Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS AL-QURAN MODEL

KOMPLEMENTASI TERHADAP PERSPEKTIF BELAJAR FISIKA PADA KONSEP


CAHAYA UNTUK SISWA MTsN TUNGKOP
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1, menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan dating (Tirtahardja
dkk,2005:129).

Kemudian

(Prawiradilaga,2004:333),

dalam UU
yang

No.

berbunyi,

20

Tahun

Pendidikan

2003 tentang

SISDIKNAS

adalah usaha

sadar

dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung
di dalamnya, dan akan saya paparkan secara singkat, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana,
menunjukkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang
(proses kerja intelektual). Oleh karena itu, di setiap level manapun, kegiatan pendidikan harus
disadari dan direncanakan, baik dalam tataran nasional (makroskopik), regional/provinsi dan
kabupaten kota (messoskopik), institusional/sekolah (mikroskopik) maupun operasional (proses
pembelajaran oleh guru). (2) mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik aktif mengembangkan potensi dirinya. Pada pokok pikiran yang kedua ini saya melihat
adanya pengerucutan istilah pendidikan menjadi pembelajaran. Jika dilihat secara sepintas mungkin
seolah-olah pendidikan lebih dimaknai dalam setting pendidikan formal semata (persekolahan).
Terlepas dari benar-tidaknya pengerucutan makna ini, pada pokok pikiran kedua ini, saya
menangkap pesan bahwa pendidikan yang dikehendaki adalah pendidikan yang bercorak

pengembangan (developmental) dan humanis, yaitu berusaha mengembangkan segenap potensi


didik, bukan bercorak pembentukan yang bergaya behavioristik. Selain itu, saya juga melihat ada
dua kegiatan (operasi) utama dalam pendidikan: (a) mewujudkan
(b) mewujudkan

suasana

belajar, dan

proses pembelajaran.; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pokok pikiran yang ketiga ini, selain merupakan bagian dari
definisi pendidikan sekaligus menggambarkan pula tujuan pendidikan nasional kita , yang menurut
hemat saya sudah demikian lengkap. Di sana tertera tujuan yang berdimensi ke-Tuhan-an, pribadi,
dan sosial. Artinya, pendidikan yang dikehendaki bukanlah pendidikan sekuler, bukan pendidikan
individualistik, dan bukan pula pendidikan sosialistik, tetapi pendidikan yang mencari keseimbangan
diantara ketiga dimensi tersebut.
Selanjutnya tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalamUU RI No.2 tahun 1989 Pasal 3
dalam Tirtarahardja dkk (2005:271), yaitu :
1) Terwujudnya bangsa yang cerdas,
2) Manusia yang utuh,beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
3) Berbudi pekerti luhur,
4) Terampil dan berpengetahuan,
5) Sehat jasmani dan rohani,
6) Berkepribadian yang mantap dan mandiri,
7) Bertanggungjawab pada kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan uraian UU di atas diketahui tujuan pendidikan sebagai salah satu unsur dari
pendidikan yang berupa rumusan tentang apa yang harus dicapai oleh para peserta didik. Fungsi dari
tujuan pendidikan ini adalah untuk memberikan arahan serta pedoman bagi semua jenis pendidikan
yang dilakukan. Tujuan pendidikan ini kalau bisa kita sebut seagai sasaran pencapaian yang ingin
diraih terhadap peserta didik, dan tentu ini menjadi dasar dari penentuan isi pendidikan, metode, alat,
serta tolak ukur yang digunakan. Kemudian diketahui bahwa pendidikan mempunyai peran yang

sangat penting untuk kemajuan bangsa. Agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai pemerintah
selalu berbedah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan cara menyempurnakan kurikulum
KTSP dengan kurikulum 2013 yang bersifat pendidikan karakter dengan

pendekatan saintifik.

