Anda di halaman 1dari 24

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah lingkungan yang kita hadapi pada hakikatnya adalah masalah
ekologi manusia. Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang
menyebabkan lingkungan itu tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung
kehidupan manusia. Akibatnya adalah terganggunya kesejahteraan manusia. Di
kalangan ilmuwan khususnya pakar Biologi lingkungan telah lama mendapatkan
perhatian khusus.
Hal ini tidaklah mengherankan karena ekologi merupakan ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya
merupakan salah satu cabang biologi yang penting. Dalam permasalahan
lingkungan, yang dipersoalkan ialah perubahan yang diakibatkan oleh perbuatan
manusia. Dengan makin besarnya jumlah manusia yang disertai dengan kebutuhan
yang meningkat per orangnya dan meningkatnya kemampuan manusia untuk
melakukan intervensi terhadap alam, baik alam abiotik maupun alam biotik,
perubahan yang terjadi pada lingkungan makin besar pula. Perubahan yang makin
besar itu misalnya arus energi dan daur materi, telah mengganggu proses alam
sehingga banyak fungsi ekologi alam terganggu pula. Dampak gangguan fungsi
ekologi alam terhadap kesejahteraan manusia makin terasa pula baik secara nyata
maupun potensial. Inilah yang dirisaukan sejak puluhan tahun yang lalu dan
masalah tidak tampak berkurang, melainkan malahan nampak makin bertambah.

Konferensi Stockholm
Sejak tahun 1950-an, masalah lingkungan mendapatkan perhatian tidak

saja dari para ilmuwan, melainkan juga masyarakat umum dan politisi. Memicu
perhatian itu ialah terutama terjadinya pencemaran oleh limbah industri dan
pertambangan serta pestisida. Misalnya, di Jepang dalam tahun 1940-an dan 1950an terjadi pencemaran oleh air raksa (Hg) dari limbah industri dan oleh cadmium
(Cd) dari limbah pertambangan (Zn). Pencemaran itu telah menyebabkan penyakit
keracunan yang berturut-turut disebut penyakit Minamata (itai-itai). Nama
penyakit Minamata diambil dari tempat terjadinya keracunan tersebut yaitu di

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

teluk Minam\ata. Secara harfiah penyakit itai-itai berarti aduh-aduh, karena para
korban mengaduh kesakitan. Kedua penyakit itu telah merenggut banyak korban
jiwa.
Di Amerika, pada tahun 1962, terbitlah buku yang dikarang oleh Rachel
Carson dan berjudul The Silent Spring dalam buku ini Carson menguraikan
tentang adanya penyakit baru yang mengerikan dan kematian hewan yang
disebabkan oleh pencemaran. Musim semi menjadi sunyi. Laporan tentang
pencemaran pun bertambah banyak.
Suara keprihatinan mengenai lingkungan semakin keras. Suara itu
mulanya hanya terdapat di negara maju, karena di negara itulah orang merasa
bahwa hidupnya yang aman dan makmur terancam oleh berbagai masalah
lingkungan itu. Akan tetapi mereka tidak hanya mempermasalahkan lingkungan di
negara maju, melainkan juga lingkungan di negara sedang berkembang.
Di negara sedang berkembang orang semula berpendapat bahwa masalah
itu bukan masalah mereka. Mereka pun menentang gerakan lingkungan yang
tumbuh di negara maju, karena gerakan itu dianggap akan menghambat usaha
pembangunan. Namun ternyata di negara sedang berkembang pun terdapat
masalah lingkungan. Misalnya di kota Sao Paulo Brazil dan banyak di kota Cina
pencemaran udara tidak kalah parahnya dibanding negara maju. Lingkungan
perairan pun banyak yang tercemar oleh limbah rumah tangga, misalnya tinja,
sehingga sering terjadi ledakan penyakit muntah berak. Sehingga munculah
kesadaran akan adanya masalah lingkungan makin meluas.
Dengan kesadaran makin meluas itu pada tahun 1972 berkumpulah lebih
dari 100 negara anggota PBB di Stockholm untuk membicarakan masalah
lingkungan yang dihadapi dunia. Konferensi itu kini dikenal dengan Konferensi
Stockholm. Dengan adanya konferensi ini lingkungan tidak lagi merupakan
masalah satu negara saja, melainkan telah menjadi masalah internasional.
Konferensi itu pun sepakat untuk mengusulkan didirikannya sebuah badan PBB
khusus untuk masalah lingkungan. Badan itu kemudian didirikan dengan nama
United Nations Environmental Programme yang bermarkas besar di Nairobi,
Kenya.

