Anda di halaman 1dari 20

JOURNAL READING

FAKTOR-FAKTOR PROGNOSTIK PADA TUMOR YANG MELIBATKAN


TUMOR PADA BAGIAN ANTERIOR DASAR TENGKORAK

Disusun Oleh :
AZIMA AMINA
100100289
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA LEHER (THT-KL)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
2015
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, telah menyerahkan hardcopy dan
softcopy makalah ilmiah kepada dr. Ardyansyah Nasution.
Nama
Full Text
Power Point
Soft Copy
Tanda Tangan
Azima
Amina
Yang Menerima,
September 2015

Telah Disetujui,
September 2015

dr. Ardyansyah Nasution

dr. Ardyansyah Nasution

FAKTOR-FAKTOR PROGNOSTIK PADA TUMOR YANG MELIBATKAN


TUMOR PADA BAGIAN ANTERIOR DASAR TENGKORAK
Carlos Suarez, MD,1,2,3 Jose L. Llorente, MD,1,2,3 Ramon Fernandez De Leon, MD,3
Eduardo Maseda, MD,1 Aurora Lopez, MD1
1.

Department of Otolaryngology, Hospital Central de Asturias, Celestino


Villaamil, s/n, 33006 Oviedo, Spain E-mail: csuarezn@hcas.sespa.es;
csuarezn@seorl.net

2. Instituto Universitario de Oncologa del Principado de Asturias, Universidad


de Oviedo, Oviedo Spain
3. Skull Base Unit, Hospital Central de Asturias, Universidad de Oviedo,
Oviedo, Spain
ABSTRAK : Reseksi anterior kraniofasial adalah prosedur standar untuk pengobatan
tumor ethmoid dan frontal dengan invasi intrakranial.
METODE: Tinjauan retrospektif dari 100 pasien dengan tumor sinonasal yang
melibatkan anterior dasar tengkorak yang menjalani operasi kombinasi kraniofasial di
rumah sakit pusat de Asturias.
HASIL : Entitas patologis yang paling sering adalah adenocarcinoma (53 kasus) dan
tumor lain epitel (29 kasus). Kelangsungan hidup lima tahun aktual berdasarkan
metode Kaplan-Meier adalah 40%. Faktor-faktor seperti keterlibatan bedah margin,
keterlibatan periosteum orbita, invasi sinus frontal atau penyebaran ke dura tidak
berpengaruh signifikan pada kelangsungan hidup. Namun, Kelangsungan hidup
dipengaruhi oleh temuan-temuan histologis dari tumor (p = .003), keterlibatan otak
(p = kerja.04), keterlibatan jaringan lunak dalam orbita (p =.003), keterlibatan sinus
sphenoid (p =.001), regimen pengobatan sebelumnya (p = 05), dan kekambuhan
pasca operasi (p =.0000 .Baik sistem staging INT maupun sistem UICC tidak
menunjukkan prognostik statistik yang signifikan. Setelah analisis multivariat dan
analisis regresi Cox, hanya kekabuhan craniofacial setelah direseksi, keterlibatan

jaringan lunak orbita, dan invasi sinus sphenoid yang mempengaruhi kelangsungan
hidup.
KESIMPULAN : Sistem staging yang standar tidak menunjukkan signifikansi
statistik prognostik. Hanya keterlibatan beberapa daerah kritis yang disebutkan dapat
diandalkan sebagai prediksi hasil yang tidak dinnginkan.
KATA KUNCI : reseksi kraniofasial; sinus paranasal; tumor ethmoid; staging tumor;
faktor-faktor prognostik.
PENGANTAR
Prognosis yang buruk yang terkait dengan tumor ganas dari sinus paranasal
adalah konsekuensi lokal dari kekambuhan tumor pada dasar tengkorak. Selain itu,
tumor sering ditemukan mempengaruhi bagian tengah dari fosa kranial anterior ketika
diagnosis ditegakkan.
Ini telah diamati terjadi di sekitar 50% hingga 75% dari tumor
esthesioneuroblastoma dan setinggi 38% pada kasus semua adenocarcinoma. Reseksi
kraniofasial anterior adalah prosedur standar untuk pengobatan tumor ethmoid dan
frontal dengan atau tanpa adanya invasi intrakranial. Dalam dua dekade terakhir,
sejumlah modifikasi dan perbaharuan beberapa pendekatan klasik yang telah jelaskan
yang memungkinkan kontrol yang lebih baik dari penyakit ini dan meminimalkan
defek kosmetik.
Ciri-ciri bgian dari tumor ini dapat berbeda secara histologis, kelas, dan
tingkat keterlibatan, secara tidak langsung merumitkan analisis kelangsungan hidup.
Tujuan artikel ini adalah untuk mempelajari faktor prognostik yang mungkin
memiliki implikasi terhadap manajemen pasien, serta untuk menyajikan pengalaman
yang didapatkan dengan pendekatan dan indikasi yang berbeda dalam menangani
kasus seperti ini.