Dengan adanya kurikulum 2013 yang merupkan penyempurnakan diharapkan proses pembelajaran
dapat mewujudkan tujuan pendidikan.
Sebagai salah satu memperoleh capaian dari fungsi pendidikan sebagaimana disebutkan
dalam UU sistem pendidikan Nasional di atas, penanaman nilai-nilai keagamaan melalui proses
integrasi-interkoneksi makna Al-Quran dalam berbagai disiplin keilmuan merupakan opsi yang dapat
ditawarkan, termasuk dalam disiplin ilmu sains, dengan penanaman nilai-nilai keagamaan tersebut
diharapkan siswatidak hanya berfikir apa yang ada dan apa yang terjadi, ,melainkan juga dapat
merenungkan dan memahami bahwa ada sesuatu Yang Maha Besar di balik peristiwa kealaman atau
fisis yang menjadi objek dalam ilmu sains.
Pendidikan modern memang mengembangkan disiplin ikmu dengan spesialisasi secara ketat,
sehimgga keterpaduan antar disiplin keilmuan menjadi hilang, dan melahirkan dikatomi kelompok
ilmu-ilmu agama di satu pihak dan kelompok ilmu-ilmu umum di pihak yang lain (Tasman Hamami,
2006:14). Hal ini berdampak pada perolehan pemahaman terhadap suatu objek yang tidak utuh,
termasuk di dalamya adalah pemahaman yang diperoleh oleh siswa. Padahal dalam mempelajari
fenomena-fenomena alam yang menjadi objek ilmu umum, nilai-nilai agama dapat dengan mudah
dijumpai. Seperti yang dikatakan Muhammad Iqbal yang iqbal yang dikutip oleh Mulyadi
Kartanegara dalam bukunya yang berjudul Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik, menyatakan
ia merupakan medan kreatif Tuhan, sehingga mempelajari alam akan berarti mempelajari dan
mengenal dari dekat cara kerja Tuhan di alam semesta.
Permaslahan yang muncul dari hasil wawancara yang telah dilakukan penulis kepada tiga
guru IPA di MTSN tungkop, salah satu alasan fisika tidak diintegrasi-interkoneksikan dengan AlQuran selama proses pembelajaran adalah karena tidak adanya buku pegangan/modul yang memuat
materi fisika yang telah diintegrasi-interkoneksikan dengan makna Al-Quran. Sehingga merupakan
kendala tersendiri bagi guru jika harus menyajikan materi fisika yang diintegrasi-interkoneksikan
tanpa buku pegangan dengan keterbatasan kapasitas keilmuan yang dimiliki.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa MTSN Tungkop dengan menggunakan
pengembangan modul fisika berbasis Al-Quran model komplementasi pada konsep cahaya ?

2. bagaimana aktifitas guru dan siswa MTSN Tungkop dalam proses pengembangan modul
fisika berbasis Al-Quran model komplementasi pada konsep cahaya ?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa MTSN Tungkop dengan menggunakan
pengembangan modul fisika berbasis Al-Quran model komplementasi pada konsep cahaya.
2. Untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa MTSN Tungkop dalam proses pengembangan
modul fisika berbasis Al-Quran model komplementasi pada konsep cahaya.
3. Untuk memperoleh modul fisika berbasis Al-Quran model komplementasi pada konsep
cahaya untuk MTSN Tungkop yang berkualitas melalui proses pengembangan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menjadi media pembelajaran bagi siswa dalam pembelajaran fisika di MTsN Tungkop pada
konsep cahaya
2. Memberi pengetahuan dan pemahaman yang terpadu dan utuh antara ilmu agama dan ilmu
sains bagi siswa.
3. Menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam pembelajaran fiika.
4. Memudahkan siswa dalam berfikir dan memahami materi karena modul disusun secara
sistematis.
5. Menjadi media pembelajaran alternatif bagi guru dalam pembelajaran fisika.
6. Memberi rangsangan bagi guru agar lebih termotivasi untuk menanamkan nilai-nilai
keagamaan kepada siswa melalui pemahaman al-Quran dan sains khususnya fisika.
7. Menjadi pengetahuan bagi peneliti sendiri pentingnya interkoneksi antara ilmu agama dan
ilmu sains khususnya fisika.
1.5 Hipotesis
ada

