NIM
: 061430310171
Kelas : 1 L-B
tuliskan x = Re z , bagian real dari z; y = Im z, bagian imajiner dari z. Dua buah bilangan
kompleks dikatakan sama jika dan hanya jika masing-masing bagian real dan imajiner dari
kedua bilangan kompleks tersebut sama.
A.2 BIDANG KOMPLEKS
Sepasang sumbu sumbu ortogonal,dengan sumbu horizontal yang menggambarkan
Re z dan sumbu vertikal j yang menggambarkan Im z akan membentuk sebuah bidang
kompleks dimana setiapa bilangan kompleks memiliki sebuah titik yang unik. Pada Gambar
A-1 ditunjukan posisi dari enam buah bilangan kompleks. Masing masing bilangan
kompleks dapat direpresentasikan oleh sebuah vektor yang unik yang berasal dari titik asal
z
bidang kompleks seperti diilustrasikan oleh bilangan kompleks 6 pada Gambar A-1.
z 1=6
z 2=2 j3
z 3= j 4
z 4=3+ j2
z 5=4 j 4
z 6=3+ j3
90
dengan arah putaran jarum jam. Pada kasus di mana A adalah bilangan real murni,x, prinsip
kerja operator j ini dapat diilustrasikan pada Gambar A-2. Proses perputaran (rotasi) akan
2
mengirim A ke posisi jx, pada sumbu imajiner positif. Jika dilanjutkan lebih jauh lagi, j
1800 ;
j3 ,
2700 ;
dan
j4 ,
. Perhatikan
0
bahwa j B berada pada kuadran kedua, pada sudut + 90 .
z = x + jy = r (cos + j sin )
dimana r adalah nilai modulus atau nilai absolut (notasi r =
tan 1
x2 + y 2
, dan sudut
)( r2ej
) = r1r2ej(
perkalian bilangan kompleks yang memiliki bentuk polar atau Steinmeter adalah jelas dan
mudah untuk di lakukan dengan mengacu pada bentuk eksponentensial.
z1z2 = (r1 /
2
)( r 2 / =
r 1 r 1 / 1 2
sedangkan perkalian dua buah bilangan kompleks dalam bentuk rektangular dapat
diperoleh dengan memperlakukan kedua buah bilangan kompleks sebagai binomial.
z 1 z 2 = (x jy )(x jy ) = x x +jx y jy x +j2y y
1+
1
2+
2
1 2
1 2+ 1 2
1 2
= (x1x2 y1y2) + j(x1y2+y1y2)
CONTOH A2 Jika z1 = 5ej/3 dan z2 = 2e-j/6, maka z1z2 = (5ej/3)(2e-j/6) = 10ej/6.
CONTOH A3 Jika z1 = 2/ 30 dan z2= 5/ 45
10/ 15 .
CONTOH A4 Jika z1 = 2+j3 dan z2 = -1 j3. maka z1z2 = (2+3j)(-1-j3) = 7 j9.
z 1 r 1 e j
=
z 2 r 2 e j
r 1 j( )
e
r2
r1
r2
1 2
Pembagian dua buah bilangan kompleks dalam bentuk rektangular dilakukan dengan
mengalikan pembilang dan penyebut dengan konjugat dari penyebutnya (lihat Subbab A.8).
z 1 x 2 jy 2
=
z 2 x 2 jy 2
x
y 1 x 2 y 2 x 1
2
2
( 1 x 2 y 1 y 2)+ j ( x 2+ y 2 )
x 1 x2 + y 1 y 2
2
x2 + y2
+j
y 1 x 2+ y 2 x 1
2
x2 + y2
= 4/
30
=-
6
13
j
5
5
Re z =
z+z
2
Im z =
z+z
2j
|z| = z z
Dalam bidang kompleks, titik titik z dan z* merupakan pencerminan terhadap sumbu real.
Dalam bentuk eksponensial : z =
, z* = r/ .
(z*)* = z
(ii)
()
APENDIKS B
Matriks dan Determinan Matriks
+ a1nxn
+ a2nxn
+amnxn
[ ][
a11 a 12
y1
y 2 = a 21 a 22
ym
am 1 a m 2
a13 a1 n
][ ]
x1
a23 a2 n
= x2
xn
a m 3 a mn
[ aij ]
Adalah
matriks
yang
elemen
bukan
nol-nya
Matriks nol. Adalah matriks yang semua elemennya sama dengan nol.
Matriks bujursangkar. Merupakan matriks dimana jumlah baris dan
kolomnya sama; d(A) = n x m.
Matriks simetri. Jika diberikan
a 11
a12 a13 a 1 n
a22 a23 a 2 n
A a21
d ( A )=m x n
am 1 a m 2 am3 a mn
a1 2 a22
A a
a23
13
a1 n a2 n
T
a32 a m 2
T
a33 a m 3 d ( A )=n x m
a3 n amn
Jika baris dari matriks A merupakan kolom dari matriks AT, dan
sebaliknya. Matriks A disebut simetri (symetric) jika
matriks
simetri
dengan
bujursangkar.
Matriks Hermitian. Jika diberikan
a 11
a12 a13 a 1 n
a22 a23 a 2 n
A a21
am 1 a m 2 am3 a mn
demikian
haruslah
A = AT; suatu
merupakan
matriks
a1 2 a22
A a
a23
13
a1 n a2 n
a32 a m 2
a33 a m 3
a3 n amn
A= 1 4 0
2 7 3
Maka
A+B=
B= 5 2 6
0 1 1
A-B =
4 2 6
2 6 2
6 6 6
2 8 4
Transpos dari jumlah (selisih) dua buah matriks adalah jumlah (selisih) dari
dua buah transposnya.
(AB)T = AT BT
Perkalian Matriks
Perkalian AB dari matriks A 1 X m dan matriks B m X 1 adalah sebuah
matriks 1 X 1 C = [cij], di mana
[ ]
m
k1
a1 k bk 1
cij =
a 1 k b kj
k1
(i = 1,2,...,m,
j = 1,2, ... , n)
CONTOH B2
[ ][
a11 a12
b
b
a21 a22 11 12
b 21 b22
a31 a32
[
[
][
3 5 8
2 1
6
4 6 7
5 3 8 2 6
4 2 7 0 9
] []
] [
=
I1
I2
I3
3 I 1 + 5 I 2 2 I 1+ 1 I 2+
8 I3
4 I 1 6 2+ 7 I 3
6 I3
19 10 3
46 8 42
k(AB)=(kA)B=A(kB)
k(A)T=kAT
a11 a12
a 21 a22
a n1 an 2
A atau
a1 n
a 2n
ann
dimana bentuk terakhir menampilkan elemen dari A. Untuk determinan orde n = 1n dan n =
2, diperoleh (eksplisit)
|a11| = a11
a 11 a12
a21 a22
Untuk n yang lebih besar, pernyataan yang analogi dengan pernyataan diatas akan menjadi
sangat susah dan rumit sehingga seringkali dihindari melalui penggunaan teorema ekspansi
Laplace (lihat bahasan dibawah). Hal yang penting untuk dicatat adalah bahwa determinan
didefinisikan dengan cara sedemikian hingga
det AB = (det A)(det B)
untuk setiap dua buah matriks A dan B dengan ukuran n x n. Dua sifat dasar yang lain adalah
det kA = kn det A
det AT = det A
A=
[ ]
1 4
3 2
B=
2 9
1
AB =
dan
[ ][
1 4 2 9
3 2 1
] [
=
2 9+4
4 27+2
2
9+4
4 27+2
Akan tetapi
| |
1 4
3 2
= 1(2)-4(3) = -10
2 9
1
= -2( 9(1)= -9 - 2
= (-10)(-9 - 2 ).