METODE DAN PASIEN


Catatan medis dari semua pasien yang menjalani reseksi kraniofasial anterior
di institusi kami antara tahun 1986 dan 2001 ditinjau secara retrospektif. sejumlah
100 pasien dimasukkan dan dievaluasi dalam penelitian ini. Hanya pasien dengan
tumor saluran sinonasal yang menginvasi bagian anterior dasar tengkorak inklusikan.
Kriteria seleksi calon yang dipertimbangkan untuk prosedur ini termasuk CT
scan atau MRI ang menunjukkan adanya keterlibatan plat cribriformis atau atap
ethmoid, dan/atau sinus sphenoid, dengan atau tanpa ekstensi orbita baik unilateral
atau bilateral. Pertumbuhan tumor ke sinus cavernous, invasi yang dalam hingga ke
lobus frontal, dan keterlibatan saraf optic bilateral dianggap kontraindikasi untuk
reseksi kraniofasial anterior.
Sistem klasifikasi UICC (edisi yang diterbitkan pada tahun 2002) 3 dan sistem
staging yang diusulkan oleh Cantu et al4 (INT sistem) (Tabel 1) digunakan untuk
memvalidasi manfaat dari kedua sistem sebagai faktor-faktor prognostik dalam
penelitian ini. Menurut staging UICC-AJCC,

tumor diklasifikasikan kepadaT2, 28

T3, 18 T4a, dan 50 T4b. Menurut sistem klasifikasi INT,


menjadi T2, 32 T3 dan 40 T4.

28

tumor diklasifikasi kan

Pada diagnosis, empat pasien dengan berbagai jenis histologis tumor


(adenokarsinoma,

neuroesthesioblastoma,

dan

dua

karsinoma

yang

tidak

berdiferensiasi ) dengan metastasis nodal di daerah I dan / atau II.


Prosedur yang paling umum digunakan adalah reseksi kraniofacial ethmoid
(84 kasus), dimana 8 pasien dilakukan reseksi orbita frontal yang berbeda untuk
neoplasma yang melibatkan sinus frontalis, tulang frontalis, atau / dan orbita.
Akhirnya, delapan pasien menerima reseksi kraniofasial anterior dengan
pendekatan infratemporal, termasuk maxilektomi total (Tabel 2). Kraniotomi standar
bifrontal dilakukan pada kasus 18, sedangkan 52 pasien menerima transfrontal
kraniotomi menurut teknik yang sebelumnya telah dijelaskan .5 dua puluh dua pasien
menjalani pendekatan subkranial yang dimodifikasi dari yang dijelaskan oleh Raveh
et al,

6, 7

sebagian besar terdiri dari kraniotomi transfrontal dalam kontinuitas dengan

bagian dalam pinggir orbita dan tulang hidung. Dalam delapan kasus dengan
perluasan tumor yang terbatas pada rongga hidung, tumor direseksi melalui
pendekatan intrakranial, dengan bantuan Endoskopi secara berkala. Kraniektomi
bifrontal digunakan dalam kasus keterlibatan dura dan struktur tulang anterior dasar
tengkorak yang luas dan/atau invasi ke jaringan otak. Pendekatan ini juga digunakan
dalam kasus sinus frontal sangat kecil, yang menghalangi kraniotomi transfrontal.
Tumor dengan invasi bilateral ethmoid dan ekstensi atau tidak ke orbita dikendali
dengan pendekatan subkranial.

