ekstraksi minyak. Pemecahan emulsi yang dimulai dari proses perebusan akan membantu proses
pemisahan minyak dari air dan bahan padat lainnya di stasiun klarifikasi
e.
Melepaskan serat dan biji
Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat dari biji oleh
Polishing Drum, yang pada akhirnya akan menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat
pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses hidrolisis. Apabila serat tidak
lepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan menahan minyak. Jika biji dipukul dalam alat
pemecah biji maka terjadi sifat kenyal yang membuat biji tidak pecah, dan jika pecah maka yang
terjadi adalah pecahan besar yang tidak dikehendaki (53).
f.
Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar air biji yang turun
hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang
lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga
pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam
proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.
a.
Sterilizer
Alat Sterilizer (rebusan) yang dikenal terdiri dari dua tipe yaitu tipe tegak dan tipe horizontal.
Sistem kerja Tipe tegak :
Namun kelemahan tersebut kini diperbaiki dan dikembangkan, serta disesuaikan
lagi
dengan kebutuhan usaha pengembangan kelapa sawit yang memerlukan kapasitas olah dan kualitas
yang tinggi.
Sebelum TBS dimasukkan ke sterilizer dengan menggunakan scraper conveyor, sterilizer di isi
air sekitar bagian (Screw Conveyor harus terendam air). Tujuannya agar bantingan (energy
potensial) dari TBS tidak merusak Screw Conveyor. Menurut informasi mereka hal ini ternyata
tidak efisien karena bermasalah dengan kualitas (FFA tinggi, losses di condensate tidak terkendali
dan emulsi tinggi). Setelah pengisian, TBS direbus menggunakan system double peak dengan waktu
perebusan 80 menit. Setelah perebusan TBS dikeluarkan menggunakan Screw Conveyor (tanpa
menggunakan tenaga operator untuk menarik TBS keluar dari rebusan). TBS masuk ke conveyor
utk
dikirim
ke
digester.
Beberapa kelemahan dari system ini :
1. Saat start awal pengeluaran TBS dari sterilizer harus menggunakan tenaga operator, karena TBS
padat (akibat restan masak di sterilizer) sehingga TBS tidak terdorong keluar oleh Screw Conveyor.
2. Gland packing dishaft Screw Conveyor ke gearbox sering bocor, sehingga steam bocor didaerah
tersebut.
Tipe horizontal, yang merupakan bejana horizontal dan memiliki keuntungan antara lain :
Kapasitas sterilizer antara 15 30 ton TBS.
Pengoperasian lebih mudah dan praktis.
Buah tidak bersinggungan langsung dengan dinding, sehingga bahan olah tidak mungkin
menyebabkan bejana menjadi korosi. Buah diisi dalam lori dengan kapasitas 2,5; 3,5 dan 5,0
ton TBS.
Pengisian uap masuk dan pembuangan uap keluar serta pembuangan air kondensat lebih
mudah dilakukan.
Pada system rebusan horizontal bertekanan menggunakan beberapa peralatan berupa :
1) Main steam inlet, berfungsi sebagai supply steam dari BPV (back pressure vessel)
2) Auxiliary steam inlet, berfungsi sebagai secondary supply steam (pembantu suplly steam
dari main steam inlet)
3) Kondensat c/w strainer, berfungsi untuk pembuangan kondensat hasil perebusan
4) Deaerasi, berfungsi untuk buang udara agar proses perebusan optimal
5) Exhaust, berfungsi untuk membuang steam yang di lewatkan melalui blow down silencer
6) Safety valve, berfungsi sebagai pengaman bejana tekan dari tekanan yg melebihi tekanan ijin.
7) Pressure gauge, berfungsi untuk mengetahui tekanan yg ada didalam bejana
uap yang masuk ke sterilizer 4 kg(a) dan tekanan udara dalam rebusan 1 kg, dengan perbandingan
uap dan udara 3 berbanding 1, maka tekanan partial uap dalam rebusan
adalah :
___3___
[ 3 + 1]
x 4 = 3 kg a/cm
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa udara yang terdapat dalam bejana rebusan hendaknya
dikeluarkan terlebih dahulu, cara ini disebut Deaerasi.
