Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

PEMILIHAN REKTOR, IRONI DEMOKRASI

Disusun Oleh :
1.

Amiratul Ratna Putri

( 11315244009)

2.

Dwi Novita Sarri

( 11315244029)

3.

Fetika Cahyaning Saputri ( 11315244030)

INTERNATIONAL SCIENCE EDUCATION


MATHEMATICS AND SCIENCE FACULTY
STATE UNIVERSITY OF YOGYAKARTA

2013BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi Lembaga Pendidikan adalah koordinasi secara rasional sejumlah orang dalam
membentuk institusi pendidikan. Pengorganisasian suatu lembaga pendidikan tergantung pada
beberapa aspek antara lain: jalur, jenjang, dan jenis organisasi lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Pada era globalisasi, lembaga pendidikan harus dapat mencetak leader-leader yang
tangguh dan berkualitas. Leaderleader pada masa yang akan datang harus dapat mengubah pola
pikir untuk menyelesaikan sesuatu dengan kekuatan manusia (manpower) menjadi pola pikir
kekuatan otak (mindpower). Konsep pendidikan juga harus dapat menghasilkan out put lembaga
pendidikan yang dapat menciptakan corporate culture, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
normanorma yang berlaku masa itu dan pada gilirannya tumbuh kreativitas dan inisiatif, sehingga
munculah peluang baru (new opportunity). Out put pendidikan dimasa datang juga diharapkan
dapat memandang manusia bukan sebagai pekerja tetapi sebagai mitra kerja dengan keunggulan
yang berbeda. Dengan demikian, seorang leader yang keluar dari persaingan global, harus dapat
memandang manusia sebagai manusia, bukan pekerja.
Pada permendiknas nomor 24 tahun 2010 pasal 6 ayat 2 mengenai Tahap pemilihan calon
Rektor/Ketua/Direktur dan pengangkatan Rektor/Ketua/Direktur , pada poin terakhir menyebutkan
bahwa, menteri memiliki 35% (tiga puluh lima persen) hak suara dari total pemilih; dan Senat
memiliki 65% (enam puluh lima persen) hak suara dan masing-masing anggota Senat memiliki hak
suara yang sama.

Dan hal inilah yang menimbulkan kontroversi antara universitas dan

permendiknas. Pada makalah ini kita memilih studi kasus tentang pemilihan rektor yang merupakan
satu kesatuan dengan lembaga organisasi pendidikan, yang dapat menentukan jalannya universitas
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah permasalahan dari artikel berjudul Pemilihan Rektor, Ironi Demokrasi ?
2. Mengapa permasalahan tersebut bisa terjadi?

3. Kapan permasalahan tersebut terjadi?


4. Di mana permasalahan tersebut terjadi?
5. Siapa yang mengalami permasalahan tersebut?
6. Bagaimana keikutsertaan pemerintah dalam pemilihan rektor ?
7. Bagaimana solusi dari permasalahan tersebut?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui latar belakang keikutsertaan pemerintah dalam pemilihan rektor.
2. Mampu menganalisi artikel tersebut menggunakan prinsip 5W + 1H
3. Mengetahui solusi dari masalah tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
Artikel Suara Medeka edisi Sabtu, 8 September 2012
Penulis : Surahmat

