Keywords :
Abstract :
Failure analysis
Coil spring
Finite Element Method
PENDAHULUAN
MEKANIKA 109
Volume 12 Nomor 2, Maret 2014
oleh PT. KAI adalah seringnya terjadi kecelakaan
atau anjloknya gerbong dari lintasan rel yang salah
satunya disebabkan oleh break down atau unsceduled
down time khususnya pada pegas ulir (Abdillah,
2010). Sebagai contoh : pada tanggal 12 Juni 1993
terjadi kerusakan pegas ulir bogie luar yaitu patah
daerah lilitan. Nomor gerbongnya adalah SLO-K2
78715 yaitu jenis gerbong kereta penumpang jurusan
Solo, kelas 2 dengan tipe bogie 7 dan mulai dinas
pada tahun 1978 serta nomor seri kereta adalah
1.Terjadinya kerusakan pegas ulir luar ini karena
patah lelah yang diakibatkan oleh tegangan yang
bekerja pada pegas ulir luar ini melebihi batas
(Akuan, 1994).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
kegagalan komponen pegas ulir luar pada bogie
kereta api tipe NT 11 (K5). Analisa kegagalan ini
diharapkan bisa mengembangkan dan menemukan
penyebab kegagalan dan alternatif solusi yang bisa
dilakukan. Alternatif solusi tersebut hendaknya bisa
mengurangi rusaknya pegas ulir ini sehingga bisa
mengurangi terjadinya kecelakaan kereta api.
Prosedur Penelitian
Persiapan spesimen
Membuat spesimen uji komposisi kimia,
spesimen uji foto makro-mikro, spesimen uji SEM,
spesimen uji impak, spesimen uji tarik, dan spesimen
uji tekan.
31
METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Material Teknik Teknik Mesin Universitas Sebelas
Maret Surakarta, di Laboratorium Polman Ceper
yang beralamat di Dusun Batur, Desa Tegalrejo
Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,
dan di Laboratorium LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) Pusat Penelitian Metallurgi
gedung 470 yang beralamat di Komplek Puspiptek
Serpong 15314 Tangerang, Banten.
15,6
45,6
JIS SUP 9
0,52 0,60
0,65 0.95
0.035
0.035
0.15 0,35
9
55
2,5
10
2,5
16
MEKANIKA 110
Volume 12 Nomor 2, Maret 2014
Tahapan Pengujian
Pengujian spesimen dilakukan dengan standar
SNI, JIS SUP 9, dan ASTM A370 meliputi tahapantahapan sebagai berikut ;
a. Melakukan uji karateristik fisik melalui uji
komposisi kimia, pengamatan struktur makromikro dengan mikroskop optik dan pengamatan
dengan mnggunakan SEM.
b. Melakukan uji karakteristik mekanik, meliputi :
Uji kekerasan dengan menggunakan metode
mesin Rockwell.
Uji impak
Uji
tarik-geser
menggunakan
UTM
(Universal Testing Machine).
Uji tekanmenggunakan UTM (Universal
Testing Machine).
Komposisi kimia
standart (%)
Hasil Uji
Spektrometer (%)
0,52-0,60
0,588
Si
0,15-0,35
2,010
Mn
0,65-0,95
0,669
0,035
0,073
0,035
0,035
Cr
0,65-0,95
1,090
Mo
0,1-0,5
0,005
Cu
0,1-0,5
0,057
Fe
95,47
kandungan Mangan (Mn) pada baja pegas 0,65%0,95%, sedangkan hasil dari uji spektrometer adalah
0,669% telah sesuai standar. Unsur Sulfur (S) pada
baja pegas berfungsi untuk membentuk inklusi dan
tingginya kadar unsur tersebut bisa menurunkan
keliatan (ductility) baja dan meningkatkan
kemungkinan retak. Hasil uji spektrometer telah
sesuai dengan standar JIS SUP 9 yakni sebesar
0,035%. Unsur Silikon (Si) pada baja pegas
berfungsi untuk meningkatkan sifat mampu keras.
Silikon (Si) yang berlebihan akan menyebabkan baja
pegas mudah retak. Baja pegas sesuai standar JIS
SUP 9 memiliki kandungan Silikon (Si) 0,15%0,35%, dimana dari hasil uji spektrometer kandungan
Silikon (Si) 2,010%. Kandungan Silikon (Si) pada
baja pegas sangat melebihi standar JIS SUP 9
sehingga mampu keras pada baja pegas meningkat
dan menimbulkan baja pegas mudah retak. Unsur
Posfor (P) berfungsi untuk menurunkan keuletan.
Baja pegas sesuai standar JIS SUP 9 memiliki
kandungan Posfor (P) 0,035%, dimana dari hasil uji
spektrometer 0,073% sehingga termasuk kelebihan
Pospor (P) yang menyebabkan sifat mampu keras
dari baja pegas naik hingga dapat menimbulkan nilai
kekerasan yang tinggi pada baja pegas. Unsur Crhom
(Cr) berfungsi untuk meningkatkan mampu keras.