Ketika adanya keterlibatan bilateral ethmoid, pendekatan subkranial diperluas


untuk menyesuaikan flap osteoplastic yang lebih besar seperti yang dijelaskan oleh

Pinsolle et al.8 Kesemua tumor adalah yang berukuran besar, dan sebagian besar
darinya mengganggu atap ethmoid.
Pada 67 pasien, terdapat daerah lain yang terlibat, seperti periosteum orbita,
sinus sphenoid, saraf optik dan prosessus clinoid anterior dan bagian anterior dari
fosa kranial tengah. Eksentrasi mata dilakukan pada 11 orang pasian saat reseksi
kraniofasial, dan 39 pasien yang menerima reseksi Periosteum orbita dengan
pengekalan bola mata.
Dalam 49 kasus, reseksi dan rekonstruksi dengan dura yang diliofikasikan
atau dengan graf perikranial diwajibkan pada tumor yang melibatkan dura. Jam
operasi, beberapa derajat keterlibatan otak ditemukan dalam kasus 28 dengan
keterlibatan bagian intracerebral direseksi.
Keterlibatan ethmoid bilateral diamati dalam kasus 19, menyebabkan perlunya
penggunaan pendekatan subcranial dimodifikasi dan yang terakhir, pada 25 orang
pasien dengang sinus frontal yang diinvasi secara primer atau sekunder. (Tabel 3).

Flap pericranial berukuran besar digunakan untuk rekonstruksi dasar


tengkorak bagian anterior pada pasien yang menggunakan pendekatan subcranial atau
yang dilakkukan kraniektomi bifrontal. Flap otot temporalis digunakan pada 16
pasien untuk rekonstruksi orbita setelah dilakukan eksenterasi atau untuk penutupan
defek di palatum setelah prosedur maksilektomi total, dan penggantian tulang
alloplastik atau tulang tengkorak yang berfungsi memberi kontur pada cincin orbita,
daerah frontal, dan hidung ketika struktur tulang ini keluarkan (enam kasus).

Akhirnya, reseksi tulang frontal, orbit, dan kulit wajah yang luas diperbaiki dengan
flap parascapular pada tiga pasien.
Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 10,0 (Chicago,
IL). kurva kelangsungan hidup dihitung dengan menggunakan cara Kaplan-Meier.
Kematian dari penyebab selain indeks tumor atau metastasis tidak dianggap
kegagalan dalam pengobatan, dan pasien-pasien ini diecualikan dari semua analisis
yang melibatkan panjang atau lama kelangsungan hidup. Perbedaan antara waktu
kelangsungan hidup dianalisis dengan metode log rank. Model multivarian Cox
proportional hazard digunakan untuk mengkaji dampak variable yang relatif
menunjukkan ianya signifikan secara statistik pada analisis univariat atau variabelvariabel yang mungkin memiliki efek pada hasil.
HASIL
Kelompok 100 pasien yang di teliti terdiri dari 83 pria dan wanita 17. Usia
mereka berkisar antara 3-81 tahun, dengan rata-rata usia 57 tahun. Dari 100 pasien,
berbagai

entitas

patologis

termasuk

tumor

epitel

pada

82

pasien,

estesioneuroblastoma pada 9 pasien, dan berbagai jenis sarcoma pada 6 pasien, dan
lain-lain tumor pada 3 pasien (Tabel 4). Pengobatan prabedah termasuk operasi (n =
18), radioterapi (n = 3), kemoterapi (n = 1), dan kombinasi (n = 5) daripadanya pada
27 pasien.

Dari pasien pembedahan yang dirawat di tempat lain (n = 22), tidak ada yang
menerima pendekatan kraniofasial, tetapi hanya prosedur minor, seperti Endoskopi (n

= 6) atau pembedahan paranasal (n = 16). Dalam kelompok pasien dengan


pengobatan prabedah, jenis histologis yang termasuk tumor epitel (n = 20),pelbagai
jenis sarcoma (n = 3), estesioneuroblastoma (n = 2), dan lain-lain tumor (n = 2).
Setelah operasi kraniofasial, pengobatan lebih lanjut diberikan kepada pasien 55,
terutama radioterapi.
Pembedahan kraniofasial tambahan antara satu dan tiga kali dilakukan untuk
tumor berulang atau yang terkait komplikasi pada delapan pasien.
Kelangsungan hidup kanker-spesifik yang aktual untuk kelompok pasien ini adalah
40% dalam 5 tahun, turun menjadi 27% di 10 tahun (gambar 1). Antara 56 pasien
yang mengalami kekambuhan, pola kegagalan terapi termasuk berikut: kekambuhan
tumor pada locoregional (n = 51), metastasis jauh (n = 5), dan kombinasi dari
keduanya (n = 10). Sebagian besar rekurensi adalah dari gabungan intrakranial dan
ekstrakranial, sedangkan lima adalah eksklusif intrakranial dan enam ekstrakranial.

Dari pasien-pasien ini, sejumlah 17 orang diselamatkan dengan pengobatan


pembedahan tambahan. Sampai saat ini, 45 pasien masih hidup bebas tumor, 50
pasien meninggal akibat tumor, dan 5 pasien lain meninggal karena penyebab tidak
terkait.
Perbedaan prognostik menurut klasifikasi lokal adalah tidak signifikan secara
statistik baik dengan sistem-sistem UICC ataupun INT. pembagian yang lebih nyata

antara kurva adalah lebih jelas pada sistem UICC, meskipun kelangsungan hidup
pasien T3 adalah sedikit di bawah T4a. Di sisi lain, pada sistem staging INT, hasil
klinis untuk pasien dengan T2 dan T4 adalah hampir sama (gambar 2 dan 3).

Kesemua empat pasien yang menunjukkan nodus pada leher, mati sebelum
sempat dilakukan temuan histologis tumor atau staging T. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelangsungan hidup adalah keterlibatan ekstensif orbita (p =.003)
(gambar 4), keterlibatan dinding lateral sinus sphenoid (p =.001) keterlibatan otak
(gambar 5), (p = .04), dan kekambuhan pasca operasi (p =.0000). Pasien yang
dilakukan eksentrasi orbita tidak meningkatkan kualitas hidup dibandingkan dengan
pasien dengan invasi periosteal orbita dengan pengekkalan bola mata (p =.19). Di sisi
lain, keterlibatan periosteum orbita maupun sinus frontal memiliki signifikansi
statistik pada kelangsungan hidup. Pada pasien dengan keterlibatan interkranial yang
mengenai dura mempunyai kelangsungan hidup 5 tahun yang sama dengan pasien
tanpa keterlibatan dura (p =.41) . Namun demikian, kelangsungan hidup 5 tahun
untuk pasien dengan keterlibatan otak adalah 23%, secara signifikan lebih buruk dari
tanpa adannya keterlibatan dai otak (48%) (Gambar 6)(Tabel 5).

Kelangsungan hidup secara signifikan dipengaruhi oleh temuan-temuan


histologis tumor (p =.03) kelangsungan hidup lima tahun yang aktual adalah 71%
pada pasien dengan esthesioneuroblastomas, 65% di karsinoma sel skuamosa, 31% di
adenocarcinoma, 17% pada karsinoma yang tidak dapat didiferensiasikan, dan 0%
pada melanomas yang membutuhkan reseksi kraniofasial. Gambar 7 menunjukkan
kelangsungan hidup aktual untuk jenis histologis pada empat atau lebih kelompok.
Perbedaan yang signifikan dalam kelangsungan hidup yang ditemukan antara
esthesioneuroblastomas dan karsinoma yang tidak dapat didiferensiasikan (p =.04),
karsinoma sel skuamosa dan karsinoma tidak dapat didiferensiasikan (p =.03).
Kelangsungan hidup dalam penelitian ini tidak signifikan pada pasien-pasien dengan
margin positif dibandingkan dengan margin yang negatif (p =.07)

Perawatan pasca operasi (p =.33) dan jenis pendekatan yang digunakan (p


=.28) juga tidak mempengaruhi hasil (Tabel 6). Kelangsungan hidup dalam penelitian
ini secara signifikan dipengaruhi

pada

pasien-pasien yang menjalani operasi

penyelamatan dibandingkan dengan mereka yang menerima penngobatan pertama


mereka di institusi kami (35% vs 55% 5 tahun kelangsungan hidup, masing-masing)
(p = .05 )

Analisis multivariat dan analisis regresi Cox telah mengidentifikasi faktorfaktor yang signifikan mempengaruhi kelangsungan hidup pasien. Antaranya adalah
rekurensi setelah reseksi kraniofasial (p =.001), keterlibatan ekstensif pada orbita (p
=.037), dan keterlibatan sinus sphenoid (p =.024)

