DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
Struktur Organisasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Metode Percobaan
10
11
12
13
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
15
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur vitamin A
2 Instrumen UPLC
3 Kurva standar vitamin A asetat
7
9
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Struktur organisasi Balai Besar Industri Agro
2 Diagram alir uji
3 Hasil uji Linearitas
4 Hasil penetapan keterulangan
5 Hasil penetapan ketertiruan
6 Hasil perbandingan uji T hasil presisi
7 Hasil penetapan akurasi dan perolehan kembali
15
16
16
17
19
21
22
Struktur Organisasi
BBIA dipimpin oleh Kepala Balai yang membawahi secara langsung bagian
tata usaha; bidang pengembangan jasa teknik; bidang sarana riset dan
standardisasi; bidang pengujian, sertifikasi dan kalibrasi; dan bidang
pengembangan kompetensi dan alih teknologi. Selain itu, BBIA sebagai Badan
Layanan Umum (BLU) juga memiliki Dewan Pengawas BLU yang dibentuk
melalui Keputusan Menteri Perindustrian RI Nomor; 776/M-IND/Kep/12/2013
tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro
Kementrian Perindustrian yang diketuai oleh Bapak Arryanto Sagala dengan
anggota yang terdiri atas Bapak Hadrian Syah Rezad dan Bapak Djoko
Wihantoro. Struktur organisasi BBIA dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sumber Daya Manusia
Pegawai di Balai Besar Industri Agro sebagian besar adalah pegawai
negeri sipil (PNS) dengan jenjang pendidikan yang berbeda-beda dimulai dari SDS3. Berbagai jenis pendidikan formal terutama di bidang teknologi pangan, kimia
analisis, konstruksi, kimia murni, biologi, statistik, farmasi, ekonomi, dan
teknologi informasi.
Sarana dan Fasilitas
Balai Besar Industri Agro berlokasi di Jl. Ir. H Juanda No 11, Kelurahan
Paledang, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. BBIA
dilengkapi dengan berbagai sarana seperti perkantoran, perpustakaan,
laboratorium, aula, wisma, dan sarana riset. Fasilitas laboratorium yang dimilki
oleh BBIA meliputi laboratorium instrumen yang dilengkapi dengan: ICP OES
(Inductively Coupied Plasma Optical Emission Spectrometer), GC (Gas
Chromatography), KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi), AAS (Atomic
Absroption
Spectrophotometer),
UPLC
(Ultra
Performance
Liquid
Chromatography), dan spektrofotometer UV-Vis; Laboratorium Makanan dan
Olahan; Laboratorium Mikrobiologi; Laboratorium Air; Laboratorium Minuman;
Laboratorium Pakan dan Bahan Baku; Laboratorium Limbah; dan Labrotarium
Proses.
Pelayanan Jasa Teknis
Balai Besar Industri Agro (BBIA) merupakan institusi yang memberikan
jasa dan pelayanan teknis kepada masyarakat industri, khususnya industri hasil
pertanian dalam rangka mewujudkan pengembangan industri yang berdaya saing
kompetitif baik secara nasional maupun internasional.
Berikut merupakan layanan jasa teknis yang ditawarkan dari BBIA antara
lain:
1.
Jasa Pengujian
Laboratorium Analisis Komoditi BBIA merupakan unit layanan pengujian
mutu bahan baku, produk makanan, minuman, dan produk agro-industri
3.
Jasa Riset
Jenis pelayanan riset Litbang Balai Besar Industri Agro antara lain:
- Pengembangan produk dan proses
- Mengatasi permasalahan teknologi
- Rekayasa dan rancang bangun peralatan industri agro
- Studi kelayakan usaha
- Pendugaan umur simpan produk makanan dan minuman
Fasilitas Riset yang dimiliki yaitu Laboratorium Proses yang digunakan
sebagai sarana riset, pelatihan dan uji coba industri agro skala mini, yang
dilengkapi alat proses yaitu aneka tipe pengering, pengolah roti dan kue,
pengalengan, pengasapan, penggorengan vakum, pengolahan keripik, dan
pengolahan serbuk buah
4.