ij
a11 a 12 a13
a21 a 22 a23
an 1 a n2 an 3
][
a 1n 11 12 31
a 2n 12 22 32
a nn 1 n an 2 3 n
11 12 31
12 22 32
1 n an 2 3 n
Atau
n 1
n 2
nn
n 1
n 2
nn
][
a11 a 12 a13
a21 a 22 a23
an 1 a n2 an 3
det A
0
0
0
det A
0
0 0
0
0
0
det A
a 1n
a 2n
a nn
Dimana adj= [
ij
1
det A
adj A
1
det A
adj A )Y
Yang merupakan aturan Cramer dalam bentuk matriks. Biasanya bentuk determinan diperoleh
dengan mempertimbangkan baris ke-r (r= 1, 2, 3,..., n) dari solusi matriks. Karena baris ker dari adj A adalah
[ 1r
2 r nr ]
xr
( det1 A )
( det1 A )
( det1 A )[
1 r
( y1
1r
+ y2
2 r 3 r nr ]
2r
+y3
3 r
[]
y1
y2
y3
yn
+ + yn
nr
a 11 a 1( r1) y1 a1 (r +1) a1 n
a 21 a 2(r1) y 2 a2 (r +1) a2 n
an 1 an (r 1) y n a n(r +1) ann
Persamaan terakhir dapat diverifikasi dengan mengaplikasikan Teorema Laplace pada kolom
ke-r dari determinan yang diberikan.
B.5
X = AX atau (I - A) X = O
det (I A) =
a11 a 12 a13 a1 n
a21 a 22 a23 a2 n
a n1 an 2 a n 3 ann
Akar akar n dari persamaan polinominal dlam ini merupakan nilai eign
(eignvalue) dari matriks A ; solusi nontrival X untuk ini dikenal sebagai vektor eign
(eigenvector) dari matriks A.
Dengan menetapkan == 0 pada sisi kiri persamaan karakteristik di atas,
dapat kita lihat bahwa suku kosakata dalam persamaan haruslah
n
det (-A) = det [(-1)A ] = (1) (det A)
Karena koefisien
dari persamaan jelas sama dengan satu, suku kostantanya juga sama
n
dengan (1) dikali dengan hasil perkalian semua akar persamaan. Determinan dari
sebuah matriks bujur sangkar adalah hasil perkalian dari semua eign nya merupakan salah
satu deinisi determinan yang lain, dan sangat bermanfaat.
Gambar 1
Keterangan :
= garis yang terbentuk dari titik awal ke titik V
= sudut yang terbentuk dari garis dengan sumbu nyata X
Bilangan Kompleks Bentuk Polar (Fasor)
Bentuk Polar merupakan bilangan kompleks yang diturunkan dari bentuk rectangular (sudut
siku).
a = .cos dan b = .sin
V = a + jb
V = cos + j sin
V = (cos + jsin)
Persamaan bentuk polar nya yaitu:
Mengubah bentuk Sudut Siku (Rectangular) ke bentuk Fasor (Polar) dan sebaliknya
Ada beberapa persamaan pokok yang harus dihafal untuk melakukan perubahan pada
bilangan kompleks, yaitu merubah bentuk rectangular ke bentuk polar maupun sebaliknya.
Berikut persamaan2 nya :
-
Quadran I
Quadran II
Quadran III
Quadran IV
Penjumlahan, Perkalian dan Pembagian Bilangan Kompleks
1. Penjumlahan
Dalam operasi penjumlahan bilangan kompleks menggunakan bentuk Rectangular
V1 = a1 + jb1 dan V2 = a2 + jb2
V1 + V2 = (a1 + a2) + j(b1 +b2)
Contoh :
Jumlahkanlah bilangan kompleks dibawah ini
A = 3 + j5 , B = 4 j8
Jawab :
A + B = (3 + 4) + j(5 8)
A + B = 7 j3
2. Perkalian
Untuk operasi perkalian bilangan kompleks lebih mudah jika menggunakan bentuk Polar
1 = a < 1 dan 2 = b < 2
1 . 2 = (a . b) < (1 + 2)
Contoh:
Lakukan perkalian pada bilangan kompleks berikut
1 = 15 < 300 , 2 = 20 < 450
Jawab :
1 . 2 = (15.20) < (300 + 450)
1 . 2 = 300 < 750
3. Pembagian
Pada operasi pembagian bilangan kompleks lebih mudah menggunakan bentuk Polar, sama
halnya saat operasi perkalian
dan
Contoh:
Lakukan pembagian untuk bilangan kompleks berikut
A = 15 < 300 , B = 20 < 450
Jawab :
Bilangan kompleks
Dalam matematika, bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk
dimana a dan b adalah bilangan riil, dan i adalah bilangan imajiner tertentu yang mempunyai
sifat i 2 = 1. Bilangan riil a disebut juga bagian riil dari bilangan kompleks, dan bilangan
real b disebut bagian imajiner. Jika pada suatu bilangan kompleks, nilai b adalah 0, maka
bilangan kompleks tersebut menjadi sama dengan bilangan real a.
Sebagai contoh, 3 + 2i adalah bilangan kompleks dengan bagian riil 3 dan bagian imajiner 2i.
Bilangan kompleks dapat ditambah, dikurang, dikali, dan dibagi seperti bilangan riil; namun
bilangan kompleks juga mempunyai sifat-sifat tambahan yang menarik. Misalnya, setiap
persamaan aljabar polinomial mempunyai solusi bilangan kompleks, tidak seperti bilangan
riil yang hanya memiliki sebagian.
Dalam bidang-bidang tertentu (seperti teknik elektro, dimana i digunakan sebagai simbol
untuk arus listrik), bilangan kompleks ditulis a + bj.
Definisi
Notasi dan operasi
Himpunan bilangan kompleks umumnya dinotasikan dengan C, atau . Bilangan real, R,
dapat dinyatakan sebagai bagian dari himpunan C dengan menyatakan setiap bilangan real
sebagai bilangan kompleks:
.
