo pulang. Mari aku antar sampai depan kosan.
gak usah Andi, aku pulang sendiri aja. Sebaiknya Andi istirahat, kamu terlihat
lelah sekali.
tapi..
sudah gak papa. Sudah biasa kok. Kan Dini wanita yang kuat, hee... Aku
membanggakan diri sesekali.
kuat tapi pada saat yang sama juga rapuh... Andi menimpali.
ah, apa? tanyaku agak sewot.

ah sudah, sudah. Pulang sana lihat tuh, langitnya agak mendung. Hati-hati nanti
kehujanan. Ibbuuuuuuu, Dini mau pamit nih... Andi kemudian memanggil
ibunya.
eh, Dini sudah mau pulang tho? Tunggu sebentar yaa,,, ibu masuk ke dalam
rumah lagi lalu ke luar sambil membawakan sebuah payung. ini supaya kamu
gak basah keujanan... ibu menyodorkan payung itu kepadaku.
iya, terima kasih, Bu. Dini pamit dulu, assalamualaikum...
waalaikum salam. Hati-hati di jalan yaa... aku mengangguk.

Anda mungkin juga menyukai