peningkatan

prestasi

belajar

siswa

MTSN

Tungkop

dengan

menggunakan

pengembangan modul fisika berbasis Al-Quran model komplementasi pada konsep cahaya.
1.6 Defenisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka diberikan beberapa defenisi tentang istilahistilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian pengembangan adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan suatu produk/model dan menilai suatu produk/model yang dihasilkan.
2. Pengembangan modul adalah pembuatan media dengan mengembangkan bentuk penyajian
media pembelajaran sehingga ada pembaharuan terhadap media-media yang telah ada
sebelumnya.

3. Modul adalah unit kecil yang lengkap berdiri sendri, dirancang agar siswa dapat belajar
mandiri, dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu
siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas
4. Model komplementasi adalah salah satu model dalam paradigma pembangunan
penggabungan atau keterkaitannya dimana antarasains san agama saling mengisis dan saling
memperkuat satu sama lain, tetapi tetap mempertahankan eksistensi masing-masing (Tasman
Hamami, 2006: 26).

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Modul Sebagai Media Pembelajaran
Pengertian Modul Pembelajaran
Modul pembelajaran merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang
dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya
sendiri (self-instructional) (Winkel, 2009:472).
Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik
yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010).
Menurut Goldschmid, Modul pembelajaran sebagai sejenis satuan kegiatan belajar
yang terencana, di desain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu.
Modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar (Wijaya, 1988:128).
Vembriarto (1987:20), menyatakan bahwa suatu modul pembelajaran adalah suatu
paket pengajaran yang memuat satu unit konsep daripada bahan pelajaran. Pengajaran
modul merupakan usaha penyelanggaraan pengajaran individual yang memungkinkan
siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.
Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa
modul pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis
dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.
Ciri-ciri/ Karakteristik Modul
Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan
oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan
jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.
Anwar (2010), menyatakan bahwa karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut :
1. Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak
lain.

2. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari
terdapat didalam satu modul utuh.
3. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan media lain.
4. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu
dan teknologi.
5. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan
pemakainya.
6. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
Menurut Wijaya (1988:129), ciri-ciri pengajaran modul pembelajaran adalah :
1. Siswa dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa bantuan maksimal dari guru.
2. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada perubahan
tingkah laku.
3. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri
siswa segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75% penguasaan
tuntas (mastery learning)
4. Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menurut kemampuannya
masing-masing.
5. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruction, dengan belajar seperti ini,
modul membuka kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
6. Modul memiliki daya informasi yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan urutan bahan
pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga siswa secara spontan mempelajarinya.
7. Modul banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat aktif.

Kelemahan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul

Belajar dengan modul juga memiliki kelemahan atau kekurangan. Belajar dengan
menggunakan modul juga sering disebut dengan belajar mandiri. Menurut Suparman (1993:197),
menyatakan bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-kekurangan
sebagai berikut :
1. Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
2. Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada
umumnya dan siswa yang belum matang pada khususnya.
3. Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus menerus mamantau
proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa
membutuhkan.
Tjipto (1992:72), juga mengungkapkan beberapa hal yang memberatkan belajar dengan
menggunakan modul, yaitu :
1. Kegiatan belajar memerlukan organisasi yang baik

2. Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera
mungkin
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran menggunakan modul juga memiliki beberapa kelemahan yang mendasar yaitu
bahwa memerlukan biaya yang cukup besar serta memerlukan waktu yang lama d
alam pengadaan atau pengembangan modul itu sendiri, dan membutuhkan ketekunan
tinggi dari guru sebagai fasilitator untuk terus memantau proses belajar siswa.

