Permen PU No 21 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Ruang Di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi Dan Rawan Gempa
Permen PU No 21 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Ruang Di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi Dan Rawan Gempa
MENTERI PEKERJAAN
UMUM
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI
PEKERJAAN
UMUM
NOMOR : 22
/PRT/M/2007
TENTANG
PEDOMAN
PENATAAN
RUANG
KAWASAN
RAWAN
LONGSOR
BENCANA
DENGAN
RAHMAT TUHAN
YANG
MAHA
ESA
MENTERI PEKERJAAN
UMUM,
Menimbang
bahwa
dalam
rangka
implementasi
Undang-Undang Nomor
: a.
Tahun
2007
tentang
Penataan
Ruang
diperlukan adanya
26
Pedoman
Penataan
Ruang
Kawasan
Rawan
Bencana
Longsor;
bahwa
Pedoman
Penataan
Ruang
Kawasan Rawan
b.
Bencana
Longsor
diperlukan
agar penataan
di
kawasan
rawan
ruang
bencana
longsor dapat
sesuai
dengan
kaidah
dilaksanakan
penataan
ruang;
c.
bahwa berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud
dalam
huruf a dan huruf
b, perlu ditetapkan
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum;
Mengingat : 1.
Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
Peraturan Pemerintah
Nomor
Tahun
1996
tentang
2.
69
Peran Serta
Masyarakat
Dalam Penataan
Ruang;
3.
Peraturan Pemerintah
Nomor
47 Tahun
tentang
1997
Rencana
Ruang Wilayah
Tata
Nasional;
Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar belakang
Di samping untuk melengkapi pedoman bidang penataan ruang yang telah ada,
pedoman ini juga ditujukan untuk memberi acuan bagi pemerintah daerah provinsi
dan kabupaten/kota dalam melaksanakan penataan ruang kawasan rawan letusan
gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
Dengan mengacu pedoman ini, dapat meminimalkan kerugian yang terjadi akibat
letusan gunung berapi dan gempa bumi, baik korban jiwa maupun materi, yang
dilakukan melalui penataan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi sehingga dapat dipertahankan konsistensi
kesesuaian antara pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
kawasan dimaksud.
1.2 Ruang lingkup
Ruang lingkup pedoman ini mencakup: (1) perencanaan tata ruang kawasan
rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi, (2) pemanfaatan
ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi,
(3) pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi
dan kawasan rawan gempa bumi, dan (4) penatalaksanaan penataan ruang
kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
Cakupan dari masing-masing muatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perencanaan tata ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan
rawan gempa bumi mencakup:
a.
b.
c.
b.
Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007
Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007
PP Nomor 47 Tahun 1997
Kepmen Kimpraswil
Nomor 327/KPTS/M2002
Gambar 1
Kedudukan pedoman penataan ruang kawasan rawan
letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi
terhadap peraturan perundang-undangan terkait
Gambar 2
Kedudukan pedoman penataan ruang kawasan rawan
letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi
terhadap hierarki tata ruang
Pedoman ini disusun sebagai penjabaran dari:
1. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 3 beserta
penjelasannya: Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan... Aman adalah situasi masyarakat dapat menjalankan aktivitas
kehidupannya dengan terlindungi dari berbagai ancaman, terpadu, efektif,
dan efisien, dengan memperhatikan faktor politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan dan kelestarian lingkungan.
2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal
42 ayat (1): pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang
penataan ruang, standar keselamatan dan penerapan sanksi terhadap
pelanggar.
3. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dalam kaitannya dengan kriteria dalam penetapan dan
pengelolaan kawasan lindung dan pengelolaan kawasan budi daya.
5
18. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
19. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
20. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
21. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional.
22. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
23. Tipologi kawasan adalah penggolongan kawasan sesuai dengan karakter
dan kualitas kawasan, lingkungan, pemanfaatan ruang, penyediaan prasarana
dan sarana lingkungan, yang terdiri dari kawasan mantap, dinamis, dan
peralihan.
24. Tingkat kerentanan adalah indikator tingkat kerawanan pada kawasan yang
belum dimanfaatkan sebagai kawasan budi daya, dengan hanya
mempertimbangkan aspek kondisi alam, tanpa memperhitungkan besarnya
kerugian yang diakibatkan.
25. Tingkat kerawanan adalah ukuran yang menyatakan besar-kecilnya/tinggi
rendahnya kemungkinan suatu kawasan atau zona dapat mengalami
bencana, serta besarnya korban dan kerugian bila terjadi bencana yang diukur
berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah dan tingkat kerawanan karena
aktifitas manusia.
26. Tingkat risiko adalah tingkat kerawanan karena aktifitas manusia yakni
ukuran yang menyatakan besar kecilnya kerugian manusia dari kejadian
bencana atau kemungkinan kejadian bencana yang diakibatkan oleh intensitas
penggunaan lahan yang melebihi daya dukung, serta dampak yang ditimbulkan
dari aktifitas manusia sesuai jenis usahanya, serta sarana dan prasarana.
27. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Bab II
Perencanaan tata ruang kawasan rawan letusan gunung berapi
dan kawasan rawan gempa bumi
2.1 Penetapan kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi
Proses awal dalam penataan ruang berbasis mitigasi kawasan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi dilakukan dengan penetapan kawasan
rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi. Dengan
menganalisis sifat, karakteristik, dan kondisi geologi suatu kawasan akan
diidentifikasi kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa
bumi.
Apabila dipandang cukup strategis dalam penanganannya maka kawasan rawan
letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi ini dapat ditetapkan
sebagai kawasan strategis kabupaten/kota bila berada di dalam wilayah
kabupaten/kota, dan/atau kawasan strategis provinsi bila berada pada lintas
wilayah kabupaten/kota. Penetapan kawasan strategis ini menjadi salah satu
muatan dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota/provinsi. Selanjutnya
apabila dipandang perlu, terhadap kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi di dalam wilayah kabupaten/kota dapat disusun
rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota sebagai dasar operasional
pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayahnya. Apabila kawasan tersebut berada pada lintas wilayah kabupaten/kota,
dapat disusun rencana tata ruang kawasan strategis provinsi.
2.1.1
Dasar penetapan
Penetapan kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa
bumi didasarkan pada hasil pengkajian terhadap daerah yang diindikasikan
berpotensi bencana atau lokasi yang diperkirakan akan terjadi bencana.
Berdasarkan informasi geologi dan tingkat risiko letusan gunung berapi, tipologi
kawasan rawan letusan gunung berapi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe
sebagai berikut:
a. Tipe A
1)
2)
b. Tipe B
1)
2)
10
Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lahar dan lava,
lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas),
aliran panas dan gas beracun.
Kawasan yang memiliki tingkat risiko sedang (berjarak cukup dekat
dengan sumber letusan, risiko manusia untuk menyelamatkan diri pada
saat letusan cukup sulit, kemungkinan untuk terlanda bencana sangat
besar)
c. Tipe C
1)
2)
Kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lahar dan lava,
lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas),
aliran panas dan gas beracun. Hanya diperuntukkan bagi kawasan
rawan letusan gunung berapi yang sangat giat atau sering meletus.
Kawasan yang memiliki risiko tinggi (sangat dekat dengan sumber
letusan. Pada saat terjadi aktivitas magmatis, kawasan ini akan dengan
cepat terlanda bencana, makhluk hidup yang ada di sekitarnya tidak
mungkin untuk menyelamatkan diri).
Sumber data mengenai lokasi-lokasi gunung berapi dan berapa besar potensi
letusannya dapat diperoleh di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
2.1.3
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung berapi atau runtuhan batuan. Dalam
pedoman ini lebih mengatur untuk gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng
bumi dan patahan aktif.
Tipe kawasan rawan gempa bumi ditentukan berdasarkan tingkat risiko gempa
yang didasarkan pada informasi geologi dan penilaian kestabilan (cara perhitungan
terlampir). Berdasarkan hal tersebut, maka kawasan rawan gempa bumi dapat
dibedakan menjadi (6) enam tipe kawasan yang diuraikan sebagai berikut:
a. Tipe A
Kawasan ini berlokasi jauh dari daerah sesar yang rentan terhadap getaran
gempa. Kawasan ini juga dicirikan dengan adanya kombinasi saling
melemahkan dari faktor dominan yang berpotensi untuk merusak. Bila
intensitas gempa tinggi (Modified Mercalli Intensity / MMI VIII) maka efek
merusaknya diredam oleh sifat fisik batuan yang kompak dan kuat.
11
b. Tipe B
1)
2)
c. Tipe C
1)
2)
d. Tipe D
1)
2)
Kerawanan gempa diakibatkan oleh akumulasi dua atau tiga faktor yang
saling melemahkan. Sebagai contoh gempa pada kawasan dengan
kemiringan lereng curam, intensitas gempa tinggi dan berada sepanjang
zona sesar merusak; atau berada pada kawasan dimana sifat fisik
batuan lemah, intensitas gempa tinggi, di beberapa tempat berada pada
potensi landaan tsunami cukup merusak.
Kawasan ini cenderung mengalami kerusakan parah untuk segala
bangunan dan terutama yang berada pada jalur sepanjang zona sesar.
e. Tipe E
1)
2)
12
Kawasan ini merupakan jalur sesar yang dekat dengan episentrum yang
dicerminkan dengan intensitas gempa yang tinggi, serta di beberapa
tempat berada pada potensi landaan tsunami merusak. Sifat fisik batuan
dan kelerengan lahan juga pada kondisi yang rentan terhadap goncangan
gempa.
Kawasan ini mempunyai kerusakan fatal pada saat gempa.
f.
Tipe F
1)
2)
13
Perencanaan
Tata Ruang
Penetapan Kawasan
Tata
Laksana
Dalam
Penataan
Ruang
Kawasan
Rawan
Bencana
:
!
Kelembagaan
Penataan
Ruang
Kawasan
Rawan
Bencana
#
Hak,
"
Kewajiban
$!
Dan
Peran
Serta
Masyarakat
%&
Dalam
Penataan
Ruang
Kawasan
Rawan
Bencana
Tipologi
Kawasan
:
Tipe
A
Tipe B
Tipe
C
Bencana
Sangat Besar
!
x
Tinggi
: Sangat Dekat Dengan Sumber
#$!
%&
Letusan.
Pada S aat Terjadi Aktivitas
'(%
Magmatis,
Kawasan
Ini Akan Dengan
!
"
Cepat
Terlanda Bencana
Rencana
Pola Ruang Dan Struktur
Ruang
Pemanfaatan
Ruang
Pemrograman
Pemanfaatan Ruang Beserta
$
$)
Pembiayaan
Dan Pelaksanaan Program
$$$
Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Arahan
Per aturan Zonasi, Bentuk Bentuk
%
$
*
Insentif Dan Disinsentif, Serta Sanksi
Perizinan,
$
+())
Gambar 3
Ruang lingkup pedoman tata ruang kawasan ruang rawan letusan
gunung berapi
14
Perencanaan
Tata Ruang
Penetapan Kawasan
Rawan Gempa Bumi
Tata Laksana
Dalam
Penataan
Ruang
Kawasan
Rawan
Bencana :
Tipologi
Kawasan :
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe D
Tipe E
Tipe F
Kelembagaan
Penataan
Ruang
Kawasan
Rawan
Bencana
Rencana Pola Ruang Dan Struktur Ruang
Hak,
Kewajib an
Dan Peran
Serta
Masyarakat
Dalam
Penataan
Ruang
Kawasan
Rawan
Bencana
Gambar 4
Pemanfaatan Ruang
Pemrograman Pemanfaatan Ruang Beserta
Pembiayaan Dan Pelaksanaan Program
2.1.4
Pola ruang kawasan merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu kawasan
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya.
a. Pendekatan dan prinsip dasar penentuan pola ruang
Pendekatan penentuan pola ruang pada kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi dilakukan melalui:
1)
2)
3)
b.
