Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENGERTIAN
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes melitus yang
ditandai dengan
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang juga. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua factor ini akan menimbulkan hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang
ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangan elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kirakira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama
periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan
keton oleh hati. Pada ketoasidodis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya
keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah ,
badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl.Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin
memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih (yang biasanya bergantung pada
derajat dehidrasi).
Bukti adanya ketoasidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang rendah
(0-15 mEq/L) dan PH yang rendah (6,8- 7,3).Tingkat pCO2 yang rendah ( 10-30 mmHg )
mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosis
metabolic. Akumulasi badan keton ( yang mencetuskan asidosis ) dicerminkan oleh hasil
pengukuran keton dalam darah dan urin.
Kadar natrium dan kalium dapat rendah, normal, atau tinggi, sesuai jumlah cairan yang
hilang (dehidrasi ) .Sekalipun terdapat pemekatan plasma harus diingat adanya depresi
total elektrolit tersebut (dan elektrolit lainnya) yang amat nyata dari tubuh.Akhirnya
elektrolit yang mengalami penurunan ini harus diganti.
2
Kenaikan kadar kreatinin , urea nitrogen darah (BUN) Hb,dan Hmt juga dapat terjadi
pada dehidrasi. Setelah therapy rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN
serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
F. PENATALAKSANAAN
1. Rehidrasi
NaCl 0,9% diguyur 500 1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan normal
saline hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien-pasien yang menderita
hipertensi atau hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal jantung
kongestif.Infus kecepatan sedang hingga tinggi (200-500ml/jam)
dapat
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2. Defisit volume cairan berhubungan kehilangan cairan secara aktif
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronik
4. PK Hiperglikemi
5. PK Asidosis metabolik
H. INTERVENSI
1. Dx Kep
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pola napas efektif.
NOC
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Air way patency
Vital sign status
Kriteria hasil:
Menunjukkan jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama napas,
frekuensi pernapasan dalam rentang normal ,tidak ada suara napas abnormal)
Tanda-tanda vital dalam rentang normal ( tekanan darah, nadi,pernapasan )
3
NIC
Airway management
Buka jalan napas , gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Auskultasi suara napas , catat adanya suara tambahan
Monitor respirasi atau status O2
Therapy oksigen
Pertahankan jalan napas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan klien terhadap oksigenasi
Vital sign monitor
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Momitor suhu, warna dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
2. Dx Kep
Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..,volume cairan normal.
NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional status : Food and fluid intake
Kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB , BJ urine normal, HT
normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi , elastisitas turgor kulit baik , membrane mukosa
3. DX Kep
Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronik.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .x 24 jam tidak terjadi infeksi.
NOC
Immune Status
Knowledge : Infection Control
Risk control
Kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah lekosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC
:
Infection Control
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Batasi pengunjung
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
Infection Protection
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
Batasi pengunjung
Pertahankan aseptic pada pasien yang beresiko
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan ,panas, drainase
Dorong masukan nutrisi yang adekuat
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan bila hasil kultur darah positif
4. Dx Kep
PK Hiperglikemi
Tujuan
5
besar
Pantau keadaan jantung dan sirkulasi ( frekuensi, irama, warna kulit,nadi perifer )
Pantau gejala dari KNHH, non ketotik hiperglikemi hiperosmolar.
5. Dx Kep
PK Asidosis metabolic
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .. perawat akan menangani dan
mengurangi komplikasi asidosis dengan gejala :
Pernapasan cepat dan lambat
Sakit kepala
Mual dan muntah
Bicarbonat plasma dan pH arteri darah rendah
Perubahan tingkah laku dan mengantuk
Kalium serum meningkat
PCO2 kurang dari 35 45 mmHg
Penurunan HCO3
Intervensi
Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik
6
dasarnya
Jika penyebabnya adalah DM rujuk ke PK: Hipo/Hiperglikemi untuk intervensi
Kaji tanda dan gejala hipokalsemia, hipokalemia dan alkalosis setelah
asidosisnya terkoreksi.
Lakukan koreksi pada setiap
A. PENGERTIAN
Meningitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada meningen atau selaput otak. Meningitis
merupakan suatu keadaan yang mencemaskan, pada permulaan terjadinya meningitis
dikalangan anak-anak akan menampakan gejala demam dan sakit kepala, pada anak yang
usianya kurang dari satu tahun hanya tampak gejala menangis berlebihan, demam, dan
enggan minum, gejala yang hampir sama dengan tanda-tanda penyakit yang lain seperti
infeksi telinga, bronkhitis dan infeksi saluran air kemih.
B. ETHIOLOGI
Penyebab paling umum meningitis adalah SGB, E.Coli K1 dan Listeria. Streptokokus lain,
Haemophilus influenza yang tidak dapat digolongkan, Stafilokokus koagulase-positif maupun
Stafilokokus koagulase-negatif, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, Treponema pallidum
dan Mycobacterium tubercolosis dapat juga menyebabkan Meningitis. Citrobacter diversus
merupakan penyebab abses otak yang penting.Pathogen lainnya meliputi Mycoplasma
hominis, Urea-plasma uerelyticum,Candida Albicans dan jamur lainnya,Toxoplasma gondii,
dan virus ( enterovirus {CMV}, virus imunodefisiensi manusia (human immunodeficiency
virus {HIV}.
C. MANIFESTASI KLINIK
Tanda-tanda dan gejala awal mungkin tidak dapat dibedakan dari penyakit infeksi dan non
infeksi lainnya pad bayi baru lahir.Tanda-tanda neurologist mungkin ada atau tidak.
Manifestasi neurologis meliputi lesu (50-90 %), fontanela yang cembung atau penuh (20-30
% ), kaku kuduk (10 20 %).
D. PATHWAY
Penyebaran hematogen
Gangguan pusat
pengaturan suhu
tubuh di otak.
Peningkatan zat
pirogenik.
DP : Hipertermi
Edema cerebral
Penumpukan cairan
eksudat akibat proses
infeksi.
Pembengkakan
jaringan di daerah
yang terinfeksi.
Penurunan
Peningkatan TIK
kesadaran
Kejang
Ganguan fungsi syaraf karnialis
yang terkena
DP : Risiko
injury
Gangguan neuromuskuler
Kecemasan
pada
keluarga
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskular.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
3. Resiko injury berhubungan dengan kejang tonik klonik,disorientasi.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah,anorexia.
F. INTERVENSI
11
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
1. Airway suction.
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning.
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotakheal.
Gunakan alat yang steril setiap melakuka tindakan.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakheal.
2. Airway managemen
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotakheal
Gunakan alat yang steril setiap melakuka tindakan
Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakheal
Airway managemen
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara kasa basah Nacl lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
2. Hipertermi b.d proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan suhu tubuh klien dalam batas noarmal ( 36 37 derajat celsius ).
13
NOC : Thermoregulation.
Kriteria hasil :
Temperatur regulation
Monitor TD,N,RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhudan kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
Beritahukan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
16
Ketidak mampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorbsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktorbiologis , psikologis atau ekonomi
NOC : Nutritional Status : food and fluid Intake
Kriteria hasil :
spesifik
Batasan Karakteristik :
Keterbatasan kognitif.
Interprestasi terhadap informasi yang salah.
Kurangnya keinginan untuk mencari informasi.
19
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya.
NIC :
Teaching : Disease process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien proses penyakit yang spesifik.
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisioloi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat.
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat.
Hindari jaminan yang kosong.
Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat.
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat.
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberian
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
A. PENGERTIAN
Ketidakmampuan paru mempertahankan oksigenasi darah dengan atau tanpa
disertai dengan gangguan ventilasi.Ditandai dengan tekanan parsial O2 (PaO2) < 50
mmHg, dan disertai atau tidak disertai peningkatan tekanan parsial CO2 (PaCO2) > 45
mmHg.Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya
normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.Gagal nafas
kronik adalah gagal nafas pada pasien dengan penyakit paru kronis, seperti bronchitis
kronis dan emfisema.