DISKUSI
Pertimbangan pembedahan.
Pendekatan kraniofasial melalui saluran sinonasal secara signifikan telah
meningkatkan kelangsungan hidup pasien dengan tumor. Indikasi untuk reseksi
kraniofasial pada tumor etmoid tidak didefinisikan dengan jelas. Pendekatan ini
diindikasikan pada semua pasien dengan estesioneuroblastoma, karena adanya invasi
tumor pada sepanjang akar saraf penciuman meskipun secara radiologismenunjukkan
penyebaran terbatas pada rongga hidung.9,10 Beberapa penulis memperluas indikasi ini
sehingga

ke

jenis

histologis

tumor,11,12

sedangkan

yang

lain

hanya

mempertimbangkan reseksi kraniofasial pada tumor dengan invasi ke atau erosi plat
cribriform.13,14 Berdasarkan berbagai pengamatan, keterlibatan orbita, dura mater,
otak (terbatas), palatum durum, dan fosa infratemporal tidak dikontraindikasi untuk
reseksi kraniofasial.
Di sisi lain, keterlibatan hanya satu mata, puncak kedua oorbita, kiasme optik,
destruksi bagian besar tulang dasar tengkorak dan jaringan otak, invasi ke clivus atau
sella tursika, dan tumor dengan ekstensi ke sinus cavernous

dan arteri karotid

dianggap kontraindikasi untuk operasi kraniofasial untuk lesi yang dianggap ganas. 15
pendekatan intrakranial melalui sinus frontal (transfrontal kraniotomi), seperti design
klasik,16,17 melibatkan pembuangan sebagian atau semua dinding anterior dan
posterior sinus frontal, dengan resiko osteomielitis dalam kasus penggantian dinding
anterior sinus. Teknik yang telah diubah ini menggunakan flap frontal osteoplastic
yang telah digunakan dalam berbagai kondisi patologis sinus frontal untuk
menghindari resiko osteomielitis.5 Prosedur ini telah diperluas pada kasus keterlibatan
ethmoid bilateral melalui modifikasi pendekatan subkranial dengan pembuangan
dinding anterior sinus frontal pada kontinuitas dengan bagian dari cincin orbita dan
tulang hidung.
Pendekatan subkranial dapat disesuaikan dengan berbagai cara. 18,19 Ukuran
tulang frontal dan jumlah bagian cincin orbita yang terlibat dalam flap ditentukan

oleh jumlah pemaparan yang diperlukan.8 Pendekatan subkranial sangat penting pada
tumor yang melibatkan kedua sisi ethmoid, terutama jika ada invasi ke orbita, dan
menyediakan akses ke fosa anterior dengan retraksi lobus fromntal yang minimal.
Untuk memperbaiki jaringan lunak, otot temporalis sangat berguna dalam
merekonstruksi orbita setelah eksentrasi21 atau langit-langit setelah dilakukan
prosedur maksilektomi total.
Secara keseluruhan kelangsungan hidup setelah reseksi kraniofasial ethmoid
berkisar antara 40% dan 50% dalam 5 tahun.13,22,23 Perbandingan hasil jangka panjang
sulit, karena indikasinya bervariasi dari satu penulis ke penulis yang lain. Penelitian
yang meliputi jumlah kasus tanpa keterlibatan plat cribriform menunjukkan tingkat
kesembuhan keseluruhan dari sekitar 60% sampai

70% 11,14,18,24,25

; ketika adanya invasi

intrakranial, kelangsungan hidup turun menjadi kurang dari 30% .4,11 tingkat rekurensi
keduanya adalah (12% vs 60%)

26

dan kelangsungan hidup bebas penyakit (82% vs

38%) 27 membaik setelah menjalani reseksi kraniofasial ethmoid dibandingkan dengan


era precraniofacial.
Namun, hal ini tidak menjanjikan apakah reseksi kraniofasial ethmoid
meningkatkan hasil pasien dengan tumor yang tidak melibatkan struktur tulang
anterior dasar tengkorak. Hal ini penting karena sebagian besar waktu reseksi
kraniofasial menyebabkan hilangnya penciuman yang bilateral.
(pemeliharaan saraf penciuman kotralateral sangat jarang dapat dilakukan 28) dan
risiko lebih tinggi komplikasi lainnya dari ethmoidektomi melalui pendekatan
paranasal. Penelitian multiintitutional yand diacak perlu dilakukan untuk memberikan
jawaban pada pertanyaan ini.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan invasi tumor dan staging.
Keterlibatan intrakranial telah diakui sebagai faktor prognostik yang paling
merugikan pada tumor ganas sinonasal.29 perbandingan dari orang-orang dengan tiada
invasi ke dura dengan mereka yang mempunyai tumor yang menginvasi baik dural
atau otak memiliki prognosis yang secara signifikan lebih buruk. 15,30 Invasi dura