Kawasan Perkotaan:
a) permukiman
i. kerentanan tinggi (ktp):
16
17
19
Tabel 1
Peruntukan Ruang
Tipologi A
Kota
Keterangan:
Tidak layak untuk dibangun
Dapat dibangun dengan syarat
20
Desa
Tipologi B
Kota
Desa
Tipologi C
Kota
Desa
21
Tipologi
Kawasan
x Dapatdikembangkanmenjadi
kawasanbudidayadanberbagai
infrastrukturpenunjangnya.
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkan:kehutanan,
pertanian,perkebunan,
peternakan,perikanan,
pertambangan,pariwisata,
permukiman,perdagangandan
perkantoran.
x Dapatdikembangkanmenjadi
kawasanbudidayadanberbagai
infrastrukturpenunjangnya.
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkan:kehutanan,
pertanian,perkebunan,
peternakan,perikanan,
pertambangan,pariwisata,
permukiman,perdagangandan
perkantoran
x Ditentukansebagaikawasan
lindungdanmasihdapat
dimanfaatkansebagaikawasan
pariwisataterbatas
x Dapatdikembangkan
menjadikawasanbudidaya
danberbagaiinfrastruktur
penunjangnya.
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkan:hutan
kota,industri,pariwisata,
permukiman,perdagangan
danperkantoran.
x Ditentukansebagai
kawasanlindung
x Dapatdikembangkan
menjadikawasanbudidaya
danberbagaiinfrastruktur
penunjangnya.
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkan:hutankota,
industri,permukiman,
perdagangandan
perkantoran
Kawasan Perdesaan
wg
KTp,KSp,KTpd,KTlh,KSlh,
KRlh,hutanproduksi
maupunhutanrakyat,
KTp,KTk,KTi,
pertambanganrakyat(batu
KSp,KSk,Ksi,ws
danpasir),ws,wak
KSp,KRp,KSpd,KRpd,KTlh,
KSp,KRp,KSk,
KRk,Ksi,Kri
KSlh,KRlh,pertambangan
rakyat
(batudanpasir),hutan
rakyat,wb,wa
Kawasan Perkotaan
Tabel 2
Tabel 3
Peruntukan Ruang
Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa
Hutan Produksi
Hutan Kota
Hutan Rakyat
Pertanian Sawah
Pertanian Semusim
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Pertambangan
Industri
Pariwisata
Permukiman
Perdagangan dan
Perkantoran
22
23
Tipologi
Kawasan
Dapatdikembangkan
menjadikawasanbudidaya
danberbagaiinfrastruktur
penunjangnya
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkan:kehutanan,
pertanian,perkebunan,
peternakan,perikanan,
pertambangan,
permukiman,perdagangan
danperkantoran,serta
pariwisata.
x Dapatdikembangkan
menjadikawasanbudidaya
danberbagaiinfrastruktur
penunjanglainnyadengan
mempertimbangkan
karakteristikalam.
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkan:
permukiman,perdagangan
danperkantoran,pertanian,
perikanan,peternakan,
perkebunan,pertambangan,
kehutanan,pariwisata
Dapatdikembangkan
menjadikawasanbudi
dayadanberbagai
infrastruktur
penunjangnya
x Jeniskegiatanyang
dapatdikembangkan:
hutankota,
permukiman,
perdagangandan
perkantoran,industri,
pariwisata.
x Dapatdikembangkan
menjadikawasanbudi
dayadanberbagai
infrastruktur
penunjangnya,dan
dengan
mempertimbangkan
karakteristikalam.
x Jeniskegiatanyang
dapatdikembangkan:
hutankota,
permukiman,industri,
perdagangandan
perkantoran,pariwisata
Kawasan Perdesaan
Ksp,Krp,Ksk,Krk,Ksi,
Kri,ws
Ktp,Ksp,Krp,Ksk,Krk,
Ksi,Kri,ws
Ksp,Krp,Krpd,Kspd,Ktlh,
Kslh,Krlh,hutanproduksi,
hutanrakyat,
pertambanganrakyat
(batudanpasir),wak
Ksp,Krp,Kspd,Krpd,Ktlh,
Kslh,Krlh,hutanproduksi,
hutanrakyat,
pertambanganrakyat
(batudanpasir),wak
Kawasan Perkotaan
Tabel 4
24
Tipologi
Kawasan
x Dapatdikembangkanmenjadi
kawasanbudidayadan
berbagaiinfrastruktur
penunjangnya.
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkan:permukiman,
perdagangandanperkantoran,
pertanian,perikanan,
peternakan,perkebunan,
kehutanan,pariwisata
x Tidakdapatdikembangkan
menjadikawasanbudidaya
danberbagaiinfrastruktur
penunjangnya.
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkanadalah
pariwisataalam
x Tidakberpotensiuntuk
dikembangkanmenjadi
kawasanbudidayadan
berbagaiinfrastruktur
penunjangnya,mengingat
tingkatbahayayang
diakibatkansangattinggi.
x Kegiatantidakdapat
dikembangkanmengingat
intensitasgempayangtinggi,
sertadibeberapatempat
beradapadapotensilandaan
tsunamimerusak.
x Dapatdikembangkan
menjadikawasanbudidaya
danberbagaiinfrastruktur
penunjangnya.
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkan:hutankota,
permukiman,perdagangan
danperkantoran,industri,
pariwisata
x Tidakdapatdikembangkan
menjadikawasanbudidaya
danberbagaiinfrastruktur
penunjangnya.
x Jeniskegiatanyangdapat
dikembangkanadalahhutan
kota
x Tidakberpotensiuntuk
dikembangkanmenjadi
kawasanbudidayadan
berbagaiinfrastruktur
penunjangnya,mengingat
tingkatbahayayang
diakibatkansangattinggi.
x Kegiatantidakdapat
dikembangkanmengingat
intensitasgempayangtinggi,
sertadibeberapatempat
beradapadapotensilandaan
tsunamimerusak.
Kawasan Perdesaan
Kawasan Perkotaan
Krp,Krk,Kri,ws
wa,ws
Krp,Krpd,Kspd,Ktlh,Kslh,
Krlh,hutanproduksi,
hutanrakyat,wak
25
Tipologi
Kawasan
Kawasan Perdesaan
x Ditetapkansebagaikawasan
lindungdantidakdapat
dikembangkansebagai
kawasanbudidayamengingat
risikoyangtinggibilaterjadi
gempa.
Kawasan Perkotaan
x Ditetapkansebagaikawasan
lindungdantidakdapat
dikembangkansebagai
kawasanbudidaya
mengingatrisikoyangtinggi
bilaterjadigempa.
2.2
Penataan ruang kawasan rawan retusan gunung berapi dan rawan gempa bumi
lebih dititikberatkan kepada upaya memelihara dan meningkatkan kualitas ruang
melalui upaya peningkatan kelestarian dan keseimbangan lingkungan dengan
lebih memperhatikan azas pembangunan berkelanjutan. Kegiatan-kegiatan sosial
ekonomi pada zona-zona dalam kawasan berpotensi bencana lebih bersifat lokal
(zone wide), sehingga penataan ruangnya lebih diprioritaskan pada pengembangan
sistem internal kawasan/zona yang bersangkutan dengan tetap mempertahankan
hubungan fungsional dengan sistem wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi.
Sistem internal kawasan/zona dalam hal ini adalah struktur ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat internal kawasan/zona yang bersangkutan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam menentukan struktur ruang
pada masing-masing zona berpotensi bencana harus didasarkan kepada
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a. Sistem internal kawasan/zona harus dipandang juga sebagai sub-sistem
dari sistem wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi, sehingga struktur ruang
kawasan/zona berpotensi bencana mempunyai hubungan fungsional dengan
struktur ruang wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi. Dengan demikian
dalam penentuannya harus mengacu rencana struktur ruang pada hirarki
rencana tata ruang yang lebih tinggi.
b. Harus dijaga kesesuaiannya dengan fungsi kawasan yang ditetapkan dalam
rencana tata ruangnya.
c. Melarang kegiatan pemanfaatan ruang yang berdampak tinggi pada fungsi
lindung dan merelokasi kegiatan-kegiatan budi daya yang tidak memenuhi
persyaratan.
26
Pada dasarnya rencana struktur ruang kawasan rawan letusan gunung berapi
dan kawasan rawan gempa bumi adalah penentuan susunan pusat-pusat hunian
dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi pada kawasan rawan bencana berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagaimana disebutkan di atas.
Susunan pusat-pusat hunian dan sistem jaringan prasarana dan sarana
pendukungnya pada setiap kawasan akan berbeda tergantung dari variasi tingkat
kerawanan/tingkat risikonya dan skala/tingkat pelayanannya. Karena itu dalam
perencanaan struktur ruangnya harus mempertimbangkan daya dukung
lingkungan, tingkat kerawanan, fungsi kawasan, dan tingkat pelayanan dari unsurunsur pembentuk struktur tersebut. Beberapa ketentuan agar kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan struktur ruangnya dapat dilihat pada Tabel 5
dan Tabel 6.
27
Tabel 5
Tipologi A
Kota
Pusat Hunian
Jaringan Air Bersih
Drainase
Sewerage
Sistem Pembuangan Sampah
Jaringan Transportasi Lokal
Jaringan Telekomunikasi
Jaringan Listrik
Jaringan Energi
Keterangan:
Tidak layak untuk dibangun
Dapat dibangun dengan syarat
28
Desa
Tipologi B
Kota
Desa
Tipologi C
Kota
Desa
Tabel 6
Unsur
Pembentuk
Struktur
Ruang
Tipologi Kawasan
A
Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa
Pusat Hunian
Jaringan Air
Bersih
Drainase
Sewerage
Sistem
Pembuangan
Sampah
Jaringan
Transportasi
Lokal
Jaringan
Telekomunikasi
Jaringan Listrik
Jaringan Energi
Keterangan:
Tidak layak untuk dibangun
Dapat dibangun dengan syarat
29
Bab III
Pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
3.1
Pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana letusan gunung berapi dan kawasan
gempa bumi dilakukan dengan:
a. mengacu pada fungsi ruang kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata
ruang,
b. mensinkronkan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah
sekitarnya,
c. memperhatikan standar pelayanan minimal dalam penyediaan sarana dan
prasarana,
d. mengacu standar kualitas lingkungan, daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
3.2
Program pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan
gempa bumi merupakan jabaran indikasi program utama yang tercantum dalam
rencana tata ruang yang bersifat fisik maupun non fisik, dan mencakup tahapan
jangka waktu pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi.
Dalam rangka pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi, dilakukan (i) perumusan usulan program pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan
rawan gempa bumi; (ii) perumusan perkiraan pendanaan dan sumbernya; (iii)
pelaksana program pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi
dan kawasan rawan gempa bumi, dan (iv) tahapan waktu pelaksanaan program.
31
NO
USULAN PROGRAM
PERKIRAAN
PENDANAAN
DAN
SUMBERNYA
PELAKSANA
TAHAPAN WAKTU
PELAKSANAAN
Gambar 5
Keterangan:
KOLOM 1 (NO)
Menunjukkan penomoran.