Upaya memperkecil jumlah udara dalam bejana rebusan ialah dengan :
a. Mengatur isi lori agar buah disusun penuh sesuai dengan kapasitas disain, tidak dibenarkan diisi
secara berlebihan. Perlu diketahui bahwa pengisian lori yang terlalu penuh selain mengurangi
jumlah udara dalam bejana juga akan mengurangi kapasitas olah.
b. Melakukan dearasi, yaitu pembuangan udara dari bejana dengan cara didorong oleh uap.
Deaerasi dilakukan dengan cara memasukkan uap dari bagian atas bejana rebusan dan
mengeluarkannya dari bagian dasar bejana. Uap dimasukkan dari atas bejana karena berat jenis
udara lebih tinggi dibandingkan dengan uap air, yakni berat jenis uap pada suhu 100C adalah 0,598
kg/m, sedangkan udara yang bercampur uap air pada suhu 50C berat jenisnya adalah 1,043 kg/m.
Prinsip perbedaan berat jenis tersebut merupakan alasan pemilihan tempat titik masuknya uap.
Pembuangan udara yang terlalu cepat dapat menyebabkan terjadinya turbulensi uap yaitu
percampuran antara udara dengan uap yang menyebabkan kebutuhan waktu deaerasi menjadi lebih
lama. Oleh sebab itu pemasukan uap dilakukan secara bertahap, pada mulanya menggunakan pipa
yang berdiameter 2 inchi, yang kemudian dilanjutkan dengan pemasukan melalui pipa yang
berdiameter 6 inchi.
Didalam pelaksanaan deaerasi, perlu diperhatikan beberapa hal :
Waktu proses deaerasi,
Semakin lama proses deaerasi maka semakin sempurna proses pembuangan udara akan tetapi
sebaliknya terjadi penurunan kapasitas olah di sterilizer.
Proses deaerasi
Dilakukan secara bertahap dan terpadu dengan pembuangan air kondensat udarapun akan terikut,
yaitu dengan pembuangan air kondensat terus-menerus melalui pipa kecil (diameter 0,5 inchi) di
dasar rebusan.
Memperbanyak puncak awal dalam pola perebusan.
Semakin banyak puncak awal maka pembuangan uap yang bercampur udara akan lebih sering.
Sebagai pendekatan teoritis dapat dilihat sebagai berikut :
-
tekanan dapat berlangsung dengan cepat. Pada akhir perebusan sebelum pembuangan uap (blow
up) air kondensat dibuang terlebih dahulu sehingga buah yang direbus kering.
Untuk mempermudah pengaturan uap dapat dilakukan dengan menggunakan automatic control
valve yang belakangan ini telah banyak digunakan oleh PKS yang baru didirikan.
5.
Cara Penyaluran Uap masuk dan keluar Selama Perebusan
a. Manual, Semua aktifitas pemasukan uap, pengeluaran uap dan pembuangan kondensat
sepenuhnya menggunakan tenaga manusia. Seperti diutarakan diatas bahwa pengaturan uap
bergantung kepada kemampuan sumber uap dan pemakaian uap. Karena pelaksanaannya
membutuhkan kekuatan fisik operator, maka cara manual memerlukan tenaga 2-3 orang tiap shift
untuk kapasitas 30 ton TBS/jam. Dalam pelaksanaannya, pola perebusan tiga puncak proses
pembukaan dan penutupan kran uap membuat operator sangat sibuk, sehingga kegiatan-kegiatan
yang seharusnya dikerjakan pada pola tiga puncak sering terlupakan.
b. Automatisasi, Semua aktifitas pemasukan uap, pengeluaran uap dan pembuangan kondensat
menggunakan bantuan alat yang diprogram. Pada perebusan secara manual, kran yang digunakan
disebut globe valve dengan ciri lambat, yakni memerlukan pemutaran beberapa kali dan
membutuhkan waktu yang lama untuk buka/tutup 100% dan 0%. Karena kelemahan tersebut maka
dikembangkanlah automatisasi yang didasarkan pada waktu dan tekanan rebusan. Untuk
mempertinggi effisiensi pengoperasian pembukaan dan penutupan uap maka kran yang digunakan
ialah butterfly valve yang mana pembukaan dan penutupannya dibantu oleh alat compressor
dan dikontrol dengan program.