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Pembangunan Berkelanjutan
Dengan adanya Konferensi Stockholm masalah lingkungan yang dihadapi

dunia tidak dapat teratasi. Pada satu pihak negara maju masih meneruskan pola
hidupnya yang mewah dan boros serta yang mencemari lingkungan. Jumlah
industri, kendaraan bermotor, dan konsumsi energi terus meningkat sehingga
limbah yang dihasilkan makin bertambah banyak. Usaha untuk mengurangi
limbah itu pun tidak banyak dilakukan, termasuk limbah berbahaya dan beracun.
Amerika dan Belanda misalnya, dihebohkan dengan adanya limbah beracun yang
mencemari pemukiman.
Pada lain pihak negara sedang berkembang meningkatkan eksploitasi
sumber daya alamnya untuk dapat meningkatkan pembangunannya dan untuk
membayar utang luar negerinya. Karena kemampuan ekonomi dan teknologi serta
kesadaran lingkungan yang masih terbatas, peningkatan pembangunan itu tidak
disertai dengan tindakan yang memadai untuk melindungi lingkungan.
Maka, kerusakan lingkungan sumber daya karena eksploitasi yang
berlebihan dan cara yang sembrono sehingga pencemaran lingkungan pun terjadi
di negara sedang berkembang. Apabila masalah-masalah ini tidak dapat
dikendalikan tidak saja akan terjadi pengurasan sumber daya melainkan berbagai
fungsi ekologi lingkungan yang berguna bagi manusia akan mengalami
kerusakan. Dengan kerusakan itu tidak saja tumbuhan dan hewan akan terancam
kepunahan, melainkan manusia pun akan menghadapi bahaya yang serupa atau
paling sedikit akan mengalami banyak kesulitan. Gejala kearah itu sudah mulai
terlihat.
Dengan demikian pembangunan yang didambakan akan menaikkan
tingkat kesejahteraan umat manusia justru akan menurunkannya, karena
lingkungan tidak lagi mampu mendukung kehidupan yang sehat. Seharusnya
pembangunan itu tidak bersifat serakah untuk kepentingan diri sendiri melainkan
memperhatikan juga kepentingan anak cucu dengan berusaha meninggalkan
sumber daya yang cukup dan lingkungan yang sehat yang dapat mendukung
kehidupan mereka dengan sejahtera.

Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia mempunyai landasan hukum


yang kuat melalui UU no 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang harus diketahui pada makalah pengolahan
limbah industri pupuk yaitu sebagai berikut:
1. Proses kimia
2. Karakteristik limbah
3. Prinsip pengolahan lingkungan industri pupuk
4. Limbah B3 dan kesehatan
5. Industri dan pencemaran lingkungan
6. Limbah dan masalahnya
7. Pengolahan limbah cair
8. Pemantauan limbah cair industri pupuk.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah pengolahan limbah industri pupuk
ini adalah sebagai berikut :
a) Mengetahui proses limbah industri pupuk
b) Mengetahui prinsip pengolahan limbah industri pupuk
c) Mengetahui karakteristik limbah industri pupuk
1.4 Pembatasan masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka dalam pembahasan ini
kami merasa perlu melakukan pembatasan masalah pada beberapa hal sebagai
berikut :
a) Pengenalan pengolahan limbah pupuk
b) Prinsip pengolahan lingkungan industri pupuk
c) Analisa pemantauan limbah

BAB II
4

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Kimia Pembuatan Ammonia dan Urea
Pupuk Urea yang dikenal dengan nama rumus kimianya NH2CONH2
pertama kali dibuat secara sintetis oleh Frederich Wohler tahun 1928 dengan
mereaksikan garam cyanat dengan ammonium hydroxide.

