Prognostic Factors of Tumors of The Anterior Skull Base
Prognostic Factors of Tumors of The Anterior Skull Base
Disusun Oleh :
AZIMA AMINA
100100289
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA LEHER (THT-KL)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
2015
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, telah menyerahkan hardcopy dan
softcopy makalah ilmiah kepada dr. Ardyansyah Nasution.
Nama
Full Text
Power Point
Soft Copy
Tanda Tangan
Azima
Amina
Yang Menerima,
September 2015
Telah Disetujui,
September 2015
jaringan lunak orbita, dan invasi sinus sphenoid yang mempengaruhi kelangsungan
hidup.
KESIMPULAN : Sistem staging yang standar tidak menunjukkan signifikansi
statistik prognostik. Hanya keterlibatan beberapa daerah kritis yang disebutkan dapat
diandalkan sebagai prediksi hasil yang tidak dinnginkan.
KATA KUNCI : reseksi kraniofasial; sinus paranasal; tumor ethmoid; staging tumor;
faktor-faktor prognostik.
PENGANTAR
Prognosis yang buruk yang terkait dengan tumor ganas dari sinus paranasal
adalah konsekuensi lokal dari kekambuhan tumor pada dasar tengkorak. Selain itu,
tumor sering ditemukan mempengaruhi bagian tengah dari fosa kranial anterior ketika
diagnosis ditegakkan.
Ini telah diamati terjadi di sekitar 50% hingga 75% dari tumor
esthesioneuroblastoma dan setinggi 38% pada kasus semua adenocarcinoma. Reseksi
kraniofasial anterior adalah prosedur standar untuk pengobatan tumor ethmoid dan
frontal dengan atau tanpa adanya invasi intrakranial. Dalam dua dekade terakhir,
sejumlah modifikasi dan perbaharuan beberapa pendekatan klasik yang telah jelaskan
yang memungkinkan kontrol yang lebih baik dari penyakit ini dan meminimalkan
defek kosmetik.
Ciri-ciri bgian dari tumor ini dapat berbeda secara histologis, kelas, dan
tingkat keterlibatan, secara tidak langsung merumitkan analisis kelangsungan hidup.
Tujuan artikel ini adalah untuk mempelajari faktor prognostik yang mungkin
memiliki implikasi terhadap manajemen pasien, serta untuk menyajikan pengalaman
yang didapatkan dengan pendekatan dan indikasi yang berbeda dalam menangani
kasus seperti ini.
28
neuroesthesioblastoma,
dan
dua
karsinoma
yang
tidak
6, 7
bagian dalam pinggir orbita dan tulang hidung. Dalam delapan kasus dengan
perluasan tumor yang terbatas pada rongga hidung, tumor direseksi melalui
pendekatan intrakranial, dengan bantuan Endoskopi secara berkala. Kraniektomi
bifrontal digunakan dalam kasus keterlibatan dura dan struktur tulang anterior dasar
tengkorak yang luas dan/atau invasi ke jaringan otak. Pendekatan ini juga digunakan
dalam kasus sinus frontal sangat kecil, yang menghalangi kraniotomi transfrontal.
Tumor dengan invasi bilateral ethmoid dan ekstensi atau tidak ke orbita dikendali
dengan pendekatan subkranial.
Pinsolle et al.8 Kesemua tumor adalah yang berukuran besar, dan sebagian besar
darinya mengganggu atap ethmoid.
Pada 67 pasien, terdapat daerah lain yang terlibat, seperti periosteum orbita,
sinus sphenoid, saraf optik dan prosessus clinoid anterior dan bagian anterior dari
fosa kranial tengah. Eksentrasi mata dilakukan pada 11 orang pasian saat reseksi
kraniofasial, dan 39 pasien yang menerima reseksi Periosteum orbita dengan
pengekalan bola mata.
Dalam 49 kasus, reseksi dan rekonstruksi dengan dura yang diliofikasikan
atau dengan graf perikranial diwajibkan pada tumor yang melibatkan dura. Jam
operasi, beberapa derajat keterlibatan otak ditemukan dalam kasus 28 dengan
keterlibatan bagian intracerebral direseksi.
Keterlibatan ethmoid bilateral diamati dalam kasus 19, menyebabkan perlunya
penggunaan pendekatan subcranial dimodifikasi dan yang terakhir, pada 25 orang
pasien dengang sinus frontal yang diinvasi secara primer atau sekunder. (Tabel 3).
Akhirnya, reseksi tulang frontal, orbit, dan kulit wajah yang luas diperbaiki dengan
flap parascapular pada tiga pasien.
Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 10,0 (Chicago,
IL). kurva kelangsungan hidup dihitung dengan menggunakan cara Kaplan-Meier.
Kematian dari penyebab selain indeks tumor atau metastasis tidak dianggap
kegagalan dalam pengobatan, dan pasien-pasien ini diecualikan dari semua analisis
yang melibatkan panjang atau lama kelangsungan hidup. Perbedaan antara waktu
kelangsungan hidup dianalisis dengan metode log rank. Model multivarian Cox
proportional hazard digunakan untuk mengkaji dampak variable yang relatif
menunjukkan ianya signifikan secara statistik pada analisis univariat atau variabelvariabel yang mungkin memiliki efek pada hasil.
HASIL
Kelompok 100 pasien yang di teliti terdiri dari 83 pria dan wanita 17. Usia
mereka berkisar antara 3-81 tahun, dengan rata-rata usia 57 tahun. Dari 100 pasien,
berbagai
entitas
patologis
termasuk
tumor
epitel
pada
82
pasien,
estesioneuroblastoma pada 9 pasien, dan berbagai jenis sarcoma pada 6 pasien, dan
lain-lain tumor pada 3 pasien (Tabel 4). Pengobatan prabedah termasuk operasi (n =
18), radioterapi (n = 3), kemoterapi (n = 1), dan kombinasi (n = 5) daripadanya pada
27 pasien.
Dari pasien pembedahan yang dirawat di tempat lain (n = 22), tidak ada yang
menerima pendekatan kraniofasial, tetapi hanya prosedur minor, seperti Endoskopi (n
antara kurva adalah lebih jelas pada sistem UICC, meskipun kelangsungan hidup
pasien T3 adalah sedikit di bawah T4a. Di sisi lain, pada sistem staging INT, hasil
klinis untuk pasien dengan T2 dan T4 adalah hampir sama (gambar 2 dan 3).
Kesemua empat pasien yang menunjukkan nodus pada leher, mati sebelum
sempat dilakukan temuan histologis tumor atau staging T. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelangsungan hidup adalah keterlibatan ekstensif orbita (p =.003)
(gambar 4), keterlibatan dinding lateral sinus sphenoid (p =.001) keterlibatan otak
(gambar 5), (p = .04), dan kekambuhan pasca operasi (p =.0000). Pasien yang
dilakukan eksentrasi orbita tidak meningkatkan kualitas hidup dibandingkan dengan
pasien dengan invasi periosteal orbita dengan pengekkalan bola mata (p =.19). Di sisi
lain, keterlibatan periosteum orbita maupun sinus frontal memiliki signifikansi
statistik pada kelangsungan hidup. Pada pasien dengan keterlibatan interkranial yang
mengenai dura mempunyai kelangsungan hidup 5 tahun yang sama dengan pasien
tanpa keterlibatan dura (p =.41) . Namun demikian, kelangsungan hidup 5 tahun
untuk pasien dengan keterlibatan otak adalah 23%, secara signifikan lebih buruk dari
tanpa adannya keterlibatan dai otak (48%) (Gambar 6)(Tabel 5).
pada
Analisis multivariat dan analisis regresi Cox telah mengidentifikasi faktorfaktor yang signifikan mempengaruhi kelangsungan hidup pasien. Antaranya adalah
rekurensi setelah reseksi kraniofasial (p =.001), keterlibatan ekstensif pada orbita (p
=.037), dan keterlibatan sinus sphenoid (p =.024)
DISKUSI
Pertimbangan pembedahan.
Pendekatan kraniofasial melalui saluran sinonasal secara signifikan telah
meningkatkan kelangsungan hidup pasien dengan tumor. Indikasi untuk reseksi
kraniofasial pada tumor etmoid tidak didefinisikan dengan jelas. Pendekatan ini
diindikasikan pada semua pasien dengan estesioneuroblastoma, karena adanya invasi
tumor pada sepanjang akar saraf penciuman meskipun secara radiologismenunjukkan
penyebaran terbatas pada rongga hidung.9,10 Beberapa penulis memperluas indikasi ini
sehingga
ke
jenis
histologis
tumor,11,12
sedangkan
yang
lain
hanya
mempertimbangkan reseksi kraniofasial pada tumor dengan invasi ke atau erosi plat
cribriform.13,14 Berdasarkan berbagai pengamatan, keterlibatan orbita, dura mater,
otak (terbatas), palatum durum, dan fosa infratemporal tidak dikontraindikasi untuk
reseksi kraniofasial.