Berbagai Cara Kerja Automatisasi
Automatisasi dasar waktu, yaitu pembukaan dan penutupan kran uap masuk, uap keluar dan air
kondensat didasarkan pada waktu yang telah ditetapkan. Waktu yang menjadi dasar ialah tahapan
waktu selama perebusan. Tahapan yang diprogramkan didasarkan pada tekanan rebusan yang
normal, dan apabila terjadi perubahan tekanan uap dari back pressure vessel maka masa rebus
tidak dinunda atau diperpanjang. Dengan kata lain buah yang direbus masak atau tidak masak kran
buangan uap atas dan air kondensat secara otomatis akan terbuka.
Automatisasi dasar tekanan, yaitu masa rebusan dihitung bila tekanan tercapai, hal ini berbeda
dengan dasar waktu. Apabila penjumlahan waktu yang didasarkan pada tekanan uap dalam sterilizer
yang dirancang telah tercapai maka Program Logic Computer (PLC) mengatur kompressor untuk
membuka dan menutup kran. Pada program ini dapat dikembangkan untuk mengatur pemasukan
uap sesuai kebutuhan pada sterilizer berarti bukan hanya 0% dan 100%, akan tetapi dapat diatasi
misalnya 85% dan sebagainya.
1.
Pengangkutan Buah Rebus
Buah rebus yang keluar dari rebusan segera akan diproses lanjut dalam alat Thresher. Lori yang
berisi TBS hasil rebusan, ditarik keluar dari bejana sterliser dengan tali atau didorong dengan
forklift atau loka.
Cara penghantaran TBS hasil rebusan ke alat bantingan (thresher) dapat dilakukan dengan dua cara
:
a. Tippler
yaitu alat penuang TBS hasil rebusan yang berada dalam lori kedalam bak
yang
berbentuk cone dengan cara memutar lori pada sumbu Tippler
Cara ini pada awalnya dikembangkan di pabrik yang memiliki sistim sterilisasi tegak. Kelemahan
alat ini adalah seringnya terjadi kerusakan pada bunch elevator karena beban yang berat dan
panas, dan pada akhirnya menjadi penyebab stagnasi. Peletakan alat ini kemudian dikembangkan
dengan membuat letak tippler lebih tinggi atau sama dengan alat bantingan sehingga tidak
memerlukan bunch elevator.
b.
Hoisting crane
TBS hasil rebusan yang telah ditarik keluar dari sterilizer diangkut keatas dengan hoisting crane,
untuk kemudian dituang dengan cara memutar lori pada titik sumbunya. Buah akan jatuh ke mulut
Bunch Hopper yang dilengkapi dengan pipa penyangga sehingga saat buah jatuh sudah dimulai
dengan proses pemipilan. Interval pengangkutan buah ke mulut Bunch Hopper dilakukan secara
kontinu, berdasarkan pada kapasitas olah dan kapasitas alat.
1.
PEMIPILAN BUAH
Alat pemipil buah atau dikenal dengan nama thresher berperan untuk memisahkan brondolan dari
tandan yang telah direbus. Buah yang telah direbus menunjukkan brondolan masih berada diantara
bulir, sehingga perlu dilepaskan. TBS hasil perebusan jika tidak diproses lanjut dengan cara
pemipilan yang baik akan menyebabkan brondolan yang masih melekat pada bulir tidak terlepas
atau disebut Unstriped Bunch (USB)dan angka kehilangan minyak pada proses ini termasuk yang
paling tinggi. Sebaliknya keberhasilan pemipilan juga sangat tergantung dari hasil proses
perebusan yang baik. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengawasan yang ketat dalam proses
perebusan dan pemipilan. Perlu ditambahkan bahwa di banyak pabrik, seringkali ditempatkan
seorang Bunch Inspector yang bertugas memeriksa USB untuk kemudian USB ini di kembalikan ke
steriliser untuk di proses ulang (Recycle)
Alat pemipil buah dikenal 2 tipe yaitu :
a.
b.
a.
Tipe beater drum stripper, terdiri dari tangkai-tangkai pemukul tandan. Tangkai pemukul
ditempatkan pada as panjang yang mempunyai jarak tertentu dan bekerja memukul-mukul buah dan
sambil menggeser buah bergerak ke arah ujung alat. Alat pemukul tersebut juga mengangkat tandan
dan berguling-guling sehingga buah lepas dari tandan.
Kapasitas alat-alat ini lebih kecil dari pada bentuk rotary drum stripper, oleh sebab itu alat ini
jarang ditemukan pada pabrik besar, kecuali merupakan alat pembantu untuk memipil kembali
tandan yang tidak terpipil pada rotary drum stripper, yang dipasang di ujung rotary drum.