Gambar 1.1 Pupuk Urea


Pupuk urea yang dibuat PT Pupuk Kujang merupakan reaksi antara karbon
dioksida (CO2) dan ammonia (NH3). Kedua senyawa ini berasal dari bahan gas
bumi, air dan udara. Ketiga bahan baku tersebut meruapakan kekayaan alam yang
terdapat di Jawa Barat.
Pada proses pembuatan ammonia dengan tekanan rendah dalam reaktor
(150 atmosfir) yaitu dengan reaksi reforming merubah CO menjadi CO2,
penyerapan CO2 dan metanasi. Reaksi reforming ini dilakukan dalam 2 tingkatan
yaitu :

Tingkat Pertama :
Gas bumi dan uap air direaksikan dengan katalis melalui pipa-pipa vertikal

dalam dapur reforming pertama dan secara umum reaksi yang terjadi sebagai
berikut:
Cn H2n
CH4

+ nH2O
+ H2O

Tingkat Kedua :

NCO + (2n+1)H2
CO + 3H2

panas
panas

Udara dialirkan dan bercampur dengan arus gas dari reformer pertama di
dalam reformer kedua, hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi
reforming dan untuk memperoleh campuran gas yang mengandung nitrogen (N)
2 CH4

+ 3 O2

--->

12 N2
5

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

2 CO
+ 4 H2O
--->
12 N2
lalu campuran gas sesudah reforming direaksikan dengan H2O di dalam
converter CO untuk mengubah CO menjadi CO2
CO

+ H2O
--->
CO2
+ H2
CO2 yang terjadi dalam campuran gas diserap dengan K2 CO3

K2 CO3

+ CO2
+ H2O --->
KHCO3
larutan KHCO3 dipanaskan guna mendapatkan CO2 sebagai bahan baku

pembuatan urea.
Setelah CO2 dipisahkan, maka sisa-sisa CO, CO2 dalam campuran gas harus
dihilangkan yaitu dengan cara mengubah zat-zat itu menjadi CH4 kembali
CO
CO2

+ 3H2
CH4
+ H2O

+ 4H2
CH4
+ 2H2O
Lalu kita mensitesa nitrogen dengan hidrogen dalam suatu campuran ganda

pada tekanan 150 atmosfer dan kemudian dialirkan ke dalam ammonia converter.
N2

+ 3H2
--->
2NH3
Setelah didapatkan CO2 (gas) dan NH3 (cair), kedua senyawa ini direaksikan

dalam reaktor urea dengan tekanan 200 - 250 atmosfer.


2NH3

+ CO2

NH2COONH4
+Q
ammonium
Ammonia
karbondioksida
karbonat

NH2COONH4
NH2 CONH2 + H2O - Q
Reaksi ini berlangsung tanpa katalisator dalam waktu 25 menit. Proses
selanjutnya adalah memisahkan urea dari produk lain dengan memanaskan hasil
reaksi (urea, biuret, ammonium karbamat, air dan ammonia kelebihan) dengan
penurunan tekanan, dan temperatur 120-165 derajat Celsius, sehingga ammonium
karbamat akan terurai menjadi NH3 dan CO2, dan kita akan mendapatkan urea
berkonsentrasi 70-75%.
Untuk mendapatkan konsentrasi urea yang lebih tinggi maka dilakukan
pemekatan dengan cara:

Penguapan larutan urea di bawah vacuum (ruang hampa udara, tekanan 0,1
atmosfir mutlak), sehingga larutan menjadi jenuh dan mengkristal.

Memisahkan kristal dari cairan induknya dengan centrifuge.

Penyaringan kristal dengan udara panas.

Untuk mendapatkan urea dalam bentuk butiran kecil, keras, padat maka
kristal urea dipanaskan kembali sampai meleleh dan urea cair lalu

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

disemprotkan melalui nozzle-nozzle kecil dari bagian atas menara


pembutir (prilling tower).

Sementara tetesan urea yang jatuh melalui nozzle tersebut, dihembuskan


udara dingin ke atas sehingga tetesan urea akan membeku dan menjadi
butir urea yang keras dan padat.
Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2 dan liquid

NH3 yang disuplai dari Pabrik Ammonia.


Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit, yaitu :
1. Synthesa Unit
2. Purification Unit
3. Cristaliser Unit
4. Prilling Unit
5. Recovery Unit
6. Process Condensate Treatment Unit

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Urea


1. Synthesa Unit
Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa
Urea dengan mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam Urea Reaktor dan
ke dalam reaktor ini dimasukkan juga larutan recycle karbamat yang berasal dari
bagian Recovery. Tekanan operasi di Sintesa adalah 175 Kg/cm2g. Hasil Sintesa

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk dipisahkan ammonium karbamat dan


kelebihan ammonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.
2. Purification Unit
Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan ammonia di
unit Sintesa diuraikan dan dipisahkan dengan cara tekanan dan pemanasan dengan
dua langkah penurunan tekanan, yaitu pada 17 kg/cm2g dan 22,2 kg/cm2g. Hasil
peruraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim ke bagian Recovery, sedangkan
larutan ureanya dikirim ke bagian Cristaliser.
3. Cristaliser Unit
Larutan urea dari unit Purifikasi dikristalkan dibagian ini secara vakum.
Kemudian kristal ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang diperlukan untuk
menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea, maupun panas
kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke HP Absorber
dari Recovery.

4. Prilling Unit
Kristal urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8% berat
dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas Prilling Tower untuk
dilelehkan dan didistribusikan merata ke seluruh distributor, dan dari distributor
dijatuhkan ke bawah sambil didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan
produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke bulk storage dengan belt
conveyor.
5. Recovery Unit
Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi diambil
kembali dengan 2 langkah absorbsi dengan menggunakan mother liquor sebagian
absorbent kemudian di recycle kembali ke bagian sintesa.
6. Process Condensate Treatment Unit

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser didinginkan


dan dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3, dan CO2 ikut kondensat
kemudian diolah dan dipisahkan di stripper dan hydrolizer. Gas CO2 dan gas NH3
- nya dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk direcover. Sedang air
kondensatnya dikirim ke utilitas.
2.2 Industri Dan Pencemaran Lingkungan
Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya
itikad yang kuat dan kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk
memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat
terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungannya, secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat
menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa
salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk
mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara
optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan
lingkungan.
Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar
manusia tetap "survival". Hakekatnya manusia telah "survival" sejak awal
peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi besar yang melanda umat
manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan industri, serta
revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu menggoreskan
sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan lingkungan
hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul
dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama berkat
ke-magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.
1. Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan
Joseph Schumpeter (dalam Marchinelli dan Smelser,1990 :14-20)
mengisyaratkan tentang pentingnya inovasi dalam proses pembangunan ekonomi

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

di suatu negara. Dalam hal ini, pesatnya hasil penemuan baru dapat dijadikan
sebagai ukuran kemajuan pembangunan ekonomi suatu bangsa.

Gambar 2.2 Dampak Industri


Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat
manusia, kiranya dapat ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai
pegangan mengapa manusia "survival" yaitu oleh karena teknologi.
Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut,
kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia.. Teknologi juga
mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas
buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya
bumi akibat efek "rumah kaca".
Teknologi yang diandalkan sebagai istrumen utama dalam "revolusi hijau"
mampu meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam
jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu,
teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis
pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tananam
misalnya wereng dan kutu loncat.
Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat
mampu menyediakan berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat
pendingin (lemari es dan AC), berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang
menawan, atau obat anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan, dan
sebagainya. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC (chlorofluorocarbon)

10

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

dan tetra fluoro ethylene polymer yang digunakan justru memiliki kontribusi bagi
menipisnya lapisan ozone di stratosfer.
Teknologi

memungkinkan

negara-negara

tropis

(terutama

negara

berkembang) untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka


meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan,
tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan tropis sekaligus berbagai jenis
tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.
Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan
oleh teknologi dan sektor industri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi
kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan,
khususnya pada kota-kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Surabaya,
Jakarta, Bandung Lhokseumawe, Medan, dan sebagainya. Bahkan hampir seluruh
daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu udara, sehingga banyak
penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di daerah tersebut tergolong
berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Amsyari (1996:104), mencatat
kerusakan lingkungan akibat industrialisasi di beberapa kota di Indonesia, yaitu:

Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah


industri.

Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk


seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam
dalam kandungan air permukaan dan biota airnya.

Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau,


sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda
banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya
yang telah rusak.

Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan


temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37
derajat celcius.

Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r


SO2, dan debu.

11

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin


menipis, seperti minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan
habis pada tahun 2020.

Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya


perambahan yang disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi hara
tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin menyempit dan
mengalami pencemaran.

2. Klasifikasi Pencemaran Lingkungan


Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan
dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.
Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam pencemaran,
yaitu : sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk
perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada
lingkungan, dan merosotnya fungsi lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk
menurut pola pengelompokannya.
Berkaitan dengan itu, Amsyari (1996: 102), mengelompokkan pencemaran
alas dasar:
a) bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis,
kimiawi, fisik, dan budaya;
b) pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk
pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial;
c) pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam
bentuk primer dan sekunder.
Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya
terletak pada esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
yang merugikan masyarakat banyak dan lingkungan hidupnya.
2.3 Karakteristik limbah industri pupuk

12

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Jenis limbah yang dihasilkan oleh industri pupuk adalah limbah cair, gas
dan padat.
1. Limbah Cair
Limbah cair mengandung ammonia dan urea berasal dari pabrik
ammonia dan pabrik urea
Limbah cair mengandung minyak berasal dari kompressor dan pompa
Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi
Limbah cair mengandung lumpur berasal dari pengolahan air
Limbah sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform

Gambar 2.3 Limbah Industri Cair


2. Limbah Gas dan Kebisingan
Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan
reformer dari pabrik utilitas dan pabrik ammonia. Diatasi dengan
pengoperasian boiler sesuai SOP dan pembakaran gas alam dengan
oksigen berlebih
Emisi gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir.
Diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber
dan penggantian filter secara kontinyu
Limbah gas buang ( purge gas ) yang berasal dari daur sintesa pabrik
ammonia diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk
memisahkan NH3 dan H2
Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas, pabrik ammonia
dan pabrik urea diatasi dengan keharusan setiap pekerja memakai alat
penyumbat telinga.

13

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Gambar 2.4 Limbah Industri Gas


3. Limbah Padat
Limbah katalis bekas berasal dari pabrik ammonia yang mengandung
oksida -oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan
penyimpanan sementara ditempat yang aman kemudian dijual kembali
Limbah debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan
pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea
dust dan waste dilarutkan kembali kemudian di recycle.

Gambar 2.5 Limbah


2.4 Limbah B3 (Bahan

Industri Padat
Berbahaya

dan

Beracun)

dan

Dalam

Undang-

Undang RI Nomor 23

tentang

Kesehatan, pada pasal 1

Tahun

1992

Kesehatan

butir 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :

Faktor Lingkungan

Faktor Perilaku

Faktor Pelayanan Kesehatan

Faktor Bawaan (Keturunan)

Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang


paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.

14

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan


seimbang, maka keduanya berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu
sebab sehingga keseimbangan ini terganggu atau mungkin tidak dapat tercapai,
maka dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.
Keseimbangan tersebut sangat kompleks. Dari lingkungan alaminya
manusia mengambil makanan dan sumber daya lain yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan materinya, ke lingkungan alami pula manusia membuang
berbagai bahan buangan baik dari badannya maupun dari proses produksinya.
Proses pengambilan maupun pembuangan ini bila tidak terkendali,
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang dapat merugikan bagi kehidupan
manusia itu sendiri, antara lain gangguan kesehatan, gangguan kenyamanan,
gangguan ekonomi dan sosial. Dalam hal tersebut diatas yang perlu kita cermati
adalah bahwa alam mempunyai daya dukung dan daya tampung yang terbatas.
Bila pengelolaannya tidak seimbang maka kelestarian lingkungan juga akan
terganggu.
Perilaku manusia yang tidak sehat, akan memperburuk kondisi lingkungan
dengan timbulnya man made breeding places bagi kuman dan vektor penyakit
maupun sumber pencemar yang dapat memajani manusia.
Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambahnya
jumlah penduduk dengan mobilitas yang cepat, sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan manusia yang tidak hanya kebutuhan dasar saja. Dari kebutuhan dasar
yang berupa makanan dan sandang sampai pada kebutuhan materi sebagai hasil
proses industri, memunculkan kecenderungan semakin meningkatnya tempat /
kegiatan yang juga menghasilkan limbah berupa bahan berbahaya dan beracun
bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Kondisi tersebut, bila tidak terkendali akan menimbulkan masalah
kesehatan yang semakin berat dan luas dengan semakin tingginya angka
kesakitan, baik karena penyakit infeksi maupun non infeksi sebagai akibat dari
pencemaran lingkungan oleh bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi transisi epidemiologik, yaitu
bergesernya pola penyakit yang sebelumnya didominasi oleh penyakit infeksi,
pada saat ini penyakit non infeksi antara lain hipertensi, jantung, diabetes melitus,

15

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

gangguan fungsi ginjal, kanker, lebih menonjol dibanding tahun-tahun


sebelumnya.
2.5 Limbah dan Masalahnya
Karena

limbah

dibuang

ke

lingkungan,

maka

masalah

yang

ditimbulkannya merata dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah gas


terbawa angin dari satu tempat ke tempat lainnya. Limbah cair atau padat yang
dibuang ke sungai, dihanyutkan dari hulu sampai jauh ke hilir, melampaui batasbatas wilayah akhirnya bermuara di laut atau danau, seolah-olah laut atau danau
menjadi tong sampah.
Limbah bermasalah antara lain berasal dari kegiatan pemukiman, industri,
pertanian, pertambangan dan rekreasi. Limbah pemukiman selain berupa limbah
padat yaitu sampah rumah tangga, juga berupa tinja dan limbah cair yang
semuanya dapat mencemari lingkungan perairan. Air yang tercemar akan menjadi
sumber penyakit menular.
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk
kategori atau dengan sifat limbah B3. Kegiatan industri disamping bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai
pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair, yang dibuang ke
perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari tanah dan
sumber air tanah.
Limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa
kimia berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya
SO2 dan NOx di udara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat
menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan
pertanian dan hutan.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah
limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kimia pada umumnya
mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat
akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk. Walau
pestisida digunakan untuk membunuh hama, ternyata karena pemakaiannya yang

16

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

tidak sesuai dengan peraturan keselamatan kerja, pestisida menjadi biosida


pembunuh kehidupan. Pestisida yang berlebihan pemakaiannya, akhirnya
mengkontaminasi sayuran dan buah-buahan yang dapat menyebabkan keracunan
konsumennya.
Pupuk sering dipakai berlebihan, sisanya bila sampai di perairan dapat
merangsang pertumbuhan gulma penyebab timbulnya eutrofikasi. Pemakaian
herbisida untuk mengatasi eutrofikasi menjadi penyebab terkontaminasinya ikan,
udang dan biota air lainnya.
Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang
menjadi bahan yang diinginkan. Misalnya proses di pertambangan emas,
memerlukan bahan air raksa atau mercury akan menghasilkan limbah logam berat
cair penyebab keracunan syaraf dan merupakan bahan teratogenik.
Kegiatan

sektor

pariwisata

menimbulkan

limbah

melalui

sarana

transportasi, dengan limbah gas buang di udara, tumpahan minyak dan oli di laut
sebagai limbah perahu atau kapal motor di kawasan wisata bahari.
2.6 Prinsip pengelolaan lingkungan industri pupuk
A. Prinsip Pengelolaan Lingkungan
Pengendalian dan penanggulangan Pencemaran
Monitoring limbah dan kondisi lingkungan
Pemeliharaan kondisi lingkungan
B. Strategi Pengendalian dan Penanggulangan Limbah
Pencegahan terjadinya insiden pencemaran

House Keeping, untuk mencegah terjadinya kebocoran, ceceran atau


tetesan bahan pencemar

Mengendalikan kondisi operasi pabrik sesuai SOP

Operasi penanggulangan keadaan darurat

Melakukan minimisasi limbah dengan cara daur ulang ( recycling ),


penggunaan kembali ( reuse )

a) Memasang dan mengoperasikan alat pengolah limbah


b) Pemantauan kualitas air limbah dan air sungai
C. Manajemen Pengolahan Limbah
o Organisasi Pengelola Lingkungan
17