Bilangan kompleks ditambah, dikurang, dan dikali dengan menggunakan sifat-sifat aljabar
seperti asosiatif, komutatif, dan distributif, dan dengan persamaan i 2 = 1:
(a + bi) + (c + di) = (a+c) + (b+d)i
(a + bi) (c + di) = (ac) + (bd)i
(a + bi)(c + di) = ac + bci + adi + bd i 2 = (acbd) + (bc+ad)i
Pembagian bilangan kompleks juga dapat didefinisikan (lihat dibawah). Jadi, himpunan
bilangan kompleks membentuk bidang matematika yang, berbeda dengan bilangan real,
berupa aljabar tertutup.
Dalam matematika, adjektif "kompleks" berarti bilangan kompleks digunakan sebagai dasar
teori angka yang digunakan. Sebagai contoh, analisis kompleks, matriks kompleks,
polinomial kompleks, dan aljabar Lie kompleks.
Definisi
Definisi formal bilangan kompleks adalah sepasang bilangan real (a, b) dengan operasi
sebagai berikut:
Dengan definisi diatas, bilangan-bilangan kompleks yang ada membentuk suatu himpunan
bilangan kompleks yang dinotasikan dengan C.
Karena bilangan kompleks a + bi merupakan spesifikasi unik yang berdasarkan sepasang
bilangan riil (a, b), bilangan kompleks mempunyai hubungan korespondensi satu-satu dengan
titik-titik pada satu bidang yang dinamakan bidang kompleks.
Bilangan riil a dapat disebut juga dengan bilangan kompleks (a, 0), dan dengan cara ini,
himpunan bilangan riil R menjadi bagian dari himpunan bilangan kompleks C.
Dalam C, berlaku sebagai berikut:
Notasi
Bentuk Penjumlahan
Bilangan kompleks pada umumnya dinyatakan sebagai penjumlahan dua suku, dengan suku
pertama adalah bilangan riil, dan suku kedua adalah bilangan imajiner.
Bentuk Polar
Dengan menganggap bahwa:
dan
maka
Bentuk Eksponen
Bentuk lain adalah bentuk eksponen, yaitu:
Bidang kompleks
Bilangan kompleks dapat divisualisasikan sebagai titik atau vektor posisi pada sistem
koordinat dua dimensi yang dinamakan bidang kompleks atau Diagram Argand.
Koordinat Kartesius bilangan kompleks adalah bagian riil x dan bagian imajiner y, sedangkan
koordinat sirkularnya adalah r = |z|, yang disebut modulus, dan = arg(z), yang disebut juga
argumen kompleks dari z (Format ini disebut format mod-arg). Dikombinasikan dengan
Rumus Euler, dapat diperoleh:
dan
Penjumlahan dua bilangan kompleks sama seperti penjumlahan vektor dari dua vektor, dan
perkalian dengan bilangan kompleks dapat divisualisasikan sebagai rotasi dan pemanjangan
secara bersamaan.
Perkalian dengan i adalah rotasi 90 derajat berlawanan dengan arah jarum jam (
radian).
Secara geometris, persamaan i2 = 1 adalah dua kali rotasi 90 derajat yang sama dengan
rotasi 180 derajat ( radian).
Karena tidak ada bilangan riil x yang memenuhi persamaan polinomial x^2 + 1 = 0
atau persamaan yang serupa dengan persamaan polinomial tersebut, maka diperkenalkanlah
himpunan bilangan kompleks.
Bentuk umum dari bilangan kompleks adalah a + bi
dimana a dan b adalah bilangan bilangan riil yang
dinamakan bagian riil dan bagian imajiner , dan i = \sqrt{1} dianamakan satuan imajiner (imaginary unit). Dua
bilangan kompleks a + bi dan c + di adalah sama jika dan
hanya jika a = c dan b = d . Kita dapat meninjau bilangan
bilangan riil sebagai subhimpunan dari himpunan bilangan
kompleks dengan b = 0 . Bilangan kompleks 0 + 0i
besesuaian dengan bilangan riil 0.
Nilai Absolut dari a + bi didefinisikan sebagai |a + bi | = \sqrt{a^2 + b^2}. Konjugat
komples (compleks konjugat) dari a + bi didefinisikan sebagai a bi . Konjugat kompleks
dari bilangan kompleks z seringkali ditunjukan dengan z* .
Dalam melakukan operasi pada bilangan kompleks maka kita dapat melakukan
operasi seperti dalam aljabar bilangan riil dengan menggantikan i^2 dengan 1 bilamana
terdapat i^2 .Ketaksamaan untuk bilangan kompleks tidak didefinisikan.
Dari segi pandangan pondasi aksiomatik bilangan kompleks, maka diinginkan untuk
memperlakukan sebuah bilangan kompleks sebagai pasangan (ordered paid) (a,b) dari
bilngan bilngan riil a dan b yang menuruti kaidah operasional tertentu yang ternyata
ekuivalen dengan yang diatas. Misalnya, kita mendefinisikan (a,b) + (c,d) = (a + c , b+ d),
(a,b) (c,d) = (ac bd, ad + bc), m(a , b) = (ma , mb) dan lain sebagainya . Maka kita
mendapatkan bahwa (a , b) = a (1 , 0) + b(0,1) dan kita mengasosiasikan ini dengan a + bi
dimana i adalah lambang untuk (0,1).
A. Hitunglah penjumlahan dan pengurangan bilangan kompleks berikut ini
1. 10 + j15 + (22 30)
2. 21,3 j32,5 (9 71,3)
3. 0,75 j0,1 + (0,3 40)
4. 30 j32 (64 31)
5. j65 + (80 15)
B. Hitunglah perkalian dan pembagian bilangan kompleks berikut ini
1. 2 + j6 (5 10)
Gambar 3 Dalam bentuk recatangular, panjang vektor dan arahnya disimbolkan seberapa
jauh jangkauannya terhadap sumbu horisontal dan vertikal, bilangan pertama menunjukkan
bagian horisontal (real) dan bilangan kedua (yang memiliki akhiran j) memnunjukkan
bagian vertikal (bilangan imajiner)
Gambar dua dimensi ini (horisontal dan vertikal) disimbolkan dengan dua angka numerik.
Untuk membedakan nilai pada sumbu horisontal dan sumbu vertikal, untuk nilai vertikal
penulisan nilainya diawali dengan huruf i (dalam matematika murni) atau huruf j (dalam
elektronika). Dua huruf ini tidak melambangkan variabel fisis (simbol i disini bukanlah
menyatakan besaran arus), tetapi simbol tersebut digunakan sebagai operator matematika
untuk membedakan nilai vektor pada sumbu horisontal dan vertikal. Sebuah bilangan
kompleks yang lengkap, nilai sumbu horisontal dan vertikalnya adalah dijumlahkan.