mengurangi kelangsungan hidup 5 tahun dari 68% menjadi 25% pada serangkaian 63
adenocarcinoma22 dan dari 83% menjadi 22% pada pasien yang menjalani reseksi
kraniofasial.31 Selanjutnya , kontrol lokal dipengaruhi pada kasus invasi dura, dengan
penurunan dari 91% ke 64% pada73 pasien yang menerima reseksi kraniofasial.32
Potensi kesembuhan menurun secara dramatis dengan keterlibatan otak yang luas,23,33
meskipun secara umum dapat dikatakan kemungkinan bertahan hidup pada kasus
yang tidak melibatkan invasi pada dura adalah sama. Keterlibatan orbita memiliki
dampak yang signifikan pada kelangsungan hidup, terutama jika ada keterlibatan
puncak orbita dan tidak dibalik dengan ekesntrasi. Lebih penting, gred tumor dan
invasi ke orbita merupakan satu-satunya variabel independen signifikan yang
mempengaruhi kelangsungan hidup dalam McCaffrey et al series.1
Banyak penulis telah melaporkan kelangsungan hidup yang rendah pada
pasien-pasien yang membutuhkan eksentrasi orbita daripada mereka yang tidak
melakukannya.15 Selain itu, Lund et al23 telah membandingkan kelangsungan hidup
sebuah kelompok yang menjalani reseksi periosteum orbita terlibat dengan orangorang yang menjalani eksentrasi orbita, menampilkan bahwa pengekalan bola mata
tidak mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, mata dapat diselamatkan tanpa adanya
keterlibatan luas periorbital oleh tumor tanpa mengorbankan kontrol lokal atau
kelangsungan hidup. Hasil penelitian ini menyokong pendapat ini sehingga ianya
memiliki implikasi yang penting untuk kualitas hidup.
Klasifikasi tumor ganas ethmoid menurut Cantu

(sistem INT) didasarkan

pada faktor-faktor prognostik tidak menguntungkan yang paling sering. Klasifikasi


UICC T4 tumor terlalu luas, meskipun telah dibagi menjadi dua kelompok pada edisi
terakhir.
Distribusi pasien pada tahap UICC yang berbeda adalah kurang seimbang
dalam penelitian ini daripada klasifikasi INT, dan gagal untuk mendeteksi asosiasi
dengan hasil klinis dengan staging INT. Meskipun tidak mencapai nilai-nilai yang
signifikan, memburuknya progresif prognosis ditunjukkan terjadi dari ke T2-T4b
dengan sistem UICC, dengan pengecualian tumor T3 dan T4a. Ada alasan untuk

kedua sistem klasifikasi, namun keterbatasan penelitian ini adalah seperti pada
sebagian besar lainnya, termasuk banyak jenis histologis dengan berbagai tingkat
aggressivity, sejumlah kecil dari sebagian besar jenis histologis, berbagai tempat asal
tumor, terapi adjuvan non-bedah yang berbeda dan perawatan sebelumnya
mmerupakan bagian penting dari penelitian ini.
Penelitian multiinstitusional dengan sejumlah besar tumor jenis histologis
yang paling umum dan jadwal pengobatan yang harus digunakan untuk memvalidasi
kedua-dua sistem staging. Selain itu, kombinasi faktor prognostik molekular,
histopathologic, dan karakteristik klinis dalam sistem penilaian matematika mungkin
akan menyediakan hasil yang lebih akurat dalam mengevaluasi hasil yang diharapkan
dari pasien.
Prognosis dengan histopatologi
Dalam kompilasi kasus 1001 reseksi kraniofasial ethmoid yang sesuai dengan
berbagai seri, adenocarcinoma adalah paling sering didiagnosis secara histologis
diagnosis

(27,6%),

diikuti

oleh

karsinoma

sel

skuamosa

(18,2%),

estesioneuroblastoma (13,8%) dan sarcoma (12%). Pada penelitian ini insidensi


adenocarcinoma masih yang lebih tinggi, dan mewakili 53% dari yang dilakukan
pendekatan reseksi kraniofasial. 1,14,15,19,22-24,33-36
Temuan tumor histologis memainkan peran penting dalam hasil pengobatan;
Namun, efek prognostik temuan histologis ini sulit untuk perakui, karena tingginya
jumlah kondisi patologis yang berbeda dan jumlah kecil dari sebagian besar jenis
histologis. Ini adalah hal yang membatasi penelitian ini, di mana semua kelompok
kecuali tumor epitel adalah dari jenis yang kecil. Di sisi lain, sangat mungkin bahwa
kelangsungan hidup yang terkait dengan jenis-jenis histologis dipengaruhi oleh
efektivitas terapi adjuvan pada jenis histologis tertentu. Sebagai contoh, respon dari
adenokarsinoma untuk terapi radiasi berbeda dari yang karsinoma sel skuamosa, dan
mungkin ini adalah respons histologis dari terapi adjuvant yang memiliki pengaruh
pada rekurensi tumor.

Umumnya, prognosis esthesioneuroblastomas dan chondrosarcomas lebih


baik

daripada

bentuk

histologis

jenis

lain,

masing-masing

menunjukkan

kelangsungan hidup 5 tahun yamg lebih besar dari 75%. 1,13,15,23,27,35,37 Pasien dengan
adenocarcinoma yang well-differentiated dan Karsinoma adenoid kistik menunjukkan
kelangsungan hidup 5 tahun yang lebih baik (antara 40% dan 60%)
dibandingkan dengan karsinoma sel skuamosa (25% sampai 50%),

13,15,22,23,35

1,15,23, 35

dengan

kelangsungan hidup yang terendah di sarcoma, melanoma, dan undifferentiated


carcinomas dengan gred tinggi.15,30 meskipun hidup bebas penyakit tetap stabil pada
kebanyakan tipe histologis antara 5 dan 10 tahun setelah pengobatan,

REFERENSI
1.

McCaffrey TM, Olsen KD, Yohanan JM, Lewis JE, Ebersold MJ, Piepgras G.
Factors affecting survival of patients with tumors of the anterior skull base.
Laryngoscope 1994;104:940945.

2.

Nunez F, Suarez C, Alvarez IJL, Barthe P, Fresno F. Nasosinusal


denocarcinoma. linicopathological and epidemiological study of 34 cases. J
Otolaryngol 1993;22: 8690.

3.

Sobin LH, Wittekind C. UICC. TNM classification of malignant tumors, 6th


ed. New York: Wiley-Liss; 2002.

4.

Cantu G, Solero CL, Mariani L, Mattavelli F, Pizzi N, Licitra L. A new


classification for malignant tumors involving the anterior skull base. Arch
Otolaryngol Head Neck Surg 1999;125:12521257.

5.

Suarez C,EscuderoJ,LlorenteJL.A rhinologicalapproach for the craniofacial


resection of the ethmoid. Rhinology 1988;26:273279.

6.

Raveh J, Vuillemin T. The subcranial-supraorbital temporal approach for


tumor resection. J Craniofac Surg 1990;1: 5359.

7.

Raveh J, Ladrach K, Speiser M. The subcranial approach for fronto-orbital


and anteroposterior skull base tumors. Arch Otolaryngol Head Neck Surg
1993;119:385393.

8.

Pinsolle J, San-Galli F, Siberchicot F, Caix P, Emparanza A,MicheletFX.


Modified approach for ethmoid and anteriorskull base surgery. Arch
Otolaryngol Head NeckSurg1991; 117:779782.

9.

Sundaresan N, Shah J. Craniofacial resection for anterior skull base tumors.


Head Neck Surg 1988;10:219224.

10.

Harrison DFN. Surgical pathology of olfactory neuroblastoma. Head Neck


Surg 1984;6:6064.

11.

Bridger GP, Baldwin M. Anterior craniofacial resection for ethmoid and nasal
cancer with free flap reconstruction. Arch Otolaryngol Head Neck Surg
1989;115:308312.

12.

CheesmanAD,LundVJ,HowardDJ.Craniofacialresection for tumors of the


nasal cavity and paranasal sinuses. Head Neck Surg 1986;8:429435.

13.

Cantu G, Solero CL, Mariani L, et al. Anterior craniofacial resection for


malignant ethmoid tumors. A series of 91 patients. Head Neck 1999;21:185
191.