KOLOM 2 (USULAN PROGRAM):
Memuat program-program sektoral yang dijabarkan dari indikasi program utama
yang tercantum dalam rencana tata ruang untuk masing-masing tipe zona yang
berupa:
32
33
b.
c.
34
Bab IV
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi
4.1
Prinsip pengendalian
35
4.2
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang unsurunsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona/blok peruntukan sesuai
dengan rencana rinci tata ruang. Selanjutnya dijelaskan bahwa peraturan zonasi
berisi ketentuan yang harus, boleh dan tidak boleh dilaksanakan pada zona
pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (KDH,
KDB, KLB dan garis sempadan bangunan), penyediaan sarana dan prasarana,
serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Selain itu, peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan peruntukan ruang dan ketentuan pengendaliannya disusun untuk
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya di dalam rencana rinci
tata ruang. Selanjutnya dijelaskan bahwa rencana rinci tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut
menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga
pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang
dan rencana rinci tata ruang.
Berdasarkan kedua penjelasan tersebut di atas maka pedoman ini tidak memuat
peraturan zonasi, akan tetapi hanya memuat acuan bagi pemerintah daerah untuk
menyusun peraturan zonasi dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
4.2.1
b. Tipe B
Kawasan rawan gempa bumi tipologi B dapat dikembangkan untuk kegiatan
budi daya seperti pada kawasan rawan gempa bumi tipologi A namun harus
memenuhi syarat-syarat tingkat kerentanan sedang dan rendah.
c. Tipe C
Kawasan rawan gempa bumi tipologi C juga dapat dikembangkan untuk
kegiatan budi daya seperti pada kawasan rawan gempa bumi tipologi A
maupun B, namun kegiatan pertambangan tidak boleh dilakukan pada
kawasan tipologi C. Syarat-syarat tingkat kerentanan yang harus dipenuhi
pada kawasan rawan gempa bumi tipologi ini adalah tingkat kerentanan
sedang dan tinggi.
d. Tipe D
Pada kawasan rawan gempa bumi tipologi D tidak diperbolehkan
mengembangkan kegiatan budi daya mengingat tingkat kerawanan akibat
gempa dapat membahayakan. Namun kegiatan pariwisata (wisata sosiokultural dan agro-kultural) masih dapat dikembangkan secara terbatas dengan
ketentuan bangunan tahan gempa, (kerentanan sedang dan tinggi).
e. Tipe E
Kawasan rawan gempa bumi tipologi E tidak dapat dikembangkan untuk
kegiatan budi daya mengingat tingkat bahaya yang diakibatkan sangat tinggi.
Kawasan ini mutlak harus dilindungi.
f.
Tipe F
Seperti pada kawasan rawan gempa bumi tipologi E, kawasan rawan gempa
bumi tipologi F juga tidak dapat dikembangkan untuk kegiatan budi daya
mengingat tingkat bahaya yang diakibatkan sangat tinggi. Untuk itu
penggunaan ruang diutamakan sebagai kawasan lindung.
38
39
Tipologi
Kawasan
x
x
x
x
Tabel 7
Dapatdikembangkanmenjadikawasanbudidayadanberbagaiinfrastrukturpenunjangnya.
Diizinkanuntukkegiatanperumahan,baikdiperdesaanmaupundiperkotaan,sertapusatdesa
dengansyarat:
a. Konstruksibangunanbetonbertulangmaupuntidakbertulang
b. Kepadatanbangunantinggi(>60unit/Ha),sedang(3060unit/Ha),danrendah(<30unit/Ha)
c. Polapermukimandapatmengelompokmaupunmenyebar
Diizinkanuntukkegiatanperdagangandanperkantorandengansyaratkepadatanbangunan
diperbolehkantinggi(KDB>70;KLB>200)hinggarendah(KDB<50;KLB<100)
Diizinkanuntukkegiatanindustridenganpersyaratan,pengawasandanpengendalianyangketat,
yaitu:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. Skalaindustribesar,sedang,maupunkecil
Diizinkanuntukkegiatanlahanusahapertanianlahanbasah,pertanianlahankering,perikanan,
perkebunandengansyaratpemilihanjenisvegetasiyangsesuaisertamendukungkonsep
kelestarianlingkungan.
Diizinkanuntukpariwisatadenganjeniswisatasosiokulturaldanwisataagrokultural
Diizinkanuntukkegiatanpertambanganrakyat,antaralainpertambanganbatudanpasir
40
Tipologi
Kawasan
x
x
x
x
x
x
x
Dapatdikembangkanmenjadikawasanbudidayadanberbagaiinfrastrukturpenunjangnya.
Diizinkanuntukkegiatanpermukimandenganpersyaratan:
a. Konstruksibangunanbetonbertulang;kepadatanbangunansedangdanrendah;pola
permukimanmenyebar
b. Konstruksibangunansemipermanen;kepadatanbangunantinggi,sedang,danrendah;pola
permukimanmengelompokdanmenyebar
c. Konstruksibangunantradisional;kepadatanbangunantinggi,sedang,danrendah;pola
permukimanmengelompokdanmenyebar
Diizinkanuntukkegiatanperdagangandanperkantorandengansyaratkepadatanbangunansedang
(KDB5070;KLB100200)hinggarendah(KDB<50;KLB<100)
Diizinkanuntukkegiatanindustridenganpersyaratan,pengawasandanpengendalianyangketat,
yaitu:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. Skalaindustrisedang,maupunkecil
Diizinkanuntukkegiatanlahanusahapertanianlahanbasah,pertanianlahankering,perikanan,
perkebunandengansyaratpemilihanjenisvegetasiyangsesuaisertamendukungkonsep
kelestarianlingkungan.
Diizinkanuntukpariwisatadenganjeniswisatabiotisdanabiotis.
Diizinkanuntukkegiatanpertambanganrakyat,antaralainpertambanganbatudanpasir.
Untukkawasanyangtidakkonsistendalampemanfaatan,akandikembalikanpadakondisidan
fungsisemulasecarabertahap.
Ditentukansebagaikawasanlindung
Masihdapatdimanfaatkansebagaikawasanbudidayaterbatas,antaralain:
a. kehutanan
b. pariwisatadenganjeniswisatageofisik(kawasanpuncakgunungberapi)
41
Tipologi
Kawasan
x
x
x
x
Dapatdikembangkanmenjadikawasanbudidayadanberbagaiinfrastrukturpenunjangnya.
Diizinkanuntukkegiatanpermukimandenganpersyaratan:
a. Konstruksibangunanbetonbertulangmaupuntidakbertulang
b. Kepadatanbangunantinggi(>60unit/Ha),sedang(3060unit/Ha),danrendah(<30unit/Ha)
c. Polapermukimandapatmengelompokmaupunmenyebar
Diizinkanuntukkegiatanperdagangandanperkantorandenganpersyaratan:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. kepadatanbangunandiperbolehkantinggi(KDB>70;KLB>200)hinggarendah(KDB<50;KLB
<100)
Diizinkanuntukkegiatanindustridenganpersyaratan,pengawasandanpengendalianyangketat,
yaitu:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. Skalaindustribesar,sedang,maupunkecil
Diizinkanuntukkegiatanlahanusahapertanianlahanbasah,pertanianlahankering,perikanan,
perkebunandengansyaratpemilihanjenisvegetasiyangsesuaisertamendukungkonsepkelestarian
lingkungan.
Diizinkanuntukpariwisatadenganjeniswisatasosiokulturaldanwisataagrokultural
Diizinkanuntukkegiatanpertambanganrakyat,antaralainpertambanganbatudanpasir
Tabel 8
42
Tipologi
Kawasan
x
x
x
x
Dapatdikembangkanmenjadikawasanbudidayadanberbagaiinfrastrukturpenunjangnya.
Diizinkanuntukkegiatanpermukimandenganpersyaratan:
a. Konstruksi bangunan beton bertulang; kepadatan bangunan sedang dan rendah; pola
permukimanmenyebar
b. Konstruksi bangunan semi permanen; kepadatan bangunan tinggi, sedang, dan rendah; pola
permukimanmengelompokdanmenyebar
c. Konstruksi bangunan tradisional; kepadatan bangunan tinggi, sedang, dan rendah; pola
permukimanmengelompokdanmenyebar
Diizinkanuntukkegiatanperdagangandanperkantorandenganpersyaratan:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. kepadatanbangunandiperbolehkantinggi(KDB>70;KLB>200)hinggarendah(KDB<50;KLB
<100)
Diizinkan untuk kegiatan industri dengan persyaratan, pengawasan dan pengendalian yang ketat,
yaitu:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. Skalaindustribesar,sedang,maupunkecil
Diizinkan untuk kegiatan lahan usaha pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perikanan,
perkebunandengansyaratpemilihanjenisvegetasiyangsesuaisertamendukungkonsepkelestarian
lingkungan.
Diizinkanuntukpariwisatadenganjeniswisatasosiokulturaldanwisataagrokultural.
Diizinkanuntukkegiatanpertambanganrakyat,antaralainpertambanganbatudanpasir.
43
Tipologi
Kawasan
x
x
Dapatdikembangkanmenjadikawasanbudidayadanberbagaiinfrastrukturpenunjangnya.
Diizinkanuntukkegiatanpermukimandenganpersyaratan:
a. Konstruksibangunansemipermanen;kepadatanbangunansedangdanrendah;polapermukiman
mengelompokdanmenyebar.
b. Konstruksi bangunan tradisional; kepadatan bangunan sedang dan rendah; pola permukiman
mengelompokdanmenyebar.
Diizinkanuntukkegiatanperdagangandanperkantorandenganpersyaratan:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. kepadatanbangunan diperbolehkantinggi(KDB>70;KLB>200)hinggarendah(KDB<50;KLB<
100)
Diizinkanuntukkegiatanindustridenganpersyaratan,pengawasandanpengendalianyangketat,yaitu:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. Skalaindustrisedangdankecil
Diizinkan untuk kegiatan lahan usaha pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perikanan,
perkebunan dengan syarat pemilihan jenis vegetasi yang sesuai serta mendukung konsep kelestarian
lingkungan.
Diizinkanuntukpariwisatadenganjeniswisatasosiokulturaldanwisataagrokultural.
44
E
F
Tipologi
Kawasan
x
x
x
x
x
Dapatdikembangkanmenjadikawasanbudidayadanberbagaiinfrastrukturpenunjangnya.
Diizinkanuntukkegiatanpermukimandenganpersyaratan:
a. Konstruksi bangunan semi permanen; kepadatan bangunan rendah; pola permukiman
mengelompokdanmenyebar
b. Konstruksi bangunan tradisional; kepadatan bangunan rendah; pola permukiman mengelompok
danmenyebar
Diizinkanuntukkegiatanperdagangandanperkantorandenganpersyaratan:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. kepadatanbangunansedang(KDB5070;KLB100200)
Diizinkanuntukkegiatanindustridenganpersyaratan,pengawasandanpengendalianyangketat,yaitu:
a. Konstruksibangunantahangempa
b. Skalaindustrikecil
Diizinkan untuk kegiatan lahan usaha pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perikanan,
perkebunan dengan syarat pemilihan jenis vegetasi yang sesuai serta mendukung konsep kelestarian
lingkungan.
Diizinkanuntukpariwisatadenganjeniswisatasosiokulturaldanwisataagrokultural
Ditentukansebagaikawasanlindung
Ditentukansebagaikawasanlindung
1. Segera menyusun rencana tata ruang kawasan atau rencana detail tata ruang
kabupaten/kota serta peraturan zonasinya. Peraturan zonasi terdiri atas
zonning map dan zonning text.
