Disusun Oleh :
1.
( 11315244009)
2.
( 11315244029)
3.
2013BAB I
PENDAHULUAN
Organisasi Lembaga Pendidikan adalah koordinasi secara rasional sejumlah orang dalam
membentuk institusi pendidikan. Pengorganisasian suatu lembaga pendidikan tergantung pada
beberapa aspek antara lain: jalur, jenjang, dan jenis organisasi lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Pada era globalisasi, lembaga pendidikan harus dapat mencetak leader-leader yang
tangguh dan berkualitas. Leaderleader pada masa yang akan datang harus dapat mengubah pola
pikir untuk menyelesaikan sesuatu dengan kekuatan manusia (manpower) menjadi pola pikir
kekuatan otak (mindpower). Konsep pendidikan juga harus dapat menghasilkan out put lembaga
pendidikan yang dapat menciptakan corporate culture, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
normanorma yang berlaku masa itu dan pada gilirannya tumbuh kreativitas dan inisiatif, sehingga
munculah peluang baru (new opportunity). Out put pendidikan dimasa datang juga diharapkan
dapat memandang manusia bukan sebagai pekerja tetapi sebagai mitra kerja dengan keunggulan
yang berbeda. Dengan demikian, seorang leader yang keluar dari persaingan global, harus dapat
memandang manusia sebagai manusia, bukan pekerja.
Pada permendiknas nomor 24 tahun 2010 pasal 6 ayat 2 mengenai Tahap pemilihan calon
Rektor/Ketua/Direktur dan pengangkatan Rektor/Ketua/Direktur , pada poin terakhir menyebutkan
bahwa, menteri memiliki 35% (tiga puluh lima persen) hak suara dari total pemilih; dan Senat
memiliki 65% (enam puluh lima persen) hak suara dan masing-masing anggota Senat memiliki hak
suara yang sama.
permendiknas. Pada makalah ini kita memilih studi kasus tentang pemilihan rektor yang merupakan
satu kesatuan dengan lembaga organisasi pendidikan, yang dapat menentukan jalannya universitas
tersebut.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui latar belakang keikutsertaan pemerintah dalam pemilihan rektor.
2. Mampu menganalisi artikel tersebut menggunakan prinsip 5W + 1H
3. Mengetahui solusi dari masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Artikel Suara Medeka edisi Sabtu, 8 September 2012
Penulis : Surahmat
Di tengah memanasnya hubungan pemerintah pusat dan OPM, mengambil kendali Uncen
adalah strategi politik yang cerdik. Melalui rektor, pemerintah dapat membangun dialog dengan
tokoh intelektual setempat. Kultur birokrasi struktural di Indonesia membuat jabatan rektor
memiliki posisi tawar yang kuat. Dalam banyak hal, rektor bahkan lebih kuat daripada guru besar
yang telah diberi kebebasan akademik.
Hasrat pemerintah inilah yang membuat pemilihan rektor Unversitas Indonesia (UI) 9
Oktober mendatang juga menyisakan kekhawatiran. Tak terhindarkan, perebutan jabatan rektor
salah satu universitas terbesar Indonesia tersebut akan menjadi pertarungan politik. Alih-alih
menjadi wasit yang adil, Kemendiknas justru ingin menjadi pemain.
Peran strategis PTN tidak hanya terletak pada peran sosialnya. Invasi paradigma ekonomi
dalam pengelolaan PTN membuat lembaga ini menjadi lembaga ekonomi yang menarik perhatian.
Karena itu, perebutan posisi rektor adalah sekaligus ikhtiar sekelompok orang mengamankan aset
ekonomi miliaran rupiah.
Darmaningtyas, dkk (2009) mencontohkan, aset ekonomi PTN di Indonesia tak dapat
dibilang kecil. Biaya operasional IPB misalnya mencapai Rp 252 miliar per tahun, ITB Rp 246
miliar, UI Rp 415 miliar, dan UGM Rp 548 miliar. Selain memiliki tangible asset, PTN juga
memiliki intangible asset yang tak sedikit, seperti kerja sama industrial, hak paten, dan royalti.
Selain itu, PT memiliki peran kultural yang sangat besar. Melalui mahasiswa dan alumninya,
PT dapat melakukan intervensi kebudayaan secara massif. Rekayasa kebudayaan kaum intelektual
dapat dilakukan melalui kurikulum dan rangkaian program. Tidak dapat dipungkiri, peran rektor
sangat besar dalam menentukan haluan kurikulum dan program PT yang dipimpinnya.
Dua Solusi
Hasrat pemerintah memilih rektor tidak lepas dari desakan lembaga multilateral seperti Bank
Dunia. Sponsor utama liberalisasi pendidikan itu menghendaki pendidikan menjadi aset industri.
