PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Seorang pegawai swasta laki-laki berusia 28 tahun datang ke Unit Gawat
Darurat sebuah rumah sakit dengan diantar oleh keluarganya. Kira-kira 3
bulan yang lalu saat ia menghadiri pertemuan perusahaan di luar kota, ia tibatiba merasa gelisah. Jantungnya terasa berdebar sangat kencang, dan ia mulai
berkeringat, merasa mual, perasaan tertekan di dadanya seolah-olah ada
beban berat dan ia juga merasa sesak nafas seolah-olah dia dibekap. Di
samping itu, ia juga merasa kaki dan tangannya kaku dan sulit digerakan.
Kondisi ini berlangsung tiba-tiba dan berakhir sekitar 15 menit. Kondisi ini
kemudian timbul lagi secara mendadak dan terjadi hamper 3-4 kali per bulan,
dan terjadi di mana saja seperti, saat ia sedang berada di kantor tempat ia
bekerja, di mobil saat ia menyetir sehingga ia harus menghentikan
kendaraannya di tepi jalan. Hal ini membuatnya berhenti menyetir mobilnya
sendiri karena khawatir akan kecelakaan yang mungki dialami.
1.2 Klasifikasi dan Definisi
1.3 Kata Kunci
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Laki-laki, 28 tahun
Seorang pegawai swasta
Jantung berdebar kencang
Tiba-tiba merasa gelisah
Sesak nafas
Kaki dan tangan kaku serta
sulit digerakan
g. Mual dan merasa tertekan
di dada
h. Serangan
berlangsung
episodic
i. Berkeringat
j. Serangan terjadi 3-4 kali
dalam 1 bulan
k.
l.
m.
n.
o.
jantung berdebar sangat kencang, mual, merasa tertekan di dada seolah ada
benda berat, dan juga sesak nafas yang berlangsung selama 15 menit dalam 34 kali perbulan sejak 3 bulan terakhir.
r. 1.5 Analisis Masalah
s.
Laki-Laki, 28 tahun
t.
u.
v.
Gelisah
w.
x.
Penyakit Organik
Psikiatri
KV
z. : Tertekan di Dada
GI : Mual
aa.
MetEnd
: Jantung Berdebar, Berkeringat
Respi
:
Sesak
Dada
ab.
Neuro : Kaki & tangan sulit digerakan
F.0
y.
F.1
ac.
F.2
ad.
F.3
ae.
F.4
af.
ag.
Pemeriksaan Fisik
ah.
ai.
Pemeriksaan Penunjang
aj.
ak. 1.6 Hipotesis
al.
bi.
bj.
kebijakan
tersebut
menekankan
pada
masyarakat
untuk
bq.
br.
jiwa yang sering ditemui, antara lain gangguan pada kesadaran dan kognitif,
gangguan pada emosi, perilaku motorik, alam pikiran, persepsi, pembicaraan,
dan kemampuan berbahasa, serta tilikan dan daya nilai sosial.
A. Kesadaran dan kognisi
1. Kesadaran
bs. Kesadaran merupakan kondisi saat individu dapat bereaksi pada
stimulus eksternal (lingkungan) maupun stimulus internal (diri
sendiri). Kesadaran dapat dikelompokkan menjadi kompos mentis,
apatis, somnolen, sopor, koma, kesadaran berkabut, delirium,
kesadaran seperti mimpi, twilight stage.
2. Kognisi
bt. Kognisi merupakan kemampuan untuk mempelajari seseuatu yang
terkait erat dengan intelegensi. Aspek kognisi meliputi kemampuan
konsentrasi, orientasi, memori, kemampuan berbahasa, berhitung,
visuospasial, fungsi eksekutif, abstraktif, dan intelegensi.
3. Perhatian/ konsentrasi
bu. Perhatian ini merupakan kemampuan individu untuk mengarahkan
pikiran pada pengalaman tertentu. Gangguan perhatian ini dapat
diklasifikan menjadi distrakbilitas, inatensi selektif, dan kewaspadaan
berlebih.
Distrakbilitas
adalah
gangguan
memusatkan
dan
5. Memori
bx. Memori merupakan kemampuan mengelola informasi melingkupi
perekaman-penyimpanan-dan
pemanggilan
kembali.
Gangguan
ca. Afek
merupakan
perasaan
yang
bersifat
sementara
yang
saat
seseorang
merasa
bahwa
H. Daya nilai
cm.Daya nilai merupakan kemampuan menilai situasi dan bertindak sesuai
situasi. Daya nilai dapat dibedakan menjadi :
1. Daya nilai sosial, seseorang dapat menilai situasi dan bertindak dengan
memperhatikan kaidah sosial yang berlaku.