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Manajemen Pengolahan Limbah ditangani secara struktural dan fungsional


yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab :
Struktural : berdasarkan struktural organisasi Perusahaan uang ada
Divisi Produksi : pengoperasian unit pengolahan limbah sesuai SOP
Divisi Pemeliharaan : pemeliharaan unit pengolahan limbah agar
dapat beroperasi kontinyu
Biro Pengawasan Proses : evaluasi unjuk kerja unit-unit pengolahan
limbah, serta analisa kualitas limbah
Biro Keselamatan dan Lingkungan Hidup/Bagian Ekologi :
pemantauan lingkungan dari aspek fisika-kimia-biologi dan aspek
sosial-ekonomi-budaya
Bagian

Pertamanan

dan

Kebersihan

Lingkungan :

menjaga

kebersihan dan penghijauan lingkungan


Fungsional : Berdasarkan fungsi-fungsi yang terbagi dalam 3 bidang
pada struktur organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) dengan rincian tugas sebagai berikut :
Bidang

Lingkungan

Hidup

Menangani

kasus

pencemaran

lingkungan
Bidang Hyperkes : pemantauan kondisi lingkungan kesehatan kerja
karyawan yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik
Bidang Keselamatan Kerja : Pemeriksaaan kebocoran gas-gas mudah
terbakar, beracun dan mudah meledak di area pabrik.
2.7 Pengolahan limbah cair
Agar tidak mencemari lingkungan maka seluruh limbah cair diolah
terlebih dahulu dengan proses fisika, kimia, biologi atau gabungan ketiga proses
tersebut, sebelum dibuang ke lingkungan ( sungai ). Unit pengolahan tersebut
antara lain :
1. Kolam Pengendap Lumpur
Terdiri dari dua kolam yang beroperasi paralel, yang mempunyai tujuan
utama untuk memisahkan bahan - bahan padat yang terkandung dalam air limbah
yang berasal dari : backwash sand filter, blowdown clarifier dan blodown boiler.
18

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Kapasitas dari dua kolam ini sekitar 9 juta gallon dan cukup mampu untuk
menampung lumpur dalam selang waktu 6 tahun. Overflow dari kolam ini akan
mengalir ke Kolam Equalisasi / stabilisasi.

Gambar 2.6 Kolam Pengendapan Lumpur


2. Kolam Netralisasi
Unit ini berfungsi untuk menetralkan air buangan yang bersifat asam atau
basa, yang berasal dari : regenerasi unit penukar ion di unit demineralisasi. Untuk
mencapai pH netral

( = 7,0 ) kolam ini dilengkapi dengan mixer dan

perlengkapan untuk menambahkan asam sulfat atau kaustik seperti yang


diinginkan. Kapasitas kolam adalah 100.000 galon, cukup untuk waktu ritensi 3
4 jam. Keluaran dari kolam ini dialirkan ke kolam equalisasi/stabilisasi.

Gambar 2.7 Kolam Netralisasi


3. Unit Sanitasi
Unit ini dirancang untuk memproses air limbah sanitasi dengan sistem
lumpur aktif, dilanjutkan dengan aerasi udara dan klorinasi. Unit ini mempunyai
kapasitas retensi desain sekitar 50.000 galon. Keluaran kolam ini dialirkan ke
kolam stabilisasi.

19

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Gambar 2.8 Unit Sanitasi


4. Unit Pemisah Air Berminyak
Unit ini dirancang untuk mengolah buangan minyak atau oli dari
kompresor pabrik ammonia, dan buangan oli dari utilitas dan urea dengan metode
perbedaan berat jenis. Unit ini mempunyai desain kapasitas pemrosesan 300 gpm,
daya tampung cairan 3.600 gallon, konsentrasi minyak keluaran 1,5 mg/l.

Gambar 2.9 Unit Pemisahan Air Berminyak


5. Unit Pemisah Ammonia
Unit ini dirancang untuk memisahkan ammonia yang terkandung dalam air
buangan dengan metoda Steam Stripping. Metoda pemisahan yang dipakai adalah
proses pelepasan ammonia dengan steam. Jika ammonia dalam air buangan
dikontakkan dengan aliran steam berlawanan arah dalam suatu menara maka
ammonia akan dibebaskan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi proses pelepasan ammonia
adalah : jenis unit stripping, pH, suhu laju pembebanan dan pengendapan kerak.