2. Pengupayakan pengawasan ketat terhadap aktivitas yang dilakukan di
kawasan dengan tingkat risiko sedang sampai tinggi (tipe B dan C untuk
kawasan rawan letusan gunung berapi dan tipe C sampai F untuk kawasan
rawan gempa bumi).
3. Pemantauan di lapangan terkait dengan penggunaan ruang di kawasan
tersebut.
4. Pemutakhiran data dan perhitungan kembali (review) terhadap analisis yang
dilakukan, dengan skala kawasan yang lebih detail atau setempat, yang
ditunjang dengan pelaksanaan penyelidikan lapangan secara periodik.
5. Menindak tegas semua pelanggaran yang terjadi, melalui perangkat insentif
dan disinsentif serta pengenaan sanksi.
4.4 Perangkat insentif dan disinsentif pada kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi
Perangkat insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan
dengan tujuan untuk memberikan rangsangan terhadap pelaksanaan kegiatan
yang seiring sejalan dengan rencana tata ruang atau seiring dengan tujuan
pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi. Apabila dengan pengaturan akan diberikan insentif dalam rangka
pengembangan pemanfaatan ruang, dapat berupa:
1. Kemudahan secara ekonomi melalui tata cara pemberian kompensasi atas
opportunity cost yang hilang akibat penetapan lahan masyarakat sebagai
kawasan lindung melalui imbalan.
2. Kemudahan secara fisik melalui pembangunan serta pengadaan sarana dan
prasarana seperti jalan, listrik, air minum, telepon dan sebagainya untuk
melayani pengembangan kawasan sesuai dengan rencana tata ruang.
Insentif dapat diberikan dari pemerintah kepada pemerintah daerah; antar
pemerintah daerah yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari daerah
yang penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah
yang dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah
46
47
50
c.
d.
2. Pengajuan bukti
Sesudah bukti-bukti penyebab pelanggaran terkumpul, langkah selanjutnya
mengajukan alat-alat bukti ke meja persidangan/pengadilan.
3. Pembuktian
Pembuktian menempati posisi penting dalam pemeriksaan suatu kasus.
Hakim dalam menjatuhkan putusan/vonis, berpedoman pada hasil pembuktian
ini.
4. Pengenaan sanksi
Bentuk vonis yang akan dikenakan kepada pelanggar dapat berupa sanksi
administratif, sanksi perdata, atau sanksi pidana yang akan disesuaikan
dengan bentuk pelanggaran, motif pelanggaran, dan waktu terjadinya
pelanggaran.
51
Tabel 9
No.
1
.
52
c.
d.
e.
f.
g.
peringatantertulis;
penghentian
sementara
kegiatan;
penghentian
sementara
pelayananumum;
penutupanlokasi;
pembongkaran
bangunan;
pemulihanfungsi
ruang;dan/atau
denda
administratif
Keterangan
Dalamperingatantertulisdijelaskan
jenispelanggarandankewajiban
pelanggaruntukdipatuhidalambatas
waktutertentu
Apabilaperingatantertulistidak
dihiraukanolehpelanggarmakadapat
dikenakansanksiadministratifsesuai
ketentuanadministrasiyangberlaku,
yangjenissanksinyadapatberupab,
c,d,e,f,dan/ataug
Untukkegiatanyanglokasinyasesuai
rencanatataruang,sanksiyangdapat
dikenakanadalahdikenaidenda
dengandiharuskanuntukmengurus
prosesperizinannya.
Apabilaterdapatindikasitindakpidana
makasanksipidanaakandikenakan
sesuaidenganhukumacarapidana
yangberlaku.
No.
2
Bentuk
Pelanggaran
Kegiatan
yang
memanfaatk
anruang
padaKRLGB
danKRGB
yangtidak
sesuai
denganizin
pemanfaatan
ruangnya
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kegiatan
yang
memanfaatk
anruang
padaKRLGB
danKRGB
yangtidak
sesuai
dengan
persyaratan
izin
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
peringatantertulis;
penghentian
sementara
kegiatan;
penghentian
sementara
pelayananumum;
penutupanlokasi;
pencabutanizin;
pembatalanizin;
pembongkaran
bangunan;
pemulihanfungsi
ruang;dan/atau
denda
administratif
peringatantertulis;
penghentian
sementara
kegiatan;
penghentian
sementara
pelayananumum;
penutupanlokasi;
pencabutanizin;
pembatalanizin;
pembongkaran
bangunan;
pemulihanfungsi
ruang;dan/atau
denda
administratif
Keterangan
Dalamperingatantertulisdijelaskan
jenispelanggarandankewajiban
pelanggaruntukdipatuhidalambatas
waktutertentu
Apabilaperingatantertulistidak
dihiraukanolehpelanggarmakadapat
dikenakansanksiadministratifsesuai
ketentuanadministrasiyangberlaku,
yangjenissanksinyadapatberupab,
c,d,e,f,g,hdan/ataui
Apabilaterdapatindikasitindakpidana
makasanksipidanaakandikenakan
sesuaidenganhukumacarapidana
yangberlaku.
Dalamperingatantertulisdijelaskan
jenispelanggarandankewajiban
pelanggaruntukdipatuhidalambatas
waktutertentu.
Apabilaperingatantertulistidak
dihiraukanolehpelanggarmakadapat
dikenakansanksiadministratifsesuai
ketentuanadministrasiyangberlaku,
yangjenissanksinyadapatberupab,
c,d,e,f,g,hdan/ataui.
Apabilaterdapatindikasitindakpidana
makasanksipidanaakandikenakan
sesuaidenganhukumacarapidana
yangberlaku.
53
No.
4
Bentuk
Pelanggaran
Kegiatan
yang
memanfaatk
anruang
padaKRLGB
danKRGB
yang
menghalangi
akses
terhadap
kawasan
milikumum
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
54
Kegiatan
yang
memanfaatk
anruang
padaKRLGB
danKRGB
yang
memilikiizin
tetapi
izinyang
dikeluarkan/
diterbitkan
atau
diperoleh
tidakmelalui
prosedur
yangbenar
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
peringatantertulis;
penghentian
sementara
kegiatan;
penghentian
sementara
pelayananumum;
penutupanlokasi;
pencabutanizin;
pembatalanizin;
pembongkaran
bangunan;
pemulihanfungsi
ruang;dan/atau
denda
administratif
peringatantertulis;
penghentian
sementara
kegiatan;
penghentian
sementara
pelayananumum;
penutupanlokasi;
pencabutanizin;
pembatalanizin;
pembongkaran
bangunan;
pemulihanfungsi
ruang;dan/atau
denda
administratif
Keterangan
Dalamperingatantertulisdijelaskan
jenispelanggarandankewajiban
pelanggaruntukdipatuhidalambatas
waktutertentu
Apabilaperingatantertulistidak
dihiraukanolehpelanggarmakadapat
dikenakansanksiadministratifsesuai
ketentuanadministrasiyangberlaku,
yangjenissanksinyadapatberupab,
c,d,e,f,g,hdan/ataui
Apabilaterdapatindikasitindakpidana
makasanksipidanaakandikenakan
sesuaidenganhukumacarapidana
yangberlaku.
Dalamperingatantertulisdijelaskan
jenispelanggarandankewajiban
pelanggaruntukdipatuhidalambatas
waktutertentu
Apabilaperingatantertulistidak
dihiraukanolehpelanggarmakadapat
dikenakansanksiadministratifsesuai
ketentuanadministrasiyangberlaku,
yangjenissanksinyadapatberupab,
c,d,e,f,g,hdan/ataui
Apabilaterdapatindikasitindakpidana
makasanksipidanaakandikenakan
sesuaidenganhukumacarapidana
yangberlaku.
Bab V
Tata laksana dalam penataan ruang kawasan rawan letusan
gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi
55
5.1 Kelembagaan
Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana, dilaksanakan
dengan tujuan untuk meminimalkan dampak bencana. Dalam rangka mendukung
hal tersebut perlu dilakukan upaya untuk memperkuat kelembagaan di masingmasing tingkat pemerintahan dalam lingkup kawasan, baik di tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten/kota, serta mengoptimalkan peran masyarakat.
Terkait dengan pembentukan lembaga pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi, dapat ditinjau
dari dua dasar pertimbangan:
1.
2.
Aspek Bencana
Tugas dan kewenangan dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi dapat
diintegrasikan dengan tugas dan kewenangan lembaga dalam
penanggulangan bencana sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (pra bencana, saat terjadinya bencana, pasca
bencana).
Dalam hal ini lembaga yang ditunjuk mempunyai tugas melaksanakan
pengendalian dan kegiatan pemantauan serta evaluasi penanggulangan
bencana.
56
2.
3.
4.
5.
58
Hak masyarakat
Menerima informasi terkait dengan pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi.
Mengetahui secara terbuka pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan
gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi
Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat dari pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi
dan kawasan rawan gempa bumi;
Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pengendalian kawasan rawan
letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
Berperan serta dalam proses pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi
5.2.2
a.
b.
5.2.3
Kewajiban masyarakat
Menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualitas ruang lebih ditekankan
pada keikutsertaan masyarakat untuk lebih mematuhi dan mentaati
segala ketentuan normatif yang ditetapkan dalam pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi, dan mendorong terwujudnya kualitas
ruang yang lebih baik;
Tertib dalam keikutsertaannya pada proses pengendalian pemanfaatan
ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi.
Peran masyarakat
59
e.
f.
g.
h.
5.2.4
Dalam penetapan kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi dan pengendalian kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi dilakukan konsultasi dengan masyarakat untuk
menampung aspirasi yang dapat berupa pendapat, usulan, dan saran-saran.
Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat setempat yang meliputi:
masyarakat yang terkena dampak langsung kegiatan tersebut, LSM, tokoh dan
pemuka masyarakat, masyarakat adat, dan kelompok pemerhati lingkungan.
Konsultasi dengan masyarakat merupakan forum keterlibatan masyarakat dalam
proses pengendalian kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi. Forum ini juga sebagai upaya pencegahan dampak sosial sedini
mungkin.
Konsultasi masyarakat dilaksanakan dengan prinsip dasar sebagai berikut:
a.
b.
c.
60
Tabel 10
TIPOLO
GI
(1)
PENENTUAN
POLA RUANG
(2)
x" Berpotensi
untuk
dikembangkan
menjadi
kawasanbudi
dayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya.
x" Untukkawasan
perkotaanjenis
kegiatanyang
dapat
dikembangkan:
perumahan,
tempatibadah,
pendidikan,
pertahanandan
keamanan,
perdagangan
dan
perkantoran,
industri.
x" Untukkawasan
perdesaanjenis
kegiatanyang
dapat
dikembangkan:
perumahan,
tempatibadah,
pendidikan,
pusatdesa,
pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
perikanan,
pertambangan,
danpariwisata.
"
Hutan
kota
ARAHAN
PERATURAN
ZONASI
(3)
x" Dapat
dikembangkan
menjadi
kawasanbudi
dayadan
berbagai
infrastruktur
x" Diizinkan
untukkegiatan
permukiman
baikdi
perdesaan
maupundi
perkotaan,
sertapusat
desadengan
syarat:
x" Konstruksi
bangunan
beton
bertulang
maupuntidak
bertulang
x" Kepadatan
bangunan
tinggi(>60
unit/Ha),
sedang(3060
unit/Ha),dan
rendah(<30
unit/Ha)
x" Pola
permukiman
dapat
mengelompok
maupun
menyebar
x" Diizinkan
untukkegiatan
perdagangan
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(4)
(5)
(6)
Perizinan
pembangunan
yangberlaku
umum:
x" Pembebasan
tanah
x" Izin
lokasi/fungsi
ruang
x" Persyaratan
Amplop
Ruangdan
Kualitas
Ruang
x" IzinTetap
Kawasan
Industri
x" Izin
Mendirikan
Bangunan
x" Izin
Penggunaan
Bangunan
(IPB)atauIzin
LayakHuni
x" IzinUndang
Undang
Gangguan
(UUG)atau
HO
x" Advice
Planning
x" IzinTempat
Usaha
x" IzinPenam
bangan
BahanGalian
GolonganC
x" Penerbitan
Beschikking
Insentif:
Pemberian
penghargaan
dan
kemudahan
dalam
melaksana
kan
aktivitasnya
mendukung
kelestarian
lingkungan
Disinsentif:
x" Pajakdan
retribusi
yangtinggi
x" Pembatas
an
penyediaa
nsarana
dan
prasarana
x" Memperke
tat
perizinan
x" Peringatan
tertulis
x" penghentian
sementara
kegiatan;
x" penghentian
sementara
pelayanan
umum;
x" penutupan
lokasi;
x" pencabutan
izin;
x" pembatalan
izin;
x" pembong
karan
bangunan;
x" pemulihan
fungsiruang;
dan/atau
x" denda
administratif
69
3"
61
PENENTUAN
POLA RUANG
(2)
ARAHAN
PERATURAN
ZONASI
(3)
dan
perkantoran
dengansyarat:
x" kepadatan
bangunan
diperbolehkan
tinggi(KDB>
70;KLB>200)
hinggarendah
(KDB<50;KLB
<100)
x" Diizinkan
untukkegiatan
industri
dengan
persyaratan
ketatserta
pengawasan
dan
pengendalian
yangketat
dengansyarat:
x" Konstruksi
bangunan
tahangempa
x" Skalaindustri
besar,sedang,
maupunkecil
x" Diizinkan
untukkegiatan
lahanusaha
pertanian
lahanbasah,
pertanian
lahankering,
perikanan,
perkebunan
dengansyarat
pemilihanjenis
vegetasiyang
sesuaiserta
mendukung
konsep
kelestarian
lingkungan.
70
62
70
62
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(4)
(5)
(6)
x" IzinReklame
x" AMDAL
PedomanPedoman
PenataanPenataan
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
Gunung Gunung
Berapi Berapi
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
dan Kawasan
Rawan Gempa
dan Kawasan
RawanBumi
Gempa Bumi 4"
PENENTUAN
POLA RUANG
(2)
x" Berpotensi
untuk
dikembangkan
menjadi
kawasanbudi
dayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya.
x" Untuk
kawasan
perkotaan
jeniskegiatan
yangdapat
dikembangkan
:perumahan,
tempat
ARAHAN
PERATURAN
ZONASI
(3)
x" Diizinkan
untuk
pariwisata
denganjenis
wisatasosio
kulturaldan
wisataagro
kultural
x" Diizinkan
untukkegiatan
pertambang
anrakyat,
antaralain
pertambang
anbatudan
pasir
x" Diizinkan
untuk
pariwisata
denganjenis
wisatasosio
kulturaldan
wisataagro
kultural
x" Diizinkan
untukkegiatan
pertambangan
rakyat
x" Dapat
dikembangkan
menjadi
kawasanbudi
dayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya.
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
perumahan,
baikdi
perdesaan
maupundi
perkotaan,serta
pusatdesa
dengansyarat:
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(4)
(5)
(6)
Perizinan
pembangunan
yangberlaku
umum:
x" Pembebasan
tanah
x" Izin
lokasi/fungsi
ruang
x" Persyaratan
Amplop
Ruangdan
Kualitas
Ruang
x" Izin
Mendirikan
Bangunan
Insentif:
Pemberian
penghargaan
dan
kemudahan
dalam
melaksana
kan
aktivitasnya
mendukung
kelestarian
lingkungan
Disinsentif:
x" Pengawa
san
efektif
x" Peringatan
tertulis
x" Penghentian
sementara
kegiatan
x" Penghentian
sementara
pelayanan
umum
x" Penutupan
lokasi
(kegiatan
pembangunan
dihentikan)
x" Menyesuaikan
bentuk
pemanfaatan
PedomanPedoman
PenataanPenataan
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
Gunung Gunung
Berapi Berapi
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
dan Kawasan
Rawan Gempa
dan Kawasan
RawanBumi
Gempa Bumi
71
5"
71
63
63
ARAHAN
PERATURAN
ZONASI
(3)
PENENTUAN
POLA RUANG
(1)
(2)
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(4)
(5)
(6)
terkait
dengan
pola
ruang
x" Pajak
dan
retribusi
yang
tinggi
x" Pembata
san
penyedi
aan
sarana
dan
prasa
rana
x" Memper
ketat
per
izinan
x" Pencabutan
izin
x" Pembong
karan
bangunan
x" Pemulihan
fungsiruang
x" Denda
(administrasi)
x" Kegiatan
dibatasipada
luasanyang
ditetapkan
x" Menyesuaikan
bentuk
pemanfaatan
x" Izin
x" Konstruksi
Penggunaan
bangunanbeton
Bangunan
bertulang;
(IPB)atauIzin
kepadatan
LayakHuni
bangunan
sedangdan
x" IzinUndang
rendah;pola
Undang
permukiman
Gangguan
menyebar
(UUG)atau
HO
x" Konstruksi
bangunansemi
x" Advice
permanen;
Planning
kepadatan
x" IzinTempat
bangunan
Usaha
tinggi,sedang,
x" Izin
danrendah;
Penamban
pola
ganBahan
permukiman
Galian
mengelompok
GolonganC
danmenyebar
x" Penerbitan
x" Konstruksi
Beeschikking
bangunan
x" IzinReklame
tradisional;
x" AMDAL
kepadatan
bangunan
tinggi,sedang,
danrendah;
pola
permukiman
mengelompok
danmenyebar
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
perdagangan
dan
perkantoran
dengansyarat
kepadatan
bangunan
sedang(KDB50
70;KLB100
200)hingga
rendah(KDB<
50;KLB<100)
ibadah,
pendidikan,
pertahanan
dan
keamanan,
perdagangan
dan
perkantoran,
industri.
x" Untuk
kawasan
perdesaan
jeniskegiatan
yangdapat
dikembangkan
:perumahan,
tempat
ibadah,
pendidikan,
pusatdesa,
pertanian,
perkebunan,
hutan
produksi
terbatas,
perikanan,
pertambangan
,dan
pariwisata.
72
7272
64
PedomanPedoman
Penataan
Pedoman
Penataan
Ruang
Penataan
Kawasan
Ruang
Ruang
Kawasan
Rawan
Kawasan
Letusan
Rawan
Rawan
Letusan
Gunung
Letusan
Gunung
Berapi
Gunung
Berapi
Berapi
dan Kawasan
dandan
Kawasan
Rawan
Kawasan
Gempa
Rawan
Rawan
Bumi
Gempa
Gempa
Bumi
Bumi 6"
PENGENDALIAN
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
PEMANFAATAN
RUANG RUANG
TIPOLO TIPOLO
PENENTUAN
PENENTUANARAHANARAHAN
INSENTIF
INSENTIF
ALTERNATIF
ALTERNATIF
GI
GI
PERATURAN
PERATURAN
PERIZINAN
PERIZINAN
POLA RUANG
POLA RUANG
DISINSENTIF
DISINSENTIF
SANKSI SANKSI
ZONASI ZONASI
(1)
(1)
(2)
(2)
(3)
(3)
(4)
(4)
(5)
(5)
(6)
(6)
x" Diizinkanuntuk
x" Diizinkanuntuk
kegiatan kegiatan
industridengan
industridengan
persyaratan
persyaratan
ketatserta
ketatserta
pengawasan
pengawasan
dan
dan
pengendalian
pengendalian
yangketat:
yangketat:
x" Konstruksi
x" Konstruksi
bangunantahan
bangunantahan
gempa gempa
x" Skalaindustri
x" Skalaindustri
sedang, sedang,
maupunkecil
maupunkecil
x" Diizinkanuntuk
x" Diizinkanuntuk
kegiatanlahan
kegiatanlahan
usahapertanian
usahapertanian
lahanbasah,
lahanbasah,
pertanianlahan
pertanianlahan
kering, kering,
perikanan,perikanan,
perkebunan
perkebunan
dengansyarat
dengansyarat
pemilihanjenis
pemilihanjenis
vegetasiyang
vegetasiyang
sesuaiserta
sesuaiserta
mendukung
mendukung
konsep konsep
kelestarian
kelestarian
lingkungan.
lingkungan.
x" Diizinkanuntuk
x" Diizinkanuntuk
pariwisatapariwisata
denganjenis
denganjenis
wisatabiotis
wisatabiotis
danabiotis
danabiotis
x" Diizinkanuntuk
x" Diizinkanuntuk
kegiatan kegiatan
pertambangan
pertambangan
rakyat,antara
rakyat,antara
lain
lain
pertambangan
pertambangan
batudanpasir
batudanpasir
x" Untukkawasan
x" Untukkawasan
yangtidakyangtidak
PedomanPedoman
Penataan
Pedoman
Penataan
Ruang
Penataan
Kawasan
Ruang
Ruang
Kawasan
Rawan
Kawasan
Letusan
Rawan
Rawan
Letusan
Gunung
Letusan
Gunung
Berapi
Gunung
Berapi
Berapi
dan Kawasan
dandan
Kawasan
Rawan
Kawasan
Gempa
Rawan
Rawan
Bumi
Gempa
Gempa
Bumi
Bumi
73
7373
7" 65 7" 65
PENENTUAN
POLA RUANG
(2)
x" Ditentukan
sebagai
kawasan
lindung
x" Padakawasan
perdesaan
masihdapat
dimanfaatkan
sebagai
kawasanbudi
dayaterbatas,
antaralain
kegiatan
pertanian,
perkebunan,
kehutanandan
pariwisata
ARAHAN
PERATURAN
ZONASI
(3)
konsistendalam
pemanfaatan,
akan
dikembalikan
padakondisi
danfungsi
semulasecara
bertahap.
x" Ditentukan
sebagai
kawasan
lindung
x" Masihdapat
dimanfaatkan
sebagai
kawasanbudi
dayaterbatas,
antaralain:
x" kehutanan
x" pariwisata
denganjenis
wisatageofisik
(kawasan
puncakgunung
berapi)
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(4)
(5)
(6)
Prinsip,tidak
diizinkanuntuk
semuajenis
kegiatan
pembangunan
fisik
Insentif:
x" Penghar
gaan
kepada
yang
melaku
kan
kegiatan
pelestari
an
lingkung
an
x" subsidi
silang
Disinsentif:
x" Tidak
diba
ngun
sarana
danpra
sarana
transpor
tasi,air
baku,
listrik,
permuki
man
x" Relokasi,
resettlement,
evakuasi
x" Pembatalan
izin
x" Pencabutan
izin
x" Penghentian
kegiatan
x" Penutupan
lokasi
kegiatan
x" Pembong
karan
x" Gantirugi,
denda
setinggi
tingginya
74
66
66
Tabel 11
TIPOLO
GI
(1)
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
x" Berpotensiuntuk
dikembangkan
menjadikawasan
budidayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya.