Dengan cara tersebut, negara-negara maju, yang memiliki kualitas pendidikan lebih baik, dapat
mengeruk keuntungan ekonomi yang tak sedikit. Amerika Serikat, misalnya, telah menghasilkan
pendapatan dari jasa pendidikan 10,3 miliar dolar, Inggris 3,8 miliar dolar, dan Australia 2,2 miliar
dolar.
Desakan Bank Dunia antara lain dimuluskan pemerintah dengan memilih pejabat rektor
yang proliberalisasi pendidikan. Pemerintah agaknya khawatir, jika jabatan rektor dipegang pribadi
kritis yang antiliberalisasi pendidikan akan muncul perlawanan yang sengit.
Agar kondisi tak terus terjadi, PTN perlu mendudukkan kembali relasinya dengan pemerintah.
Prinsip pengelolaan yang otonom harus dijabarkan secara teknis dalam statuta berdasarkan
konstitusi. Pemerintah hanya supervisor. Pemerintah tak perlu terlibat secara teknis dalam
pengelolaan rumah tangga institusi.
Relasi demikian memperoleh referensi historis jika melihat sejarah universitas di dunia. Universitas
pada mulanya adalah lembaga untuk menghimpun cendekiawan kerajaan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Sekalipun didirikan untuk menunjang fungsi kerajaan, raja membiarkan lembaga ini
indipenden.
Oleh karena itu, masyarakat akademik perlu menguji Permendiknas 24 Tahun 2010 ke Mahkamah
Konstitusi. Pasal 6 ayat 2 huruf e yang menyatakan Menteri memiliki hak 35 persen suara harus
direvisi. Masyarakat kampus memiliki otoritas memilih pemimpinnya. (24)
Surahmat, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes.
What :
Masyarakat
kampus,
yang
menanggung
Pemilihan rektor PTN belepotan oleh motif ekspektasi sebagai miniatur demokrasi, justru
polotik dan ekonomi.
Who :
Masyarakat kampus.
What :
Kondisi
demikian
bermula
oleh
hasrat Kondisi
demikian
bermula
oleh
hasrat
urusan
rumah
tangga mencampuri
urusan
rumah
tangga
universitas.
Who :
Pemerintah.
How :
What :
Ketentuan demikian tentu saja kontraproduktif Ketentuan demikian tentu saja kontraproduktif
dengan semangat otonomi universitas yang dengan semangat otonomi universitas yang
didengungkan
pemerintah
melalui
UU didengungkan
pemerintah
memalui
UU
Sisdiknas.
Who :
Menteri
Kebebasan
How :
substansial
bahkan
mencederai
akademik,
dalam
hal
demokrasi.
yang
dunia
sangat
pendidikan,
Pada titik tertentu, hak suara Menteri bahkan kemudian tersandera kekuasaan. Senat atau
mencederai demokrasi. Kebebasan akademik, Majelis Wali Amanah (MWA) tersubordinasi
hal yang sangat substansial dalam
atau
MWA
tersubordinasi
oleh
kepentingan penguasa.
What :
Bukti paling nyata terjadi pada saat pemilihan Bukti paling nyata terjadi pada saat pemilihan
rektor Institut Teknologi Sepuluh November rektor Institut Teknologi Sepuluh November
(ITS) Surabaya, 2010 lalu.
When :
2010 lalu.
Prof
Ir
Priyo
Suprobo
unggul
dengan
Who : MWA, Prof. Ir. Priyo Suprobo, Prof. perolehan 60 suara. Sementara dua kandidat
Dr. Triyogi Yuwono, Prof. Daniel M. Rosyid, lainnya, Prof Dr Triyogi Yuwono mendapat 39
mendiknas M. Nuh.
How :
Prof. Ir. Priyo Suprobo unggul dengan sebagai rektor ITS periode 2011-2015.
perolehan 60 suara. Sementara dua kandidat
lainnya, Prof. Dr. Triyogi Yuwono mendapat
How :
tersendiri
Kemendiknas
tersendiri
Kemendiknas
bisa
Where :
strategis.
Who :
yang
Pemerintah, OPM.
Merdeka (OPM).
Uncen
berafiliasi
menjadi
pada
pintu
Organisasi
masuk
Papua
How :
Dinamika politik Jayapura-Jakarta membuat
Uncen memiliki peran politik yang strategis.
Uncen menjadi pintu masuk pemerintah untuk
menyapa intelektual Papua yang berafiliasi
pada OPM.
What :
Di tengah memanasnya hubungan pemerintah pusat dan OPM, mengambil kendali Uncen
pusat dan OPM, mengambil kendali Uncen adalah strategi politik yang cerdik. Melalui
adalah strategi politik yang cerdik.