20

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Gambar 2.10 Unit Pemisahan Ammonia


6. Kolam Ekualisasi / Stabilisasi
Kolam ini berfungsi untuk menstabilkan air limbah agar kualitasnya sama
(equal) dengan kualitas air sekitarnya.

Gambar 2.11 Kolam Stabilisasi


2.8 Pemantauan limbah cair industri pupuk
Program pemantauan lingkungan untuk menjaga kualitas air limbah dan
badan air penerima (sungai) dilakukan secara kontinyu oleh bagian ekologi yang
dianalisasi oleh laboratorium intern, dan laboratorium intansi pemerintah yang
terkait dengan pemantauan lingkungan.
2.9 Baku mutu air limbah
Baku Mutu Air Limbah industri pupuk berpedoman kepada peraturan peraturan yang ada baik ditingkat pusat maupun daerah. Baku Mutu Air limbah
industri pupuk mengacu kepada Surat Keputusan Gubernur nomor 6 tahun 1999
dan Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup nomor 122 tahun 2004
yang merupakan perubahan dari Surat Keputusan KLH nomor 51 tahun 1995.

21

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian diatas, sebagai berikut :
1. Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam
mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi seringkali membawa
dampak negatif bagi lingkungan hidup manusia.
2. Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu
lingkungan hidup, sehingga akan mengancam kelangsungan makhluk
hidup, terutama ketenangan dan ketentraman hidup manusia.

22

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

3. Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami


pentingnya lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia akan
dapat mengendalikan tindakan dan perilaku manusia untuk lebih
mementingkan lingkungan hidup.
4. Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan keseimbangan
lingkungan hidup merupakan itikad yang luhur dari dalam diri manusia
dalam memandang hakekat dirinya sebagai warga dunia.
3.1 Saran
Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah
Daerah dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi
pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus
melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan
teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur
ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna
menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan
pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan
penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri
yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode
atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.
Saran yang dapat disampaikan untuk semua pihak agar proses
industrialisasi tidak lantas menjadi penyebab kerusakan lingkungan adalah :
Sebaiknya dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang
dilakukan oleh dunia industri tidak hanya bertujuan meningkatkan keuntungan
ekonomi semata, harus pula diiringi dengan kemauan untuk menyisihkan biaya
bagi penelitian dan pemeliharaan lingkungan hidup.
Perlu dilibatkan masyarakat dalam pengawasan pengolahan limbah
buangan industri agar lebih intens dalam menjaga mutu lingkungan hidup.
Upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan adalah
upaya promotif, preventif, pengobatan dan pemulihan; dengan menitik beratkan
pada upaya promotif dan preventif. Filosofi kesehatan yang menyatakan bahwa
mencegah lebih mudah dan murah dari pengobatan, sebaiknya dapat menjadi
rujukan.

23

Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk

Limbah B3 sebelum dibuang ke media lingkungan seharusnya diolah /


ditreatment lebih dulu.
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan yang berhubungan
dengan masalah lingkungan hidup, antara lain yang mengatur bahwa limbah yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan (misal : industri) yang dibuang ke lingkungan
(udara dan perairan) harus sesuai dengan baku mutu lingkungan baik itu baku
mutu untuk udara maupun baku mutu untuk air.
Maksud dan tujuan peraturan tersebut adalah sebagai upaya pencegahan
agar daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan untuk kelangsungan
hidup manusia dapat dipertahankan. Biaya yang dikeluarkan dari pada untuk
pengobatan atau pemulihan kesehatan lebih baik untuk menjaga, memelihara dan
melestarikan lingkungan agar manusia dapat tetap produktif dan dapat menikmati
hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA
Slamet Ryadi. Kesehatan Lingkungan. Karya Anda. Surabaya, 1984.
Shalahuddin Djalal Tanjung. Toksikologi Lingkungan. Pusat Studi Lingkungan Hidup.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, 2002.

24

Anda mungkin juga menyukai