x" Untukkawasan
perkotaanjenis
kegiatanyang
dapat
dikembangkan:
perumahan,
tempatibadah,
pendidikan,
pertahanandan
keamanan,
perdagangandan
perkantoran,
industri,dan
pariwisata
x" Untukkawasan
perdesaanjenis
kegiatanyang
dapat
dikembangkan:
perumahan,
tempatibadah,
pusatdesa,
pertanian,
perikanan,
perkebunan,
kehutanan,
pertambangan,
danpariwisata.
x" Dapat
dikembangkan
menjadi
kawasanbudi
dayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya.
x" Diizinkanuntuk
kegiatanperuma
han,baikdi
perdesaan
maupundi
perkotaan,serta
pusatdesa
dengansyarat:
a." Konstruksi
bangunan
beton
bertulang
maupun
tidak
bertulang
b." Kepadatan
bangunan
tinggi(>60
unit/Ha),
sedang(30
60unit/Ha),
danrendah
(<30
unit/Ha)
c." Pola
permukiman
dapat
mengelompo
kmaupun
menyebar
Perizinan
pembangunan
yangberlaku
umum:
x" Pembe
basan
tanah
x" Izinlokasi/
fungsi
ruang
x" Persyaratan
Amplop
Ruangdan
Kualitas
Ruang
x" IzinTetap
Kawasan
Industri
x" Izin
Mendirikan
Bangunan
x" Izin
Penggunaa
nBangunan
(IPB)atau
IzinLayak
Huni
x" Izin
Undang
Undang
Gangguan
(UUG)atau
HO
x" Advice
Planning
x" IzinTempat
Usaha
x" Izin
Insentif:
Pemberian
penghargaan
dan
kemudahan
dalam
melaksanakan
aktivitasnya
mendukung
kelestarian
lingkungan
Disinsentif:
Penggunaan
ruangyang
tidaksesuai
penentuan
polaruang
dikenakan
disinsentif
berupa:
x" Pajakdan
retribusi
yangtinggi
x" Pemba
tasan
penyediaan
saranadan
prasarana
x" Memper
ketat
perizinan
x" Peringatan
tertulis
x" Penghentian
sementara
kegiatan
x" Penghentian
sementara
pelayanan
umum
x" Penutupan
lokasi
(kegiatan
pemba
ngunan
dihentikan)
x" Menyesuai
kanbentuk
pemanfaatan
x" Pencabutan
izin
x" Pembong
karan
bangunan
x" Pemulihan
fungsiruang
x" Denda
(administrasi)
x" Kegiatan
dibatasipada
luasanyang
ditetapkan
x" Menyesuai
kanbentuk
pemanfaatan
x" Kurungan
PedomanPedoman
PenataanPenataan
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
Gunung Gunung
Berapi Berapi
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
dan Kawasan
Rawan Gempa
dan Kawasan
RawanBumi
Gempa Bumi
9"
75
67
75
67
TIPOLO
GI
(1)
76
76
68
PENENTUAN
POLA RUANG
DAN STRUKTUR
RUANG
(2)
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(3)
(4)
(5)
(6)
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
perdagangandan
perkantoran
dengansyarat
a." Konstruksi
bangunan
tahan
gempa
b." kepadatan
bangunan
diperboleh
kantinggi
(KDB>70;
KLB>200)
hingga
rendah(KDB
<50;KLB<
100)
x" Diizinkanuntuk
kegiatanindustri
dengan
persyaratan
ketatserta
pengawasandan
pengendalian
yangketat:
a." Konstruksi
bangunan
tahan
gempa
b." Skala
industri
besar,
sedang,
maupun
kecil
x" Diizinkanuntuk
kegiatanlahan
usahapertanian
lahanbasah,
pertanianlahan
kering,
perikanan,
perkebunan
Penamban
ganBahan
Galian
GolonganC
x" Penerbitan
Beschikking
Izin
Reklame
x" AMDAL
PedomanPedoman
PenataanPenataan
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
Gunung Gunung
Berapi Berapi
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
dan Kawasan
Rawan Gempa
dan Kawasan
RawanBumi
Gempa Bumi:"
TIPOLO
GI
(1)
PENENTUAN
POLA RUANG
DAN STRUKTUR
RUANG
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
x" Berpotensiuntuk
dikembangkan
menjadikawasan
budidayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya
dengan
mempertimbang
kankarakteristik
alam.
x" Untukkawasan
perkotaanjenis
kegiatanyang
dapat
dikembangkan:
perumahan,
tempatibadah,
pendidikan,
pertahanandan
keamanan,
perdagangandan
perkantoran,
dengansyarat
pemilihanjenis
vegetasiyang
sesuaiserta
mendukung
konsep
kelestarian
lingkungan.
x" Diizinkanuntuk
pariwisata
denganjenis
wisatasosio
kulturaldan
wisataagro
kultural.
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
pertambangan
rakyat,antara
lain
pertambangan
batudanpasir
x" Dapat
dikembangkan
menjadikawasan
budidayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya.
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
perumahan,baik
diperdesaan
maupundi
perkotaan,serta
pusatdesa
dengansyarat:
a." Konstruksi
bangunan
beton
bertulang;
kepadatan
bangunan
sedangdan
rendah;pola
Perizinan
pembangunan
yangberlaku
umum:
x" Pembebasa
ntanah
x" Izin
lokasi/fung
siruang
x" Persyaratan
Amplop
Ruangdan
Kualitas
Ruang
x" Izin
Mendirikan
Bangunan
x" Izin
Penggunaa
nBangunan
(IPB)atau
IzinLayak
Huni
Insentif:
Pemberian
penghargaan
dan
kemudahan
dalam
melaksanakan
aktivitasnya
mendukung
kelestarian
lingkungan
Disinsentif:
Penggunaan
ruangyang
tidaksesuai
penentuan
polaruang
dikenakan
disinsentif
berupa:
x" Pengawasa
nefektif
x" Peringatan
tertulis
x" Penghentian
sementara
kegiatan
x" Penghentian
sementara
pelayanan
umum
x" Penutupan
lokasi
(kegiatan
pembanguna
ndihentikan)
x" Menyesuaika
nbentuk
pemanfaatan
x" Pencabutan
izin
x" Pembongkara
nbangunan
x" Pemulihan
77
;"69
69
TIPOLO
GI
(1)
78
78
70
PENENTUAN
POLA RUANG
DAN STRUKTUR
RUANG
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
industri,dan
pariwisata.
x" Untukkawasan
perdesaanjenis
kegiatanyang
dapat
dikembangkan:
perumahan,
tempatibadah,
pendidikan,pusat
desa,pertanian,
perikanan,
perkebunan,
hutanproduksi
terbatas,dan
pariwisata.
permukiman
menyebar
b." Konstruksi
bangunan
semi
permanen;
kepadatan
bangunan
tinggi,
sedang,dan
rendah;pola
permukiman
mengelompo
kdan
menyebar
c." Konstruksi
bangunan
tradisional;
kepadatan
bangunan
tinggi,
sedang,dan
rendah;pola
permukiman
mengelom
pokdan
menyebar
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
perdagangandan
perkantoran
dengansyarat:
a." Konstruksi
bangunan
tahangempa
b." kepadatan
bangunan
diperbolehka
ntinggi(KDB
>70;KLB>
200)hingga
rendah(KDB<
50;KLB<100)
x" Diizinkanuntuk
kegiatanindustri
x" Izin
Undang
Undang
Gangguan
(UUG)atau
HO
x" Advice
Planning
x" IzinTempat
Usaha
Penerbitan
Beeschikkin
gIzin
Reklame
x" AMDAL
terkait
dengan
polaruang
x" Pajakdan
retribusi
yangtinggi
x" Pembatasa
n
penyediaan
saranadan
prasarana
x" Memperket
atperizinan
fungsiruang
x" Denda
(administrasi)
x" Kegiatan
dibatasipada
luasanyang
ditetapkan
x" Menyesuaika
nbentuk
pemanfaatan
x" Kurungan
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
PedomanPedoman
PenataanPenataan
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
Gunung Gunung
Berapi Berapi
dan Kawasan
RawanBumi
Gempa Bumi
dan Kawasan
Rawan Gempa
32"
TIPOLO
GI
(1)
PENENTUAN
POLA RUANG
DAN STRUKTUR
RUANG
(2)
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(3)
(4)
(5)
(6)
dengan
persyaratan
ketatserta
pengawasandan
pengendalian
yangketat:
a." Konstruksi
bangunan
tahangempa
b." Skalaindustri
besar,
sedang,
maupunkecil
x" Diizinkanuntuk
kegiatanlahan
usahapertanian
lahanbasah,
pertanianlahan
kering,
perikanan,
perkebunan
dengansyarat
pemilihanjenis
vegetasiyang
sesuaiserta
mendukung
konsep
kelestarian
lingkungan.
x" Diizinkanuntuk
pariwisata
denganjenis
wisatasosio
kulturaldan
wisataagro
kultural
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
pertambangan
rakyat,antara
lain
pertambangan
batudanpasir
79
33"
71
71
TIPOLO
GI
(1)
80
80
72
PENENTUAN
POLA RUANG
DAN STRUKTUR
RUANG
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
x" Berpotensiuntuk
dikembangkan
menjadikawasan
budidayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya
dengan
mempertimbang
kankarakteristik
alam.
x" Untukkawasan
perkotaanjenis
kegiatanyang
dapat
dikembangkan:
perumahan,
tempatibadah,
pendidikan,
pertahanandan
keamanan,
perdagangandan
perkantoran,
industri,dan
pariwisata.
x" Untukkawasan
perdesaanjenis
kegiatanyang
dapat
dikembangkan:
perumahan,
tempatibadah,
pendidikan,
pusatdesa,
pertanian,
perkebunan,
kehutanan,dan
pariwisata.
x" Dapat
dikembangkan
menjadikawasan
budidayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya.
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
perumahan,baik
diperdesaan
maupundi
perkotaan,serta
pusatdesa
dengansyarat:
a." Konstruksi
bangunan
semi
permanen;
kepadatan
bangunan
sedangdan
rendah;pola
permukiman
mengelom
pokdan
menyebar
b." Konstruksi
bangunan
tradisional;
kepadatan
bangunan
sedangdan
rendah;pola
permukiman
mengelom
pokdan
menyebar
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
perdagangandan
perkantoran
dengansyarat:
a." Konstruksi
bangunan
Perizinan
pembangunan
yangberlaku
umum:
x" Pembe
basan
tanah
x" Izin
lokasi/fung
siruang
x" Persyaratan
Amplop
Ruangdan
Kualitas
Ruang
x" IzinTetap
Kawasan
Industri
x" Izin
Mendirikan
Bangunan
x" Izin
Penggunaa
nBangunan
(IPB)atau
IzinLayak
Huni
x" Izin
Undang
Undang
Gangguan
(UUG)atau
HO
x" Advice
Planning
x" IzinTempat
Usaha
x" Penerbitan
Beeschikkin
gIzin
Reklame
x" AMDAL
Insentif:
Pemberian
penghargaan
dan
kemudahan
dalam
melaksanakan
aktivitasnya
mendukung
kelestarian
lingkungan
Disinsentif:
Penggunaan
ruangyang
tidaksesuai
penentuan
polaruang
dikenakan
disinsentif
berupa:
x" Peng
awasan
efektif
terkait
dengan
polaruang
x" Pajakdan
retribusi
yangtinggi
x" Pemba
tasan
penyediaan
saranadan
prasarana
x" Memper
ketat
perizinan
x" Peringatan
tertulis
x" Penghentian
sementara
kegiatan
x" Penghentian
sementara
pelayanan
umum
x" Penutupan
lokasi
(kegiatan
pemba
ngunan
dihentikan)
x" Menyesuai
kanbentuk
pemanfaatan
x" Pencabutan
izin
x" Pembong
karan
bangunan
x" Pemulihan
fungsiruang
x" Denda
(administrasi)
x" Kegiatan
dibatasipada
luasanyang
ditetapkan
x" Menyesuai
kanbentuk
pemanfaatan
x" Kurungan
PedomanPedoman
PenataanPenataan
Ruang Kawasan
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
Rawan Letusan
Gunung Gunung
Berapi Berapi
34"
dan Kawasan
dan Kawasan
Rawan Gempa
RawanBumi
Gempa Bumi
TIPOLO
GI
(1)
PENENTUAN
POLA RUANG
DAN STRUKTUR
RUANG
(2)
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(3)
(4)
(5)
(6)
tahangempa
b." kepadatan
bangunan
diperboleh
kantinggi
(KDB>70;
KLB>200)
hingga
rendah(KDB
<50;KLB<
100)
x" Diizinkanuntuk
kegiatanindustri
dengan
persyaratan
ketatserta
pengawasandan
pengendalian
yangketat:
a." Konstruksi
bangunan
tahangempa
b." Skalaindustri
sedangdan
kecil
x" Diizinkanuntuk
kegiatanlahan
usahapertanian
lahanbasah,
pertanianlahan
kering,
perikanan,
perkebunan
dengansyarat
pemilihanjenis
vegetasiyang
sesuaiserta
mendukung
konsep
kelestarian
lingkungan.
x" Diizinkanuntuk
pariwisata
denganjenis
wisatasosio
81
35"73
73
TIPOLO
GI
(1)
82
82
74
PENENTUAN
POLA RUANG
DAN STRUKTUR
RUANG
(2)
x" Berpotensiuntuk
dikembangkan
menjadikawasan
budidaya
terbatasdan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya
dengan
ketentuan
bahwa
infrastruktur
tersebutharus
tahangempa.
x" Kegiatantidak
diperbolehkan
untuk
dikembangkan
mengingat
tingkat
kerawanan
akibatgempa
yang
membahayakan
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(3)
(4)
(5)
(6)
Perizinan
pembangunan
yangberlaku
umum:
x" Pembe
basan
tanah
x" Izin
lokasi/fung
siruang
x" Persyaratan
Amplop
Ruangdan
Kualitas
Ruang
x" Izin
Undang
Undang
Gangguan
(UUG)atau
HO
x" Advice
Planning
x" AMDAL
Insentif:
x" Pengharga
ankepada
yang
melakukan
kegiatan
pelestarian
lingkungan
x" Subsidi
silang
Disinsentif:
x" tidak
dibangun
saranadan
prasarana
trans
portasi,air
baku,listrik,
per
mukiman
x" Relokasi,
resettlement,
evakuasi
x" Pembatakan
izin
x" Pencabutan
izin
x" Penghentian
kegiatan
x" Penutupan
lokasi
kegiatan
x" Pembong
karan
x" Gantirugi,
denda
setinggi
tingginya
x" Kurungan
kulturaldan
wisataagro
kultural
x" Dapat
dikembangkan
menjadikawasan
budidayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya.
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
perumahan,baik
diperdesaan
maupundi
perkotaan,serta
pusatdesa
dengansyarat:
x" Konstruksi
bangunansemi
permanen;
kepadatan
bangunan
rendah;pola
permukiman
mengelompok
danmenyebar
x" Konstruksi
bangunan
tradisional;
kepadatan
bangunan
rendah;pola
permukiman
mengelompok
danmenyebar
x" Diizinkanuntuk
kegiatan
perdagangandan
perkantoran
dengansyarat:
x" Konstruksi
bangunan
tahangempa
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
PedomanPedoman
PenataanPenataan
Ruang Kawasan
Rawan Letusan
Gunung Gunung
Berapi Berapi
36"
dan Kawasan
RawanBumi
Gempa Bumi
dan Kawasan
Rawan Gempa
TIPOLO
GI
(1)
PENENTUAN
POLA RUANG
DAN STRUKTUR
RUANG
(2)
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(3)
(4)
(5)
(6)
x" kepadatan
bangunan
sedang(KDB
5070;KLB
100200)
x" Diizinkanuntuk
kegiatanindustri
dengan
persyaratan
ketatserta
pengawasandan
pengendalian
yangketat:
x" Konstruksi
bangunan
tahangempa
x" Skalaindustri
kecil
x" Diizinkanuntuk
kegiatanlahan
usahapertanian
lahanbasah,
pertanianlahan
kering,
perikanan,
perkebunan
dengansyarat
pemilihanjenis
vegetasiyang
sesuaiserta
mendukung
konsep
kelestarian
lingkungan.
x" Diizinkanuntuk
pariwisata
denganjenis
wisatasosio
kulturaldan
wisataagro
kultural
83
37"
75
TIPOLO
GI
(1)
PENENTUAN
POLA RUANG
DAN STRUKTUR
RUANG
(2)
x" Tidakberpotensi
untukdikem
bangkanmenjadi
kawasanbudi
dayadan
berbagai
infrastruktur
penunjangnya
mengingattingkat
bahayayang
diakibatkan
sangattinggi
x" Kegiatantidak
dapat
dikembangkan
mengingat
intensitasgempa
yangtinggiserta
dibeberapa
tempatberada
padapotensi
landaantsunami
merusak
x" Ditentukan
sebagaikawasan
lindung
x" Tidakdapat
dikembangkan
sebagaikawasan
budidaya
mengingatrisiko
yangtinggibila
terjadigempa
PERIZINAN
INSENTIF
DISINSENTIF
ALTERNATIF
SANKSI
(4)
(5)
(6)
x" Mutlakharus
dilindungidan
tidaklayak
dibangun
Prinsip,tidak
diizinkan
untuksemua
jeniskegiatan
pembangunan
fisik
Insentif:
x" Penghargaan
kepadayang
melakukan
kegiatan
pelestarian
lingkungan
x" Subsidi
silang
Disinsentif:
x" Tidak
dibangun
saranadan
prasarana
transportasi,
airbaku,
listrik,
permukiman
x" Relokasi,
resettlement,
evakuasi
x" Pembatakan
izin
x" Pencabutan
izin
x" Penghentian
kegiatan
x" Penutupan
lokasikegiatan
x" Pembong
karan
x" Gantirugi,
denda
setinggi
tingginya
x" Kurungan
x" Mutlakharus
dilindungidan
tidaklayak
dibangun
Prinsip,tidak
diizinkan
untuksemua
jeniskegiatan
pembangunan
fisik
Insentif:
x" Penghargaan
kepadayang
melakukan
kegiatan
pelestarian
lingkungan
x" subsidi
silang
Disinsentif:
x" Tidak
dibangun
saranadan
prasarana
transportasi,
airbaku,
listrik,
permukiman
x" Relokasi,
resettlement,
evakuasi
x" Pembatakan
izin
x" Pencabutan
izin
x" Penghentian
kegiatan
x" Penutupan
lokasikegiatan
x" Pembong
karan
x" Gantirugi,
denda
setinggi
tingginya
x" Kurungan
84
76
Lampiran A
Penentuan tingkat risiko kawasan rawan gempa bumi
77
Kemiringan lereng
0-2 (0%-2%)
2-4 (2%-7%)
4-8 (7%-15%)
8-16 (15%-30%)
16-35 (30%-70%)
35-55 (70%-140%)
>55 (>140%)
:
:
:
:
:
:
:
Wilayah dengan kemiringan lereng antara 0% hingga 15% akan stabil terhadap
kemungkinan longsor, sedangkan di atas 15% potensi untuk terjadi longsor pada
saat kawasan rawan gempa bumi akan semakin besar.
3
Kegempaan
MMI
78
Faktor kegempaan
Richter
< 0,05 g
<5
vi, vii
0,05 0,15 g
56
viii
0,15 0,30 g
6 6,5
> 0,30 g
> 6,5
79
INTENSITAS SKALA
DAMPAK
(MMI)
I
Tidakterasa.
Terasahanyaolehorangdalamkeadaanistirahat,terutamaditingkattingkatatas
II
bangunanatauditempattempatyangtinggi.
Terasadidalamrumah,tetapibanyakyangtidakmenyangkakalauadagempabumi.
III
Getaranterasasepertiadatrukkecillewat.
Terasadidalamrumahsepertiadatrukberatlewatatauterasasepertiadabarang
beratyangmenabrakdindingrumah.Barangbarangyangbergantungbergoyang
IV
goyang,jendeladanpintuberderik,barangpecahbelahpecah,gelasgelas
gemerincing,dindingdanrangkarumbahberbunyi.
Dapatdirasakandiluarrumah.Orangtidurterbangun,cairantampakbergerakgerak
dantumpahsedikit.Barangperhiasanrumahyangkecildantidakstabilbergerakatau
V
jatuh.Pintupintuterbukatertutup,pigurapiguradindingbergerak,loncengbandul
berhentiataumatiatautidakcocokjalannya.
Terasaolehsemuaorang.Banyakoranglarikeluarkarenaterkejut.Orangsedang
berjalankakiterganggu.Jendelaberderit,gerabah,barangpecahbelahpecah,barang
VI
barangkecildanbukujatuhdariraknya,gambargambarjatuhdaridinding.Mebel
mebelbergerakatauberputar.Plesterdindingyanglemahpecahpecahdanpohon
pohonterlihatbergoyang.
Dapatdirasakanorangyangsedangmengemudikanmobil.Orangyangsedangberjalan
kakisulituntukberjalandenganbaik,Langitlangitdanbagianbagiankonstruksi
VII
bangunanpadatempatyangtinggirusak.Tembokyangtidakkuatpecah,plester
tembokdanbatubatutembokyangtidakterikatkuatjatuh.Terjadisedikitpergeseran
danlekukanlekukanpadatimbunanpasirdanbatukeikil.
Tabel A2
80
DAMPAK
Mengemudimobilterganggu.Terjadikerusakanpadabangunanbangunanyangkuat
karenabagianbagianyangruntuh.Kerusakanterjadipadatemboktembokyangdibuat
tahanterhadapgetarangetaranhorizontaldabbeberapabagiantembokruntuh.
Cerobongasap,monumentmonumen,menaramenara,dantangkiairyangberadadi
atasberputarataujatuh.Rangkarumahberpindahdarifondasinya.Dindingdinding
yangtidakterikatbaikakanjatuhatauterlempar.Rantingrantingpohonpatahdari
dahannya.Tanahyangbasahdanlerengyangcuramterbelah.
Bangunanyangtidakkuathancur.Bangunanyangkuatmengalamikerusakanberat.
Fondasidanrangkabangunanrusak.Pipadalamtanahputus.Tanahmerekah.Di
daerahalluviumpasirdanlumpurkeluardaridalamtanah.
Padaumumnyasemuatembok,rangkarumahdanfondasirusak.Beberapabangunan
darikayuyangkuatdanjembatanjembatanrusak.Kerusakanberatterjadipada
bendunganbendungan,tanggultangguldantambaktambak.Terjaditanahlongsor
yangbesar.Airdalamkolam,sungaidandanautumpah/muncrat.Terjadiperpindahan
tempatsecarahorizontaldidaerahpantaidandidaerahdaerahyangpermukaan
tanahnyarata.Jalurjalurkeretaapaimenjadisedikitbengkok.
Pipapipadidalamtanahrusaksamasekali.Relkeretaapirusakberat.