Gambar 4 Kompas
vektor menunjukkan sumbu real dan imajiner
Komponen pada sumbu horisontal merupakan komponen bilangan real karena nilainya
memiliki dimensi yang sama dengan bilangan skalar. Komponen pada sumbu vertikal
merupakan komponen bilangan imajiner, dimensinya berada dalam arah yang berbeda dengan
bilangan real. (perhatikan gambar 4).
Gambar 5
Kompas vektor dengan garis bilangan real (horisontal) dan imajiner (vertikal)
Sumbu real dari grafik melambangkan nilai bilangan seperti pada garis bilangan yang telah
di bahas pada bagian sebelumnya, bila ke arah kanan maka nilainya positif, sedangkan ke
arah kiri nilainya negatif. Sumbu imajiner dari grafik melambangkan garis bilangan lainnya
yang berada pada kemiringan 90o dari sumbu real. Vektor dinyatakan ke dalam grafik dua
dimensi, kita harus memiliki peta dua dimensi untuk menyatakannya, dua nilai ini masingmasing digambarkan ke dalam dua garis yang saling tegak lurus (perhatikan gambar 5).
Kedua notasi yang telah disebutkan di atas (bentuk polar dan rectangular) sama-sama bisa
digunakan untuk menyatakan bilangan kompleks. Alasan utama mengapa terdapat dua
metode notasi untuk menyatakan bilangan kompleks ini adalah untuk
meringkas/menyederhanakan perhitungan matematika yang sangat panjang, bentuk
rectangular sangat praktis apabila digunakan untuk operasi pengurangan dan penjumlahan,
sedangkan bentuk polar sangat praktis apabila digunakan untuk operasi perkalian dan
pembagian.
Konversi antara dua bentuk notasi ini menggunkan metode trigonometri sederhana. Untuk
merubah bentuk polar ke dalam bentuk rectangular, nilai komponen real didapat dengan
mengalikan magnitudo polar dengan cosinus sudut polar. Hal ini diturunkan berdasarkan
rumus trigonometri sudut-sudut dalam segitiga siku-siku, hipotenusa (sisi miring) segitiga itu
sendiri menunjukkan vektor yang dimaksud (panjangnya dan sudutnya terhadap garis
horisontal), sedangkan sumbu horisontal dan vertikal menunjukkan bagian real dan
imajiner dari komponen rectangular (lihat gambar). Berikut ini dicontohkan cara
mengkonversi suatu bilangan kompleks dari bentuk polar ke dalam bentuk rectangular.
Titik D : Dalam bentuk rectangular, D = 4 j4. Oleh karena itu, D = (42 + 42) = 5.66 dan D
= tan-1 (-4/4) = -45o. Oleh karena itu, D = 5.66 -45o. Gambar vektor titik D ditunjukkan
pada gambar berikut
B. JENIS-JENIS MATRIKS
1. Matriks baris
adalah matriks yang hanya memiliki satu baris
Contoh : A = [ 2 3 0 7 ]
2.
Matriks kolom
adalah matriks yang hanya memiliki satu kolom
3. Matriks persegi
adalah matriks yang jumlah baris dan kolomnya sama.
4. Matriks Identitas
adalah matriks persegi yang elemen-elemen pada diagonal utamanya 1, sedangkan semua
elemen yang lainnya nol.
Contoh :
5.
Contoh :
7. Matriks nol adalah matriks yang semua elemennya nol.
Contoh :
C. TRANSPOSE MATRIKS
adalah perubahan bentuk matriks dimana elemen pada baris menjadi elemen pada kolom atau
sebaliknya.
Contoh :
D. KESAMAAN MATRIKS
Dua matriks dikatakan sama jika, keduanya mempunyai ordo yang sama dan elemen-elemen
yang seletak juga sama.
Contoh :
Bentuk Matriks
Perkalian Skalar
Matriks dapat dikalikan dengan sebuah skalar.
Contoh perhitungan :
Perkalian matriks
Matriks dapat dikalikan, dengan cara tiap baris dikalikan dengan tiap kolom, lalu
dijumlahkan pada baris yang sama.
Contoh perhitungan :
Jenis-jenis Matriks
Jenis-jenis matriks dapat dibagi berdasarkan ordo dan elemen / unsur dari matriks tersebut.
Berdasarkan ordo Matriks dapat di bagi menjadi beberapa jenis yaitu :
Matriks Baris adalah Matriks Baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris
Contoh : A = ( 2 1 3 -7 )
Matriks Kolom adalah Matriks Kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom.
Contoh :
Matriks Tegak adalah suatu matriks yang banyaknya baris lebih dari banyaknya
kolom.
Contah :
Matriks datar adalah Matriks yang banyaknya baris kurang dari banyaknya kolom.
Contoh :
Matriks Nol adalah Suatu matriks yang setiap unsurnya 0 berordo m x n, ditulis
dengan huruf O.
contoh :
Matriks Diagonal adalah suatu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya ,
kecuali unsur-unsur pada diagonal utama adalah nol.
Contah :
Matriks Segi Tiga adalah suatu matriks bujur sangkar yang unsur-unsur dibawah
atau diatas diagonal utama semuanya 0 .
Contoh :
Dimana Matriks C disebut matriks segi tiga bawah dan matriks D disebut matriks
segitiga atas.
Matriks Skalar adalah matriks diagonal yang unsur-unsur pada diagonal utama
semuanya sama.
Contoh :
Matriks Identitas atau Matriks Satuan adalah matriks diagonal yang unsur-unsur
pada diagonal utama semuanya satu ditulis dengan huruf I.
Contoh :
Matriks Simetri adalah suatu matriks bujur sangkar yang unsur pada baris ke-i
kolom ke-j sama dengan unsur pada baris ke-j kolom ke-i sehingga aij = aji .
Contoh :
A. Pengertian,
1. Pengertian Matriks
Untuk memahami pengertian tentang matriks, perhatikan contoh berikut. Seorang siswa
mencatat hasil ulangan hariannya untuk pelajaran Matematika, Sejarah, TIK, dan Bahasa
Inggris dalam tabel berikut.
Mata Pelajaran
Matematika
Sejarah
TIK
B. Inggris
Ulangan I
7
8
5
7
Ulangan II
8
7
7
9
Ulangan III
9
8
8
10
Ulangan IV
8
6
6
8
Dalam membaca tabel di atas, siswa tidak mengalami kesulitan karena dia sudah tahu bahwa
baris ke-1 adalah nilai Matematika, baris ke-2 nilai Sejarah, baris ke-3 nilai TIK, dan baris
ke-4 nilai Bahasa Inggris. Untuk kolom pertama menyatakan nilai ulangan I, kolom ke-2
adalah nilai ulangan II, dan seterusnya.