Baja pegas sesuai standar JIS SUP 9 memiliki
kandungan Crhom (C) 0,65%-0,95%, dimana dari
hasil uji spektrometer 1,090 % sehingga dianggap
kelebihan Crhom (Cr). Kelebihan kandungan Crhom
(Cr) dapat menyebabkan meningkatnya sifat mampu
keras dan menimbulkan nilai kekerasan yang tinggi
pada baja pegas. Unsur Molybdenum (Mo) berfungsi
untuk menurunkan keuletan. Baja pegas sesuai
standar JIS SUP 9 memiliki kandungan Molybdenum
(Mo) 0,1%-0,5%, dimana dari hasil uji spektrometer
0,005% sehingga termasuk kekurangan Molybdenum
(Mo) yang menyebabkan sifat mampu keras dari
baja pegas turun dan keliatannya juga menurun
karena kandunganya yang terlalu sedikit tidak masuk
standar. Unsur Cupprum (Cu) berfungsi untuk
memperbaiki ketahanan korosi. Baja pegas sesuai
standar JIS SUP 9 memiliki kandungan Cupprum
(Cu) 0,1%-0,5%, dimana dari hasil uji spektrometer
0,057% sehingga termasuk sangat kekurangan
Cupprum (Cu) yang menyebabkan ketahanan korosi
baja pegas menurun sehingga baja pegas tersebut
mudah terkorosi.
Uji Kekerasan
Uji kekerasan ini mengacu pada metode uji SNI
19.0407.1998. Pengujian kekerasan ini dilakukan
dengan menggunakan mesin uji keras Rockwell
skala C dengan indentor jenis kerucut intan 1200
dengan pembebanan 150 Kgf serta waktu penahanan
10 detik.
Atas
MEKANIKA 111
Volume 12 Nomor 2, Maret 2014
Luar
Dalam
m
Bawah
(a)
(b)
Titik
2
Titik
3
Titik
4
Titik
5
Ratarata
Atas
59
57,5
58,5
57,5
57,5
58
Bawah
53
54,5
53,5
55
54
54
Dalam
56
57
59
58,5
59
57,9
Luar
53
53,5
54,5
52
52,5
53,1
55,00
9,75
9,00
87,75
27,00
0,31
m
(c)
(d)
MEKANIKA 112
Volume 12 Nomor 2, Maret 2014
Joule yakni energi yang cukup besar sesuai standar
JIS SUP 9. Berdasarkan ciri-cirinya maka tipe
patahan tersebut adalah tipe patahan ulet.
Struktur Mikro
(a)
(c)
(b)
(d)
MEKANIKA 113
Volume 12 Nomor 2, Maret 2014
pembebanan yang berubah-ubah atau berulangulang, meskipun harga tegangan nominalnya masih
berada dibawah kekuatan luluh material.
MEKANIKA 114
Volume 12 Nomor 2, Maret 2014
permukaan patahan yang diakibatkan oleh
pembebanan gaya geser dan pembebanan gaya tarik.
Gambar 12 dan 14 merupakan daerah alur
rambatan retak (crack propagation) pada titik 2 dan
3. Alur rambatan retak ini merupakan kelanjutan dari
titik 1 pada tahapan terjadinya patah fatigue. Anak
panah berwarna merah menunjukkan terjadinya
patahan transgranular dan anak panah berwarna
kuning
menunjukkan
terjadinya
patahan
intergranular. Micro crack juga ditunjukkan pada
anak panah tunggal berwarna merah. Pada daerah
rambatan ini banyak terdapat micro crack yang
diakibatkan dari penjalaran intrusi dan ekstrusi dari
pembebanan yang diterima pegas ulir.
Uji Tekan
3500
3000
2500
2000
)
a
p1500
M
(
ss
er 1000
t
S
500
0
1 3 5 7 9 11 13
15 1719 21 23 25 2729
Strain (%)
JIS SUP 9
Linear Elastic Isotropic
Max von Mises Stress
1.70e+008 N/m^2
2.82e+008 N/m^2
2.92e+008 N/m^2
2e+009 N/m^2
0.34
1020 kg/m^3
8e+009 N/m^2
MEKANIKA 115
Volume 12 Nomor 2, Maret 2014
Celah 10 mm
Stress Distribusion
Celah 10 mm
Celah 10
MEKANIKA 116
Volume 12 Nomor 2, Maret 2014
Celah 1m
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
analisa data penelitian tentang analisa kegagalan
pegas ulir pada bogie tipe NT 11 (K5) untuk gerbong
kereta ekonomiadalah sebagai berikut :
1. Komposisi kimia penyusun material pegas ulir
seperti Si, P, Mo, Cu dan Cr yang tidak sesuai
standar JIS SUP 9 menyebabkan sifat mampu
keras pegas meningkat dan mudah terjadinya
korosi yang menimbulkan mikro crack menjadi
transgrannular crack dan intergrannular crack.
2. Kekerasan material pegas 55 HRC melebihi
standar JIS SUP 9 yakni 35-45 HRC sehingga
menyebabkan material pegas keras namun
getas.
3. Celah sebesar 10 mm antara lilitan paling ujung
atas dengan lilitan dibawahnya menyebabkan
pegas menjadi aktif sehingga tegangan tertinggi
berada dibagian ini yang menyebabkan area
retakan berada di daerah ini.
DAFTAR PUSTAKA