14.

McCutcheon IE, Blacklock JB, Weber RS, et al. Anterior transcranial


(craniofacial) resection of tumors of the paranasal sinuses: surgical technique
and results. Neurosurgery 1996;38:471480.

15.

Shah JP, Krauss DH, Bilsky MH, Guttin PH, Harrison LH, Strong EW.
Craniofacial resection for malignant tumors involving the anterior skull base.
Arch Otolaryngol Head Neck Surg 1997;123:13121317.

16.

Bridger GP, Shaheen OH. Radical surgery for ethmoid cancer. J Laryngol Otol
1968;82:817824.

17.

Schramm VL, Myers EN, Maroon JC. Anterior skull base surgery for benign
and malignant disease. Laryngoscope 1979;89:10771091.

18.

Fliss DM, Zucker G, Cohen A, et al. Early outcome and complications of the
extended subcranial approach to the anterior skull base. Laryngoscope
1999;109:153160.

19.

Kellman RM, Marentette L. The transglabellar/subcranial approach to the


anterior skull base. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2001;127:687690.

20.

Blacklock JB, Weber RS, Lee YY, Goepfert H. Transcranial resection of


tumors of the paranasal sinuses and nasal cavity. J Neurosurg 1989;71:1015.

21.

Holmes AD, Marshall KA. Uses of the temporalis muscle flap in blanking out
orbits. Plast Reconstr Surg 1979;63: 336343.

22.

Roux FX, Brasnu D, Devaux B, et al. Ethmoid sinus carcinomas: results and
prognosis after neoadjuvant chemotherapy and combined surgery. A 10-year
experience. Surg Neurol 1994;42:98104.

23.

Lund VJ, Howard DJ, Wei WI, Cheesman AD. Craniofacial resection for
tumors of the nasal cavity and paranasal sinuses. A 17-year experience. Head
Neck 1998;20:97105.

24.

Raveh J, Turk JB, Ladrach K, et al. Extended anterior subcranial approach for
skull base tumors: long term results. J Neurosurg 1995;82:10021010.

25.

Ketcham AS, Hoye RC, Van Buren JM, Johnson R, Smith RR. Complications
of intracranial facial resection for Tumors of the paranasal sinuses. Am J Surg
1966;112: 591596.

26.

Biller H, Lawson W, Sachdev V, Som P. Esthesioneuroblastoma: surgical


treatment without radiation. Laryngoscope 1990;100:11991201.

27.

Levine P, McLean W, Cantrell R. Esthesioneuroblastoma: the University of


Virginia experience 19601985. Laryngoscope 1986;96:742746.

28.

Browne JD, Mims JW. Preservation of olfaction in anterior skull base surgery.
Laryngoscope 2000;110:13171322.

29.

Alvarez I, Suarez C, Rodrigo JP, Nunez F, Caminero MJ. Prognostic factors


in paranasal sinus cancer. Am J Otolaryngol 1995;16:109114.

30.

Shah JP, Kraus DH, Arbit E, Galicich JH. Craniofacial resection for tumor
involving the anterior skull base. Otolaryngol Head Neck Surg 1992;106:387
393.

31.

Van Tuyl R, Gussack GS. Prognostic factors in craniofacial surgery.


Laryngoscope 1991;101:240244.

32.

Catalano PJ, Hecht CS, Biller HF, et al. Craniofacial resection: an analysis of
73 cases. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 1994;120:12031208.

33.

Ketcham AS, Van Buren JM. Tumors of the paranasal sinuses: a therapeutic
challenge. Am J Surg 1985;150: 406413.

34.

Solero CL, DiMeco F, Sampath P, et al. Combined anterior craniofacial


resection for tumors involving the cribriform plate: early postoperative
complications and technical considerations. Neurosurgery 2000;47:1296
1305.

35.

Bridger GP, Kwok B, Baldwin M, Williams JR, Smee RI. Craniofacial


resection for paranasal sinus cancer. Head Neck 2000;22:772780.

36.

Dias FL, Sa GM, Kligerman J, et al. Complications of anterior craniofacial


resection. Head Neck 1999;21:1220.

37.

Irish J, Dasgupta R, Freeman J, et al. Outcome and analysis of the surgical


management of esthesioneuroblastoma. J Otolaryngol 1997;26:17.

Anda mungkin juga menyukai