Dalam matematika, susunan bilangan yang ditulis menurut baris dan kolom serta ditandai
dengan tanda kurung di sebelah kiri dan sebelah kanannya disebut matriks. Nama baris dan
kolom disesuaikan dengan urutannya. Masing-masing bilangan yang ada di dalam tanda
kurung tersebut disebut elemen matriks. Pada matriks di atas, elemen matriks baris ke-2
kolom ke-4 adalah 6 dan elemen matriks baris ke-3 kolom ke-1 adalah 5. Hal ini dapat dilihat
dengan mudah pada matriks berikut.
Pada matriks di atas, elemen matriks baris ke-3 kolom ke-4 adalah 6. Elemen matriks baris
ke-2 kolom ke-3 adalah 8.
2. Notasi dan Ordo Matriks
Untuk menyatakan matriks, biasanya digunakan huruf kapital, seperti A, B, C, ..., sedangkan
untuk menyatakan elemen matriks ditulis dengan huruf kecil. Misalnya, aij untuk menyatakan
tiap elemen matriks A, bij untuk menyatakan tiap elemen B, dan seterusnya.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, kita dapat mendefinisikan pengertian matriks
sebagai berikut.
Suatu matriks A berukuran m n adalah susunan berbentuk persegi panjang yang
terdiri atas m baris dan n kolom.
Matriks A biasanya dinotasikan sebagai berikut.
aij menyatakan elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j.
Untuk ukuran m n, sering kali disebut ordo suatu matriks sehingga matriks A dapat
ditulis Am x n. Kadang-kadang, bentuk umum matriks A dapat dituliskan secara singkat ke
dalam notasi A = (aij), B = (bij), dan seterusnya.
Dari uraian di atas dapat diberikan definisi yang jelas tentang ordo matriks dan notasi matriks
sebagai berikut.
Ordo suatu matriks adalah ukuran matriks yang menyatakan banyak baris diikuti
dengan banyak kolom. Notasi dari matriks A dinyatakan dengan A = (aij).
Contoh Soal Matriks 1:
Hasil penelitian tentang keadaan harga-harga pokok selama tahun 2004, 2005, 2006, dan
2007 di suatu daerah adalah sebagai berikut.
Tahun
2004
2005
2006
2007
Beras
1.900
2.300
2.400
2.600
a. A =
b. Banyak baris pada matriks A adalah 4 dan banyak kolom pada matriks A adalah 3.
c. Elemen-elemen pada baris kedua adalah a21 = 2.300, a22 = 3.900, dan a23 = 4.700.
d. Elemen-elemen pada kolom ketiga adalah a13 = 4.500, a23 = 4.700, a33 = 5.000, dan a43 =
5.600.
Contoh Soal 2:
Diketahui matriks B =
Tentukan :
a. ordo matriks B;
Koefisien y
Koefisien z
Persamaan 1
Persamaan 2
Persamaan 3
a. Matriks Baris
Matriks baris adalah matriks yang hanya terdiri atas satu baris.
Misalnya:
P = [3 2 1]
Q = [4 5 2 5]
b. Matriks Kolom
Matriks kolom adalah matriks yang hanya terdiri atas satu kolom, Misalnya:
c. Matriks Persegi
Matriks persegi adalah matriks yang banyak baris sama dengan banyak kolom. Jika banyak
baris matriks persegi A adalah n maka banyaknya kolom juga n, sehingga ordo matriks A
adalah n n. Seringkali matriks A yang berordo n n disebut dengan matriks persegi ordo n.
Elemen-elemen a11, a22, a33, ..., ann merupakan elemen-elemen pada diagonal utama.
Misalnya:
A=
B=
Elemen-elemen diagonal utama matriks A adalah 1 dan 10, sedangkan pada matriks B adalah
4, 6, 13, dan 2.
d. Matriks Diagonal
Matriks diagonal adalah matriks persegi dengan setiap elemen yang bukan elemen-elemen
diagonal utamanya adalah 0 (nol), sedangkan elemen pada diagonal utamanya tidak
semuanya nol. Misalnya:
e. Matriks Identitas
Matriks identitas adalah matriks persegi dengan semua elemen pada diagonal utama adalah 1
(satu) dan elemen lainnya semuanya 0 (nol). Pada umumnya matriks identitas dinotasikan
dengan I dan disertai dengan ordonya. Misalnya:
f. Matriks Nol
Matriks nol adalah suatu matriks yang semua elemennya adalah 0 (nol). Matriks nol biasanya
dinotasikan dengan huruf O diikuti ordonya, Om n. Misalnya:
4. Transpose Suatu Matriks
Transpose dari matriks A berordo m n adalah matriks yang diperoleh dari matriks A dengan
menukar elemen baris menjadi elemen kolom dan sebaliknya, sehingga berordo n m. Notasi
transpose matriks m n A adalah
Contoh Soal 5 :
Jika A =
Pembahasan :
Terlihat dari matriks A bahwa elemen baris ke-1 adalah 4, 2, dan 1, sedangkan elemen baris
ke-2 adalah 3, 5, dan 6. Untuk mengubah matriks A menjadi AT, posisikan elemen baris ke-1
menjadi kolom ke-1 dan elemen baris ke-2 menjadi elemen kolom ke-2 sehingga
diperoleh AT =
Ordo matriks A adalah 2 3, sedangkan ordo AT adalah 3 2.
B. Kesamaan
Dua Matriks
Matriks tersebut adalah dua matriks yang sama. Demikian juga dengan matriks berikut.
Tampak bahwa elemen-elemen seletak dari kedua matriks mempunyai nilai yang sama.
Sekarang, apakah matriks
merupakan dua matriks yang sama? Coba
selidiki, apakah elemen-elemen seletak dari kedua matriks mempunyai nilai yang sama?
Jika kalian telah memahami kasus di atas, tentu kalian dapat memahami definisi berikut.
Dua matriks A dan B dikatakan sama, ditulis A = B jika matriks A dan B mempunyai ordo
yang sama dan semua elemen yang seletak bernilai sama. Elemen yang seletak adalah elemen
yang terletak pada baris dan kolom yang sama.
Contoh Soal 5 :
Diketahui A =
,B=
,C=
, dan D =
Jawaban :
Karena kedua matriks di atas sama dan elemen-elemen yang seletak bernilai sama, diperoleh
x = 2, 12 = 3y atau y = 4, dan 2 y = z atau z = 2. Jadi, x = 2, y = 4, dan z = 2.
C. Penjumlahan
1. Penjumlahan Matriks
Jumlah matriks A dan B, ditulis matriks A + B, adalah suatu matriks yang diperoleh dengan
menjumlahkan elemen-elemen yang seletak dari matriks A dan B.
Misalnya:
Matriks
Matriks
dan seterusnya.
Secara umum, jika matriks A = [aij] dan B = [bij] maka matriks A + B = [aij] + [bij] = [aij + bij].
Bagaimana jika kedua matriks mempunyai ordo yang tidak sama?