Pemilihan Rektor, Ironi Demokrasi


PEMILIHAN rektor perguruan tinggi negeri (PTN) menyisakan aib dunia akademik. Masyarakat
kampus, yang menanggung ekspektasi sebagai miniatur demokrasi, justru gagal memberi teladan.
Dunia akademik berlepotan oleh motif politik dan ekonomi.
Kondisi demikian bermula oleh hasrat pemerintah, melalui Kemendiknas, untuk
mencampuri urusan rumah tangga universitas. Melalui Permendiknas Nomor 24 Tahun 2010,
Kemendiknas meminta hak 35 persen suara saat pemilihan rektor. Sisanya, 65 persen diserahkan
senat.
Ketentuan demikian tentu saja kontraproduktif dengan semangat otonomi universitas yang
didengungkan pemerintah memalui UU Sisdiknas. Pada titik tertentu, hak suara Menteri bahkan
mencederai demokrasi. Kebebasan akademik, hal yang sangat substansial dalam dunia pendidikan,
kemudian tersandera kekuasaan. Senat atau Majelis Wali Amanah (MWA) tersubordinasi oleh
kepentingan penguasa.
Bukti paling nyata terjadi pada saat pemilihan rektor Institut Teknologi Sepuluh November
(ITS) Surabaya, 2010 lalu. Saat itu Majelis Wali Amanah telah menggelar pemilihan. Prof Ir Priyo
Suprobo unggul dengan perolehan 60 suara. Sementara dua kandidat lainnya, Prof Dr Triyogi
Yuwono mendapat 39 suara dan Prof Daniel M Rosyid hanya 3 suara. Di luar dugaan, Mendiknas M
Nuh justru menetapkan Prof Dr Triyogi Yuwono sebagai rektor ITS periode 2011-2015.
Bisa dibayangkan, betapa rendah wibawa senat universitas jika peristiwa ini terjadi.
Kandidat A memperoleh 40 persen suara, kandidiat B memperoleh 7 persen. Dengan argumen
tersendiri Kemendiknas bisa melimpahkan suaranya kepada kandidat B sehingga ia memperoleh 42
suara.
Strategis
Intervensi pemerintah terhadap pemilihan rektor bermula di Universitas Cendrawasih,
Papua. Dinamika politik Jayapura-Jakarta membuat Uncen memiliki peran politik yang strategis.
Uncen menjadi pintu masuk pemerintah untuk menyapa intelektual Papua yang berafiliasi pada
Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Di tengah memanasnya hubungan pemerintah pusat dan OPM, mengambil kendali Uncen
adalah strategi politik yang cerdik. Melalui rektor, pemerintah dapat membangun dialog dengan
tokoh intelektual setempat. Kultur birokrasi struktural di Indonesia membuat jabatan rektor
memiliki posisi tawar yang kuat. Dalam banyak hal, rektor bahkan lebih kuat daripada guru besar
yang telah diberi kebebasan akademik.
Hasrat pemerintah inilah yang membuat pemilihan rektor Unversitas Indonesia (UI) 9
Oktober mendatang juga menyisakan kekhawatiran. Tak terhindarkan, perebutan jabatan rektor
salah satu universitas terbesar Indonesia tersebut akan menjadi pertarungan politik. Alih-alih
menjadi wasit yang adil, Kemendiknas justru ingin menjadi pemain.
Peran strategis PTN tidak hanya terletak pada peran sosialnya. Invasi paradigma ekonomi
dalam pengelolaan PTN membuat lembaga ini menjadi lembaga ekonomi yang menarik perhatian.
Karena itu, perebutan posisi rektor adalah sekaligus ikhtiar sekelompok orang mengamankan aset
ekonomi miliaran rupiah.
Darmaningtyas, dkk (2009) mencontohkan, aset ekonomi PTN di Indonesia tak dapat
dibilang kecil. Biaya operasional IPB misalnya mencapai Rp 252 miliar per tahun, ITB Rp 246
miliar, UI Rp 415 miliar, dan UGM Rp 548 miliar. Selain memiliki tangible asset, PTN juga
memiliki intangible asset yang tak sedikit, seperti kerja sama industrial, hak paten, dan royalti.
Selain itu, PT memiliki peran kultural yang sangat besar. Melalui mahasiswa dan alumninya,
PT dapat melakukan intervensi kebudayaan secara massif. Rekayasa kebudayaan kaum intelektual
dapat dilakukan melalui kurikulum dan rangkaian program. Tidak dapat dipungkiri, peran rektor
sangat besar dalam menentukan haluan kurikulum dan program PT yang dipimpinnya.
Dua Solusi
Hasrat pemerintah memilih rektor tidak lepas dari desakan lembaga multilateral seperti Bank
Dunia. Sponsor utama liberalisasi pendidikan itu menghendaki pendidikan menjadi aset industri.
Dengan cara tersebut, negara-negara maju, yang memiliki kualitas pendidikan lebih baik, dapat
mengeruk keuntungan ekonomi yang tak sedikit. Amerika Serikat, misalnya, telah menghasilkan
pendapatan dari jasa pendidikan 10,3 miliar dolar, Inggris 3,8 miliar dolar, dan Australia 2,2 miliar
dolar.
Desakan Bank Dunia antara lain dimuluskan pemerintah dengan memilih pejabat rektor
yang proliberalisasi pendidikan. Pemerintah agaknya khawatir, jika jabatan rektor dipegang pribadi
kritis yang antiliberalisasi pendidikan akan muncul perlawanan yang sengit.
Agar kondisi tak terus terjadi, PTN perlu mendudukkan kembali relasinya dengan pemerintah.
Prinsip pengelolaan yang otonom harus dijabarkan secara teknis dalam statuta berdasarkan