Who :
How :
Melalui rektor, pemerintah dapat membangun kuat. Dalam banyak hal, rektor bahkan lebih
dialog dengan tokoh intelektual setempat. kuat daripada guru besar yang telah diberi
Kultur
birokrasi
sruktural
di
Hasrat pemerintah inilah yang membuat pemilihan rektor Unversitas Indonesia (UI) 9
pemilihan rektor Universitas Indonesia (UI) 9 Oktober
Oktober
mendatang
juga
mendatang
juga
menyisakan
kekhawatiran.
When :
9 Oktober mendatang.
How :
Peran strategis PTN tidak hanya terletak pada peran sosialnya. Invasi paradigma ekonomi
peran sosialnya. Invasi paradigma ekonomi dalam pengelolaan PTN membuat lembaga ini
dalam pengelolaan PTN membuat lembaga ini menjadi lembaga ekonomi yang menarik
menjadi lembaga ekonomi yang menarik perhatian. Karena itu, perebutan posisi rektor
perhatian.
Why :
ikhtiar
sekelompok
orang
What :
dibilang
kecil.
Biaya
operasional
IPB
aset ekonomi PTN di Indonesia tak dapat misalnya mencapai Rp 252 miliar per tahun,
dibilang kecil.
How :
Biaya operasional IPB misalnya mencapai Rp asset, PTN juga memiliki intangible asset
252 miliar pertahun, ITB Rp 246 miliar, UI yang tak sedikit, seperti kerja sama industrial,
415 miliar, dan UGM Rp 548 miliar. Selain hak paten, dan royalti.
memiliki tangible asset yang tak sedikit,
seperti kerjasama industyrial, hak paten, dan
royalti.
What :
sangat
How :
besar.
intervensi
Rekayasa
kebudayaan
kebudayaan
Melalui
secara
mahasiswa
massif.
dan
Rekayasa
intelektual dapat dilakukan melalui kurikulum Tidak dapat dipungkiri, peran rektor sangat
dan rangkaian progam. Tidak dipungkiri, besar dalam menentukan haluan kurikulum
peran rektor sangat besar dalam mementukan dan program PT yang dipimpinnya.
haluan kurikulum dan progam PT yang
dipimpinnya.
What :
Hasrat pemerintah memilih rektor tidak lepas dari desakan lembaga multilateral seperti
dari desakan lembaga multilateral seperti Bank Dunia. Sponsor utama liberalisasi
Bank Dunia.
pendidikan
Why :
itu
menghendaki
pendidikan
Sponsor utama liberalisasi pendidikan itu negara-negara maju, yang memiliki kualitas
menghendaki
pendidikan
menjadi
aset pendidikan
lebih
baik,
industri.
keuntungan
ekonomi
How :
Amerika
Serikat,
dapat
yang
mengeruk
tak
sedikit.
misalnya,
telah
Dengan cara tersebut, negara negara maju, menghasilkan pendapatan dari jasa pendidikan
yang memiliki kualitas pendidikan lebih baik, 10,3 miliar dolar, Inggris 3,8 miliar dolar, dan
dapat mengeruk keuntungan ekonomi yang Australia 2,2 miliar dolar.
tak sedikit. Amerika Serikat, misalnya, telah
menghasilkan pendapatan dari jasa pendidikan
Desakan Bank Dunia antara lain dimuluskan pemerintah dengan memilih pejabat rektor
pemerintah dengan memilih pejabat rektor yang proliberalisasi pendidikan. Pemerintah
yang proliberalisasi pendidikan.
agaknya
Why :
khawatir,
jika
jabatan
rektor
Pemerintah agaknyan khawatir, jika jabatan pendidikan akan muncul perlawanan yang
rektor
dipegang
antiliberalisasi
pribadi
pendidikan
kritis
akan
perlawanan sengit.
How :
yang sengit.
muncul
Agar kondisi tak terus terjadi, PTN perlu
kembali
relasinya
kembali
relasinya
dengan
pemerintah. Prinsip pengelolaan yang otonom harus dijabarkan secara teknis dalam statuta
harus dijabarkan secara teknis dalam statuta berdasarkan konstitusi. Pemerintah hanya
berdasarkan konstitusi. Pemerintah hanya supervisor. Pemerintah tak perlu terlibat
supervisor. Pemerintah tak perlu terlibat secara teknis dalam pengelolaan rumah tangga
secara teknis dalam pengelolaan rumah tangga institusi.
institusi.