Misalnya:
matriks
dengan matriks
Diketahui A =
,B=
, dan C =
Tentukan :
a. A + B;
b. A + C.
Penyelesaian :
a. A + B =
b. A + C =
Contoh Soal 8 :
Jika A =
Jika B =
Diketahui A =
dan B =
. Tentukan A B.
Jawaban :
Cara 1:
Karena B =
A B = A + (B) =
Cara 2:
AB=
maka
Contoh Soal 10 :
1. Diketahui matriks A =
, B =
, dan C =
penjumlahan berikut, kemudian tentukan sifat apa yang berlaku.
. Tentukan hasil
a. A + B c. (A + B) + C
b. B + A d. A + (B + C)
2. Untuk matriks A =
dan O =
, dengan ordo A adalah 2 3 dan ordo
O adalah 2 3, apakah A + O = O + A? Apakah A + O = O + A berlaku untuk semua matriks
yang dapat dijumlahkan?
3. Diketahui matriks A =
apakah yang kalian peroleh?
Kesimpulan : Berdasarkan kegiatan di atas, sifat apa saja yang kalian peroleh?
Berdasarkan Aktivitas di atas dapat ditemukan sifat-sifat penjumlahan dan pengurangan
matriks sebagai berikut. Jika A, B, dan C matriks-matriks yang berordo sama maka pada
penjumlahan matriks berlaku sifat-sifat berikut.
a. A + B = B + A (sifat komutatif)
b. (A + B) + C = A + (B + C) (sifat asosiatif)
c. Unsur identitas penjumlahan, yaitu matriks O sehingga A + O = O + A = A.
Contoh Soal 11 :
Diketahui A =
dan B =
Tentukan :
a. 3A; b. 6B; c. 3A + 2B.
Jawaban :
Perkalian bilangan real (skalar) dengan suatu matriks dapat dilakukan tanpa syarat tertentu.
Artinya, semua matriks dengan ordo sembarang dapat dikalikan dengan bilangan real
(skalar). Misalkan A dan B matriks-matriks berordo m n serta k1 dan k2 bilangan real
(skalar), berlaku sifat-sifat berikut.
a. k1(A + B) = k1A + k1B
b. (k1 + k2)A = k1A + k2A
c. k1(k2A) = (k1k2) A
Bukti :
Di buku ini, hanya akan dibuktikan sifat a. Misalkan k1 skalar, A dan B matriks berordo m
n.
E. Perkalian
Matriks
Bolpoin
3
4
Barang
Harga
Bolpoin
Rp2.500,00
Buku
Rp4.000,00
Buku
2
3
Untuk menghitung jumlah uang yang dibayar oleh Rina dapat langsung kita hitung dengan
cara mengalikan banyaknya barang dengan harga masing-masing sebagai berikut.
Toko I : (3 Rp2.500,00) + (2 Rp4.000,00) = Rp15.500,00
Toko II : (4 Rp2.500,00) + (3 Rp4.000,00) = Rp22.000,00
Di samping itu, pernyataan di atas dapat disajikan dalam bentuk matriks sebagai berikut.
P=
menyatakan banyak bolpoin dan buku yang dibeli Rina. Baris 1 menyatakan toko
I dan baris 2 untuk toko II.
Q=
menyatakan harga masing-masing bolpoin dan buku. Daftar jumlah uang yang
dikeluarkan Rina dapat dilihat pada tabel berikut.
Diketahui matriks A =
, B = [-3 2], C =
Tentukan :
a. A B; c. C D;
b. B C; d. A C.
Jawaban :
a. Hasil perkalian dari A B.
, dan D =
d. A C =
tidak dapat dikalikan karena banyak kolom matriks A tidak
sama dengan banyak baris matriks C.
2. Pengertian Dikalikan dari Kiri dan Dikalikan dari Kanan
Syarat dua matriks dapat dikalikan adalah jika banyak kolom matriks kiri sama dengan
banyak baris matriks kanan. Jika perkalian A B ada (dapat dikalikan) maka dikatakan
bahwa :
a. matriks B dikali dari kiri oleh matriks A;
b. matriks A dikali dari kanan oleh matriks B.
Contoh Soal 13 :
Diketahui matriks A =
dan B =
AxB=
Tampak dari hasil di atas bahwa A B B A, artinya perkalian matriks tidak bersifat
komutatif.
3. Sifat-Sifat Perkalian Matriks
Misalkan matriks A, B, dan C dapat dikalikan atau dijumlahkan. Untuk memahami sifat-sifat
perkalian matriks, lakukan Aktivitas berikut.
Aktivitas
Tujuan : Menemukan sifat-sifat perkalian matriks.
Permasalahan : Sifat-sifat apakah yang berlaku pada perkalian matriks?
Kegiatan : Kerjakan (selidiki) soal berikut di buku tugas.
Diketahui matriks A =
hasil perhitungan berikut.
,B=
, dan C =
, . Jika k = 2, tentukan
a. A B dan B A. Apakah A B = B A?
Apa kesimpulanmu?
b. (A B) C dan A (B C).
Apakah hasilnya sama? Apa kesimpulanmu?
c. A (B + C), (C B) + (A C), dan (A C) + (A B).
Bagaimana hubungan ketiga operasi perkalian matriks tersebut?
d. A I dan I A dengan I matriks identitas.
Hubungan apa yang terbentuk?
e. A O dan O A dengan O matriks nol ordo 2 2.
Apakah A O = O A = O?
f. (kA) B dan k(A B). Apakah (kA) B = k(A B)?
Kesimpulan : Sifat-sifat apakah yang kalian temukan dari kegiatan di atas?
Berdasarkan Aktivitas di atas ditentukan sifat-sifat perkalian matriks sebagai berikut.
Jika k bilangan real (skalar); A, B, dan C matriks yang dapat dikalikan; serta B dan C dapat
dijumlahkan maka berlaku sifat-sifat perkalian matriks sebagai berikut.
a. Tidak komutatif, yaitu A B = B A.
b. Asosiatif, yaitu (A B) C = A (B C).
c. Distributif, yaitu:
1) distributif kiri: A (B + C) = (A B) + (A C);
2) distributif kanan: (A + B) C = (A C) + (B C).
d. Perkalian matriks-matriks persegi dengan matriks identitas I, yaitu A I = I A = A (ordo
I sama dengan ordo matriks A).
e. Perkalian dengan matriks O, yaitu A O = O A = O.
f. Perkalian dengan skalar, yaitu (k A) B = k(A B).
Aktivitas
Tujuan : Menentukan hasil perkalian matriks dengan bantuan software komputer.
Permasalahan : Bagaimana cara menentukan hasil perkalian matriks dengan menggunakan
software komputer?