konstitusi. Pemerintah hanya supervisor. Pemerintah tak perlu terlibat secara teknis dalam
pengelolaan rumah tangga institusi.
Relasi demikian memperoleh referensi historis jika melihat sejarah universitas di dunia. Universitas
pada mulanya adalah lembaga untuk menghimpun cendekiawan kerajaan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Sekalipun didirikan untuk menunjang fungsi kerajaan, raja membiarkan lembaga ini
indipenden.
Oleh karena itu, masyarakat akademik perlu menguji Permendiknas 24 Tahun 2010 ke Mahkamah
Konstitusi. Pasal 6 ayat 2 huruf e yang menyatakan Menteri memiliki hak 35 persen suara harus
direvisi. Masyarakat kampus memiliki otoritas memilih pemimpinnya. (24)
Surahmat, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/09/08/198021/Pemilihan-RektorIroni-Demokrasi- diunduh pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 16.18 WIB


Analisis 5W1H
LEAD :
Pemilihan rektor perguruan tinggi negeri PEMILIHAN rektor perguruan tinggi negeri
(PTN) menyisakan aib dunia akademik.

(PTN) menyisakan aib dunia akademik.

What :

Masyarakat

kampus,

yang

menanggung

Pemilihan rektor PTN belepotan oleh motif ekspektasi sebagai miniatur demokrasi, justru
polotik dan ekonomi.

gagal memberi teladan. Dunia akademik

Who :

berlepotan oleh motif politik dan ekonomi.

Masyarakat kampus.
What :
Kondisi

demikian

bermula

oleh

hasrat Kondisi

demikian

bermula

oleh

hasrat

pemerintah, melalui Kemendiknas, untuk pemerintah, melalui Kemendiknas, untuk


mencampuri

urusan

rumah

tangga mencampuri

urusan

rumah

tangga

universitas.

universitas. Melalui Permendiknas Nomor 24

Who :

Tahun 2010, Kemendiknas meminta hak 35

Pemerintah.

persen suara saat pemilihan rektor. Sisanya,

How :

65 persen diserahkan senat.

Melalui Permediknas Nomor 24 Tahun 2010,


Kemendiknas meminta hak 35 persen suara
saat pemilihan rektor. Sisanya, 65 persen
diserahkan senat.

What :
Ketentuan demikian tentu saja kontraproduktif Ketentuan demikian tentu saja kontraproduktif
dengan semangat otonomi universitas yang dengan semangat otonomi universitas yang
didengungkan

pemerintah

melalui

UU didengungkan

pemerintah

memalui

UU

Sisdiknas.

Sisdiknas. Pada titik tertentu, hak suara

Who :

Menteri

Menteri, Majelis Wali Amanah (MWA)

Kebebasan

How :

substansial

bahkan

mencederai

akademik,
dalam

hal

demokrasi.
yang

dunia

sangat

pendidikan,

Pada titik tertentu, hak suara Menteri bahkan kemudian tersandera kekuasaan. Senat atau
mencederai demokrasi. Kebebasan akademik, Majelis Wali Amanah (MWA) tersubordinasi
hal yang sangat substansial dalam

dunia oleh kepentingan penguasa.

pendidikan, kemudian tersander kekuasaan.


Senat

atau

MWA

tersubordinasi

oleh

kepentingan penguasa.
What :
Bukti paling nyata terjadi pada saat pemilihan Bukti paling nyata terjadi pada saat pemilihan
rektor Institut Teknologi Sepuluh November rektor Institut Teknologi Sepuluh November
(ITS) Surabaya, 2010 lalu.