2. Uji daya nilai, yaitu kemampuan seseorang untuk menilai situasi dan
bertindak sesuai situasi imajiner yang ada.
I. Tilikan
cn. Tilikan merupakan kemampuan memahami arti dari sebuah situasi. Dapat
pula pemahaman pasien pada kondisi penyakitnya. Penilaian tilikan dapat
dilakukan dengan cara wawabcara psikiatrik pada pasien dengan
mengajukan pertanyaan mengenai penyakitnya tilikan ini dapat dibedakan
menjadi :
1. Tilikan derajat 1 yaitu penyangkalan secara total.
2. Tilikan derajat 2 yaitu ambivalensi terhadap penyakitnya.
3. Tilikan derajat 3 yaitu menyalahkan faktor lain sebagai penyebab
penyakit.
4. Tilikan derajat 4 yaitu menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan
namun tidak tahu penyebabnya.
5. Tilikan derajat 5 yaitu menyadari ia sakit dan faktor-faktor yang
berhubungan, namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.
6. Tilikan derajat 6 yaitu menyadari sepenuhnya tentang situasi
penyakitnya dan ada keinginan untuk sembuh.
2.4 Jelaskan klasifikasi dari gangguan jiwa!4
co. Klasifikasi Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III
1. F.0 Gangguan mental organik termasuk gangguan mental simtomatik
2. F.1 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat
3.
4.
5.
6.
psikoaktif lainnya
F.2 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
F.3 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif)
F.4 Gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan terkait stres
F.5 Sindrom perilaku yang berbuhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik
7. F.6 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
8. F.7 Retardasi mental
9. F.8 Gangguan perkembangan psikologis
10. F.9 Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa
anak dan remaja
cp.
Diagnosis Multiaksial.4
lazim dilakukan dalam praktek kedokteran klinis, yaitu meliputi langkahlangkah sebagai berikut :
Alasan berobat, Riwayat gangguan
sekarang, Riwayat gangguan dahulu,
cs. Anamnesis
Riwayat perkembangan diri, Latar
ct.
belakang sosial,
cu.keluarga, pendidikan,
cv.
pekerjaan, perkawinan,
dll
cw. Pemeriksaan
cx.
Fisik-diagnostik,Status
mentalis,
cy.
Laboratorium,Radiologik,
cz.
Evaluasi psikologik,dll
da. Diagnosis
Aksis I = Klinis, II = Kepribadian,
db.
III = Kondisi medic, IV = Psikodc.
dd. Terapi
sosial, V = Taraf fungsi
de.
Farmakoterapi, Psikoterapi, Terapi
df.
social, Terapi okupasional, dll
dg. Tindak Lanjut
Evaluasi terapi,
dh. Urutan Hierarki BlokEvaluasi
Diagnosis.
diagnosis, dll
a. Pada beberapa jenis gangguan jiwa (misalnya Gangguan mental organic)
terdapat berbagai tanda dan gejala yang sangat luas. Pada beberapa
gangguan jiwa lainnya (seperti gangguan cemas) hanya terdapat tanda dan
gejala yang sangat terbatas. Atas dasr ini, dilakukan suatu penysusunan
urutan blok-blok diagnosis yang berdasarkan suatu hierarki, dimana suatu
gangguan yang terdapat dalam urutan hierarki yang lebih tinggi, mungkin
mempunyai cirri-ciri dari gangguan yang terletak dalam hierarki lebih
rendah, tetapi tidak sebaliknya. Terdapat hubungan hierarki ini
kepastian
diagnosis/diagnosis
banding
dalam
blok
beberapa
abnormalitas
hormon
terutama
kortisol.
(yohimbin,2-adrenergik
receptor
antagonist,
m-
Faktor Genetik6,7,8,10
dm.
a. Palpitasi
b. Berkeringat
c. Gemetar
d. Sesak napas
e. Perasaan tercekik
f. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
g. Mual dan gangguan perut
h. Pusing, bergoyang. melayang. atau pingsan
i. Derealisasi atau depersonalisasi
j. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
k. Rasa takut mati
l. Parastesi atau mati rasa
m. Menggigil atau perasaan panas.
dq. Serangan panik pertama seringkali spontan, walaupun serangan
panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik,
aktivitas seksual, atau trauma emosional sedang. DSM-IV menekankan
bahwa sekurangnya serangan pertama harus tidak diperkirakan (tidak
memiliki tanda) untuk memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan panik.