Kegiatan : Kita akan menentukan matriks invers dengan Microsoft Excel. Fungsi yang
digunakan adalah MMULT. Misalnya,
2. Tentukan hasil kali matriks A dengan B. Caranya adalah sebagai berikut. Blok sel-sel yang
akan ditempati elemen-elemen matriks hasil kali dari matriks A dan B. Ketik = MMULT(,
kemudian sorot sel-sel yang mengandung matriks A tadi. Kemudian, ketik koma (,) . Sorot
sel-sel yang mengandung elemen-elemen matriks B diikuti dengan mengetik ).
Tekan CTRL + SHIFT + ENTER maka matriks hasil kali dari A dan B akan muncul.
Kesimpulan : Jika kalian melakukan langkah-langkah yang diinstruksikan dengan benar,
kalian akan memperoleh hasil berikut.
Diketahui matriks A =
. Tentukan
Suatu Matriks
Dua hal penting yang diperlukan dalam mencari invers matriks adalah transpose dan
determinan suatu matriks. Pada subbab sebelumnya, kalian telah mempelajari transpose
matriks. Sekarang, kita akan mempelajari determinan matriks.
1. Determinan Suatu Matriks
a. Determinan Matriks Ordo 2 2
Misalkan A =
adalah matriks yang berordo 2 2 dengan elemen a dan d terletak pada
diagonal utama pertama, sedangkan b dan c terletak pada diagonal kedua. Determinan
matriks A dinotasikan det A atau |A| adalah suatu bilangan yang diperoleh dengan
mengurangi hasil kali elemen-elemen pada diagonal utama dengan hasil kali elemen-elemen
diagonal kedua.
det A =
= ad bc
Contoh Soal 15 :
Tentukan determinan matriks-matriks berikut.
a. A =
b. B =
Penyelesaian :
a. det A =
b. det B =
= (5 3) (2 4) = 7
= ((4) 2) (3 (1)) = 5
Jika A =
dengan det A =
Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menentukan determinan matriks berordo 3 3, yaitu
aturan Sarrus dan metode minor-kofaktor.
Aturan Sarrus
Untuk menentukan determinan dengan aturan Sarrus, perhatikan alur berikut. Misalnya, kita
akan menghitung determinan matriks A3 3. Gambaran perhitungannya adalah sebagai
berikut.
Metode Minor-Kofaktor
Misalkan matriks A dituliskan dengan [a ij]. Minor elemen aij yang dinotasikan
dengan Mij adalah determinan setelah elemen-elemen baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan.
Misalnya, dari matriks A3 3 kita hilangkan baris ke-2 kolom ke-1 sehingga :
M13 =
Kofaktor elemen aij, dinotasikan Kij adalah hasil kali (1)i+j dengan minor elemen tersebut.
Dengan demikian, kofaktor suatu matriks dirumuskan dengan :
Kij = (1)i+j Mij
Dari matriks A di atas, kita peroleh misalnya kofaktor a21 dan a13 berturut-turut adalah
= a11(a22 a33 a32 a23) a12(a21 a33 a31 a23) + a13(a21 a32 a31 a22)
= a11 a22 a33 a11 a23 a32 a12 a21 a33 + a12 a23 a31 + a13 a21 a32 a13 a22 a31
= a11 a22 a33 + a12 a23 a31 + a13 a21 a32 a13 a22 a31 a11 a23 a32 a12 a21 a33
Tampak bahwa det A matriks ordo 3 3 yang diselesaikan dengan cara minor kofaktor
hasilnya sama dengan det A menggunakan cara Sarrus.
Contoh Soal 16 :
Penyelesaian :
Cara 1: (Aturan Sarrus)
det A =
= (1 1 2) + (2 4 3) + (3 2 1) (3 1 3)
(1 4 1) (2 2 2)
= 2 + 24 + 6 9 4 8
= 11
Cara 2: (Minor-kofaktor)
Misalnya kita pilih perhitungan menurut baris pertama sehingga diperoleh :
det A =
= 2 2(8) + 3(1)
= 2 + 16 3 = 11
Coba kalian selidiki nilai determinan ini dengan cara lain. Apakah hasilnya sama?
c. Sifat-Sifat Determinan Matriks
Berikut disajikan beberapa sifat determinan matriks
1. Jika semua elemen dari salah satu baris/kolom sama dengan nol maka determinan matriks
itu nol.
Misal :
2. Jika semua elemen dari salah satu baris/kolom sama dengan elemen-elemen baris/kolom
lain maka determinan matriks itu nol.
Misal B =
Misal A =
(Karena elemen-elemen baris ke-3 sama dengan kelipatan
elemen-elemen baris ke-1).
4. |AB| = |A| |B|
5. |AT| = |A|, untuk AT adalah transpose dari matriks A.
6. |A1| =
, untuk A1 adalah invers dari matriks A. (Materi invers akan kalian pelajari
pada subbab berikutnya).
7. |kA| = kn |A|, untuk A ordo n n dan k suatu konstanta. Sifat-sifat di atas tidak dibuktikan
di sini. Pembuktian sifat-sifat ini akan kalian pelajari di jenjang yang lebih tinggi.
2. Pengertian Invers Matriks
Misalkan dua matriks A dan B adalah matriks berordo n n dan In adalah matriks identitas
berordo n n. Jika A B = B A = In maka matriks A disebut invers matriks B, sebaliknya B
disebut invers matriks A. Dalam keadaan seperti ini maka dikatakan bahwa A dan B saling
invers.
Jika matriks A mempunyai invers, dikatakan bahwa matriks A adalah matriks nonsingular,
sedangkan jika A tidak mempunyai invers, matriks A disebut matriks singular. Invers matriks
A ditulis A1.
Contoh Soal 17 :
Diketahui A =
dan B =
, dengan ad bc 0.
Suatu matriks lain, misalnya B dikatakan sebagai invers matriks A jika AB = I. Matriks invers
dari A ditulis A1 . Dengan demikian, berlaku :
AA1 = A1A = I
Matriks A mempunyai invers jika A adalah matriks nonsingular, yaitu det A 0. Sebaliknya,
jika A matriks singular (det A = 0) maka matriks ini tidak memiliki invers.
Misalkan matriks A =
dan matriks B =
sehingga berlaku A B = B A = I.
Kita akan mencari elemen-elemen matriks B, yaitu p, q, r, dan s.
Dari persamaan A B = I, diperoleh :
ap + br = 1 dan aq + bs = 0
cp + dr = 0
cq + ds = 1
Dengan menyelesaikan sistem persamaan tersebut, kalian peroleh :
Dengan demikian,
Matriks B memenuhi A B = I.
Sekarang, akan kita buktikan apakah matriks B A = I?
Karena ad bc 0, berlaku B A =
=I
Jadi, jika A =
untuk ad bc 0.
Contoh Soal 18 :
Tentukan invers matriks-matriks berikut.
a. A =
b. B =
Jawaban:
Aktivitas :
Tujuan : Menentukan invers matriks persegi dengan bantuan software komputer.
Permasalahan : Bagaimana cara menentukan inver matriks dengan menggunakan software
komputer?