Kehilangan minyak pada alat ini lebih tinggi karena akibat permukaan buah yang terpipil sering
bergabung dengan tandan kosong sebelum dipisahkan dengan kisi-kisi pemisah.
b.
Rotary drum stripper, pemipilan buah dilakukan dengan threshing machine dengan
membanting buah dalam drum berputar. Tandan bergerak keatas searah dengan putaran tromol,
kemudian tanadan jatuh dan terbanting, buah lepas dari spiklet. Kecepatan putaran tromol
mempengaruhi efisiensi pemipilan. Putaran yang terlalu cepat menyebabkan tandan seolah-olah
lengket di dinding drum. Putaran yang baik ialah apabila tandan jatuh di sumbu dan jatuh lagi pada
dasar drum. Rotary Drum terdiri dari alat drum berputar dengan panjang 4 6 M dan diameter 2,1
M, yang digerakkan dengan electromotor. Drum tersebut memiliki as yang dapat berperan sebagai
bantingan buah agar buah lepas dari tandannya. Rotary drum stripper merupakan tipe yang paling
banyak digunakan di pabrik kelapa sawit yang berkapasitas diatas 15 ton TBS/jam ke atas.
Beberapa factor yang diperhatikan dalam pengoperasian alat tersebut :
1.
Diameter Drum Berputar
Buah dibanting-banting dengan cara memutar drum yang memiliki kisi-kisi. Semakin besar
diameter drum maka peluang untuk buah terbanting dengan ketinggian yang lebih jauh
menyebabkan gaya jatuh yang lebih besar dan buah akan lebih mudah terpipil. Diameter yang baik
ialah 2,1 M. dan bila diameternya diperbesar akan memberikan beberapa konsekuensi ;
a.
Kebutuhan tenaga pemutar akan lebih besar mengingat beban yang semakin besar karena
ukuran alat semakin besar.
b.
Biaya investasi yang lebih besar, karena ukuran yang lebih besar akan membutuhkan kisi-kisi
yang lebih banyak, termasuk juga ruangan dan komponen lainnya yang berkaitan.
2.
Panjang Drum
Panjang drum berhubungan erat dengan lamanya tandan dibanting. Semakin panjang drum, maka
masa banting semakin lama. Panjang drum antara 4 6 M, tergantung dari teknik
pengoperasiannya. Pertambahan panjang drum memerlukan tenaga putar yang lebih besar, maka ini
dapat diatasi dengan pemasangan arm pada sisi drum
3.
Kecepatan Putar Drum Berputar
Kecepatan putar drum adalah merupakan cara untuk mengangkat buah dan menjatuhkannya sesuai
besarnya gaya angkat dan gaya gravitasi yang terjadi selama proses berputar-putar searah. Pada
umumnya kecepatan putar tandan lebih cepat dari putaran drum dan sewaktu jatuh akan
menghantam poros dan dinding bagian dalam Drum sehingga terjadi pelepasan buah.
Untuk mengangkat buah dalam drum dipasang besi strip (fifting bors) di dinding drum. Buah yang
terangkat akan bergerak maju dan kecepatan ini dipengaruhi oleh letak, jumlah dan sudut strip.
Sudut strip yang terbaik adalah 15 - 13, dan tergantung kepada diameter, panjang dan kecepatan
putar drum.
Jumlah putaran drum yang diinginkan adalah :
76,65
N= Dd
N = putaran drum per menit
D = diameter drum (t)
D = diameter tandan (t)
Untuk menghasilkan buah yang terbanting dengan baik diusahakan agar bentuk heliks aliran lebih
panjang hal ini dipengaruhi, sudut sirip dan jumlah sirip yang ada dalam drum.
1.
Pengisian Beban
Beban yang berupa TBS hasil rebusan diisi dengan menggunakan Hoisting Crane atau Tripper.
Kontinuitas pengisian umpan pada hopper akan mempengaruhi daya pipil thresher. Maka dalam
pengaturan umpan perlu memperhatikan kapasitas alat.
Apabila kapasitas alat 30 ton TBS, dan kapasitas lori 2,5 ton TBS, maka pengisian threshing
machine dilakukan :
2,5 ton TBS
30 ton TBSx 60 menit = 5 menit/lori
maka pengisian dapatlah diatur dengan interval waktu 5 menit. Interval waktu ini harus diimbangi
dengan kecepatan bergeraknya plat hopper