(ITS) Surabaya, 2010 lalu. Saat itu Majelis

When :

Wali Amanah telah menggelar pemilihan.

2010 lalu.

Prof

Ir

Priyo

Suprobo

unggul

dengan

Who : MWA, Prof. Ir. Priyo Suprobo, Prof. perolehan 60 suara. Sementara dua kandidat
Dr. Triyogi Yuwono, Prof. Daniel M. Rosyid, lainnya, Prof Dr Triyogi Yuwono mendapat 39
mendiknas M. Nuh.

suara dan Prof Daniel M Rosyid hanya 3

How :

suara. Di luar dugaan, Mendiknas M Nuh

Saat itu MWA telah menggelar pemilihan.

justru menetapkan Prof Dr Triyogi Yuwono

Prof. Ir. Priyo Suprobo unggul dengan sebagai rektor ITS periode 2011-2015.
perolehan 60 suara. Sementara dua kandidat
lainnya, Prof. Dr. Triyogi Yuwono mendapat

39 suara dan Prof. Daniel M. Rosyid hanya 3


suara. Diluar dugaan, Mendiknas M. Nuh
justru menetapkan Prof. Dr. Triyogi Yuwono
sebagai rektor ITS periode 2011-2015
What :
Bisa dibayangkan, betapa rendahnya wibawa Bisa dibayangkan, betapa rendah wibawa
senat universitas jika peristiwa ini terjadi.

senat universitas jika peristiwa ini terjadi.

How :

Kandidat A memperoleh 40 persen suara,

Kandidat A memperoleh 40 persen suara, kandidiat B memperoleh 7 persen. Dengan


kandidat B memperoleh 7 persen. Dengan argumen
argumen

tersendiri

Kemendiknas

tersendiri

Kemendiknas

bisa

bisa melimpahkan suaranya kepada kandidat B

melimpahkan suaranya kepada kandidat B sehingga ia memperoleh 42 suara.


sehingga ia memperoleh 42 suara.
What :

Intervensi pemerintah terhadap pemilihan

Intervensi pemerintah terhadap pemilihan rektor bermula di Universitas Cendrawasih,


rektor bermula di Universitas Cenderawasih, Papua. Dinamika politik Jayapura-Jakarta
Papua.

membuat Uncen memiliki peran politik yang

Where :

strategis.

Universitas Cenderawasih, Papua.

pemerintah untuk menyapa intelektual Papua

Who :

yang

Pemerintah, OPM.

Merdeka (OPM).

Uncen

berafiliasi

menjadi
pada

pintu

Organisasi

masuk
Papua

How :
Dinamika politik Jayapura-Jakarta membuat
Uncen memiliki peran politik yang strategis.
Uncen menjadi pintu masuk pemerintah untuk
menyapa intelektual Papua yang berafiliasi
pada OPM.
What :

Di tengah memanasnya hubungan pemerintah

Di tengah memanasnya hubungan pemerintah pusat dan OPM, mengambil kendali Uncen
pusat dan OPM, mengambil kendali Uncen adalah strategi politik yang cerdik. Melalui
adalah strategi politik yang cerdik.

rektor, pemerintah dapat membangun dialog

Who :

dengan tokoh intelektual setempat. Kultur

Pemerintah pusat, OPM, Rektor.

birokrasi struktural di Indonesia membuat

How :

jabatan rektor memiliki posisi tawar yang

Melalui rektor, pemerintah dapat membangun kuat. Dalam banyak hal, rektor bahkan lebih
dialog dengan tokoh intelektual setempat. kuat daripada guru besar yang telah diberi
Kultur

birokrasi

sruktural

di

Indonesia kebebasan akademik.

membuat jabatan rektor memiliki posisi tawar


yang kuat. Dalam banyak hal, rektor bahkan
lebih kuat daripada guru besar yang telah
diberi kebebasan akademik.
What :

Hasrat pemerintah inilah yang membuat

Hasrat pemerintah inilah yang membuat pemilihan rektor Unversitas Indonesia (UI) 9
pemilihan rektor Universitas Indonesia (UI) 9 Oktober
Oktober

mendatang

juga

mendatang

juga

menyisakan

menyisakan kekhawatiran. Tak terhindarkan, perebutan

kekhawatiran.

jabatan rektor salah satu universitas terbesar

When :

Indonesia tersebut akan menjadi pertarungan

9 Oktober mendatang.

politik. Alih-alih menjadi wasit yang adil,

How :

Kemendiknas justru ingin menjadi pemain.