Kegiatan : Kita akan menentukan matriks invers dengan Microsoft Excel. Fungsi yang
digunakan adalah MINVERSE. Misalnya, akan ditentukan invers matriks
lakukan langkah-langkah berikut.
. Untuk itu
1. Masukkan elemen-elemen matriks pada sel-sel Microsoft Excel yang membentuk persegi.
2. Tentukan invers matriks A dengan cara berikut. Blok empat sel yang akan ditempati
elemen-elemen matriks invers dari A. Ketik =MINVERSE(, kemudian sorot sel-sel yang
mengandung matriks A tadi. Diikuti dengan mengetik ).
Tekan CTRL + SHIFT + ENTER maka matriks invers dari A akan muncul.
Kesimpulan : Jika kalian melakukan langkah-langkah yang diinstruksikan dengan benar,
kalian akan memperoleh hasil berikut.
Adapun bukti tentang rumus ini akan kalian pelajari lebih mendalam dijenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Contoh Soal 19 :
Diketahui matriks A =
. Tentukan invers matriks A, misalnya kita gunakan
perhitungan menurut baris pertama.
Jawaban :
Terlebih dahulu kita hitung determinan A.
det A =
= 1(1) 2(2) + 1(1) = 2
Dengan menggunakan rumus adjoin A, diperoleh :
adj(A) =
Jadi, A1 dapat dihitung sebagai berikut.
Jadi, diperoleh A1 =
Keterangan :
1/2 B1 : Kalikan elemen-elemen baris ke-1 dengan 1/2.
B2 5B1 : Kurangkan baris ke-2 dengan 5 kali elemen-elemen baris ke-1.
B1 B2 : Kurangi elemen-elemen baris ke-1 dengan elemen-elemen baris ke-2.
2B2 : Kalikan elemen-elemen baris ke-2 dengan 2.
Contoh Soal 21 :
Diketahui A =
dan B =
Tujuan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel adalah menentukan nilai x dan y
yang memenuhi sistem persamaan itu. Oleh karena itu, berdasarkan penyelesaian matriks
bentuk AX = B dapat dirumuskan sebagai berikut.
asalkan ad bc 0.
Contoh Soal 23 :
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear berikut dengan cara matriks.
2x + y = 7
x + 3y = 7
Jawab:
Dari persamaan di atas dapat kita susun menjadi bentuk matriks sebagai berikut.
Misalkan A =
,X=
, dan B =
asalkan det A 0.
Contoh Soal 24 :
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut.
2x + y z = 1
x+y+z=6
x 2y + z = 0
Jawaban :
Cara 1:
Operasi elemen baris, selain dapat digunakan untuk mencari invers matriks, dapat pula
digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linear.
Dengan menggunakan operasi baris elementer.
Misalkan A =
,X=
, dan B =
Dengan cara yang sama, kalian akan memperoleh K31 = 2, K32 = 3, dan K33 = 1 (coba
tunjukkan).
Dengan demikian, diperoleh :
kof(A) =
Oleh karena itu, adj(A) = (kof(A))T.
Adj(A) =
Jadi, X =
Jadi, diperoleh x = 1, y = 2, dan z = 3. Dengan demikian, himpunan penyelesaian sistem
persamaan di atas adalah {(1, 2, 3)}.
3. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear dengan Determinan
Sistem persamaan linear yang disusun dalam bentuk matriks juga dapat ditentukan himpunan
penyelesaiannya dengan metode determinan. Misalnya, sistem persamaan linear untuk dua
variabel dan tiga variabel adalah sebagai berikut.
a. ax + by = p
cx + dy = q
b. a1x + b1y + c1z = d1
a2x + b2y + c2z = d2
a3x + b3y + c3z = d3
Pada sistem persaman linear dua variabel, bentuk tersebut dapat diubah ke bentuk matriks
berikut.
, dengan A =
D=
,X=
, dan B =
Dx =
Dy =
x 2y = 3
b. x + y + z = 0
x + y z = 2
xy+z=4
Penyelesaian :
a. Sistem persamaan linear di atas dapat disusun dalam bentuk matriks berikut.
=41=5
Dx =
= 8 (3) = 5
Dy =
Jadi, x =
= 6 4 = 10
=
= 1 dan y =
= 2.
b. Sistem persamaan linear tiga variabel di atas dapat disusun dalam bentuk matriks berikut.
Selain untuk mengidentifikasi matriks singular, determinan juga dapat digunakan untuk
membangun rumus dalam menentukan solusi dari suatu sistem persamaan linear. Sekarang
mari kita bandingkan sistem umum yang berukuran 2 2, dan sistem khusus yang juga
berukuran 2 2 berikut ini. Untuk menuju suatu solusi yang memuat determinan, koefisien
dari x kita tuliskan sebagai a11 dan a21, sedangkan koefisien y kita tuliskan sebagai a12 dan a22.
Perhatikan bahwa jumlah dari suku-x di kedua sistem adalah nol. Penulisan solusi di sebelah
kiri memang dibiarkan tidak sederhana agar kita dapat membandingkan pola yang dibangun
untuk sistem umum yang terletak di sebelah kanannya. Selanjutnya kita akan
menyelesaikannya untuk mendapatkan nilai y.
Di sebelah kiri kita menemukan y = 7/7 = 1 dan dengan melakukan substitusi-balik kita
mendapatkan x = 2. Tetapi yang lebih penting, di sebelah kanan kita mendapatkan suatu
rumus untuk menentukan nilai y:
Apabila dari awal kita memilih untuk menyelesaikan x, maka kita akan mendapatkan
Perhatikan bahwa rumus-rumus tersebut akan terdefinisi jika a11a22 a21a12 0. Selain itu,
penyebut dari solusi tersebut merupakan determinan dari matriks koefisien
Karena pembilangnya juga merupakan selisih dari perkalian, kita dapat menyelidiki
kemungkinan bahwa nilai dalam pembilang tersebut juga dapat dituliskan sebagai
determinan. Kita dapat menuliskan kembali pembilang untuk nilai x sebagai determinan dari
matriks
yang apabila diperhatikan, matriks tersebut terbentuk dengan mengganti koefisien dari
variabel-variabel x dengan suku-suku konstantanya.
Hal ini juga terjadi pada pembilang dari y, yang juga dapat diganti dengan determinan yang
memiliki bentuk
atau suatu determinan dari matriks yang dibentuk dengan mengganti koefisien dari variabelvariabel y dengan suku-suku konstanta.
Apabila kita menggunakan notasi Dy untuk determinan tersebut, Dx untuk determinan dimana
koefisien-koefisien x diganti dengan konstanta, dan D sebagai determinan dari matriks
koefisiensolusi dari sistem yang diberikan dapat ditentukan dengan rumus di halaman
berikutnya, yang disebut sebagai aturan Cramer.