dr. Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat
dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang
kuat dan suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya
tidak mampu untuk menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin
merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan
perhatian. Tanda fisik adalah takikardia. palpitasi, sesak nafas, dan
berkeringat.11,13
ds. Gejala depresif seringkali ditemukan pada serangan panik dan
agoraphobia. Pada beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan
bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan
bahwa risiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik
adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.11
2.10 Bagaimana kriteria diagnosis gangguan panik?
dt. Kriteria diagnosis pasien dengan gangguan panik, antara lain :
bunuh diri dan percobaan bunuh diri pada pasien Gangguan Panik. Resiko
bunuh diri ini tinggi pada pasien dengan comorbiditas Depresi Berat.18,20
dw.
ef. 8. Merasa pusing, goyang / hoyong, kepala terasa ringan atau nyeri.
eg. 9. Derealisasi (merasa tidak didunia realita), atau deper-sonalisasi
(merasa terpisah dari diri sendiri).
eh. 10. Takut kehilangan kendali diri atau menjadi gila.
ei. 11. Takut mati
ej. 12. Parestesia (menurunnya sensasi).
ek. 13. Merasa kedinginan atau merah kepanasan.17,18,21,22
el. Diagnosis gangguan panik menurut DSM IV adalah :
em.A. Harus ada 1 dan 2 kriteria dibawah ini :
en.
berulang-ulang.
eo.
ev. Obat
ew. Dosis Awal (mg)
ey. SSRIs (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
ez. Paroxetine
fa. 5 10
fc. Paroxetine CR
fd. 12,5 25
fe. 62,5
ff. Fluoxetine
fg. 2 5
fh. 20 60
fi. Sertraline
fj. 12,5 25
fk. 50 200
fl. Fluvoxamine
fm. 12,5
fn. 100 150
fo. Citalopram
fp. 10
fq. 20 40
fr. Escilatopram
fs. 10
ft. 20
fu. Tricyclic Antidepressants
fv. Clomipramine
fw. 5 12,5
fx. 50 125
fy. Imipramine
fz. 10 25
ga. 150 500
gb. Desipramine
gc. 10 25
gd. 150 200
ge. Benzodiazepam
gf. Alprazolam
gg. 0,25 0,5 tid
gh. 0,5 2 tid
gi. Clonazolam
gj. 0,25 0,5 bid
gk. 0,5 2 bid
gl. Diazepam
gm. 2 5 bid
gn. 5 30 bid
go. Lorazepam
gp. 0,25 0,5 bid
gq. 0,5 2 bid
gr. MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors)
gs. Phenelzine
gt. 15 bid
gu. 15 45 bid
gv. Tranylcypromine
gw. 10 bid
gx. 10 30 bid
gy. RIMAs (Reversible Inhibitors of Monamine Oxidase Type-A)
gz. Moclobemide
ha. 50
hb. 300 600
hc. Brofaromine
hd. 50
he. 150 200
hf. Atypical Antidepressant
hg. Venlafaxine
hh. 6,25 25
hi. 50 150
hj. Venlafaxine XR
hk. 37,5
hl. 150 225
hm.
Other Agents
hn. Valproic Acid
ho. 125 bid
hp. 500 750 bid
hq. Inositol
hr. 6000 bid
hs. 6000 bid
ht. Keterangan Tabel: tid = tiga kali sehari, bid = dua kali sehari
2.12
tempat umum, khususnya tempat dimana pintu keluar yang cepat akan
sulit jika orang mengalami serangan panik.16
hx. Pasien dengan agorafobia menghindari situasi di mana akan sulit
untuk mendapatkan bantuan. Mereka lebih suka disertai oleh seorang
teman atau anggota keluarga di tempat-tempat tertentu seperti jalanan yang
sibuk, toko yang padat, ruang yang tertutup dan kendaraan tertutup.16
hy. Kriteria diagnostik agorafobia menurut PPDGJ-III adalah sebagai
berikut:
1. Gejala klinis yang berkaitan dengan psikologis, perilaku atau
otonom yang timbul pada pasien adalah akibat langsung dari
kecemasannya. Gejala ini tidak dipengaruhi oleh waham atau
pikiran yang obsesif.
2. Situasi yang memancing rasa cemas minimal berhubungan dengan
2 situasi, yaitu banyak orang/keramaian, tempat umum, pergi
keluar rumah, pergi sendirian.
3. Penderita cenderung menghindari situasi fobik4