Seluruhbangunanrusak.Garispandangcakrawalaterganggu.Batubatudanbarang
barangbesarberpindahtempat,danadayangterlemparkeudara.
XII
XI
IX
VIII
INTENSITAS SKALA
(MMI)
Semakin kecil angka faktor kegempaan yang tercantum pada suatu wilayah, maka
intensitas kawasan rawan gempa bumi di wilayah tersebut akan semakin kecil
dan wilayah akan lebih stabil, begitupun sebaliknya.
4
Struktur geologi
Pembobotan
Pembobotan yang diberikan dalam zonasi ini adalah dari angka 1 hingga 5.
Nilai 1 memberikan arti tingkat kepentingan informasi geologi yang sangat
tinggi, artinya informasi geologi tersebut adalah informasi yang paling
diperlukan untuk mengetahui zonasi bencana alam. Berikut ini urutan
pembobotan yang diberikan dalam zonasi kawasan rawan bencana:
81
Tabel A3
Pembobotan
Pembobotan
Klasifikasi
KepentinganSangatTinggi
KepentinganTinggi
KepentinganSedang
KepentinganRendah
KepentinganSangatRendah
Nilai kemampuan
Nilai kemampuan yang diberikan dalam zonasi ini adalah dari angka 1 hingga
4. Nilai 1 adalah nilai tertinggi suatu wilayah terhadap kemampuannya untuk
stabil terhadap bencana geologi. Nilai 4 adalah nilai untuk daerah yang tidak
stabil terhadap bencana alam geologi. Berikut adalah urutan nilai kemampuan
yang diberikan untuk penentuan skoring kestabilan wilayah:
Tabel A4
Nilai Kemampuan
Klasifikasi
Tinggi
Sedang
Rendah
SangatRendah
Skoring
Skoring merupakan perkalian antara pembobotan dengan nilai
kemampuan, dan dari hasil perkalian tersebut dibuat suatu rentang nilai kelas
yang menunjukkan nilai kemampuan lahan didalam mengahadapi bencana
alam kawasan rawan gempa bumi dan kawasan rawan letusan gunung
berapi.
82
Dari hasil perkalian tersebut maka dapat dibuat land capability ratings atau
tingkat kemampuan lahan sebagai berikut:
Tabel A5
Nilai skor
Klasifikasi Kestabilan
Rentang Skor
Stabil
1530
Kurangstabil
3145
Tidakstabil
4660
TidakStabil
KurangStabil
Stabil
60
45
30
15
83
84
Kegempaan
StrukturGeologi
Batupasir,tufakasar,batulanau,arkose,greywacke,
Batuan)
KemiringanLereng
aglomerat,breksisedimen,konglomerat
DanKeteknikan
NILAI
Terjal(>140%)
2
4
Dekatdenganzonasesar(1001000mdarizonasesar)
Padazonasesar(<100mdarizonasesar)
>6,5
66,5
0,150,30g
>0,30g
56
<0,05g
0,050,15g
Jauhdarizonasesar
IX,X,XI,XII
VIII
VI,VII
I,II,III,IV,V
3
4
CuramSangatCuram(30140%)
D
MiringAgakCuram(730%)
MMI
<5
Lempung,lumpur,lempungorganik,gambut
DatarLandai(07%)
Richter
KEMAMPUAN
Pasir,lanau,batulumpur,napal,tufahalus,serpih
batugamping
Andesit,granit,diorit,metaamorf,breksivolkanik,
KELAS INFORMASI
Geologi(SifatFisik
GEOLOGI
INFORMASI
NO.
BOBOT
16
20
15
10
12
12
SKOR
Tabel A6 Matriks pembobotan untuk kestabilan wilayah terhadap kawasan rawan letusan
gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi komponen (informasi geologi) yang
diperhitungkan
85
31
31
31
31
32
32
32
33
33
33
33
33
33
33
34
34
34
34
34
35
35
35
35
35
1b,2b,3c&4a
1c,2a,3c&4a
1c,2c,3a&4b
1b,2d,3b&4a
1c,2c,3b&4a
1d,2b,3b&4a
1a,2b,3d&4a
1a,2c,3a&4c
1a,2d,3b&4b
1b,2a,3d,&4a
1c,2a,3a&4c
1c,2b,3b&4b
1d,2d,3a&4a
1a,2d,3c&4a
1b,2c,3c&4a
1c,2b,3c&4a
1d,2a,3c&4a
1d,2c,3a&4b
1a,2b,3b&4c
1a,2c,3b&4b
1a,2c,3c&4b
1c,2d,3b&4a
1d,2c,3b&4a
SKOR
1a,2c,3c&4a
KELAS
INFORMASI
TIPOLO
GI
KETERANGAN
Tipologi A
1a.Andesit,granit,diorit,metamorf,breksivolkanik,aglomerat,breksisedimen,
konglomerat
1b.Batupasir,tufakasar,batulanau,arkose,greywacke,batugamping
1c.Pasir,lanau,batulumpur,napal,tufahalus,serpih
1d.Lempung,lumpur,lempungorganik,gambut
2a.DatarLandai(07%)
2b.MiringAgakCuram(730%)
2c.CuramSangatCuram(30140%)
2d.Terjal(>140%)
3a.MMI(I,II,III,IV,V)
3b.MMI(VI,VII)
3c.VIII
3d.IX,X,XI,XII)
4a.Jauhdarizonasesar
4b.Dekatdenganzonasesar(1001000mdarizonasesar)
4c.Padazonasesar(<100mdarizonasesar)
Tabel B1
Lampiran B
Tipologi kawasan rawan gempa bumi
86
36
36
36
36
36
36
36
37
37
37
38
38
38
38
38
39
39
39
39
39
39
40
40
40
1b,2b,3d&4a
1b,2c,3a&4c
1b,2d,3b&4b
1c,2a,3d,&4a
1d,2a,3a&4c
1d,2b,3b&4b
1b,2d,3c&4a
1c,2c,3c&4a
1d,2b,3c&4a
1a,2d,3c&4b
1b,2b,3b&4c
1b,2c,3b&4b
1b,2c,3c&4b
1d,2d,3b&4a
1a,2d,3d&4a
1b,2c,3d&4a
1c,2b,3d&4a
1c,2c,3a&4c
1c,2d,3b&4b
1d,2a,3d,&4a
1a,2c,3d&4b
1c,2d,3c&4a
1d,2c,3c&4a
SKOR
1a,2c,3d&4a
KELAS
INFORMASI
TIPOLOGI
KETERANGAN
Tipologi B
1a. Andesit, granit, diorit, metamorf, breksi volkanik, aglomerat, breksi sedimen,
konglomerat
1b.Batupasir,tufakasar,batulanau,arkose,greywacke,
batugamping
1c.Pasir,lanau,batulumpur,napal,tufahalus,serpih
1d.Lempung,lumpur,lempungorganik,gambut
2a.DatarLandai(07%)
2b.MiringAgakCuram(730%)
2c.CuramSangatCuram(30140%)
2d.Terjal(>140%)
3a.MMI(I,II,III,IV,V)
3b.MMI(VI,VII)
3c.VIII
3d.IX,X,XI,XII)
4a.Jauhdarizonasesar
4b.Dekatdenganzonasesar(1001000mdarizonasesar)
4c.Padazonasesar(<100mdarizonasesar)
Tabel B2
87
41
41
41
41
41
42
42
42
42
42
43
43
43
43
44
44
44
44
45
45
1b,2d,3c&4b
1c,2b,3b&4c
1c,2c,3b&4b
1c,2c,3c&4b
1b,2d,3d&4a
1c,2c,3d&4a
1d,2b,3d&4a
1d,2c,3a&4c
1d,2d,3b&4b
1a,2c,3b&4c
1a,2c,3c&4c
1a,2d,3d&4b
1b,2c,3d&4b
1c,2d,3c&4b
1d,2b,3b&4c
1d,2c,3b&4b
1d,2c,3c&4b
1c,2d,3d&4a
1d,2c,3d&4a
SKOR
1a,2d,3b&4c
KELAS
INFORMASI
TIPOLOGI
KETERANGAN
Tipologi C
1a.Andesit,granit,diorit,metamorf,breksivolkanik,aglomerat,
breksisedimen,konglomerat
1b.Batupasir,tufakasar,batulanau,arkose,greywacke,
batugamping
1c.Pasir,lanau,batulumpur,napal,tufahalus,serpih
1d.Lempung,lumpur,lempungorganik,gambut
2a.DatarLandai(07%)
2b.MiringAgakCuram(730%)
2c.CuramSangatCuram(30140%)
2d.Terjal(>140%)
3a.MMI(I,II,III,IV,V)
3b.MMI(VI,VII)
3c.VIII
3d.IX,X,XI,XII)
4a.Jauhdarizonasesar
4b.Dekatdenganzonasesar(1001000mdarizonasesar)
Tabel B3
88
46
46
46
46
46
47
47
48
48
49
49
49
49
49
50
1b,2c,3b&4c
1b,2c,3c&4c
1b,2d,3d&4b
1c,2c,3d&4b
1c,2d,3b&4c
1d,2d,3c&4b
1a,2c,3d&4c
1d,2d,3d&4a
1b,2d,3c&4c
1c,2c,3b&4c
1c,2c,3c&4c
1c,2d,3d&4b
1d,2c,3d&4b
1d,2d,3b&4c
SKOR
1a,2d,3c&4c
KELAS
INFORMASI
TIPOLOGI
KETERANGAN
Tipologi D
4b.Dekatdenganzonasesar(1001000mdarizonasesar)
4a.Jauhdarizonasesar
3d.IX,X,XI,XII)
3c.VIII
3b.MMI(VI,VII)
3a.MMI(I,II,III,IV,V)
2d.Terjal(>140%)
2c.CuramSangatCuram(30140%)
2b.MiringAgakCuram(730%)
2a.DatarLandai(07%)
1d.Lempung,lumpur,lempungorganik,gambut
1c.Pasir,lanau,batulumpur,napal,tufahalus,serpih
batugamping
1b.Batupasir,tufakasar,batulanau,arkose,greywacke,
breksisedimen,konglomerat
1a.Andesit,granit,diorit,metamorf,breksivolkanik,aglomerat,
Tabel B4
89
51
51
52
52
52
52
54
54
55
57
57
60
1b,2c,3d&4c
1c,2d,3c&4c
1d,2c,3b&4c
1d,2c,3c&4c
1d,2d,3d&4b
1b,2d,3d&4c
1c,2c,3d&4c
1d,2d,3c&4c
1c,2d,3d&4c
1d,2c,3d&4c
1d,2d,3d&4c
SKOR
1a,2d,3d&4c
KELAS INFORMASI
TIPOLOGI
Tabel B5
4c.Padazonasesar(<100mdarizonasesar)
4b.Dekatdenganzonasesar(1001000mdarizonasesar)
4a.Jauhdarizonasesar
3d.IX,X,XI,XII)
3c.VIII
3b.MMI(VI,VII)
3a.MMI(I,II,III,IV,V)
2d.Terjal(>140%)
2c.CuramSangatCuram(30140%)
2b.MiringAgakCuram(730%)
2a.DatarLandai(07%)
1d.Lempung,lumpur,lempungorganik,gambut
1c.Pasir,lanau,batulumpur,napal,tufahalus,serpih
batugamping
1b.Batupasir,tufakasar,batulanau,arkose,greywacke,
sedimen,konglomerat
KETERANGAN
1a.Andesit,granit,diorit,metamorf,breksivolkanik,aglomerat,breksi