Tak terhindarkan, perebutan jabatan rektor


salah satu universitas terbesar Indonesia
tersebut akan menjadi pertarungan politik.
Alih alih menjadi wasit yang adil,
Kemendiknas justru ingin menjadi pemain.
What :

Peran strategis PTN tidak hanya terletak pada

Peran strategis PTN tidak hanya terletak pada peran sosialnya. Invasi paradigma ekonomi
peran sosialnya. Invasi paradigma ekonomi dalam pengelolaan PTN membuat lembaga ini
dalam pengelolaan PTN membuat lembaga ini menjadi lembaga ekonomi yang menarik
menjadi lembaga ekonomi yang menarik perhatian. Karena itu, perebutan posisi rektor
perhatian.

adalah sekaligus ikhtiar sekelompok orang

Why :

mengamankan aset ekonomi miliaran rupiah.

Karena itu, perebutan posisi rektor adalah


sekaligus

ikhtiar

sekelompok

orang

mengamankan aset ekonomi miliaran rupiah.


Who :

Darmaningtyas, dkk (2009) mencontohkan,

Darmaningtyas, dkk (2009) mencontohkan,

aset ekonomi PTN di Indonesia tak dapat

What :

dibilang

Darmaningtyas, dkk (2009) mencontohkan,

kecil.

Biaya

operasional

IPB

aset ekonomi PTN di Indonesia tak dapat misalnya mencapai Rp 252 miliar per tahun,
dibilang kecil.

ITB Rp 246 miliar, UI Rp 415 miliar, dan

How :

UGM Rp 548 miliar. Selain memiliki tangible

Biaya operasional IPB misalnya mencapai Rp asset, PTN juga memiliki intangible asset
252 miliar pertahun, ITB Rp 246 miliar, UI yang tak sedikit, seperti kerja sama industrial,
415 miliar, dan UGM Rp 548 miliar. Selain hak paten, dan royalti.
memiliki tangible asset yang tak sedikit,
seperti kerjasama industyrial, hak paten, dan
royalti.
What :

Selain itu, PT memiliki peran kultural yang

PT memiliki peran kultural yang sangat besar.

sangat

How :

alumninya, PT dapat melakukan intervensi

besar.

Melalui mahasiswa dan alumninya, PT dapat kebudayaan


melakukan
massif.

intervensi
Rekayasa

kebudayaan
kebudayaan

Melalui
secara

mahasiswa
massif.

dan

Rekayasa

secara kebudayaan kaum intelektual dapat dilakukan


kaum melalui kurikulum dan rangkaian program.

intelektual dapat dilakukan melalui kurikulum Tidak dapat dipungkiri, peran rektor sangat
dan rangkaian progam. Tidak dipungkiri, besar dalam menentukan haluan kurikulum
peran rektor sangat besar dalam mementukan dan program PT yang dipimpinnya.
haluan kurikulum dan progam PT yang
dipimpinnya.
What :

Hasrat pemerintah memilih rektor tidak lepas

Hasrat pemerintah memilih rektor tidak lepas dari desakan lembaga multilateral seperti
dari desakan lembaga multilateral seperti Bank Dunia. Sponsor utama liberalisasi
Bank Dunia.

pendidikan

Why :

menjadi aset industri. Dengan cara tersebut,

itu

menghendaki

pendidikan

Sponsor utama liberalisasi pendidikan itu negara-negara maju, yang memiliki kualitas
menghendaki

pendidikan

menjadi

aset pendidikan

lebih

baik,

industri.

keuntungan

ekonomi

How :

Amerika

Serikat,

dapat

yang

mengeruk

tak

sedikit.