Di sisi lain, keterlibatan hanya satu mata, puncak kedua oorbita, kiasme optik,
destruksi bagian besar tulang dasar tengkorak dan jaringan otak, invasi ke clivus atau
sella tursika, dan tumor dengan ekstensi ke sinus cavernous
dianggap kontraindikasi untuk operasi kraniofasial untuk lesi yang dianggap ganas. 15
pendekatan intrakranial melalui sinus frontal (transfrontal kraniotomi), seperti design
klasik,16,17 melibatkan pembuangan sebagian atau semua dinding anterior dan
posterior sinus frontal, dengan resiko osteomielitis dalam kasus penggantian dinding
anterior sinus. Teknik yang telah diubah ini menggunakan flap frontal osteoplastic
yang telah digunakan dalam berbagai kondisi patologis sinus frontal untuk
menghindari resiko osteomielitis.5 Prosedur ini telah diperluas pada kasus keterlibatan
ethmoid bilateral melalui modifikasi pendekatan subkranial dengan pembuangan
dinding anterior sinus frontal pada kontinuitas dengan bagian dari cincin orbita dan
tulang hidung.
Pendekatan subkranial dapat disesuaikan dengan berbagai cara. 18,19 Ukuran
tulang frontal dan jumlah bagian cincin orbita yang terlibat dalam flap ditentukan
oleh jumlah pemaparan yang diperlukan.8 Pendekatan subkranial sangat penting pada
tumor yang melibatkan kedua sisi ethmoid, terutama jika ada invasi ke orbita, dan
menyediakan akses ke fosa anterior dengan retraksi lobus fromntal yang minimal.
Untuk memperbaiki jaringan lunak, otot temporalis sangat berguna dalam
merekonstruksi orbita setelah eksentrasi21 atau langit-langit setelah dilakukan
prosedur maksilektomi total.
Secara keseluruhan kelangsungan hidup setelah reseksi kraniofasial ethmoid
berkisar antara 40% dan 50% dalam 5 tahun.13,22,23 Perbandingan hasil jangka panjang
sulit, karena indikasinya bervariasi dari satu penulis ke penulis yang lain. Penelitian
yang meliputi jumlah kasus tanpa keterlibatan plat cribriform menunjukkan tingkat
kesembuhan keseluruhan dari sekitar 60% sampai
70% 11,14,18,24,25
intrakranial, kelangsungan hidup turun menjadi kurang dari 30% .4,11 tingkat rekurensi
keduanya adalah (12% vs 60%)
26
mengurangi kelangsungan hidup 5 tahun dari 68% menjadi 25% pada serangkaian 63
adenocarcinoma22 dan dari 83% menjadi 22% pada pasien yang menjalani reseksi
kraniofasial.31 Selanjutnya , kontrol lokal dipengaruhi pada kasus invasi dura, dengan
penurunan dari 91% ke 64% pada73 pasien yang menerima reseksi kraniofasial.32
Potensi kesembuhan menurun secara dramatis dengan keterlibatan otak yang luas,23,33
meskipun secara umum dapat dikatakan kemungkinan bertahan hidup pada kasus
yang tidak melibatkan invasi pada dura adalah sama. Keterlibatan orbita memiliki
dampak yang signifikan pada kelangsungan hidup, terutama jika ada keterlibatan
puncak orbita dan tidak dibalik dengan ekesntrasi. Lebih penting, gred tumor dan
invasi ke orbita merupakan satu-satunya variabel independen signifikan yang
mempengaruhi kelangsungan hidup dalam McCaffrey et al series.1
Banyak penulis telah melaporkan kelangsungan hidup yang rendah pada
pasien-pasien yang membutuhkan eksentrasi orbita daripada mereka yang tidak
melakukannya.15 Selain itu, Lund et al23 telah membandingkan kelangsungan hidup
sebuah kelompok yang menjalani reseksi periosteum orbita terlibat dengan orangorang yang menjalani eksentrasi orbita, menampilkan bahwa pengekalan bola mata
tidak mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, mata dapat diselamatkan tanpa adanya
keterlibatan luas periorbital oleh tumor tanpa mengorbankan kontrol lokal atau
kelangsungan hidup. Hasil penelitian ini menyokong pendapat ini sehingga ianya
memiliki implikasi yang penting untuk kualitas hidup.