What :
Relasi
memperoleh
hisroris jika melihat sejarah iniversitas di Universitas pada mulanya adalah lembaga
dunia. Universitas mulanya adalah lembaga untuk menghimpun cendekiawan kerajaan
untuk menghimpin cendekiawan kerajaan mengembangkan
mengembangkan
ilmu
ilmu
pengetahuan.
raja
membiarkan
lembaga
ini
Oleh karena itu, masyarakat akademik perlu menguji Permendiknas 24 Tahun 2010 ke
menguji Permendiknas 24
Mahkamah Konstitusi. Pasal 6 ayat 2 huruf e yang menyatakan Menteri memiliki hak 35
yang menyatakan Menteri memilikihak 35 persen suara harus direvisi. Masyarakat
memiliki
otoritas
memiliki
otoritas
memilih
memilih pemimpinnya.
pemimpinnya.
Keikutsertaan pemerintah dalam pemilihan Rektor Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi dalam kedudukaanya di lembaga Pendidikan sesuai UU Nomor 22 Tahun 1999,
berada di bawah naungan Depdiknas. Depdiknas sendiri langsung berada di bawah pemerintah
pusat, sebagai lembaga tertinggi di lembaga pendidikan nasional. Pemerintah sebagai pengarah,
Pembina, dan penentu kebijakan nasional bidang pendidikan. Menurut Permendiknas No 24 tahun
2010, pasal 1 menyatakan Perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah, selanjutnya
disebut perguruan tinggi adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Kementerian.
Kementrian dalam hal ini adalah Kementrian Pendidikan Nasional, sedangkan Menteri Pendidikan
Nasional adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan nasional. Pemimpin
perguruan tinggi adalah Rektor pada universitas/institut, Ketua pada sekolah tinggi, dan Direktur
pada politeknik/akademi yang diselenggarakan oleh Kementerian. Dengan struktur kelembagaan
pemerintah yang lebih tinggi , maka pemerintah melalui kemetrian pendidikan berhak memiliki
suara dalam pemilihan rector di Perguruan Tinggi, yang dalam hal ini diatur bahwa Menteri
Pendidikan memiliki hak suara dalam memilih rektor . Hal tersebut telah diatur dalam
Permendiknas 24 Tahun 2010 Pasal 6 E.
Permendiknas 24 Tahun 2010 Pasal 6 E
e. Pemilihan Rektor/Ketua/Direktur sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan melalui
pemungutan suara secara tertutup dengan ketentuan:
1. Menteri memiliki 35% (tiga puluh lima persen) hak suara dari total pemilih; dan
2. Senat memiliki 65% (enam puluh lima persen) hak suara dan masingmasing anggota Senat
memiliki hak suara yang sama.
(Sumber : www. Permendiknas No-24-tahun-2010.pdf )
Solusi dari permasalahan tersebut menurut kelompok
1.
permendiknas ini. Selain itu, masyarakat akademik perlu menguji permendiknas 24 Tahun
2010 ke Mahkamah Konstitusi, terutama pasal 6 ayat 2.
2.
Suara menteri sebaiknya juga mempertimbangkan suara senat dan nomor urut calon rector.
Sebagai suatu kesatuan organisasi pendidikan, menteri perlu mendengarkan usulan senat.
Selain demi terciptanya demokrasi di lingkungan kampus, hal tersebut juga bisa
meningkatkan kinerja diantara keduanya.
3.
Menurut kami, presentase suara menteri perlu sedikit diturunkan. Memang benar, jika
menteri pendidikan merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah, yang berhak
menentukan rector selain dari senat universitas tersebut, akan tetapi jajaran kampus juga
berhak dalam memberikan suara dengan presentase yang tinggi.
4.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
2. Peran pemerintah dalam pemilihan rector, melalui menteri pendidikan nasional sesuai dengan
permendiknas No.24 tahun 2010 adalah menteri memiliki suara sebesar 35 % sedangkan senat
memiliki suara 35 % dengan suara masing masing senat adalah satu.
3.
4. Solusi yang perlu diambil guna mengatasi masalah kontroversi permendiknas No. 24 tahun 2010
adalah :
a. Pemerintah perlu mengkaji ulang mempertimbangkan dan mengevaluasi permendiknas 24
Tahun 2010
b. Suara menteri sebaiknya juga mempertimbangkan suara senat dan nomor urut calon rector.
c. Menurut kami, presentase suara menteri perlu sedikit diturunkan sehingga tidak membatasi
otoritas kampus
d. PTN perlu mendudukkan kembali relasinya dengan pemerintah sehingga tercipta hubungan
yang harmonis antara organisasi pendidikan ini
REFERENSI
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/09/08/198021/Pemilihan-RektorIroni-Demokrasi- diunduh pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 16.18 WIB