PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Fibrosis kistik atau mukovisidosis adalah suatu penyakit yang
bersumber dari faktor genetik dan terjadi pada sekitar 1 di antara 2.500
kelahiran bangsa kulit putih. Pada kulit hitam, angkanya adalah 1:17.000
kelahiran dan untuk Asia angkanya 1:90.000 kelahiran.1
Keluhan dan gejala pertamanya secara khas terjadi pada masa anakanak, tetapi sekitar 7% pasiennya di AS didiagnosis dengan penyakit ini
adalah orang dewasa.2
Bronkus yang terkena dapat fokal, dapat pula difus atau bilateral.Yang
fokal pada umumnya terjadi oleh karena terdapatnya pembesaran kelenjar
limfe yang menyumbat bronkus atau dapat pula disebabkan oleh karena
benda asing.Sedangkan yang difus pada umumnya terjadi bila bronkus
mengalami infeksi yang berulang, baik oleh karena aspirasi cairan lambung
maupun akibat inhalasi gas.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Fibrosis kistik adalah kelainan genetic yang bersifat resesif heterogen
dengan gambaran patobiologik yang mencerminkan mutasi pada gen
regulator transmembran fibrosis kistik (cystic fibrosis transmembrane
conductance regulator = CFTR). Kelainan ini ditemukan sebagai penyakit
multisistem.2
2.2. Etiologi
Di negeri-negeri Barat, kekerapan bronkiektasis diperkirakan sebanyak
1,3% diantara populasi. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami
penurunan yang berarti sesudah dapat ditekannya frekuensi kasus-kasus
infeksi paru dengan pengobatan memakai antibiotik.
Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti
mengenai penyakit ini. Kenyataanya penyakit ini cukup sering ditemukan di
klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun perempuan.Penyakit ini dapat
diderita mulai sejak anak.4
2.3. Etiologi
1. Infeksi
Infeksi biasanya disebabkan oleh inflamasi, mikroorganisme seperti
Pseudomonas aeruginosa dan Haemophilus influenza yang memproduksi
pigmen, protease dan toksin lainnya yang dapat merusak epitel pernafasan dan
bersihan dari mukosilia. Respon inflamasi ini akan menginduksi kerusakan
epitel yang kemudian merangsang pelepasan mediator dari neutrophil.
Adenovirus dan virus influenza merupakan virus yang sering menyebabkan
bronkiektasis yang berhubungan dengan saluran nafas bawah.2
Infeksi berat merupakan salah satu penyebab tersering kerusakan dari
dinding bronkus dan bronkiektasis.1 Bronkiektasis sering terjadi sesudah
seseorang anak menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung
lama. Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi dari pertusis maupun
influenza yang diderita semasa anak.4
2. Obstruksi Bronkus
Obstruksi yang dimaksudkan disini dapat disebabkan oleh berbagai
macam sebab yaitu korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar
lainnya terhadap bronkus seperti pembesaran kelenjar getah bening.4
3. Immunodefesiensi
Pasien dengan hipogammaglobulinemia biasanya memerlihatkan infeksi
traktus respiratorius rekurren pada anak-anak. Defesiensi immunoglobulin
juga bisa timbul karena malignancy seperti lymphoma atau myeloma.1
2.4. Klasifikasi
Klasifikasi patologi dari bronkiektasis berdasarkan tesis dari Francis
Whitwell, yaitu :
a. Bronkiektasis folikular
Nama tipe ini didapat dari jumlah folikel limfoid yang menebal,
biasanya dinding bronkus mengalami dilatasi berbentuk silinder.Meluas ke
bentuk
ini
berhubungan
dengan
kolaps
bervariasi, mulai dari yang ringan sampai perdarahan yang cukup banyak
yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi
nekrosis yang mengenai cabang arteri bronkialis.4
c. Sesak napas
Pada sebagian besar pasien ditemukan keluhan sesak napas, yang
timbul tergantung pada seberapa luasnya bronkitis kronik yang terjadi
serta seberapa jauh timbulnya kolaps paru dan destruksi jaringan paru
sebagai akibat infeksi berulang. Kadang-kadang ditemukan pula suara
mengi akibat adanya obstruksi bronkus.4
d. Demam berulang
Bronkiektasis meupakan penyakit yang berjalan kronik, sering
mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun paru, sehingga sering
timbul demam.4
sekunder.
Bila
penyakitnya
ringan
gambaran
darahnya
2.8. Diagnosis
Diagnosis bronkiektasis dapat ditegakkan apabila telah ditemukan
adanya dilatasi dan nekrosis dinding bronkus dengan prosedur pemeriksaan
bronkografi., melihat bronkogram yang didapatkan dan CT scan. CT scan
paru menjadi alternative pemeriksaan penunjang yang paling sesuai untuk
evaluasi bronkiektasis karena sifatnya non invasive dan hasilnya akurat bila
menggunakan potongan yang lebih tipis dan mempunyai spesifitas dan
sensitivitas lebih dari 95%. Oleh karena pasien bronkiektasis umumnya
memberikan gambaran klinis yang dapat dikenal, penegakkan diagnosis dapat
ditempuh melewati proses diagnostik yang lazim dikerjakan dibidang
kedokteran meliputi : anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang
terutama pemeriksaan radiologic (bronkografi) dan CT scan paru.4
2.9. Pengobatan
Pengobatan pada bronkiektasis memiliki 4 tujuan, yaitu :2
a.
b.
c.
d.
KESIMPULAN
1. Bronkiektasis adalah penyakit kronik dengan dilatasi irreversible dari
bronkus yang disebabkan oleh kerusakan dinding bronkus karena
infeksi dan inflamasi yang paling sering disebabkan oleh infeksi di
lobus segmen dan subsegmen.
2. Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronkiektasis
tergantung pada luas dan berat penyakit, lokasi kelainannya dan ada
atau tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas penyakit ini adalah baruk
kronik disertai produksi sputum, adanya hemoptisis dan pneumonia
berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia Anderson & Lorraine McCarty Wilson. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta: EGC, 2006. Page:
2. Alwinsyah & Azhar Tanjung. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi , Jilid.
Jakarta: Interna Publishing, 2. Page:
3. Bourke S.J. Bronchiectasis and Lung Abcess.Lecture Notes On Respiratory
Medicine.6th ed. 2003.Page 73-75
4. Weinberger S.E. Bronchiectasis.. Kaspers DL, Fauci AS, Longo DL, Barunwald E,
Hauser SL, Jameson JL. Harrisons Principle of Internal Medicine.16 th Ed.2005.
Page 1541-1543
5. Rab,Tabrani. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta :Trans Info Media, 2010.
10