Kelebihan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul

Belajar menggunakan modul sangat banyak manfaatnya, siswa dapat bertanggung


jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan modul sangat menghargai
perbedaan individu, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya,
maka pembelajaran semakin efektif dan efisien.
Tjipto (1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang diperoleh jika belajar
menggunakan modul, antara lain :
1. Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas pelajaran dibatasi
dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
2. Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang berhasil dengan baik
dan mana yang kurang berhasil.
3. Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
4. Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
5. Pendidikan lebih berdaya guna.
Selain itu Santyasa (Suryaningsih, 2010:31), juga menyebutkan beberapa keuntungan
yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi
dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada

modul yang mana

siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.
3. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.
4. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.
Dari uraian diatas, maka disebutkan keuntungan atau kelebihan pada saat siswa
belajar menggunakan modul. Selain modul adalah pembelajaran mandiri yang dilakukan oleh

siswa tapi guru juga turut serta dalam proses pembelajarannya sebagai penyearah atau
intrukturnya.

BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain dan Pendekatan Penelitian
Desain penelitian merupakan strategi untuk memperoleh data yang valid sesuai dengan
karakteristik variabel dan tujuan penelitian . Desain penelitian pada dasarnya merupakan
keseluruhan

proses pemikiran dan penentuan yang matang tentang hal-hal yang akan

dilakukan .Desain penelitian merupakan landasan berpijak serta dapat pula dijadikan dasar
penelitian oleh peneliti sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian.
Sesuai dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini serta memperhatikan jenis data
dan macam data,maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, karena data-data
atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk angka-angka yang memerlukan
perhitungan dengan menggunakan analisis statistik .
Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti
bermaksud mencari Pengaruh pengembangan

modul fisika berbasis al-quran model

komplementasi terhadap perspektif belajar fisika pada konsep cahaya untuk siswa mtsn tungkop
untuk mencari pengaruh modul fisika berbasis Al-Quran terhadap prestasi belajar siswa
digunakan pendekatan statistik untuk mengukurnya, dimana pendekatan statistik adalah data
yang terdiri dari angka- angka yang diperoleh setelah mengadakan penelitian dilapangan dan
pada akhirnya akan ditarik kesimpulan.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitan. Dalam suatu keseluruhan maka perlu
digeneralisasikan dalam suatu tekhnik. Pendapat lain menjelaskan bahwa populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, nilai test,peristiwaperistiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipahami bahwa populasi adalah keseluruhan dari
objek penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu dalam penelitian. Dalam penelitian
ini yang menjadi populasi adalah siswa MTsN Tungkop.
b. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti di sini menggunakan sampel random
berdasarkan kelas (cluster) dengan cara pengundian untuk mengambil sampel penelitian karena
jumlah populasinya sebanyak 120 yang terdiri dari empat kelas yaitu: kelas A, B, C dan D ,
masing-masing kelas memiliki kemampuan yang sama dan terdiri dari 30 siswa. Dengan
demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh
kesempatan dipilih menjadi sampel. Oleh karena itu hak setiap subjek sama, maka peneliti
terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto yaitu:Apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya
besar, dapat diambil 10- 15% atau 20- 25% atau lebih, tergantung setidak- tidaknya dari
kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan biaya, sempit luasnya wilayah
pengamatan setiap subyek, hal ini menyangkut banyak sedikitnya data,dan besar kecilnya resiko
ditanggung oleh peneliti. Adapun sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah kelas A yang
berjumlah 30 siswa.
3. Instrument Penelitian
Instrument adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode. Sedangkan
instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Jadi instrument penelitian adalah alat yang di gunakan peneliti untuk mendapatkan data yang
diinginkan sesuai dengan metode yang di gunakan agar data yang diperoleh lebih mudah.
Seorang peneliti yang mengadaka penelitian ketika akan mencari data tentunya akan
menggunakan instrument penelitian sebagai alat bantunya,alat yang digunakan sangat berhubungan
erat dengan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, karena itu peneliti menyajikan
beberapa pedoman yang akan peneliti gunakan ketika akan melakukan penelitian. Antara lain, yaitu :
a. Instrumen Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang diketahui.
Pedoman angket berisi tentang pengaruh kompetensi pedagogik guru. Sedangkan
jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dimana semua pertanyaan-pertanyaan
telah tersedia jawabannya, siswa hanya akan memilih salah satunya saja. Angket tersebut

berbentuk pilihan ganda (multiple choice) yang terdiri dari empat poin. Dengan ketentuan
skor sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)

Jika responden menjawab (a) memperoleh skor 4


Jika responden menjawab (b) memperoleh skor 3
Jika responden menjawab skor (c )memperoleh skor 2.
Jika responden mnjawab skor (d) memperoleh skor 1.