B. TANDA DAN GEJALA
Merupakan manifestasi dari kelainan dasar dan disertai gejala hypoxia dan hiperkarbia.
Hipoxia menyebabkan:
1. Disorientasi, bingung, gelisah, atau penurunan kesadaran
2. Takhipnea
3. Dispnue
4. Takikardi dan tekanan darah meningkat
Hiperkarbia akan menyebabkan :
21
22
Untuk memberikan ventilasi mekanik, diperlukan jalan nafas buatan yaitu dengan
cara :
Intubasi endotrakheal
Pencegahan trauma
3. Ventilasi mekanik
Tujuan pemberian ventilasi adalah untuk memberikan oksigenasi yang adekuat dan
memerlukan CO2 tanpa menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada system organ
tubuh yang lain.
4. Pemantauan pasien
a. Keadaan klinis
b. Analisa pertukaran gas
c. Analisa keseimbangan asam basa
d. Keseimbangan cairan dan elektrolit
e. Fungsi ventilator antara lain :
Tidal volume
Tekanan jalan nafas
Temperatur dan humidifikasi
Complience dan resistensi
f. Parameter hemodinamik antara lain :
Curah jantung
Saturasi vena campuran
Tekanan vena sentral
Tekanan darah sistemik
Tahanan vaskuler paru
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas : spasme
jalan nafas, banyaknya mucus, adanya benda asing di jalan nafas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuscular.
4. Kerusakan ventilasi spontan berhubungan denga kelemahan / kelelahan otot
pernapasan.
5. Perfusi jaringan
tidak
efektif
berhubungan
dengan
penurunan
Hb,
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis,
dan dispnea.
Menunjukkan jalan napas yang paten.
Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
napas.
NIC
:
Airway Management
Buka jalan napas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu napas buatan
Lakukan fisiotherapi dada jika perlu
Keluarkan secret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Beri bronchodilator bila perlu
Berikan pelembab udara
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
Airway Suction
Pastikan kebutuhan oral / endotrakheal suctioning
Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Monitor status oksigen pasien
Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan
bradikardi, penurunan saturasi oksigen, dll.
2. Dx Kep
:
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.. gangguan pertukaran gas teratasi.
NOC
:
Respiratory Status : Gas Exchange
Keseimbangan Asam Basa, Elektrolit
Respiratory Status : ventilation
Vital Sign Status
Kriteria hasil:
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang edekuat
Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernapasan
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
AGD dalam batas normal
Status neurologis dalam batas normal
24
NIC
Menejemen jalan napas
Buka jalan napas dengan tekhnik chin lift atau jaw thrust
Beri posisi ventilasi maksimal
Keluarkan secret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara napas , catat area penurunan ventilasi
Kolaburasi bronchodilator
Kolaburasi nebulizer
Pertahankan intake cairan yang adekuat
Monitor status respirasi dan oksigenasi
Menejemen asam basa
Dapatkan/pertahankan jalur intra vena
Pertahankan kepatenan jalan napas
Monitor AGD dan elektrolit
Monitor status hemodinamik
Monitor kehilangan asam dan bikarbonat
Beri posisi ventilasi adekuat
Monitor tanda gagal napas
Beri oksigen
Monitor kepatenan jalan napas
3. Dx Kep
:
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuscular.
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..pasien menunjukkan keefektifan
pola napas.
NOC
:
Respiratory Status : ventilation
Respiratory Status : Airway Patency
Vital Sign Status
Kriteria hasil:
Tidak ada sianosis, dyspneu ( mampu bernapas dengan mudah )
Menunjukkan jalan napas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama dan
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal )
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisiotherapi bila perlu
Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Monitor respirasi dan status O2
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
Monitor vital sign
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
25
4. Dx Kep
Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan/ kelelahan otot
pernapasan.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama .. pasien menunjukkan ventilasi
spontan.
NOC
Status Respiratory
Kriteria hasil:
Kemudahan dalam bernapas
Tidak ada pernapasan cuping hidung
Tidak ada retraksi dada
Kesimetrisan ekspansi dada
Respirasi dalam rentang yang diharapkan
Auskultasi suara napas dalam rentang yang diharapkan
NIC
:
Ventilasi mekanik
Kaji pola napas pasien
Berikan bantuan ventilasi melalui ventilator
Monitor irama dan frekuensi pernapasan
Posisikan pasien pada posisi yang nyaman
Lakukan suction secara rutin
5. Dx Kep
Perfusi
jaringan
tidak
efektif
berhubungan
dengan
penurunan
Hb,
NIC
Perawatan sirkulasi
Cek nadi perifer
Cek capillary refill
Jaga kehangatan klien
Monitor status cairan, intake dan output
Monitor perdarahan
Monitor status hemodinamik dan tanda vital
Monitor tanda vital
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor tekana darah sebelum, selama dan sesudah aktivitas
Monitor irama dan frekuensi jantung
Monitor sianosis perifer
Monitor status neurologi
Monitor ukuran, bentuk , kesimetrisan dan reaksi pupil
Monitor tingkat kesadaran
Monitor tingkat orientasi
Monitor GCS
Monitor tanda vital
A. PENGERTIAN
27
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan pokok yang didapatkan pada pre eklampsia adalah spasmus pembuluh
darah disertai dengan retensi garam dan air. Bila dianggap bahwa spasmus arteriola
ditemukan diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang naik
tampaknya merupakan usaha mengatasi tekanan tahanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat dicukupi, kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan
yang berlebihan dalam ruang interstitial. Hal ini belum diketahui sebabnya mungkin
berhubungan dengan terjadinya retensi garam dan air. Proteinuria diperkirakan
disebabkan oleh spasmus arteriole sehingga menyebabkan perubahan pada glomerulus.
- Perubahan pada plasenta dan uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan perfusi plasenta. Pada
hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu, pada hipertensi yang lebih
pendek bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi.
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering didapatkan pada
-
yang nyata. Konsentrasi K, Na dan kalsium dan florida dalam serum biasanya dalam
batas normal . Gula darah , bicarbonat dan pH pun normal.Pada eklampsia , kejangkejang dapat kenyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara. Asidum laktikum
dan asam organic lain naik sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan
asam karbonik menjadi bicarbonas natrikus. Dengan demikian cadangan alkali dapat
pulih kembali. Kadar kreatinin dan ureum tidak naik, kecuali bila terjadi oliguria.
Protein serum total, perbandingan albumin-globulin dengan tekanan osmotik plasma
turun pada pre eklampsia. Kecuali pada penyakit berat
hemokonsentrasi. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen naik dengan nyata.
Kadar tersebut lebih naik lagi pada pre eklampsia. Waktu pembebasan lebih pendek
dan kadang-kadang ditemukan kurang dari satu menit pada eklampsia.
Diagnosis
- Pre eklampsi ringan
Tekanan darah
: Lebih dari 140/90 mmHg dan 170/110 mmHg
Proteinuria
: Kurang dari 5 gr/ltr dalam 24 jam
Edema
: Lokal/general
- Pre eklampsi berat, jika terdapat satu atau lebih dari tanda :
Tekanan darah
: Sistolik > 170 mmHg
Diastolik > 110 mmHg atau kenaikan sistolik >60
mmHg
: > 5 gr/ltr/24 jam atau ++++
: < 500 ml/24 jam
Proteinuria
Oliguri
Edema yang massif
Gangguan visus dan serebral
Nyeri epigastrium/nyeri kwadran atas abdomen/muntah-muntah
Edema pulmonum dan cyanosis
Terdapat komplikasi IUGR
Terdapat HELLP syndrome ( Hemolisis Elevated Enzymes and Low Platelete )
1.