Klasifikasi tumor ganas ethmoid menurut Cantu
kedua sistem klasifikasi, namun keterbatasan penelitian ini adalah seperti pada
sebagian besar lainnya, termasuk banyak jenis histologis dengan berbagai tingkat
aggressivity, sejumlah kecil dari sebagian besar jenis histologis, berbagai tempat asal
tumor, terapi adjuvan non-bedah yang berbeda dan perawatan sebelumnya
mmerupakan bagian penting dari penelitian ini.
Penelitian multiinstitusional dengan sejumlah besar tumor jenis histologis
yang paling umum dan jadwal pengobatan yang harus digunakan untuk memvalidasi
kedua-dua sistem staging. Selain itu, kombinasi faktor prognostik molekular,
histopathologic, dan karakteristik klinis dalam sistem penilaian matematika mungkin
akan menyediakan hasil yang lebih akurat dalam mengevaluasi hasil yang diharapkan
dari pasien.
Prognosis dengan histopatologi
Dalam kompilasi kasus 1001 reseksi kraniofasial ethmoid yang sesuai dengan
berbagai seri, adenocarcinoma adalah paling sering didiagnosis secara histologis
diagnosis
(27,6%),
diikuti
oleh
karsinoma
sel
skuamosa
(18,2%),
daripada
bentuk
histologis
jenis
lain,
masing-masing
menunjukkan
kelangsungan hidup 5 tahun yamg lebih besar dari 75%. 1,13,15,23,27,35,37 Pasien dengan
adenocarcinoma yang well-differentiated dan Karsinoma adenoid kistik menunjukkan
kelangsungan hidup 5 tahun yang lebih baik (antara 40% dan 60%)
dibandingkan dengan karsinoma sel skuamosa (25% sampai 50%),
13,15,22,23,35
1,15,23, 35
dengan
REFERENSI
1.
McCaffrey TM, Olsen KD, Yohanan JM, Lewis JE, Ebersold MJ, Piepgras G.
Factors affecting survival of patients with tumors of the anterior skull base.
Laryngoscope 1994;104:940945.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Bridger GP, Baldwin M. Anterior craniofacial resection for ethmoid and nasal
cancer with free flap reconstruction. Arch Otolaryngol Head Neck Surg
1989;115:308312.
12.
13.
14.
15.
Shah JP, Krauss DH, Bilsky MH, Guttin PH, Harrison LH, Strong EW.
Craniofacial resection for malignant tumors involving the anterior skull base.
Arch Otolaryngol Head Neck Surg 1997;123:13121317.
16.
Bridger GP, Shaheen OH. Radical surgery for ethmoid cancer. J Laryngol Otol
1968;82:817824.
17.
Schramm VL, Myers EN, Maroon JC. Anterior skull base surgery for benign
and malignant disease. Laryngoscope 1979;89:10771091.
18.
Fliss DM, Zucker G, Cohen A, et al. Early outcome and complications of the
extended subcranial approach to the anterior skull base. Laryngoscope
1999;109:153160.
19.
20.
21.
Holmes AD, Marshall KA. Uses of the temporalis muscle flap in blanking out
orbits. Plast Reconstr Surg 1979;63: 336343.
22.
Roux FX, Brasnu D, Devaux B, et al. Ethmoid sinus carcinomas: results and
prognosis after neoadjuvant chemotherapy and combined surgery. A 10-year
experience. Surg Neurol 1994;42:98104.
23.
Lund VJ, Howard DJ, Wei WI, Cheesman AD. Craniofacial resection for
tumors of the nasal cavity and paranasal sinuses. A 17-year experience. Head
Neck 1998;20:97105.
24.
Raveh J, Turk JB, Ladrach K, et al. Extended anterior subcranial approach for
skull base tumors: long term results. J Neurosurg 1995;82:10021010.
25.
Ketcham AS, Hoye RC, Van Buren JM, Johnson R, Smith RR. Complications
of intracranial facial resection for Tumors of the paranasal sinuses. Am J Surg
1966;112: 591596.
26.
27.
28.
Browne JD, Mims JW. Preservation of olfaction in anterior skull base surgery.
Laryngoscope 2000;110:13171322.
29.
30.
Shah JP, Kraus DH, Arbit E, Galicich JH. Craniofacial resection for tumor
involving the anterior skull base. Otolaryngol Head Neck Surg 1992;106:387
393.
31.
32.
Catalano PJ, Hecht CS, Biller HF, et al. Craniofacial resection: an analysis of
73 cases. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 1994;120:12031208.
33.
Ketcham AS, Van Buren JM. Tumors of the paranasal sinuses: a therapeutic
challenge. Am J Surg 1985;150: 406413.
34.
35.
36.
37.