Jasa Sertifikasi
Balai Besar Industri Agro memiliki 4 buah lembaga sertifikasi diantaranya:
- Lembaga Sertifikasi Produk yang bernama ABI-Pro (Agro-Based Product
Certification) yang telah diakreditasi oleh KAN/BSN (LSPro-010-IDN)
sehingga dapat melayani masyarakat industri agro untuk memperoleh
SERTIFIKAT PRODUK PENGGUNAAN TANDA SNI secara
profesional.
- Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu bernama ABICS (AgroBased Industry Certification Services) yang telah di akreditasi oleh
KAN/BSN (LSSM-003-IDN) sejak tahun 1994, sehingga dapat melayani
masyarakat industri agro untuk memperoleh SERTIFIKASI ISO 9000
secara profesional
- Lembaga Sertifikasi HACCP bernama ABICS (Agro-Based Industry
Certification Services) yang telah di akreditasi oleh KAN/BSN
(LSSHACCP-006-IDN), sehingga dapat melayani masyarakat industri
agro untuk memperoleh SERTIFIKAT Sistem HACCP secara profesional.
- Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO 22000
bernama ABICS (Agro-Based Industry Certification Services) yang telah
di akreditasi oleh KAN/BSN (LSSMKP-008-IDN) sehingga dapat
melayani masyarakat industri agro untuk memperoleh SERTIFIKAT ISO
22000 secara profesional.
5.
Jasa Konsultasi
Bidang layanan konsultasi BBIA adalah teknis teknologis mengenai
agro-industri pemecahan masalah teknologi, penganekaragaman produk,
perbaikan produksi, pengembangan produk, penggunaan bahan tambahan
makanan, pendirian usaha, studi kelayakan, dan lain-lain.
6.
Jasa Pelatihan
BBIA memberikan layanan pelatihan dalam bidang :
- Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (pangan dan non pangan
- Pemahaman GMP dan Sistem Keamanan Pangan
- Pemahaman Sistem Manajemen Mutu ISO 9000-2000
- Pemahaman Sistem Manajemen Laboratorium SNI 17025
- Pemahaman Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000
- Analisis Kimia, Instrumentasi, dan Mikrobiologi
- Kalibrasi Peralatan Laboratorium
Dalam pelaksanaannya BBIA memberikan layanan pelatihan secara regular,
paket maupun non regular baik kepada masyarakat industri maupun
personal.
Pelatihan-pelatihan regular meliputi :
- Pelatihan Kalibrasi Suhu, Massa dan Volume
- Pelatihan GMP dan Sistem Keamanan Pangan
- Pelatihan Manajemen Mutu ISO 9000-2000
- Pelatihan Manajemen Laboratorium SNI 17025-2000
- Pelatihan Manajemen Lingkungan ISO 14000
Pelatihan-pelatihan berupa paket meliputi :
- Paket Pelatihan Teknologi Pengolahan Pangan
- Paket Pelatihan Teknologi Minyak Atsiri
- Paket Pelatihan Penanganan Limbah dan Lain-lain
- Paket Pelatihan Pembuatan Dokumen UKL/UPL
- Paket Pelatihan Teknologi Bersih
Pelatihan-pelatihan atas permintaan (non regular) diantaranya :
- Teknologi Pemurnian Minyak Makan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu hewan mamalia betina sebagai
sumber gizi bagi anaknya (Potter 1996). Sebagian besar susu yang dikonsumsi
oleh manusia berasal dari sapi yang diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi
kualitas yang memadai, bergizi, aman, dan memenuhi selera konsumen. Secara
kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam
mineral dan protein dalam bentuk faktor koloidal. Susu memiliki kelebihan yang
tidak dimiliki oleh bahan makanan lainnya. Hal ini disebabkan oleh kelengkapan
dan keseimbangan zat gizi yang terkandung di dalam susu. Komposisi unsurunsur gizi tersebut sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, seperti faktor
keturunan, jenis hewan, makanan yang meliputi jumlah dan komposisi pakan yang
diberikan, iklim, waktu, lokasi, prosedur pemerahan, serta umur sapi. Susu
mengandung beberapa komposisi zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh salah
satunya adalah vitamin.
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh
tubuh untuk proses metabolisme dan memelihara kesehatan. Vitamin tidak dapat
dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus
diperoleh dari luar yaitu dari bahan pangan atau sediaan vitamin (Octaviani et al.
2014). Salah satu bentuk vitamin adalah vitamin A, yaitu vitamin yang larut
dalam lemak. Vitamin A terdiri dari tiga bentuk yaitu retinol, retinal, dan asam
retinoat (Gambar 1). Vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas, asam, dan
alkali namun sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan
pada suhu tinggi bersama udara dan sinar. Vitamin A berperan pada fungsi
fisiologis tubuh manusia, seperti fungsi penglihatan, diferensiasi sel, imunitas
tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, dan reproduksi. Defisiensi vitamin A
dapat menyebabkan gangguan pada fungsi fisiologis seperti rabun senja, kulit
kering, keratinisasi, meningkatnya resiko infeksi akibat penurunan fungsi
kekebalan tubuh, dan kegagalan pertumbuhan (Almatsier 2009). Angka
kecukupan gizi vitamin A menurut Permenkes No.75 tahun 2003 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia adalah 550 mcg atau
353 IU/mL.
10
dengan larutan etanol:THF (1:1) hingga tanda tera. Larutan tersebut didiamkan
semalam pada suhu ruang. Sebelum diukur, larutan tersebut dimasukkan ke dalam
vial 1.5 mL. Larutan tersebut kemudian diinjeksikan ke alat UPLC masing-masing
1 L. Kadar setiap contoh dihitung berdasarkan luas area yang diperoleh. Lalu
dicari nilai RSD dengan membandingkan simpangan baku dan rerata kadar
contoh.
Penetapan Akurasi dan Perolehan Kembali
Sebanyak 5 g contoh susu cair ditimbang dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 100 mL yang bertutup asah dengan 8 kali ulangan menggunakan
neraca analitik. Erlenmeyer yang mengandung susu cair tersebut kemudian
ditambahkan 0.05 mL larutan standar. Selanjutnya, ditambahkan 10 mL etanol
dan 2.5 mL KOH 50% mL lalu dihomogenkan. Kemudian contoh dipanaskan
pada suhu 80 C menggunakan water bath selama 2 jam. Setelah itu, didinginkan
pada suhu ruang dan ditambahkan 2.5 mL asam asetat glasial 95%. Larutan
tersebut didinginkan kembali hingga mencapai suhu ruang. Selanjutnya,
dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL dan ditambahkan dengan larutan
etanol:THF (1:1) hingga tanda tera. Setelah itu, didiamkan semalam pada suhu
ruang. Sebelum diukur, larutan tersebut dimasukkan ke dalam vial 1.5 mL.
Larutan tersebut kemudian diinjeksikan ke alat UPLC masing-masing 1 L. Kadar
setiap contoh dihitung berdasarkan luas area yang diperoleh. Selanjutnya nilai
persentase recovery yang terdapat pada larutan tersebut dihitung.
Penetapan Ketertiruan
Proses penetapan ketertiruan tidak jauh berbeda dengan proses penetapan
vitamin A presisi. Penetapan ketertiruan bertujuan mengetahui nilai standar
deviasi yang dilakukan oleh seorang analis dalam melakukan sebuah penelitian.
Waktu yang dibutuhkan oleh seorang analis dalam melakukan ketertiruan adalah
1 minggu setelah seorang analis menganalisis presisi pada suatu larutan contoh.
Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan menggunakan uji T.
11
metode UPLC tidak jauh berbeda dengan metode KCKT yaitu kolom pemisah
yang berfungsi mengalirkan eluen dan memisahkan komponen; detektor yang
berfungsi mendeteksi adanya komponen analit di dalam kolom; pompa yang
berfungsi mendorong eluen dan memudahkan sampel masuk ke dalam kolom
dengan kecepatan alir yang dapat diatur; dan injektor yang berfungsi sebagai
tempat untuk memasukkan sampel. Perbedaan yang dimiliki oleh metode KCKT
dan metode UPLC adalah tekanan yang dimiliki pada sistem kromatografi dan
ukuran kolom yang digunakan. Tekanan pompa yang dapat digunakan pada
metode UPLC adalah > 4000 Psi, sedangkan pada metode KCKT hanya mampu
menggunakan tekanan < 4000 Psi. Sementara itu, ukuran kolom yang digunakan
pada metode UPLC lebih kecil dibandingkan metode KCKT, sehingga volume
injeksi yang digunakan relatif kecil (Fuad 2012). Metode UPLC dapat
memberikan sensitivitas dan limit deteksi yang lebih tinggi dibandingkan metode
KCKT. Sensitivitas UPLC maupun KCKT dipengaruhi oleh ukuran kolom yang
digunakan.
Penyiapan sampel diawali dengan melarutkan sampel dengan menggunakan
etanol dan KOH 50% pada Elenmeyer 100 mL yang bertutup asah dan
dihomogenkan. Selanjutnya, sampel dipanaskan menggunakan water bath selama
2 jam pada suhu 80 C. Proses ini bertujuan menyabunkan sampel menggunakan
KOH-etanol dengan bantuan temperatur tinggi. Kemudian larutan tersebut
ditambahkan asam asetat glasial 95% dan didiamkan pada suhu ruang. Fungsi
penambahan asam asetat glasial 95% adalah menetralkan kelebihan KOH dan
mengikat air yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Pada saat penambahan asam
asetat glasial, campuran sampel akan mengalami kenaikan temperatur. Hal ini
dikarenakan reaksi antara asam asetat glasial dengan KOH bersifat eksotermis
yang dibuktikan dengan meningkatnya temperatur pada campuran tersebut.
Selanjutnya, larutan tersebut dipindahkan ke dalam labu ukur 25 mL dan
ditambahkan campuran etanol:THF (1:1) hingga tanda tera dan dibiarkan semalam
(Lampiran 2).
Hasil Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan mengukur deret standar vitamin A asetat
yang telah disediakan. Luas area yang dihasilkan kemudian dihubungkan dengan
konsentrasi deret standar vitamin A asetat dalam bentuk kurva standar untuk
mendapatkan persamaan regresi. Evaluasi kalibrasi deret standar vitamin A asetat
menghasilkan persamaan regresi linear, yaitu y = 27010 x - 45.2 dengan nilai R2 =
0.99983 (Gambar 1). Koefisien regresi (R2) menunjukkan tingkat linearitas
hubungan antara kadar analit dengan luas area puncak. Apabila nilai R2 mendekati
1, maka dapat dikatakan persamaan kurva bakunya linear. (Sugihartini et al.
2014). Koefisien regresi (R2) yang diperoleh menunjukan hasil yang cukup baik,
yaitu R2 = 0.99983, sehingga kurva baku yang dihasilkan linear.
12
60000
y = 27010x - 45.2
R = 0.999983
Luas Area
50000
40000
30000
20000
10000
0
0.0000
0.5000
1.0000
1.5000
2.0000
2.5000
Konsentrasi (IU/g)
13
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC International] Association of Official Analytical Chemist International.
2005. Official Methods of Analysis of AOAC International. Ed ke-18.
Gaithersburg.
[ISO/IEC] International Organization for Standardization. 2005. ISO 17025:2005.
Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium
Kalibrasi (versi Bahasa Indonesia). Komite Akreditasi Nasional,
penerjemah. Jakarta (ID): KAN, Terjemahan dari: General Requirements for
the Competence Testing and Calibration Laboratories.
14
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur organisasi Balai Besar Industri Agro
Subbagian
Program dan
Pelaporan
Subbagian
Keuangan
Subbagian
Kepegawaian
Bidang Pelayanan
Jasa Teknik
Seksi
Pemasaran
Subbagian
Umum
Bidang Pengujian
Sertifikasi dan
Kalibrasi
Seksi
Kerjasama
Seksi
Informasi
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Bidang
Pengembangan
Kompetisi dan Ahli
Teknologi
Seksi
Pengujian
Seksi
Konsultasi
Seksi
Sertifikasi
Seksi Pelatihan
Teknis
Seksi
Kalibrasi
Seksi Alih
Teknologi dan
Inkubasi
16
contoh susu
ditimbang
sebanyak 5 g
dinginkan pada
suhu ruang
ditambahkan 2.5
mL asam asetat
glasial 95%
dianalisis
kromatogramnya
dimasukkan dalam
Erlenmeyer 100
mL bertutup asah
dipanaskan
selama 2 jam
dengan water bath
dihomogenkan
dan dinginkan
pada suhu ruang
diinjeksikan ke alat
UPLC masingmasing 1 L
ditambahkan 10
mL etanol
dihomogenkan
ditambahkan
etanol: THF
(1:1)
dimasukkan ke
dalam vial 1.5 mL
dihomogenkan
ditambahkan 2.5
mL KOH 50 %
dihomogenkan
dibiarkan
semalam
Volume
Standar
(mL)
1
2
3
4
5
Standar Kerja
Slope
Intersept
R2
0.10
0.20
0.50
1.00
2.00
0.50
Konsentrasi
standar
vitamin A
(IU/g)
0.0210
0.0420
0.1050
0.2100
0.4200
2.1000
Volume
Injeksi (L)
Waktu
Retensi
(Menit)
Luas Area
(V*sec)
1
1
1
1
1
1
3.145
3.126
3.132
3.132
3.119
3.146
576.005
1136.005
2862.874
5625.224
11158.365
56871.838
2 .71 x 104
-4.52 x 101
0.99983
Contoh Perhitungan
Bobot larutan standar stok: 0.0105 g
1 g = 500000 IU
Kandungan vitamin A yang terdapat pada standar stok
0.0105 g = 500000 IU 0.0105 g = 5250 IU
Karena satuan kandungan vitamin adalah IU/mL maka:
Kandungan vitamin A standar stok =
5250 IU
Volume (mL)
5250 IU
=
50 mL
= 105 IU/mL
17
Lanjutan Lampiran 3
Standar baku vitamin A diencerkan ke dalam labu ukur 25 mL maka:
Kandungan vitamin a pada standar kerja:
V1 N1 = V2 N2
0.50 mL 105 IU/mL = 25 mL N2
IU
N2 =
105 mL 0.50 mL
25 mL
= 2.10 IU/mL
N2 =
2.1000mL x 0.10 mL
10 mL
= 0.021 IU/mL
Bobot
Contoh
(g)
5.0223
5.0005
5.0371
5.0559
5.0164
5.0038
5.0225
5.0437
Volume Volume
Akhir
injeksi
(mL)
(L)
25
1
25
1
25
1
25
1
25
1
25
1
25
1
25
1
Waktu
retensi
(menit)
3.120
3.125
3.119
3.119
3.125
3.122
3.116
3.111
Luas
Area
(V*sec)
3300
2944
3588
3212
3651
3598
3500
3189
% RSD Horwitz
% RSD
% Ketelitian
Kandungan
Vitamin A
(IU/g)
0.615
0.552
0.666
0.595
0.680
0.672
0.651
0.592
0.628
0.046
12.70
7.36
92.68
Contoh Perhitungan
Kandungan Vitamin A =
x V Contoh
Bobot Contoh
Kandungan Vitamin A dalam susu cair 1
Kandungan Vitamin A =
3300+45.2
27010
25 mL
5.0223
= 0.615 IU/g
1
1
18
Lanjutan Lampiran 4
Rata-Rata kandungan vitamin a pada larutan contoh
5.023
=
8
= 0.628 IU/g
Standar Deviasi:
( )2
= =1
1
= 0.046
Ketelitian:
Ketelitian = (1
= (1
100%
0.046
0.628
) 100%
= 92.68 %