Laboratorium : darah lengkap, ureum kreatinin, elektrolit, PTT, APTT, Cloting time,
E. MANAJEMEN THERAPI
Prinsip penatalaksanaan adalah :
1. Mempertahankan perfusi plasenta dengan waktu kelahiran yang tepat
2. Pengontrolan tekanan darah
3. Pencegahan komplikasi
Penatalaksanaan medis meliputi :
1. Therapi anti hipertensi untuk mencegah komplikasi yaitu perdarahan serebral, gagal
jantung, aborsi plasenta dengan pemberian therapy antara lain : Propanolol,
nifedipine, nitrogliserin---- awal untuk menurunkan sistolik 20 30 mmHg, diastolic
10 15 mmHg.
2. Therapi anti kejang
a. MgSO4 ( loading dose awal 4 6 gr dalam 20 menit, dosis maintenance /
continous lebih kurang 1 gr/jam ).
b. Phenitoin
c. Diazepam (jika sangat diperlukan )
3. Keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keperawatan meliputi :
1. Posisi sebelum melahirkan lateral decubitus position.
2. Monitor bunyi jantung janin.
3. Monitoring tekanan darah tiap jam atau tiap 4 jam.
4. Monitor nadi tiap jam atau 4 jam.
5. Monitor urinalisa, intake output serta balance cairan tiap hari.
6. Pemasangan dower catheter.
7. Monitor laboratorium ( tersebut di atas ) tiap hari.
8. Monitoring EKG, CVP, SpO2 terutama jika pemberian therapy phenitoin dan
MgSO4.
9. Kolaburasi untuk pemberian obat sedasi, anti hipertensi, epidural analgesia, dll.
10. Kolaburasi untuk partus dengan waktu yang tepat.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan cardiac output
2. Kelebihan volume cairan
3. Gangguan pertukaran gas
4. Perfusi jaringan tidak efektif
5. Defisit self care
6. Resiko infeksi
31
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx Kep
Penurunan cardiac output berhubungan dengan gangguan irama jantung, stroke
volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung
DO / DS
Aritmia, takikardi, bradikardi
Palpitasi, oedema
Kelelahan
Peningkatan /penurunan JVP
Distensi vena jugularis
Kulit dingin dan lembab
Penurunan denyut nadi perifer
Oliguria Kapilary refill lambat
Nafas pendek/sesak nafas
Perubahan warna kulit
Batuk, bunyi jantung S3/S4
Kecemasan
NOC
:
Pompa jantung efektif
Kriteria
:
Tekanan darah dalam batas normal (dbn)
Nadi dbn
Cardiax indek dbn
Toleransi aktivitas dbn
Ukuran jantung dbn
Warna kulit dbn
Tidak terjadi disritmia
Tidak ada suara jantung yang abnormal
Tidak terdapat angina
Tidak terdapat edema perifer, edema pulmo
Tidak terdapat mual
NIC: Cardiac Care
Kegiatan
:
1. Monitor tanda vital, bunyi, frekuensi dan irama jantung
2. Monitor parameter hemodinamik dan perfusi perifer
3. Catat urine output
4. Pantau ECG 12 lead
5. Fasilitasi bedrest dan lingkungan yang tenang
6. Posisikan supinasi dengan elevasi kepala 30 derajat dan elevasi kaki
7. Anjurkan mencegah valsava maneuver
8. Berikan makanan dalan komposisi lunak
9. Berikan oksigenasi dan medikasi
2. Dx Kep
32
NOC
Keseimbangan cairan
Kriteria
:
Tekanan darah dalam batas normal (dbn)
Rata rata tekanan arteri dbn
Nadi perifer teraba
Tidak ada hipotensi orthostatic
Kesimbangan intake dan output dalam 24 jam
Tidak ada edema perifer
Keseimbangan elektrolit/asam basa
Kriteria
:
Frekuensi denyut jantung dalam rentang yang diharapkan (drh)
Frekuensi pernapasan drh
Cl, Ca, Mg serum dbn
Creatinin serum dbn
PH urine dbn
Ketegangan otot tidak ada
NIC
:
Menejemen cairan
Kegiatan
:
1. Pertahankan cairan intake dan output yang akurat
2. Pasang urine kateter bila diperlukan
3. Monitor status hidrasi (kelembaban mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
orthostatic)
4. Monitor status nutrisi
5. Berikan diuretic sesuai instruksi
6. Berikan therapy intra vena
Monitor cairan
Kegiatan
:
1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
2. Tentukan kemungkinan factor resiko dari ketidakseimbangan cairan
3. Monitor berat badan
33
4.
5.
6.
7.
3. Dx Kep
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
4. Dx Kep
Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan Hb, ketidakseimbangan
ventilasi dengan aliran darah.
NOC
Jaringan Status perfusi perifer dan cerebral
Kriteria :
Pengisisn kapilary refill
Kekuatan pulsasi perifer distal
Kekuatan pulsasi perifer proksimal
Warna kulit normal
Tidak ada edema perifer
Tidak ada nyeri pada ekstremitas
Status sirkulasi
Kriteria :
Tekanan darah dbn
Kekuatan nadi dbn
Rata-rata tekanan darah dbn
Tidak ada hipotensi orthostatic
Tidak ada angina
Tidak ada suara nafas tambahan
Tidak ada bunyi jantung tambahan
NIC
Perawatan sirkulasi
Kegiatan :
1. Cek nadi perifer
2. Catat warna kulit dan temperature
3. Cek Capilary refill
4. Posisikan elevasi ekstremitas yang edema, pastikan tidak ada tekanan di tumit
5. Monitor perdarahan
6. Monitor status hemodinamik , neurologis dan tanda vital
7. Monitor status cairan, input dan output
Kegiatan:
1. Monitor TD, HR dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor tekanan darah saat berbaring, duduk dan berdiri
4. Ukur tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor irama dan frekuensi jantung
6. Monitor bunyi jantung
7. Monitor suara pernapasan
5. Dx Kep
:
Defisit perawatan diri (toileting, feeding, dressing, hygiene ) berhubungan dengan :
Gangguan perceptual dan kognisi
Penurunan atau kurangnya motivasi
Hambatan lingkungan
Kerusakan musculoskeletal
Kerusakan neuromuscular
Nyeri
Kerusakan persepsi kognitif
Kecemasan, kelemahan dan kelelahan
DO :
Ketidakmampuan untuk mandi, berpakaian, makan dan toileting
NOC :
Self Care : Activity of Daily Living (ADL)
Kriteria :
Klien terbebas dari bau badan
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADL
Dapat melakukan ADL dengan bantuan
\
Activity Tolerance
Kriteria :
Saturasi oksigen dalam rentang yang diharapkan
Denyut jantung DRH
Frekuensi pernapasan DRH
Tekanan darah sistolik DRH sebagai respon terhadap aktivitasLaporan
penampilan aktivitas sehari-hari
NIC
:
Personal Hygiene
Kegiatan :
1. Monitor kondisi umum klien
2. Mandikan klien setiap hari atau sesuai indikasi
3. Bantu klien mengenakan pakaian yang layak
4. Jaga agar rambut tetap bersih
5. Pasang alat penampung urin
6. Berikan perawatan kateter yang tepat
36
6. Dx Kep :
Resiko infeksi
Faktor-faktor resiko :
Prosedur infasif
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
Malnutrisi
Peningkatan paparan lingkungan pathogen
Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan HB, Leukopenia,penekanan
respon inflamasi)
Pertahanan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan
peristaltik)
Penyakit kronik
NOC :
Immune Status
Knowledge Infection Control
Risk Control
Kriteria :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah lekosit DBN
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria DBN
NIC:
1. Pertahankan tekhnik aseptic
2. Batasi pengunjung
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung
5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
37
A. PENGERTIAN
Suatu bentuk sindroma dinamik yang akibat akhirnya berupa kerusakan jaringan
sebab substrat yang diperlukan untuk metabolisme aerob pada tingkat mikroseluler
dilepas dalam kecepatan yang tidak adekuat oleh aliran darah yang sangat sedikit
atau dari aliran maldistribusi.( Catdido, 1996 )
B. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala shock terlihat berbeda-beda tergantung pada tahapan shock yang
dialami
Secara umum diagnose klinis shock dinyatakan bila ada :
- Sistolik kurang dari 80 mmHg
- Oliguria
- Asidosis metabolic
- Perfusi jaringan jelek
