Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A; LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran sifat-sifat cahaya merupakan salah satu materi dalam mata


pelajaran ilmu pengetahuan alam. Sifat-sifat cahaya penting untuk dipahami oleh
siswa karena berkaitan erat dengan kehidupan siswa yaitu cahaya menyebabkan
manusia dapat melihat benda yang ada disekitarnya. Menurut Pendapat Al-Kindi
(http://fisikaoptik.blogspot.com/2013/03/teori-cahaya-parti.html) mengemukakan
bahwa penglihatan ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke
obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat. Benda yang menghasilkan
cahaya disebut sumber cahaya dan terbagi menjadi sumber cahaya alami dan
sumber cahaya buatan. Cahaya memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu cahaya dapat
merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat menembus benda bening,
cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya dapat diuraikan. Banyak peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sifat-sifat cahaya.
Pembelajaran sifat-sifat cahaya hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan kemampuan berfikir pada siswa. Siswa
SD lebih mudah mengingat apa yang pernah dialaminya dibandingkan
pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penjelasan saja. Hal ini sesuai dengan
teori belajar konstruktivisme yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto,
2014:72), bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri
dengan lingkungannya. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada

dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri
konsekuensi dari tindakan-tindakannya, pandangan konstuktivisme tentang
pendidikan sejalalan dengan Ki Hadjar Dewanatara (Uyoh Sadulloh, 2007:3)
mengemukakan bahwa Mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Menurut
Permendiknas No. 22 tahun 2006 Paragraf 3 menyatakan: Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah. Oleh karena itu maka pembelajaran sifat-sifat cahaya harus
melibatkan keaktifan peserta didik secara penuh (active learning) dengan cara
guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada
peserta didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari,
menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan,
nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.
Berdasarkan studi pendahuluan di SDN 1 Balandongan peneliti mendapatkan
data hasil pembelajaran sifat sifat cahaya tahun pelajaran 2013/2014 yang masih
rendah dengan nilai rata-rata 65,6 diantaranya 27 siswa dinyatakan tuntas dan
dapat memahami materi pembelajaran sifat-sifat cahaya dan 18 siswa memperoleh
nilai dibawah kriteria ketuntansan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu

sebesar 65, maka dapat disimpulkan 60% siswa yang telah mencapai dan
memahami pembelajaran materi sifat-sifat cahaya dan 40% siswa yang belum
mencapai dan memahami pembelajaran materi sifat-sifat cahaya.
Penyebab rendahnya nilai di atas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
proses belajar mengajar di SDN 1 Balandongan masih berpusat pada guru
(teacher centered), dengan guru lebih banyak menerangkan materi pembelajaran
dan peserta didik hanya berperan sebagai penyimak tanpa dilibatkan aktif dalam
pembelajaran dengan demikian pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya
diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, peserta
didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut
untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkanknya dengan
situasi dalam kehidupan sehari-hari, selain dari itu jumlah siswa di kelas V SDN 1
Balandongan melebihi batas maksimal yang telah ditetapkan permendikbud
tentang standar pelayanan minimal yaitu terdapat 45 siswa yang terdiri dari 21
laki-laki dan 24 perempuan, hal ini meneyebabkan peserta didik merasa kurang
perhatian dan keseriusan selama mengikuti pembelajaran yang belangsung.
Dari pemaparan diatas, menunjukan bahwa terdapat korelasi antara rendahnya
hasil belajar dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Model
belajar yang digunakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran kurang tepat
dengan pembelajaran materi sifat-sifat cahaya. Maka dari itu guru harus lebih
selektif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Menurut Joyce &
Weil yang disitir Rahman (2011:7) Mendefinisikan model pembelajaran (Model
of teaching) adalah suatu perencanaan yang digunakan dalam menyusun

kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk kepada


pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.
Oleh karena itu peneliti memilih model discovery learning sebagai upaya
peningkatan pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya. Model
discovery learning (penemuan terbimbing) adalah salah satu model pembelajaran
yang mengkondisikan peserta didik untuk terbiasa menemukan, mencari, dan
mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. Model pembelajaran ini
mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan
peserta didik belajar secara aktif dan mandiri. Kegiatan pembelajaran menekankan
agar peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga peserta didik
dapat mengalami dan menemukan sendiri konsep-konsep yang harus ia kuasai.
Model discovery learning akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena
akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta
mengubah pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher oriented) ke
dalam pembelaran berpusat pada murid (student oriented).
Selanjutnya pada proses pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup:
a) menggunakan pendekatan scientific melalui mengamati, menanya, mencoba,
menalar, dan mengkomunikasikan dengan tetap memperhatikan karakteristik
siswa, b) menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk
semua mata pelajaran, c) menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberitahu
(discovery learning), dan d) menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat
komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis, dan
kreatif. (Depdikbud, 2014:13). Pada pelaksanaan Kurkulum 2013 yang telah

dilaksanakan secara bertahap desain pembelajaran disarankan dalam penggunaan


model-model pembelajaran seperti: inquiry based learning, discovery learning,
project based learning, dan problem based learning. Pada setiap Model tersebut
dapat dikembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Berkaitan dengan paparan diatas ada beberapa hasil penelitian yang relevan
yakni :
1; Titin Oktaviani Pamungkas. (2009) Penerapan Discovery Learning Pada
Mata Pelajaran Akuntansi Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar
Siswa Akuntansi Keuangan (Studi Kasus Pada Siswa Kelas X AK SMK
Shalahuddin

Malang).http://library.um.ac.id/ptk/index.php?

mod=detail&id=39957 diakses pada tanggal 14 Maret 2015.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I motivasi belajar siswa
sebesar 47% dengan kategori kurang dan mengalami peningkatkan menjadi
sebesar 96% dengan kategori baik pada siklus II. Sedangkan pada prestasi
belajar juga mengalami peningkatkan, sebelum diberikan tindakan skor ratarata hasil belajar sebesar 51,87% dengan ketuntasan belajar 74,56% pada
siklus II meningkat lagi dengan skor rata-rata 81,28% dengan ketuntasan
belajar sebesar 93,53%.
2; Rismayani (2013) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning

Untuk

Meningkatkan

Hasil

Belajar

PKN

Siswa.

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/405 diakses pada


tanggal 12 Maret 2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar siklus I ke


siklus II sebesar 9,2%. Peningkatan ketuntasan klasikal siklus I ke siklus II
sebesar 33,4%.
Merujuk dari beberapa temuan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
model discovery learning, peneliti merasa tertarik untuk menggunakan model
tersebut dalam pembelajaran sifat-sifat cahaya. Maka dari itu peneliti mengambil
judul peneltian Peningkatan Pembelajaran Sifat-Sifat Cahaya melalui Model
Discovery Learning Pada Siswa Kelas V SDN 1 Balandongan Kec.
Parakansalak Kabupaten Sukabumi.

B; IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1;

Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) dan belum


memberikan

kesempatan

kepada

peserta

didik

untuk

aktif,

dalam

pembelajaran.
2;

Belum menggunakan model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran


IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya.

3;

Nilai rata-rata hasil pembelajaran masih rendah dan belum mencapai target
kriteria ketuntasan minimal.

C; BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH

Agar penelitian mengarah pada inti masalah yang sesungguhnya maka


peneliti membatasi penelitian ini yaitu pada peningkatan pembelajaran sifat-sifat
cahaya melalui model discovery learning pada siswa kelas V SDN 1 Balandongan
Parakansalak Sukabumi.
Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti merumuskan
masalah utama dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1

Apakah ada peningkatan perhatian siswa kelas V SDN 1 Balandongan pada


pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model discovery learning dari siklus I
ke siklus II?

Apakah ada peningkatan keseriusan siswa kelas V SDN 1 Balandongan pada


pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model discovery learning dari siklus I
ke siklus II?

Apakah ada peningkatan kerjasama siswa kelas V SDN 1 Balandongan pada


pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model discovery learning dari siklus I
ke siklus II?

Apakah ada peningkatan keaktifan siswa kelas V SDN 1 Balandongan pada


pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model discovery learning dari siklus I
ke siklus II?

Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Balandongan


pada pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model discovery learning dari
siklus I ke siklus II?

D; TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi tujuan umum dan


tujuan khusus.

1;

Tujuan Umum
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan pembelajaran sifatsifat cahaya melalui model discovery learning pada siswa kelas V SDN 1
Balandongan.

2;

Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini ingin memperoleh deskripsi tentang hal-hal
sebagai berikut :
a; Ingin memperoleh gambaran tentang perhatian siswa kelas V SDN 1

Balandongan pada pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model


discovery learning.
b; Ingin memperoleh gambaran tentang keseriusan siswa kelas V SDN 1

Balandongan pada pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model


discovery learning.
c; Ingin memperoleh gambaran tentang kejasama siswa kelas V SDN 1

Balandongan pada pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model


discovery learning.
d; Ingin memperoleh gambaran tentang keaktifan siswa kelas V SDN 1

Balandongan pada pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model


discovery learning.
e; Ingin memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa kelas V SDN 1

Balandongan pada pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model


discovery learning.
E; MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1;

Manfaat teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu model

pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran sifat-sifat cahaya


yang nantinya dapat dijadikan sebagai refrensi bagi peneliti dan para pendidik.
2;

Manfaat Praktis
a; Bagi Peserta didik
1; Meningkatkan perhatian dan keseriusan siswa dalam pembelajaran

materi sifat-sifat cahaya.


2; Mendorong

peserta

didik

lebih

aktif,

kreatif,

dan

berani

mengungkapkan pendapat.
3; Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi sifat-sifat

cahaya.
4; Mendapatkan pengajaran yang nyata (konkrit) yaitu tidak hanya sekedar

konsep melainkan proses suatu kejadian atau pengalaman nyata.


5; Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga

peserta didik termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti


pembelajaran.
b; Bagi guru
1; Meningkatnya

kemampuan

guru

dalam

mengatasi

kendala

pembelajaran sifat-sifat cahaya.


2; Dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk melakukan proses belajar

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif


sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.

10

3; Melatih keprofesionalan seorang guru dalam mengembangkan model

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.


c; Bagi sekolah
1; Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi

pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi.


2; Sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran secara intensif dan menggunakan model pembelajaran


yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya
pada kualitas sekolah.
F; ANGGAPAN DASAR

Menurut Surakhmad dalam Arikunto (2002: 58) mengemukakan bahwa:


Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang
kebenarannya diterima oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya bahwa setiap
penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik
mungkin meragu-ragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain
diterima sebagai kebenaran.
Anggapan dasar dalam penelit ian ini adalah:
1; Pembelajaran materi sifat-sifat cahaya yang diajarkan di SDN 1

Balandongan adalah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) 2006.
2; Guru masih menggunakan model konvensional dalam pembelajaran sifat-

sifat cahaya
3; Penelitian Tindakan Kelas menjadi alternatif peningkatan proses dan hasil

pembelajaran materi sifat-sifat cahaya


4; Model discovery learning dianggap efektif dalam pembelajaran materi

sifat-sifat cahaya

11

G; DEFINISI OPERASIONAL

Menurut Walizer & Wienir definisi operasional adalah:


Seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus
diamati serta bagaimana mengukur suatu variabel maupun konsep definisi
operasional tersebut dapat membantu kita untuk mengklasifikasi gejala di
sekitar ke dalam suatu kategori khusus dari variable. Dikutip dalam
http://www.pendidikanku.net/2015/02/10-definisi-dan-pengertianoperasional.html
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah-istilah dalam judul
penelitian tindakan kelas ini, maka penulis mendefinisikan secara operasional
istilah yang terdapat dalam judul ini.
1;

Peningkatan pembelajaran
Peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti lapis atau lapisan yang

membentuk susunan. Peningkatan memiliki arti kemajuan dalam hal yang positif
secara umum peningkatan adalah upaya untuk menambah derajat, tingkat dan
kualitas maupun kuantitas. Sedangkan pembelajaran adalah kegiatan atau proses
penyampaian pengetahuan dari guru kepada siswa berdasarkan mata pelajaran
tertentu. Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Penilaian proses merupakan
penilaian yang menitikberatkan pada efektivitas kegiatan belajar mengajar
menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi gurusiswa, dan keterlaksanaan proses belajar mengajar. Jadi peningkatan pembelajaran
dalam penelitian ini diartikan sebagai upaya seorang guru dalam meningkatkan
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (motorik) serta
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
2;

Materi sifat-sifat cahaya

12

Pembelajaran terjadi karena ada proses interaksi antara guru dengan peserta
didik. Pembelajaran sifat-sifat cahaya merupakan pembelajaran yang berkaitan
erat dengan kehidupan sehari-hari dan dapat diamati oleh Indra manusia, sifatsifat cahaya adalah ciri khas yang dimiliki cahaya yaitu cahaya dapat merambat
lurus, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, dan
cahaya dapat dibiaskan. Pembelajaran sifat-sifat cahaya merupakan sebuah konsep
yang dapat diperoleh melalui metode dan sikap ilmiah. Untuk melihat sejauh
mana peningkatan pembelajaran konsep yang telah dilaksanakan, dilakukan
dengan pengamatan aktivitas peserta didik dan pendidik selama proses
pembelajaran berlangsung, dan tes tertulis maupun lisan secara individual dalam
bentuk pretest posttest. Hasil pengamatan pretest dan posttest nantinya akan
dianalisis untuk melihat sejauh mana peningkatan yang terjadi dalam
pembelajaran sifat-sifat cahaya, dan hasilnya dinyatakan secara deskriptif
kualitatif.
3; Model Discovery Learning

Model discovery learning adalah model pembelajaran yang memberikan


kesempatan kepada peserta didik agar secara aktif mengolah dan menemukan
data atau informasi yang telah direkayasa oleh guru sehingga menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar utuh dan bermakna.
4; Siswa Kelas V SDN 1 Balandongan

Siswa kelas V SD adalah siswa yang duduk di tingkat 5 pada jenjang


pendidikan formal di tingkat pendidikan dasar.
H; STRUKTUR ORGANISASI

Hasil penelitian tindakan kelas ini akan dilaporkan dalam bentuk skripsi.
Skripsi yang dimaksud terdiri dari 5 Bab.

13

BAB I Pendahuluan. Dalam Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Hasil Penelitian, Anggapan Dasar, Definisi Operasional, dan Struktur Organisasi.
BAB II Kajian Teori, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian. Dalam Bab
ini berisi tentang 1) Hakikat Belajar Dan Pembelajaran 2) Karakteristik
Pembelajaran IPA (sifat-sifat cahaya), Model Discovery Learning, setelah itu
diuraikan kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan tentang Lokasi Dan Subjek
Penelitian, Desain dan Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, Proses
Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam Bab ini diurakan tentang
penerapan Model Discovery Learning, Pengolahan atau Analisis Data, dan
Pembahasan atau Analisis Temuan.

BAB V Kesimpulan dan Saran. Dalam Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari
hasil penelitian serta saran yang merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian yang
ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai