Menggunakan teknik pencahayaan sinar ultraviolet canggih, para peneliti berhasil melihat
detail jaringan pada sayap fosil yang ditemukan di pedalaman Mongolia itu. Mereka kemudian
mengambil kesimpulan bahwa hewan yang juga dikenal sebagai pterodactyl itu mampu mengendalikan
sayapnya.
"Rambut ini berbeda dari bulu-bulu yang kami temukan pada mamalia dan memberi petunjuk
bahwa mereka mampu mengatur suhu tubuh mereka sendiri sehingga termasuk kategori hewan
berdarah panas," papar Alexander.
Penelitian menggunakan sinar ultraviolet menunjukkan adanya beberapa lapisan otot yang
berfungsi mengontrol bagian sayap. Diperkirakan otot itulah yang menjadikan pterosaurus terbang
lebih stabil dan lebih mampu mengontrol sayap saat terbang dibanding hewan terbang lain.
Pterosaurus yang jenisnya beragam mulai dari penerbang ukuran kecil hingga sangat besar
telah punah sekitar 65 juta tahun lalu bersama punahnya dinosaurus.