misalnya,

telah

Dengan cara tersebut, negara negara maju, menghasilkan pendapatan dari jasa pendidikan
yang memiliki kualitas pendidikan lebih baik, 10,3 miliar dolar, Inggris 3,8 miliar dolar, dan
dapat mengeruk keuntungan ekonomi yang Australia 2,2 miliar dolar.
tak sedikit. Amerika Serikat, misalnya, telah
menghasilkan pendapatan dari jasa pendidikan

10,3 miliar dolar, Inggris 3,8 miliar dolar, dan


Australia 2,2 miliar dolar.
How :

Desakan Bank Dunia antara lain dimuluskan

Desakan Bank Dunia antara lain dimuluskan pemerintah dengan memilih pejabat rektor
pemerintah dengan memilih pejabat rektor yang proliberalisasi pendidikan. Pemerintah
yang proliberalisasi pendidikan.

agaknya

Why :

dipegang pribadi kritis yang antiliberalisasi

khawatir,

jika

jabatan

rektor

Pemerintah agaknyan khawatir, jika jabatan pendidikan akan muncul perlawanan yang
rektor

dipegang

antiliberalisasi

pribadi

pendidikan

kritis
akan

perlawanan sengit.
How :

yang sengit.
muncul
Agar kondisi tak terus terjadi, PTN perlu

Agar kondisi tak terus terjadi, PTN perlu mendudukkan


mendudukan

kembali

relasinya

kembali

relasinya

dengan

dengan pemerintah. Prinsip pengelolaan yang otonom

pemerintah. Prinsip pengelolaan yang otonom harus dijabarkan secara teknis dalam statuta
harus dijabarkan secara teknis dalam statuta berdasarkan konstitusi. Pemerintah hanya
berdasarkan konstitusi. Pemerintah hanya supervisor. Pemerintah tak perlu terlibat
supervisor. Pemerintah tak perlu terlibat secara teknis dalam pengelolaan rumah tangga
secara teknis dalam pengelolaan rumah tangga institusi.
institusi.
What :
Relasi

Relasi demikian memperoleh referensi historis


demikian

memperoleh

referensi jika melihat sejarah universitas di dunia.

hisroris jika melihat sejarah iniversitas di Universitas pada mulanya adalah lembaga
dunia. Universitas mulanya adalah lembaga untuk menghimpun cendekiawan kerajaan
untuk menghimpin cendekiawan kerajaan mengembangkan
mengembangkan

ilmu

ilmu

pengetahuan.

pengetahuan. Sekalipun didirikan untuk menunjang fungsi

Sekalipun didirikan untuk menunjang fungsi kerajaan,

raja

membiarkan

lembaga

ini

kerajaan, raja membiarkan lembagai ini indipenden.


independen.
How :

Oleh karena itu, masyarakat akademik perlu

Oleh karena itu, masyarakat akademik perlu menguji Permendiknas 24 Tahun 2010 ke
menguji Permendiknas 24

Tahun 2010 Mahkamah Konstitusi. Pasal 6 ayat 2 huruf e

Mahkamah Konstitusi. Pasal 6 ayat 2 huruf e yang menyatakan Menteri memiliki hak 35
yang menyatakan Menteri memilikihak 35 persen suara harus direvisi. Masyarakat

persen suara harus direvisi. Masyarakat kampus


kampus

memiliki

otoritas

memiliki

otoritas

memilih

memilih pemimpinnya.