% RSD:
SD
% RSD = 100 %
X
0.046
=
100%
0.628
= 7.36 %
3
7
2
1 0.5 log 3.14 10
=2
3
=12.70%
19
Luas Area
(V*sec)
679.207
1387.792
3351.285
6709.326
13467.392
67003.262
28600
27.1
0.999999
No Larutan
Susu Cair
Bobot
Contoh (g)
Waktu retensi
(menit)
5.0463
5.0051
5.0092
5.0069
5.0220
5.0102
5.0030
5.0298
4.219
4.223
4.164
4.232
4.189
4.200
4.197
4.151
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-Rata
SD
% RSD
% RSD Horwitz
% Ketelitian
Luas Area
Konsentrasi
(IU/g)
0.023
0.047
0.117
0.234
0.468
2.340
Slope
intersept
R2
Konsentrasi (IU/g)
Kurva Standar
Luas
Area
(V*sec)
3578
3320
3649
3515
3590
3527
3567
3611
Kandungan
Vitamin A
(IU/g)
0.614
0.575
0.631
0.608
0.620
0.610
0.618
0.622
0.612
0.017
2.78
12.75
97.22
Contoh Perhitungan
Kandungan Vitamin A =
V Contoh
Bobot Contoh
Kandungan Vitamin A dalam susu cair 1
357827.1
1
Kandungan Vitamin A =
25 mL
28600
1
5.0463
= 0.614 IU/g
Rata-Rata kandungan vitamin A pada larutan contoh
=
4.898
=
8
= 0.612 IU/g
20
Lanjutan Lampiran 5
Standar Deviasi:
=1( )2
1
= 0.017
Ketelitian:
) 100%
0.612
= (1
) 100%
= (1
0.017
= 97.22 %
% RSD:
SD
% RSD = 100 %
X
0.612
=
100%
0.017
= 2.78%
3
0.5 log 3.06 x 107
2
1
= 2
3
= 12.75%
21
Kandungan Vitamin A
Analisis 1 (IU/g)
0.615
0.552
0.666
0.595
0.680
0.672
0.651
0.592
0.628
0.046
Kandungan Vitamin A
Analisis 2 (IU/g)
0.614
0.575
0.631
0.608
0.620
0.610
0.618
0.622
0.612
0.017
0.384
2.15
thitung< ttabel, maka hasil analisis ke-1 dengan hasil analisis ke2 tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Contoh Perhitungan
Texp
Rataana Rataanb
(n
)2
( 1 + 1 ) x a 1)(SDa +(nb 1)(SDb )
na nb
= 0.384
na +nb 2
22
Bobot
Contoh
(g)
5.0774
5.0318
5.0677
5.0496
5.0736
5.0686
5.0780
5.0590
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Waktu
retensi
(menit)
3.119
3.122
3.115
3.131
3.128
3.128
3.112
3.097
Luas
Area
(V*sec)
9081
9127
9067
9076
9078
9095
9173
9019
Kandungan
Vitamin A
(IU/g)
1.660
1.682
1.660
1.667
1.659
1.664
1.675
1.654
Kandungan
%
Teoretis
Recovery
(IU/g)
1.0346
99.75
1.0434
101.05
1.0359
99.63
1.0397
99.93
1.0348
99.63
1.0358
100.02
1.0339
101.27
1.0378
98.86
99.998
Contoh Perhitungan
Kandungan vitamin a pada larutan contoh secara teoretis
Nilai teoretis =
Vs Cs
g
Keterangan:
Vs
: Volume adisi standar yang ditambahkan ke dalam larutan contoh
Cs
: Kandungan vitamin a pada larutan standar stok (IU/mL)
g
: Bobot larutan contoh yang digunakan (g)
CsCC
S
100 %
Keterangan:
Cs
: Kandungan vitamin A dalam spike pada larutan contoh (IU/g)
Cc
: Kandungan vitamin A rata-rata pada larutan contoh (IU/g)
S
: Kandungan vitamin A secara teoretis yang terdapat pada larutan contoh
(IU/g)
Kandungan vitamin A pada larutan contoh susu cair 1
% Recovery =
1.660 0.628
1.0346
= 99.75%
x 100%
23