Sedangkan di tingkat sel fenomena yang ada akibat suplai oksigen yang tidak adekuat
akan menjadi :
-
Metabolisme anaerob
Akumulasi asan laktat
Mitokondria bengkak
Sel tak mampu menggunakan substrat untuk membuat ATP
Mikrosom bengkak dan membrane rupture sehingga terjadi digesti intraseluler
C. PATOFISIOLOGI
Shock Hipovolemik
Menurunnya volume intra seluler
Menurunnya venous return
Menurunnya pengisian ventrikel
Menurunnya sroke volume
38
Operasi jantung
Trauma jantung
Hilangnya kontraksi
Ventrikel secara efektif
Iskhemi miokard
Suplay oksigen
Ventrikel kiri
Kebutuhan oksigen
Cardiac output
Tonus simpatis
Hormon
antidiuretik
Perfusi koroner
Resisten
Renin
angiotensin
Vaskuler sistemik
Hipoksemia
Edema paru
aldosteron
HR
Tekanan arteri
Tonus vena
Retensi garam
Shock septic
Sumber infeksi
Invasi parenteral
Keluarnya O : Mediator-mediator shock
- Complement-derivated anaphilatoxin
- Kinin-kinin
- Prostaglandin, leukotrienes, Tx
- Interleukin 1 atau 2
- Beta endorphins
2. Pengaruh perifer
Vasodilatasi
Vasokontriksi
Agregasi leukosit
Disfungsi endhothelial vaskuler
Pengaruh kardiovaskuler
Maldistribusi aliran darah
Produksi asam laktat
Meningkatnya campuran oksigen vena
Hasil akhir
Penurunan secara dalam SVR
Kebocoran plasma
Hematokrit
Natrium
Cairan dalam kavum serosa
Hipovolemia
Shock
Anoksia
Asidosi
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Tidak spesifik untuk masing-masing shock
- Laboratorium darah : Hb dan Ht
- Shock hipovolemik : Hb , Ht
40
, Creatinin ,
NIC
:
Cardiac Care
Monitor tanda vital, bunyi, frekuensi dan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik dan perfusi
Catat urine output
Pantau ECG 12 lead
Fasilitasi bedrest dan lingkungan yang
Posisikan supinasi dengan elevasi
Kepala 30 derajat dan elevasi kaki
Anjurkan mencegah valsava maneuver
Berikan makanan dalam komposisi lunak
Berikan oksigenasi dan medikasi
2. Dx Kep :
Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan Hb,
ketidakseimbangan ventilasi dengan aliran darah.
NOC :
Status perfusi jaringan perifer dan cerebral
Kriteria :
Pengisian kapilary refill
o Kekuatan pulsasi perifer distal
o Warna kulit normal
o Suhu kulit hangat Tidak ada edema perifer
o Tidak ada nyeri pada ekstremitas
Status dirkulasi
Kriteria :
o Tekanan darah dalam batas normal
o Kekuatan nadi dalam batas normal
o Tidak ada bunyi jantung tambahan
o Tidak ada angina
o Tidak ada hipotensi orthostatic
o Tidak ada suara nafas tambahan
o Tidak ada nyeri pada ekstremitas
NIC :
43
1. Perawatan sirkulasi
Kegiatan :
oCek nadi perifer
oCatat warna kulit dan temperature
oCek kapilary refill
oCatat prosentase edema terutama di ekstremitas
o
Monitor status cairan, masukan dan keluaran
oMonitor perdarahan
oMonitor status hemodinamik, neurologis dan tanda vital
2. Monitor tanda vital
Kegiatan :
o Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR
o Catat adanya fluktuasi tekanan darah
o Monitor tekanan darah saat berbaring, duduk dan berdiri
o Ukur tekanan darah pada kedua lengan
3. Monitor status neurologi
Kegiatan :
o Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan dan reaksi pupil
o Monitor tingkat kesadaran
o Monitor tingkat orientasi
o Monitor GCS
o Monitor tanda vital
o Monitor respon terhadap pengobatan
3. Dx Kep :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi,perubahan membrane kapiler alveolar
DS :
o
Sakit kepala ketika bangun
o
Dyspnoe
o
Gangguan penglihatan
DO :
o
Penurunan CO2
o
Takikardi
o
Hiperkapnea
o
Keletihan
o
Iritabilitas
o
Hipoxia
NOC :
Respiratory Status : Gas exchange
Keseimbangan asam basa, elektrolit
Respiratory status : ventilation
Vital sign status
Kriteria :
44
o
o
o
o
o
o
sianosis
Tanda tanda vital dalam rentang normal
AGD dalam batas normal
Status neurologis dalam batas normal
NIC :
1. Manajemen jalan nafas
Kegiatan :
o Buka jalan nafas dengan tekhnik chin lift atau jaw thrust
o Beri posisi ventilasi maximal
o Identifikasi perlunya intubasi
o Pasang nasopharyngeal bila perlu
o Keluarkan secret dengan suction
o Aukultasi suara pernapasan
o Kolaburasi bronchodilator
2. Manajemen asam basa
Kegiatan :
o Pertahankan jalur intra vena
o Pertahankan kepatenan jalan nafas
o Monitor AGD dan elektrolit
o Monitor status hemodinamik
o Monitor tanda gagal nafas
o Beri oksigen
4. Dx Kep :
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan berkurangnya curah jantung,
hipertensi pulmonal, mekanisme pengaturan melemah, asupan cairan berlebihan
DS / DO :
o Berat badan meningkat dalam waktu yang singkat Asupan berlebihan disbanding
o
o
o
output
Distensi vena jugularis
Perubahan pada pola nafas
Dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales, atau Crackles ),
o
o
pleural effusion )
Oliguria, azotemia
Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan
NOC :
Keseimbangan cairan
Kriteria :
o Tekanan darah dalam batas normal
o Rata-rata tekanan arteri dbn
o Tidak ada hipotensi orthostatic
45
o
o
o
o
o
o
Toleransi aktivitas
Kriteria :
o Saturasi oksigen dalam batas normal dalam respon aktivitas
o BP, HR dan RR dalam batas normal
o Kecepatan berjalan
o Jarak berjalan
o Kekuatan
o ADL telah dilakukan
NIC :
Therapi aktivitas
Kegiatan :
o Menentukan penyebab toleransi aktivitas
o Berikan periode istirahat saat beraktivitas
o Pantau respon kardiopulmonal sebelum dan sesudah aktivitas
o Minimalkaj kerja kardiopulmonal
o Tingkatkan aktivitas secara bertahap
o Ubah posisi pasien secara perlahan dan monitor gejala intoleransi aktivitas
o Monitor intake dan nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energy
o Ajarkan pasien tekhnik mengontrol pernapasan saat aktivitas
6. Dx Kep:
Resiko infeksi
Faktor-faktor resiko :
o Prosedur invasive
o Kerusakan jaringan dsn peningkatan paparan lingkungan
o Malnutrisi
o Peningkatan paparan lingkungan p[atogen
o Imunosupresi
o Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, leucopenia, penekanan
o
o
o
respon inflamasi )
Penyakit kronik
Malnutrisi
Pertahanan primer tidak adekuat
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection Control
47
Risk Control
Kriteria :
o Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
o Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
o Jumlah lekosit dalam batas normal
o Menunjukkan perilaku hidup sehat
o Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
NIC :
o Pertahankan tekhnik aseptic
o Batasi pengunjung bila perlu
o Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
o Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
o Ganti letak intra vena perifer dan dressing sesuai petunjuk umum
o Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
o Tingkatkan intake nutrisi
o Berikan therapy : Antibiotik :
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
Pertahankan tekhnik isolasi
Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas , drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Kaji suhu badan
A. PENGERTIAN
B. PATOFISIOLOGI
Menurut Barbara (1996), cardiac output yang tidak adekuat memicu beberapa respon
kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan ferfusi organ-organ tubuh yang
vital. Respon awal adalah stimulus kepada saraf simpati yang menimbulkan dua
pengaruh utama:
a. Meningkatan kecepatan dan kekuatan kontraksi myocardium.
b. Vasokontriksi perifer, mengeser arus darah arteri ke organ-organ yang kurang
vital, seperti kulit dan ginjal dan juga ke organ-organ yang lebih vital,seperti otak.
Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari vena kejantung. Peningkatan
peregangan serabut otot myocardium memungkinkan kontraktilitas. Pada
permulaan respon berdampak pada cardiac output, namun selanjutnya
meningkatkan kebutuhan oksigen untuk myocardium, meregangkan serabutserabut myocardium dibawah garis kemampuan kontraksi. Bila orang tidak berada
dalam status kekurangan cairan untuk memulai peningkatan volume ventrikel
dapat mempercepat preload dan kegagalan komponen-komponen.
Klasifikasi gagal jantung
Gagal jantung menurut New York Heart Assocition
fungsional yaitu:
a.
b.
c.
d.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
49
5. Resiko untuk kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan perubahan
status metabolik
6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan dan mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan
dengan factor biologis
7. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
D. RENCANA KEPERAWATAN
Keterangan :
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
NIC
Cardiac care
Fluid balance
Keterangan :
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
NIC
Fluid monitoring
Perfusi-ventilasi seimbang
52
Keterangan :
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
NIC
Airway management
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Kedalaman inspirasi
Bernafas mudah
Ekspulsi udara
Keterangan :
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
NIC
Airway management
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
5. Resiko kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan perubahan status
metabolik
NOC
Perfusi jaringan
Kulit intact
Keterangan :
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
NIC
Pressure management
Nutritional Status
Energi
Masa tubuh
Berat badan
Keterangan :
56
1.
Keluhan ekstrim
2.
Keluhan berat
3.
Keluhan sedang
4.
Keluhan ringan
5.
NIC
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Activity tolerance
Warna kulit
Langkah berjalan
Jarak berjalan
Kuat
Laporan ADL
NIC
Energy management
Monitor klien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
A.
DEFINISI
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju
filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)
B.
ETIOLOGI
Penyebab gagak ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok :
58
1.
2.
pembuluh
darah
akibat
diabetes
dan
hipertensi
yang
lama
Scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal (Price & Wilson, 1994)
C.
PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium
gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular Filtration Rate) yang
tersisa dan mencakup :
1.
2.
Insufisiensi ginjal;
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 35% dari normal. Nefron-nefron
yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban
yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah karena nefron
59
Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4.
D.
Insufisiensi ginjal
Nefron sehat
mengkompensasi nefron
rusak
Poliuri
Penurunan respon
terhadap deuretik
60
Oliguri
Edema
E.
PERJALANAN KLINIS
Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan,
kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang
bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya
dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap
ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda,
tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal.
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % - 50 %). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun.
Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan,
kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang
bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya
dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap
ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda,
tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter /
hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5 % 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala gejala kekurangan darah,
tekanan darah akan naik, , aktifitas penderita mulai terganggu.
Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %)
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat
melakukan tugas sehari hair sebaimana mestinya. Gejal gejal yang timbul antara lain
mual, munta, nafsu makan berkurang., sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih
berkurang, kurang tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran
sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur.
62
Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10
ml / menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai
merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri
(pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari karena kegagalan glomerulus meskipun
proses penyakit mula mula menyerang tubulus ginjal, kompleks menyerang tubulus
gijal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yang dinamakan sindrom
uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan menggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis.
F.
MANIFESTASI KLINIK
1.
Kardiovaskuler
Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis, Pitting edema
(kaki,tangan,sacrum),edema
periorbital,Friction
rub
pericardial,
Dermatologi
kulit
abu-abu
mengkilat,
Kulit
kering
bersisik,Pruritus,
Pulmoner
Krekels, Sputum kental dan liat, Nafas dangkal, Pernafasan kussmaul,
4.
Gastrointestinal
Anorexia,mual,muntah,cegukan,Nafas berbau ammonia,Ulserasi dan perdarahan
mulut, Konstipasi dan diare, Perdarahan saluran cerna,
5.
Neurologi
Tidak mampu konsentrasi, Kelemahan dan keletihan, Konfusi/ perubahan tingkat
kesadaran,Disorientasi,Kejang,Rasa
panas
pada
telapak
kaki,
63
Perubahan perilaku,
Reproduktif
Amenore, Atrofi testekuler, (Smeltzer & Bare, 2001)
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit,
Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton,
SDP, TKK/CCT
2.
Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3.
Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
4.
Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi
dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada,
pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen (Smeltzer & Bare, 2001)
H.
PENATALAKSANAAN
2.
Obat-obatan
diuretik
untuk
hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi
produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
3.
Dialisis
4.
Transplantasi ginjal
(Reeves, Roux, Lockhart, 2001)
I.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
1.
Hiperkalemia
2.
Perikarditis
3.
Hipertensi
4.
Anemia
5.
J.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
NOC :
Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan)
Evaluasi :
a. Ekstrem
65
b. Berat
c. Sedang
d. Ringan
e. Tidak ada gangguan
NIC :
a. Meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi akibat dari
kada cairan yang tidak normal/ tidak diinginkan.
b. Pemantauan cairan : Pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatar
keseimbangan pasien.
B. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap sumbersumber informasi.
Tingkat pemahaman pada apa yang disampaikan misal aktivitas yang dianjurkan
NOC :
Menunjukkan pengetahuan :
Pelaksanaan aktivitas pemantauan diri
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut penanganan
yang dianjurkan.
Evaluasi
1. Tidak ada
2. Terbatas
3. cukup
4. Banyak
5. Luas
NIC
-
66
DAFTAR PUSTAKA
Long, B.C. Essential of medical surgical nursing : A nursing process approach. Alih
bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan
tahun 1989)
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarths textbook of medicalsurgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1999)
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th
Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan
tahun 1992)
67
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC;
2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2001
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta: Salemba Medika; 2001(Buku asli diterbitkan tahun 1999)
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/laporan-pendahuluan-gagal-ginjalkronis.html
Tekanan darah sistolik > 210 mmHg atau tekanan diastolic > 120 mmHg dengan
kerusakan minimal atau tanpa kerusakan target.
2. Hipertensi urgency
Yaitu situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresifdan tekanan darah
perlu diturunkan beberapa jam.
B. PENYEBAB
1. Esensial ( 95 % ): 10-15 % pada orag dewasa kulit putih, 20-30 % pada orang dewasa
kulit hitam ; onset 25 55 tahun riwayat dalam keluarga.
2. Renal ( 40 % ) , renovasikular (2 % ), stenosis arteri renalis dari aterosklerosis atau
dysplasia fibromuskular parenkimal (2 % ); insufisiensi fungsi ginjal retensi Na.
3. Endokrin (0,5 % ) ,feokromasitoma ( 0,2 % ) hiperaldosteronisme primer ( 0,13 )
sindrom chussing (0,2 % ).
4. Koartasio aorta (0,2 % )
5. Penggunaan estrogen (5 %) pada wanita dengan pil kontrasepsi oral karena
meningkatnya substansi substrat rennin dalam hepar.
Langkah penanganan standar
Tujuan :
1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi
2. Menilai kerusakan organ target
C. Mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler atau penyakit yang lain akan
memodifikasi terapi.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Penyakit jantung koroner
2. Gagal jantung kongestif
3. Diabetes mellitus
4. Insufisiensi ginjal
5. Riwayat hipertensi dalam keluarga
6. Diet asupan Na
7. Merokok, alcohol
8. Kontrasepsi pil
E. PENATALAKSANAAN
Pengobatan khusus krisis hipertensi
1. Ensefalopati Hipertensi
Pada ensefalopati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklampsia. Biasanya
tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah,
bingung dan gejala saraf fokal ( nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif,
reflek asimetris, dan parese terbatas ) berlanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang
dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan
Trimetapan.
69
HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
70
Menurut WHO hipertensi adalah bila tekanan darah lebih dari 150 mmHg
untuk sistolik dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Kaplan membedakan
hipertensi berdasarkan jenis kelamin meliputi : Usia > 45 tahun, pria :
dikatakan hipertensi apabila tekanan darah > 145/95 mmHg, wanita:
dikatakan hipertensi apabila tekanan darah > 160/95 mmHg.
B. PATHWAYS
k
egemuka
n/ besitas
k
urang
-
makan
banyak
garam dan
lemak
keturunan
stres
minum
banyak alkohol dan
kopi
merokok
-
71
hiperlipide
mia
Perubahan struktur
pembuluh darah
Penyempitan pembuluh
darah
Resistensi
pembuluh darah
Hipertensi
penebalan tunika
interna dan hipertropi
tunika media
Lambung ; mual,
nek, sakit perut
M.Kep:Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
a.
Ganggu
an
metabolisme
jaringan.
b.
Ganggu
an
peredaran
darah.
c.
Mengeci
Hidung: perdarahan,
epitaksios
PK : Perdarahan
72
Mata: perdarahan,
penglihatan kabur
Gangguan persepsi
sensori; penglihatan
M.Kep : Gangguan
perfusi jaringan
serebral
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
6.
7.
8.
9.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Inefektif perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai oksigen
tidak adekuat
Tujuan :
NOC
Circulation Status
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
NIC
Pantau TTV
Kaji
rigiditas,
kedutan,
kegelisahan
yang
meningkat,
peka
Risk Control
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC
Environment Management
pasien
Menghindarkan
lingkungan
yang
berbahaya
(misalnya
memindahkan perabotan)
Membatasi pengunjung
Pain Level
Frekuensi nyeri
Pernyataan nyer
Kurangnya istiraha
Ketegangan otot
Keringat berlebih
Keterangan:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC
Pain Management
Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
Evaluasi
bersama
pasien
dan
tim
kesehatan
lain
tentang
Tingkatkan istirahat
Nutritional Status
Energi
Masa tubuh
78
Berat badan
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
NIC
Nutrition Management
Kaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
Mendeskripsikan
tindakan
untuk
menurunkan
progresifitas
penyakit
Mendeskripsikan komplikasi
80
Mendeskripsikan
tindakan
pencegahan
untuk
mencegah
komplikasi
Keterangan :
1. Tidak ada
2. Sedikit
3. Sedang
4. Berat
5. Penuh
NIC
A. PENGERTIAN
1. Stroke adalah defisit neurologis yang mempunyai awitan mendadak
dan
82
B. ETIOLOGI
Mardjono dan Sidharta (1994:284) menyebutkan bahwa stroke dapat
disebabkan oleh beberapa macam penyakit, antara lain :
a) Stroke Non Hemoragik
1. Trombosis
- Aterosklerosis
- Arteritis.
- Diseksi.
- Efek massa serebral yang menekan arteri intra kranial.
2. Vasokontriksi atau vasospasme.
- Vasospasme serebral setelah perdarahan subarakhnoid.
- Vasospasme serebral reversible.
3. Embolisme
- Sumber jantung (penyakit jantung struktural, disritmia )
- Sumber tidak diketahui (anak atau dewasa, eklamsia, karsinoma).
b) Stroke Hemoragik
1. Perdarahan intraserebral
83
- Hipertensi.
- Malformasi arteri, vena.
2. Perdarahan Subarakhnoid.
Faktor resiko
a. Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga,
riwayat stroke, penyakit jantung koroner.
b. Yang dapat diubah : Hipertensi, DM, merokok, penyalahgunaan obat
dan alkohol, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis utama stroke tergantung pada lokasi arteri yang terkena.
Adapun lokasi dan gejalanya menurut Price&Wilson (1995:956-966).
a. Vertebra basilaris
1. Kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak.
2. Peningkatan reflek tendon.
3. Ataksia (gangguan koordinasi gerak).
4. Disfagia (Kesulitan menelan karena adanya gangguan pada N.IX
dan N.X)
5. Disartia (Gangguan pada N.V sehingga bicara jadi pelo).
6. Sinkope, stupor, pusing, gangguan daya ingat.
b. Arteri karotis interna
1. Buka satu mata yang episodik.
2. Anggota gerak atas terasa lemah.
c. Arteri serebri anterior
1. Kelemahan kontralateral lebih besar pada tungkai.
84
2. Dimensia.
d. Arteri serebri posterior
1. Koma
2. Hemiparesis
D. PATOFISIOLOGI
Otak mempunyai banyak oksigen. Berat otak hanya 2,5% dari berat badan
seluruhnya. Oksigen ini diperoleh dari darah. Di otak sendiri hampir tak ada
cadangan oksigen. Dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan
aliran darah setipa saat. Bila suplai oksigen terputus selama 8-10 detik. Maka
terjadi gangguan fungsi otak. Bila lebih lama 6-8 menit akan terjadi lesi yang
tidak dapat pulih lagi dan kemudian mengalami kematian.
Proses terjadinya stroke non hemotagik yaitu adanya faktor penyebab
stroke diantaranya trombus, embolus dan vasospasme karena faktor ini akan
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah otak. Keadaan ini berakibat
terjadinya penurunan suplai darah dan oksigen ke otak. Ini menjadikan
iskemik jaringan otak.
Tiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi jaringan otak akan
menimbulkan hipoksia. Hipoksia akan menyebabkan iskemia otak, iskemia
dalam waktu singkat (kurang dari 10-15 menit) menyebabkan defisit
sementara dan beku defisit permanen.
Iskemi dalam waktu lama menyebabkan sel mati dan berakibat terjadi
infark otak yang disertai edema otak. Tipe defisit fokal permanen akut
tergantung kepada daerah otak yang terkena, derah tergantung pembuluh
darah. Pembuluh darah yang sering terkena adalah arteri serebral tengah
yang kedyua, arteri karotis interna.
Aterosklerosis
85
Peningkatan
viscositas
darah
Terbentuknya trombus
Otak iskemik
Stroke Hemoragik
E. KLASIFIKASI
Menurut Mardiono dan Sidharta (1994) :
1. SNH (Stroke Hemoragik)
Penyumbatan salah satu aliran darah karena vasospasme langsung
ditimbulkan gejala defisit atau perangsangan sesuai daerah fungsi otak
yang terkena. Setelah vasospasme hilang, gejala-gejala ini juga akan
hilang dan keadaan sehat akan kembali.
2. Thombotic stroke
Penyumbatan aliran darah regional yang disebabkan oleh trombus
yang bersifat lokal tetapi hampir selalu parsial.
86
3. Stroke hemoragik
Pecahnya arteri serebral menimbulkan infark serebral regional. Daerah
distal dari tempat dinding arteri tidak lagi ke bagian darah sehingga
wilayah tersebut menjadi iskemik dan kemudian menjadi infark yang
tersiram darah, ekstra vasal hasil perdarahan daerah infark itu tidak
akan berfungsi lagi hingga menimbulkan defisit neurologis.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan stroke
1. Kendalikan Hipertensi.
2. Pertimbangkan konsultasi bedah saraf.
3. pertimbangkan
feniton
(10-20
mg/kg/BB
intravena,
kecepatan
Obati penyebabnya.
Tindakan bedah.
Furosemid 1 mg/kg/BB
Tindakan kraniotomi.
Manitol lobus.
87
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan
untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan.
Tahap
pengkajian
terdiri
dari
tiga
kegiatan,
yaitu
spiritual,
kognitif,
tingkat
perkembangan,
status
ekonomi,
88
stroke
hemoragik
seringkali
berlangsung
sangat
riwayat
trauma
kepala,
kontrasepsi
oral
yang
lama,
kegemukan.
(Donna
D.
Ignativicius,
1995)
pengobatan
dan
perawatan
dapat
mengacaukan
89
menunjukkan
adanya
perubahan
pola
berkemih
seperti
(hemiplegia)
dan
terjadi
kelemahan
umum,
gangguan
otot
berpikir.
- Integritas ego
Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus asa dengan
tanda emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan
gembira, kesulian mengekspresikan diri (Doengoes, 2000: 290)
-Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
91
(Marilynn
E.
Doenges,
2000)
b. Pemeriksaan integumen
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu
juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu.
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
VII
dan
XII
central.
Penglihatan
menurun,
diplopia,
Pemeriksaan
motorik:
Hampir
selalu
terjadi
kelumpuhan/
Sinkop/pusing,
dengan
sakitkepala,
refleks
gangguan
status
patologis.
mental/tingkat
93
foto
thorax:
dapat
memperlihatkan
keadaan
(Satyanegara,
1998).
Tekanan
normal
biasanya
ada
2000:
292)
95
B. PATHWAY KEPERAWATAN
Trombus, embolus, vasospasme dan faktor resiko
Arteri menyempit
Arteri tersumbat
Iskemik
Gangguan penglihatan
Terkena pada
Metabolisme anaerob
Kelumpuhan area
Area bicara
Disorientasi,afaksia
N. XII
motorik di otak.
(motorik)
(Hipoglosus)
Asam laktat
Pelo
Kelumpuhan anggota badan
Gangguan
menurun
persepsi
sensorik
Fungsi pengecapan
Fungsi menelan
Peningkatan TIK
Kerusakan
mobilitas fisik
Kerusakan
Komunikasi
Verbal
terganggu.
Ketidakseimba
ngan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
Nyeri akut
Defisit
perawatan diri
Resiko
kerusakan
integritas kulit
97
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi
jaringan
serebral
tidak
efektif
berhubungan
dengan
vasospasme serebral.
2. Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
kerusakan
neuromuskuler.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
sirkulasi serebral.
5. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
D. INTERVENSI
: Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
vasospasme serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
perfusi jaringan efektif.
NOC : Perfusi jaringan
Criteria hasil :
1. Warna kulit normal.
2. Suhu kulit hangat.
3. Kekuatan fungsi otot.
4. Tidak ada nyeri pada ekstremitas.
Keterangan skala :
1=Tidak pernah menunjukkan. 4= sering menunjukkan
2=Jarang menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
3=kadang menunjukkan
NIC : perawatan sirkulasi
Intervensi
a. Cek nadi perifer pada dorsalis pedis atau tibia posterior.
b. Catat warna kulit dan temperature.
98
c. Jaga kehangatan.
d. Monitor perdarahan.
Ket Skala:
1 = Dibantu total
2 = Memerlukan bantuan orang lain dan alat
3 = Memerlukan orang lain
4 = Dapat melakukan sendiri dengan bantuan alat
5 = Mandiri
NIC: Exercise Therapy: Ambulation
1) Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu jalan dan
cegah kecelakaan atau jatuh
2) Tempatkan
tempat
tidur
pada
posisi
yang
mudah
dijangkau/diraih pasien.
3) Konsultasikan dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi
sesuai kebutuhan
4) Monitor pasien dalam menggunakan alatbantujalan yang lain
5) Instruksikan
pasien/pemberi
pelayanan
ambulansi
tentang
teknik ambulansi.
99
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah dilakukan
4 : Sering dilakukan
2 : Jarang dilakukan
5 : Selalu dilakukan
3 : Kadang dilakukan
NIC : Pain Management
Internevsi :
Kaji
secara
komprehensif
tentang
nyeri
meliputi
lokasi,
Gunakan
komunikasi
terapeutik
agar
pasien
dapat
mengekspresikan
100
Dx IV
: Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
diharapkan
pasien
dapat
berkomunikasi
secara
normal.
NOC :
Kriteria Hasil :
Gunakan komunikasi dengan menggunakan tulisan tangan.
Gunakan bicara vokal.
Gunakan foto dan gambar
Gunakan kejelasan bicara.
Gunakan bahasa nonverbal.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Communication Enhancement Speech derisit.
Intervensi :
Dx
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
101
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Nutrition Management
Intervensi :
102
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Pressure Management
Intervensi :
Berpakaian terpenuhi
103
Mandi terpenuhi
Kebersihan terjaga
Keterangan Skala :
1 : Ketergantungan
2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Mandiri dengan bantuan alat.
5 : Mandiri sepenuhnya
NIC : Self care assistence
Intervensi :
Ajarkan
kepada
anggota
keluarga
untuk
peningkatan
kemandirian.
E. EVALUASI
DX
Kriteria Hasil
Keterangan Skala
1=Tidak pernah
menunjukkan.
2=Jarang menunjukkan
3=kadang
menunjukkan
4= sering menunjukkan
5
selalu
menunjukkan
104
II
1 = Dibantu total
alat
Memerlukan
3 = Memerlukan orang
lain
4 = Dapat melakukan
sendiri dengan bantuan
alat
5 = Mandiri
III
tindakan
pertolongan
1. Gunakan
komunikasi
Tidak
pernah
dilakukan
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
IV
5 : Selalu dilakukan
menunjukkan.
2=Jarang menunjukkan
3=kadang
menunjukkan
4= sering menunjukkan
5
selalu
menunjukkan
V
1=Tidak pernah
menunjukkan.
2=Jarang menunjukkan
3=kadang
105
3. Mampu
mengidentifikasi menunjukkan
4= sering menunjukkan
5
selalu
menunjukkan
VI
1=Tidak pernah
Membranes
menunjukkan.
perbaikan
mencegah
kulit
terjadinya
dan
cedera
berulang (4)
5. Mampu
melindungi
mempertahankan
VII
kulit
2=Jarang menunjukkan
3=kadang
menunjukkan
4= sering menunjukkan
5
selalu
menunjukkan
dan
kelembaban
1 : Ketergantungan
alat
4. Kebersihan terjaga(5)
Membutuhkan
Membutuhkan
Mandiri
dengan
bantuan alat.
5 : Mandiri sepenuhnya
106
107
Aterosklerosis
Spasme
Atrhitis
-
Faktor sirkulasi
Hipotensi
Stenosis aorta
Insufisiensi
Faktor darah
Anemia
Hipoksia
Polisitemia
Hereditas
Mayor :
Hiperlipidemia
Hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
Diet :tinggi lemak jenuh, kalori
Minor
108
Inaktifitas fisik
Pola
kepribadian
tipe
(emosional,agresif,ambisius,kompetitif)
Stress psikologi berlbihan
C.TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala infark miokard (TRIAS) adalah :
1. Nyeri
a
mereda,biasanya
diatas
region
sterna
bawah
dan
Nyeri
sering
disertai
dengan
sesak
2. Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung :
a
CPK-MB / CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara
4-6 jam,memuncak dalam 12-24 jam,kembali normal dalam 3648 jam.
LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dan memakan waktu lama untuk
kembali normal.
c AST/SGOT
109
dan
simetris
.Setelah
ini
tedapat
elevasi
segmen
nyeri
lebih
pada
suatu
tempat
dan
mengakibatkan
D.PATOFISIOLOGI
Infark Miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi
akibat kekurangan oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons
letal terakhir terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel
miokardium
mulai
mati
setelah
sekitar
20
menit
mengalami
tercetus
reaksi
peradangan.
Di
tempat
peradangan,terjadi
prostagtandin.
Sebagian
bersifat
yasokonstriktif
dan
110
Efek
Infark
dilepaskannya
Miokard
berbagai
pada
enzim
depolarisasi
intrasel
jantung.
dan
ion
Dengan
kalium
serta
Miokard,
biasanya
pasien yang
111
Ruptur Plaque
Aterosklerosi
s
Perdarahan
Perubahan frekuensi
suplai Oksigen ke
jantung
Trombus
Resiko tinggi
penurunan curah
Penyempitan/ Penyumbatan
pembuluh darah
Resiko
Perubahan
Iskemia pembuluh
darah
Ketidakseimbangan suplai
Infark otot
jantung
metabolisme anaerob
meningkat
Kontraktilitas
menurun
Kegagalan
pompa jantung
Gagal
jantung
Penurunan
COP
E.PENATALAKSANAAN
Ketidakseimbanga
n antara suplai
Oksigen dengan
kebutuhan
Asam laktat
meningkat
Nyeri dada akut
Kehilangan status
kesehatan
Kecemasa
112
kelas
meningkatkan
obat-obatan
suplai
O2
yang
biasanya
yaitu
digunakan
vasodilator
untuk
(khususnya
adalah
antikoagulan
pilihan
untuk
membantu
ditentukan
dengan
observasi
kecepatan
dan
irama
113
seperti
mengejan
waktu
buang
besr,mengangkat/menarik/mendorong
air
benda
kecil,makan
perlahan-lahan.Istirahat
20-30
menit
Bila
timbl
nyeri
dada
hentikan
aktivitas,istirahat
tidur
114
sehat.program
kaki,ditingkatkan
exercise
pada
berikutnya.Kemudian
di
minggu
pasien
dites
mulai,awalnya
pertama
tredmil
program
dan
pada
jalan
minggu-minggu
sekitar
minggu
pemulihan
dan
pmeliharaan.Keterlibatan
pasien
pada
115
8. Sindrome Dressler
9. Aritmia
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi
2. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
Kriteria hasil :
Mampu
menggunakan
metode
non
farmakologi
umtuk
mengurangi nyeri.
NIC
:
Pain management
Lakukan pengkajian nyeri secra komperhensif termasuk
lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi , kualitas dan factor
presipitasi
Observasi non verbal dari ketidaknyamanan
Gunakan tekhnik kominikasi therapeutik
Tingkatkan istirahat
Ajarkan tentang tekhnik nonfarmokologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
116
Analgetik Administration
Tentukan lokasi,karakteristik,kualoitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat.
Cek
instruksi
dokter
tentang
jenis
obat,dosis
dan
frekuensi
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgetik pertama kali
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgetik,tandan dan gejala (efek
samping)
2. Dx kep
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
:
dilakukam
tindakan
keperawatan
selama
...x24
Energy Conservation
Kriteria hasil
Berpartisivasi
dalam
aktivitas
fisik
tanpa
disertai
NIC
Activity Theray
117
Anxiety Control
Aggression Control
Coping
Impluse Control
Kriteria hasil :
Menunjukan
peningkatan
atau
konsentrasi
dan
akurasi
dalam berfikir
NIC
:
Anxiety reduction
Gunakan pendekatan yang menyenangkan
Jelaskan semua prosedur dan apa yang diraskan selama
prosedur
Temani
pasien
untuk
memberikan
keamanan
dan
mengurangi takut
118
pasien
mengenali
situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, presepsi
Instruksikan pasien menggunakan tekhnik relaksasi
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
4. Dx Kep :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan isi
sekuncup
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam tidak
terjadi penurunan curah jantung
NOC :
Circulation Status
Kriteria hasil :
NIC :
Cardiac Care
Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,lokasi,durasi)
Catat adanya disritmia
Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac outpu
Monitor status cardiovaskuler
Monitor status pernafasan
jantung
119
respon
pasien
terhadap
pemberian
obat
antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat untuk mengurangi
kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu,fatique, takipneu, orthopnue
Anjurkan untuk menurunkan stress
120
DAFTAR PUSTAKA
121
Bedah
untuk
Akademi
Cidera kepala atau trauma kepala adalah trauma yang mengenai kulit
kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara
122
kerusakan
menyeluruh
(difuse)
karena
ataupun
tak
langsung
(akselerasi/deselerasi otak)
2. Trauma otak sekunder
Merupakan akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas,
hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi sistemik.
Kriteria Cidera Kepala
1. Cidera kepala ringan
Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran < 30 menit tapi
ada yang menyebut < 2 jam, tidak ada penyerta spt fraktur tengkorak,
kontusio atau hematoma. Frekuensi 55%.
2. Cidera kepala sedang
Jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit- 24
jam ada juga yang menyebut antara 2-5 jam, dapat mengalami fraktur
tengkorak, disorentasi ringan (bingung). Frekuensinya 24%.
3. Cidera kepala berat
Jika GCS 3-8, hilang kesadaran > 24 jam, juga meliputi kontusio cerebral,
laserasi, atau hematoma intrakranial. Frekuensi 21%.
C. Manifestasi Klinis
Gejala yang sering tampak,yaitu :
1.
Disorientasi ringan
2.
3.
4.
Sakit kepala
5.
6.
7.
Gangguan pendengaran
124
D. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg
%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan
oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh
darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam
laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit /
100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom
pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium
dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi .
Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol
otak tidak begitu besar.
125
2.
Hipotensi sistemik
3.
Hipoksia
4.
Hiperkapnea
5.
Udema otak
6.
Komplikasi pernapasan
7.
126
E. Pathway
127
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan pada cedera kepal antara lain :
MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
X-Ray:
Mendeteksi
perubahan
struktur
tulang
(fraktur),
perubahan
struktur
CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaanya sebagai berikut :
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai
berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
128
Konservatif:
Bedrest total
Pemberian obat-obatan
Prioritas Perawatan:
1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal
4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.
Tujuan:
1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap
2. Komplikasi tidak terjadi
3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain
4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan
5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai
sumber informasi.
H. Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan
sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya
komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan
penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan :
129
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala,
wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas,
adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem
persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit
keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data
subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien
3. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15,
disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai
tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema
otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
1. Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda
hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
2. Rencana tindakan :
3. Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien
dapat
menimbulkan
alkalosis
respiratori
dan
pernapasan
lambat
130
tidak
adekuatnya
pengaliran
volume
dan
menimbulkan
Rencana tindakan :
1. Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat
disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah
terhadap tube.
2. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang
simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan
tidak adanya penumpukan sputum.
3. Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum
banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk
mencegah hipoksia.
4. Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua
bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
Tujuan :
Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
131
Rencana tindakan :
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
1.
2.
3.
4.
Kriteri evaluasi :
Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan :
1.
a.
b.
2.
pasien.
a. Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
133
3.
4.
5.
6.
Rencana tindakan :
1. Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk
menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
2. Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
3. Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah
yang menonjol.
4. Ganti posisi pasien setiap 2 jam
5. Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan
6.
7.
8.
9.
134
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian
Donna D. Ignatavicius, dkk. (1999). Medical Surgical Nursing : Across the Health Care Continum.
(Edisi III).
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan holistic.(Edisi VI). Jakarta: EGC
Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi III). Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith (2002). Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
www.rusari.com
http://maidun-gleekapay.blogspot.com/2008/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-cedera.html
135