pemimpinnya.
Keikutsertaan pemerintah dalam pemilihan Rektor Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi dalam kedudukaanya di lembaga Pendidikan sesuai UU Nomor 22 Tahun 1999,
berada di bawah naungan Depdiknas. Depdiknas sendiri langsung berada di bawah pemerintah
pusat, sebagai lembaga tertinggi di lembaga pendidikan nasional. Pemerintah sebagai pengarah,
Pembina, dan penentu kebijakan nasional bidang pendidikan. Menurut Permendiknas No 24 tahun
2010, pasal 1 menyatakan Perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah, selanjutnya
disebut perguruan tinggi adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Kementerian.
Kementrian dalam hal ini adalah Kementrian Pendidikan Nasional, sedangkan Menteri Pendidikan
Nasional adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan nasional. Pemimpin
perguruan tinggi adalah Rektor pada universitas/institut, Ketua pada sekolah tinggi, dan Direktur
pada politeknik/akademi yang diselenggarakan oleh Kementerian. Dengan struktur kelembagaan
pemerintah yang lebih tinggi , maka pemerintah melalui kemetrian pendidikan berhak memiliki
suara dalam pemilihan rector di Perguruan Tinggi, yang dalam hal ini diatur bahwa Menteri
Pendidikan memiliki hak suara dalam memilih rektor . Hal tersebut telah diatur dalam
Permendiknas 24 Tahun 2010 Pasal 6 E.
Permendiknas 24 Tahun 2010 Pasal 6 E
e. Pemilihan Rektor/Ketua/Direktur sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan melalui
pemungutan suara secara tertutup dengan ketentuan:
1. Menteri memiliki 35% (tiga puluh lima persen) hak suara dari total pemilih; dan
2. Senat memiliki 65% (enam puluh lima persen) hak suara dan masingmasing anggota Senat
memiliki hak suara yang sama.
(Sumber : www. Permendiknas No-24-tahun-2010.pdf )
Solusi dari permasalahan tersebut menurut kelompok
1.

Pemerintah perlu mengkaji ulang mempertimbangkan dan mengevaluasi permendiknas 24


Tahun 2010, karena permendiknas ini sedikit mengganggu otoritas kampus dan kurang
demokratis. Diduga ada intervensi dari menteri pendidikan, Moh.Nuh yang memiliki suara
hingga 35% melalui permendiknas ini. Perlu dilakukan siding terbuka untuk mengkaji ulang

permendiknas ini. Selain itu, masyarakat akademik perlu menguji permendiknas 24 Tahun
2010 ke Mahkamah Konstitusi, terutama pasal 6 ayat 2.
2.

Suara menteri sebaiknya juga mempertimbangkan suara senat dan nomor urut calon rector.
Sebagai suatu kesatuan organisasi pendidikan, menteri perlu mendengarkan usulan senat.
Selain demi terciptanya demokrasi di lingkungan kampus, hal tersebut juga bisa
meningkatkan kinerja diantara keduanya.

3.

Menurut kami, presentase suara menteri perlu sedikit diturunkan. Memang benar, jika
menteri pendidikan merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah, yang berhak
menentukan rector selain dari senat universitas tersebut, akan tetapi jajaran kampus juga
berhak dalam memberikan suara dengan presentase yang tinggi.

4.

PTN perlu mendudukkan kembali relasinya dengan pemerintah. Pemerintah sebaiknya


menjadi supervisor, pemerintah tidak perlu terlibat secara teknis dalam pengelolaan rumah
tangga institusi. DPR melalui komisi X perlu turun tangan dan meminta penjelasan menteri
pendidikan nasional tentang duduk perkara tersebut. Dalam hal ini,
independensi kampus dalam proses pemilihan rektor.

DPR menginginkan ada

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
2. Peran pemerintah dalam pemilihan rector, melalui menteri pendidikan nasional sesuai dengan
permendiknas No.24 tahun 2010 adalah menteri memiliki suara sebesar 35 % sedangkan senat
memiliki suara 35 % dengan suara masing masing senat adalah satu.
3.
4. Solusi yang perlu diambil guna mengatasi masalah kontroversi permendiknas No. 24 tahun 2010
adalah :
a. Pemerintah perlu mengkaji ulang mempertimbangkan dan mengevaluasi permendiknas 24
Tahun 2010
b. Suara menteri sebaiknya juga mempertimbangkan suara senat dan nomor urut calon rector.
c. Menurut kami, presentase suara menteri perlu sedikit diturunkan sehingga tidak membatasi
otoritas kampus
d. PTN perlu mendudukkan kembali relasinya dengan pemerintah sehingga tercipta hubungan
yang harmonis antara organisasi pendidikan ini

REFERENSI
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/09/08/198021/Pemilihan-RektorIroni-Demokrasi- diunduh pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 16.18 WIB

Anda mungkin juga menyukai