Tabel I.1 Skor Jawaban Angket/Koesioner


Optio

Jawaban

Skor

(a)

Sangat Senang (SS)

(b)

Senang (S)

(c)

Kadang-Kadang (KK)

(d)

Tidak Senang (TS)

Angket- angket yang telah disediakan oleh peneliti akan disebarkan kepada siswa kelas
X MTsN Tungkop yang menjadi subjek penelitianya.
b. Instrument observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala- gejala yang
diteliti. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiono mengemukakan
bahwaobservasi merupakan suatu proses yang komplek, proses yang tersusun dari berbagai
proses biologi dan psikologi .

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan. Ada beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: metode observasi
dan metode tes.
a Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktibitas dikelas selama proses kegiatan pembelajaran.
Bagaimana cara mengajar dan bagaimana sikap siswa terhadap proses belajar mengajar sangat
dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Observasi ini selain bertujuan untuk
mengamati secara langsung kegiatan belajar mengajar juga sebagai sarana untuk mencari
informasi terkait pembelajaran di kelas. Dengan adanya observasi peneliti dapat lebih mudah
dalam melakukan penelitian karena benar-benar mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya
serta masalah-masalah yang terjadi pada kelas tersebut.
Tes
Tes yang akan digunakan oleh peneliti disini berisikan tentang tes hasil belajar siswa. Bentuk

tesnya adalah tes tertulis, karena dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Tes tulis yang digunakan dalam penelitian ini
ada dua jenis yaitu pretest dan postest. Pretest digunakan sebelum siswa diberikan pelajaran.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep dasar siswa. Sedangkan
postest diberikan ketika siswa sudah diajarkan dengan menggunakan model dan kisi-kisinya.
1. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, maka tahapan selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data.
Analisis data hasil tes dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh modul fisika berbasis AlQuran, terhadap hasil tes belajar fisika siswa. Pada penelitian ini data diolah dengan menggunakan
uji t (t-test) karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa yang terdiri
dari kelas control dan kelas eksperimen. Sebelum melakukan uji t tes terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas.
1 Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji ChiKuadrat, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Mencari data terbesar dan terkecil
2 Mencari nilai Rentang (R)
R = data terbesar data terkecil
3 Mencari banyak kelas interval
K = 1 + (3,3) log n
4 Mencari nilai panjang kelas (P)
P=
5

rentang ( R)
banyak kelas

Menentukan batas kelas (k) dari masing-masing kelas interval

Menghitung rata-rata
x =

x dari kelompok dengan menggunakan rumus:

f i xi
fi
(Sudjana, 1992:67)

Keterangan:
x

f i xi
fi
7

= rata-rata kelompok
= jumlah dari hasil perkalian

fi

dengan tanda kelas

xi

= jumlah data

Menghitung standar deviasi atau varians data kelompok dengan menggunakan rumus:

f i x i 2

f i x i
n
s2=
2

(Sudjana, 2009:95)
Keterangan:
n

f i xi
s

= banyak sampel
fi

= jumlah hasil kali antara

dengan

xi

= standar deviasi

8. Menghitung nilai Z dengan menggunakan rumus:


Z=

x x
S

9. Menghitung Chi Kuadrat (x2) dengan menggunakan rumus:


OiEi 2

x 2=
i=1

(Sudjana, 1992:273)
Keterangan:

= Chi kuadrat

Oi

= Frekuensi hasil observasi dari sampel penelitian

Ei

= Frekuensi yang diharapkan

10. Menentukan derajat kebebasan dengan menggunakan rumus dk= k-1, dimana k adalah
banyaknya kelas interval dengan taraf nyata =0,05
2
11. Menentukan harga x tabel
12. Menentukan distribusi normalitas dengan kriteria pengujian:
2
2
Jika x hitung > x tabel maka data tidak berdistribusi normal dan sebaliknya.
2

Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji
homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
2

Ho : 1= 2
Ha : 1 2
(Sudjana, 1992:249)
Dengan Ho adalah hipotesis yang menyatakan skor kedua kelompok memiliki varians
yang sama dan Ha adalah hipotesis yang menyatakan skor kedua kelompok tidak memiliki
varians yang sama.
Uji homogenitas dilakukan dengan menghitung statistik varians dengan menggunakan
rumus:
Fhitung =

varians terbesar
variansterkecil
(Sudjana, 1992:250)

Sampel dikatakan memiliki varians homogen apabila

Fhitung F tabel

pada taraf signifikan

sebesar 0,05 dengan dk = n1. Dan sebaliknya sampel dikatakan tidak memiliki varians
homogeny apabila

Fhitung F tabel

5. Uji hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homo0genitas, maka untuk menguji data yang
diperoleh digunakan rumus uji-t. Uji yang dilakukan dipenelitian ini adalah uji pihak kanan. Uji

pihak kanak dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah diberi
perlakuan. Adapun rumus yang digunakan adalah:
x1 x

t= s 1+1

n1 n2
(Sudjana, 1992:239)

dengan,
n1+n
s 1+ ( n 1) s
( n11 )

22

S2 =

2
2

(Sudjana, 1992:239)
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika t hitung < tabel pada signifikan 0.05 dan
dk=n1+n22, untuk harga-harga t lainnya Ho ditolak. Hipotesis yang akan diuji yaitu:
H0

1=

: Hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran

modul fisika berbasis Al-Quran dengan hasil belajar siswa.


Ha

1 >

: Hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan modul fisika berbasis Al-

Quran lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa.

BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari penilitian yang telah penulis lakukan pada sebagian murid MTsN Tungkop,
modul fisika ada pengaruhi prestasi belajar siswa jika pembelajaran menggunakan modul
fisika berbasis Al-Quran pada MTsN Tungkop. Dilihat dari perspektif belajar siswa, siswa
senang jika modul fisika di komplementasikan dengan Al-Quran. Ini terbukti pada instrumen
angket yang digunakan untuk meneliti tingkat kesukaran terhadap modul.
Guru juga berperan terhadap pembelajaran dimana guru sebagai instruktur dalam
proses pembelajaran. Dari penelitian dengan instrument wawancara, guru juga merasa senang
terhadap proses belajar menggunakan modul berbasis Al-Quran. Dikarenakan pembelajaran
menjadi lebih terintegrasi sehingga murid selain mengerti tentang materi juga dapat
memahami bahwa Al-Quran merupakan rujukan ilmu yang paling dasar.
Kurikulum 2013 juga menekankan siswa agar lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha
Esa, ini merupakan salah satu hal yang di ajarkan dalam modul fisika berbasis AL-Quran.
Selain koqnitif siswa juga bisa meningkatkan sikap dan akhlak di lingkungan sekolah atau di
lingkungan.

Daftar pustaka
Arikunto,Suharsimi.1998.ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek Malang: RinekaCipta
Bungin,Burhan. 2006..Metodologipenelitiankuantitatif. Jakarta :Kencana
Djamarah,S.B.2005.Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : RinekaCipta
Djamarah.S.B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : UsahanNasional
Hamdani , 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV PustakaSetia
Hamzah B Uno.2008. Profesi Kependidikan ,Problema Solusi dan Reformasi Pendidikan. Jakarta
: Bumi Aksara
Margono,2004.Metodologi Penelitianpendidikan. Jakarta :PT Reneka Cipta
Muhibbin, 2010.Psikologi Belajar. Jakarta :Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai