Anda di halaman 1dari 235

BAB I

PENDAHULU
AN

A. Latar Belakang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010 2015 merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yang ditetapkan melalui
Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2010. RPJMD 2010
- 2015 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat
Daerah dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah

(Renstra-SKPD)

dan

Desa

dalam

menyusun

rencana

pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) masing- masing


dalam

rangka

pencapaian

sasaran

pembangunan

daerah.

Untuk

pelaksanaan lebih lanjut, RPJMD akan dijabarkan ke dalam Rencana


Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang akan menjadi pedoman bagi
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD).
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengungkap hal sebagai
berikut :
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan
penjabaran

dari

visi,

misi,

dan

program

Kepala

Daerah

yang

penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan


RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi
pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja
Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
RPJMD 2010 - 2015 disusun memuat strategi, kebijakan umum,
dan kerangka ekonomi makro yang merupakan penjabaran dari Visi,
Misi, dan Program Aksi serta prioritas pembangunan daerah dari Bupati
Wakil Bupati, H.A KHOLIQ ARIF dan Hj. MAYA ROSIDA dengan visi:
WONOSOBO YANG SEMAKIN MAJU DAN SEJAHTERA .
Dengan demikian, RPJMD 2010 - 2015 adalah pedoman bagi
Pemerintah Kabupaten
Wonosobo, Pemerintahan Desa, masyarakat, dan dunia usaha dalam
1

melaksanakan

pembangunan

dalam

rangka

mencapai

tujuan

pembangunan nasional dan tujuan bernegara yang tercantum dalam


Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 - 2015, disusun
berdasarkan Visi dan Misi
Bupati Wonosobo, sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan
yang mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat yang ada dalam
lingkup wilayah Kabupaten

Wonosobo,

serta

menjawab

tiga

pertanyaan dasar

yaitu

kemana

Kabupaten Wonosobo akan diarahkan pengembangannya dan apa yang


hendak dicapai dalam lima tahun mendatang, bagaimana mencapainya
dan menetapkan sasaran-sasaran pembangunan dalam menentukan
tujuan yang akan dicapai.
B. Dasar Hukum Penyusunan
1.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah ;

2.

Undang-Undang

Nomor

3 Tahun

2002

tentang

Pertahanan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor


3,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
3.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

4.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355);

5.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

6.

Undang-Undang
Perencanaan

Nomor

25

Tahun

Pembangunan

2004

Nasional

tentang

(Lembaran

Sistem
Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 4421 ;
7.

Undang-Undang
Nomor
Pemerintahan Daerah

32

Tahun

2004

tentang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana
Undang-Undang

telah diubah
Nomor

12

beberapa
Tahun

Kedua Atas Undang-Undang Nomor

kali, terakhir

dengan

2008 tentang Perubahan


32

Tahun

2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia;


Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
8.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan

Antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).;
9.

Undang-Undang

Nomor

PembangunanJangka

17

Panjang

Tahun

2007

Nasional

tentang
Tahun

Rencana
2005-2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan L embaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan
Daerah

Dan Pengawasan

(Lembaran

Penyelenggaraan

Negara Republik

Indonesia

Pemerintahan
Tahun

Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik

2005

Indonesia

Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4664);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan
Laporan

Pemerintahan

Keterangan

Daerah

Kepada

Pertanggungjawaban

Pemerintah,

Kepada

Daerah

Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan


Penyelenggaraan Pemerintahan Kepada Masyarakat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
15. Peraturan
Pemerintah
Nomor
38
Tahun
2007
tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan
Indonesia Nomor 4737):

Lembaran

Negara

Republik

16. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Organisasi


Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817) ;
18. Peraturan PresidenNomor 1 Tahun 2007 Tentang Penetapan,
Pengesahan,

Dan

Penyebarluasan

Peraturan

Perundang

-undangan;
19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010

tentang Rencana

Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010
2014;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan

Peraturan

Pemerintah

Nomor

Tahun

2008tentangTahapan,Tatacara Penyusunan Pengendalian, dan


evaluasi

Pelaksanaan

Rencana

Pembangunan

Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 06 Tahun 2010


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun
2009 - 2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
Nomor 6);
22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun

2006

tentang

Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan

Daerah

dan

Pelaksanaan

Musyawarah

Perencanaan

Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi


Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 133);
23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4

Tahun

tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah


(RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013;

2009

Daerah

24. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 Tahun 1996


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
(Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 1997 Nomor 6
Seri D Nomor 4);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Wonosobo
(Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2008 Nomor
7,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 7);
Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun

2010

tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjan g Daerah Kabupaten Wonosobo


Tahun 2005 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo
Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 6).
C. Hubungan Antar Dokumen
Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah

Daerah

(RPJMD)

Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 2015 pada dasarnya merupakan


penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati Wakil Bupati, yang
penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten Wonosobo tahun
2005 - 2025 dengan memperhatikan RPJM Nasional tahun 2010 2014,
RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013. RPJMD Kabupaten
Wonosobo

tahun 2010 2015, merupakan tahapan II dari RPJP

Kabupaten Wonosobo tahun 2005 - 2025 dimana merupakan tahap


dinamisasi

kegiatan

pembangunan

daerah

pembangunan
yang

diarahkan

disemua
pada

bidang

dalam

pengembangan

dan

peningkatan kualitas output yang berupa pelayanan publik dan produksi


Daerah. Untuk itu aparatur pemerintahan dan serta sistem prosedur
serta sarana prasarana penunjang yang dibutuhkan dalam dinamisasi
pembangunan Daerah harus sudah tertata dengan baik.

Selain itu, juga memperhatikan tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten
Wonosobo dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Rencana Tata
Ruang Nasional. Oleh karena itu, RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun
2010 2015 menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD)

di

penyusunan

lingkungan
RENSTRA

bagi Desa se-

Pemerintah
SKPD

tahun

Kabupaten
2011

Wonosobo

2015

dan

dalam

pedoman

Kabupaten Wonosobo dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Desa (RPJM Desa) Tahun 2010 2015.
D. Sistematika Penulisan
Sistmatika penulisan RPJMD Kabupaten Wonosobo tahun 2010
2015 dijabarkan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Menguraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan,
landasan hukum penyusunan RPJMD, hubungan RPJMD dengan
dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan RPJMD.
Bab II Gambaran Umum dan Kondisi Daerah
Bagian ini sangat penting untuk menjelaskan dan menyajikan
secara logis dasar- dasar analisis, gambaran umum kondisi
daerah

yang

meliputi

aspek

geografi

dan demograf serta

indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Bagian ini


dijabarkan

berdasarkan

hasil

analisis

dan

kajian

gambaran

umum kondisi daerah pada tahap perumusan capaian hasil


pembangunan daerah 2006 2010.
Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan serta Kerangka Pendanaan
Bab

ini

menyajikan

gambaran

hasil

pengolahan

data

dan

analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah sebagaimana


telah

dilakukan

pada

tahap perumusan ke dalam sub-bab,

sebagai berikut kinerja Keuangan Masa Lalu yaitu Pelaksanaan


APBD dan Neraca Daerah, Kebijakan Pengelolaan Keuangan
Masa Lalu yaitu Proporsi Penggunaan Anggaran dan Analisis
Pembiayaan, Kerangka Pendanaan yaitu Analisis pengeluaran
periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama, Proyeksi Data
Masa Lalu dan Penghitungan Kerangka Pendanaan
Bab IV Analisis isu Isu Strategis
Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting
dokumen RPJMD karena menjadi dasar utama visi dan misi
pembangunan jangka menengah. Oleh karena itu, penyajian
analisis ini harus dapat menjelaskan butir-butir penting isu isu
strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5
(lima) tahun mendatang. Penyajian isu-isu strategis meliputi
permasalahan

pembangunan daerah dan isu strategis yang

meliputi Permasalahan Pembangunan dan Isu Strategis


Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Menggambarkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan


daerah kabupaten Wonosobo tahun 2010 2015.

Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan


Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai
tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi
terpilih. Merupakan kebijakan dalam mengimplementasi program
Bupati

dan

perumusan

Wakil

Bupati

yang

program

dan

kegiatan

mewujudkan

visi

dan

merupakan

misi.

payung

pembangunan
Berisi

di

tentang

pada
dalam

strategi

pembangunan dan arah kebijakan pembangunan dalam tahun


2010 2015.
Bab VII Kebijakan Umum dan Program Prioritas Pembangunan Daerah
Dalam bagian ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum
yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan sasaran
yang

dipilih

dengan

target

capaian indikator

kinerja,

dan

program prioritas pembangunan daerah beserta kegiatan pokok


yang menjadi prioritas pembangunan daerah.
Bab VIII Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi
gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi
kepala daerah dan

wakil kepala daerah pada akhir periode

masa jabatan. Hal ini ditunjukan dari akumulasi pencapaian


indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun
atau indikator

capaian

yang bersifat

mandiri

setiap tahun

sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode


RPJMD dapat dicapai.
Bab IX Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan
Dalam bagian ini dinyatakan bahwa RPJMD menjadi pedoman
penyusunan

RKPD

dan

RAPBD

tahun

pertama

dibawah

kepemimpinan Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih


hasil pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) pada periode
berikutnya.

Hal

ini

penting

untuk

menjaga

kesinambungan

pembangunan dan mengisi kekosongan RKPD setelah RPJMD


berakhir.

Pedoman

transisi dimaksud

antara

lain

bertujuan

menyelesaikan masalah masalah pembangunan yang belum


seluruhnya tertangani sampai dengan akhir periode RPJMD dan
masalah-masalah

pembangunan

yang

tahun pertama masa pemerintahan baru.

akan

dihadapi

dalam

E. Maksud dan Tujuan


Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2010 2015 dimaksudkan untuk menjabarkan visi, misi, dan
program Kepala Daerah menjadi dokumen RPJMD digunakan sebagai
arah, dasar, acuan, dan pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan
daerah, yang akan dilaksanakan oleh segenap pemangku

kepentingan, baik dari unsur pemerintah maupun non pemerintah


selama kurun waktu lima tahun dan untuk menjamin agar kegiatan
pembangunan daerah yang berkeadilan dan demokratis, dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan berjalan efektif, efisien, dan
bersasaran. Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Wonosobo
2011 2015, antara lain :
1. Meningkatkan koordinasi antar pelaku pembangunan;
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar
Wilayah,

antar sektor,

antar

ruang,

antar

waktu,

antar

fungsi

pemerintah maupun antara Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Desa;


3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan,
dan pengawasan;
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat,
5. Memberikan

pedoman

bagi

penyusunan

RKPD yang

memuat

strategi dan arah kebijakan, program kegiatan serta prakiraan maju


pendanaan, ; dan
6. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.

BAB
II
GAMBARAN UMUM KONDISI
DAERAH
A. Geograf dan Demograf
1. Geografi
0

Wilayah Kabupaten Wonosobo terletak pada 7 .43.13 dan


0

7 .04.40

garis

Lintang

Selatan

(LS)

serta

109 .43.19

dan

110 .04.40 garis Bujur Timur (BT), dengan luas 98.468 ha (984,68
2

km ) atau 3,03 % luas Jawa Tengah. Komposisi tata guna lahan terdiri
atas tanah sawah mencakup 18.696,68 ha (18,99 %), tanah kering
seluas 55.140,80
(19.20 %),

ha

(55,99 %),

hutan

negara

18.909,72

ha

perkebunan

negara/swasta 2.764,51 ha (2,80 %) dan lainnya seluas


2.968,07 ha (3,01 %).
Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian 250500 m
dpl seluas 33,33% dari seluruh wilayah. Daerah dengan ketinggian
5001.000 m dpl seluas 50,00% dari seluruh areal dan daerah
dengan ketinggian > 1.000 m dpl seluas 16,67% dari seluruh wilayah,
sehingga menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wajah Kabupaten.
Kabupaten

Wonosobo

sebagai

daerah

yang

terletak

di

sekitar

gunung api muda menyebabkan tanah di Wonosobo termasuk subur.


Hal ini sangat mendukung pengembangan pertanian, sebagai mata
pencaharian utama masyarakat Wonosobo. Namun demikian karena
topografinya dengan lembah yang masih curam. menyebabkan sering
timbul bencana alam seperti tanah longsor.
Posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada
di antara Jalur Pantai Utara dan Jalur Pantai Selatan. Selain itu
menjadi bagian terpenting dari jaringan Jalan Nasional ruas jalan
Buntu-Pringsurat yang memberi akses dari dan menuju dua jalur
strategis nasional tersebut.
Secara administratif Wonosobo berbatasan langsung dengan
enam kabupaten,
yaitu:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara,
Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang;

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan


Kabupaten Magelang;
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan
Kabupaten Kebumen;
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan
Kabupaten Kebumen.
Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau
o

dan penghujan. Suhu udara rata-rata 24 30 C di siang hari, turun


menjadi 20

C pada malam hari. Pada bulan Juli Agustus turun

menjadi 12 15

C pada malam hari dan 15 20

C di

siang hari. Rata-rata hari hujan adalah 196 hari, dengan curah hujan
rata-rata 3.400 mm, tertinggi di Kecamatan Garung (4.802 mm) dan
terendah di Kecamatan Watumalang (1.554 mm).
Berdasarkan kajian Tata Ruang Kabupaten Wonosobo sistem
perdesaan yang
dikembangkan

sebagai

kawasan

Agropolitan

adalah

Kawasan

Rojonoto, yang meliputi Kecamatan Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono,


dan Selomerto. Pada Kawasan Agropolitan Rojonoto terdapat kota
tani utama yaitu Kota Tani Sawangan serta 4 Kota Tani lainnya yaitu
Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan Kota
Tani Kaliwiro. Sistem Pusat Pelayanan terdiri dari :

PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) yang mencakup wilayah Kecamatan


Wonosobo

PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi) yang mencakup wilayah


Kecamatan Kertek dan Selomerto

PPK

(Pusat

Pelayanan

Kawasan)

yang

mencakup

wilayah

Kecamatan Mojotengah, Kejajar dan Sapuran

PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) yang mencakup wilayah


Kecamatan Kepil, Kaliwiro, Wadaslintang, Leksono, Kalikajar,
Garung, Watumalang, Sukoharjo dan Kalibawang.
Berdasarkan pola ruang wilayah dibagi menjadi 2 (dua) besar

yaitu Kawasan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan


lindung

adalah

kawasan

yang berfungsi

melindungi

kelestarian

lingkungan Hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber


daya buatan. Mengingat posisi geografis Kabupaten Wonosobo yang
berada di wilayah atas maka Kawasan lindung ini hampir meliputi
seluruh wilayah. Kawasan ini terdiri dari :
a. Kawasan
Lindung

Hutan

b. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan


bawahannya.
c. Kawasan
setempat.

perlindungan

d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan


Cagar Budaya
e. Kawasan rawan
alam, dan

bencana

f. Kawasan Perlindungan Plasma


Nutfah.
Sedangkan

Kawasan

budidaya

adalah

wilayah

yang

ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar


kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan
sumber daya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi:
a. Kawasan Peruntukan Hutan
Produksi
Kawasan Budidaya hutan produksi terdapat di Kecamatan
Kaliwiro, Leksono, Watumalang, Sukoharjo, Sapuran, Kalibawang,
Wadaslintang dan Kepil.
b. Kawasan Peruntukan Pertanian yang
terdiri dari :

1). Kawasan pertanian lahan basah dikembangkan di semua


kecamatan kecuali Kecamatan Kejajar
2). Kawasan pertanian lahan kering dikembangkan pada
daerah yang tidak
terjangkau jaringan irigasi, bukan hutan lindung atau kemiringan
lereng kurang dari 40 % dan terdapat pada semua kecamatan
pada lahan yang sesuai.
c. Kawasan Peruntukan Perkebunan terdapat pada semua wilayah
kecamatan

sesuai

dengan

komoditas

yang

berkembang

di

kabupaten Wonosobo.
d. Kawasan

Peruntukan

Perikanan

diprioritaskan

dikembangkan

disemua kecamatan didaerah yang tersedia pasokan air yang


cukup.
e. Kawasan Peruntukan Peternakan, yang terdiri dari :
1).

Kawasan

peternakan

ternak

besar

diprioritaskan

dikembangkan di kecamatan Wadaslintang, Kepil, Leksono,


Kalikajar, Sapuran, Kaliwiro, Kalibawang, Sukoharjo, Kertek,
Selomerto, Watumalang, Wonosobo dan Mojotengah.
2). Kawasan Peternakan unggas di Kecamatan Kejajar, Kalikajar,
Garung, Mojotengah, Watumalang, Wadaslintang, Kalibawang,
Kaliwiro, Leksono, Sukoharjo, Wonosobo, Kepil, Sapuran, Kertek
dan Selomerto.
f. Kawasan Peruntukan Pertambangan dikembangkan pada kawasan
yang potensial bahan tambang
Lindung,

yang

dikelola

namun bukan pada


secara

berkelanjutan

Kawasan
dengan

mengedepankan aspek lingkungan dalam ekploitasinya.


g. Kawasan Peruntukan Pemukiman sebagaimana dikembangkan di
daerah yang datar, bukan lahan irigasi teknis, bukan kawasan
lindung, aksesibilitas baik dan tersedia air bersih.
h. Kawasan Peruntukan Industri, untuk industri menengah dan besar
dikembangkan di sepanjang jalur regional Temanggung-WonosoboBanjarnegara
Selomerto

yang

serta

mencakup wilayah Kertek, Wonosobo dan

Jalur

Kertek-Sapuran-Kepil

dengan lokasi

di

Kecamatan Sapuran. Sedangkan sentra-sentra industri kecil dan


Industri

Rumah

tangga

dikembangkan

di

seluruh

wilayah

Kecamatan.
i. Kawasan peruntukan pariwisata diarahkan pada kawasan sebagai
berikut :
1). Kawasan Wisata Alam,
1
0

2). Kawasan Wisata Budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan,


3). Kawasan Wisata Religius terdapat di Kecamatan
Kaliwiro,Selomerto dan Kejajar, 4). Kawasan Wisata Buatan
terdapat di Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan
Wadaslintang,
5).

Kawasan

Wisata Tradisi terdapat

di

Kecamatan

Kejajar,

Selomerto, Kertek, Garung, Kalikajar, Wonosobo,


6). Kawasan Wisata sejarah di Kecamatan Wonosobo,

1
0

7). Kawasan wisata minat khusus terdapat di Kecamatan Selomerto


dan Kejajar.
2. Demograf
Sampai dengan akhir bulan Mei 2010, penduduk Kabupaten
Wonosobo berjumlah 888.813 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 451.363
jiwa dan perempuan 437.450 jiwa. Jika jumlah penduduk tersebut
dirinci menurut sebaran wilayah, dan struktur usia dapat dilihat dari
tabel dibawah ini :
Tabel II.1
Jumlah Penduduk dirinci per Wilayah Kecamatan Kondisi
Bulan Mei 2010
No

Kecamatan

Jenis Kelamin (jiwa)


Laki-laki Perempua
1.
Wonosobo
45.85 n
45.11
9
4
2.
Kertek
44.84
43.65
8
2
3.
Selomerto
28.65
28.36
8
9
4.
Leksono
23.41
23.01
4
5
5.
Garung
28.12
26.59
3
1
6.
Kejajar
23.31
22.08
6
4
7.
Mojotengah
31.59
29.79
4
9
8.
Watumalang
29.03
28.16
5
1
9.
Sapuran
30.84
30.05
5
2
10.
Kepil
33.90
33.44
6
4
11.
Kalikajar
35.87
34.42
3
2
12.
Kaliwiro
29.49
28.79
2
6
13.
Wadaslintang
33.71
32.62
5
6
14.
Sukoharjo
18.37
17.60
9
4
15.
Kalibawang
14.30
13.72
6
1
JUMLAH
451.36
437.45
Sumber : Dinas Kependudukan dan
Catatan
Sipil
3
0

Jumlah
90.97
3
88.50
0
57.02
7
46.42
9
54.71
4
45.40
0
61.39
3
57.19
6
60.89
7
67.35
0
70.29
5
58.28
8
66.34
1
35.98
3
28.02
7
888.81
3

Prosentase
10,23
9,9
6
6,4
2
5,2
2
6,1
6
5,1
1
6,9
1
6,4
3
6,8
5
7,5
7
7,9
0
6,5
6
7,4
6
4,0
5
3,1
5
100

Menurut data dalam tabel di atas jumlah penduduk terbanyak


berada

di Kecamatan Wonosobo yang mencapai 10,23 % dan

tersedikit di Kecamatan Kalibawang yang mencapai 3,15 %. Hal ini


sejalan dengan luas wilayah Kecamatan Kalibawang yang lebih sempit
dibandingkan dengan Kecamatan Wonosobo.

20

Tabel II.2
Jumlah Penduduk dirinci menurut Struktur Usia Kondisi Bulan Mei 2010
No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Kelompok
Umur

Jenis Kelamin (jiwa)


Laki-laki

(th)
0
54
109 14
15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
50 54
55 59
60 64
65 69
70 74
74 +
JUMLAH

31.08
8
39.76
0
40.46
0
40.68
8
39.94
1
41.83
4
37.94
6
34.87
5
32.46
1
28.08
9
22.93
9
18.74
1
12.18
1
11.79
78.15
1
10.41
3
451.36
Sumber : Dinas Kependudukan 3dan
Catatan Sipil

Menurut tabel

Jumlah

Perempua
n
29.54
0
37.74
7
38.30
5
39.55
3
39.46
9
41.24
5
38.08
4
34.74
4
32.67
3
27.15
7
21.82
5
16.31
5
12.53
8
10.82
07.75
4
9.68
1
437.45
0

Prosentase

60.62
7
77.50
7
78.76
5
80.24
1
79.41
0
83.07
9
76.03
0
69.61
9
65.13
4
55.24
6
44.76
4
35.05
7
24.71
9
22.61
7
15.90
5
20.09
3
888.81
3

6,8
2
8,7
2
8,8
6
9,0
3
8,9
3
9,3
5
8,5
5
7,83
7,3
2
6,2
1
5,0
3
3,9
4
2,7
8
2,5
4
1,7
8
2,2
6
100

2 diatas, bahwa prosentase terbesar penduduk

berada pada kelompok umur antara 25 29 tahun yang mencapai


9,35 % dari seluruh penduduk dan terkecil berada pada kelompok
umur 70 74 tahun yang mencapai 1,78 %.
B. Kesejahteraan Masyarakat
1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kabupaten Wonosobo
selama

periode

pertumbuhan

tahun

PDRB,

2005-2009

laju

inflasi,

dapat
PDRB

dilihat

dari

perkapita,

indikator

dan

angka

kriminalitas yang tertangani.


Perkembangan kinerja
pemerataan ekonomi
adalah
berikut :

pembangunan

pada

kesejahteraan

dan

sebagai

a. Pertumbuhan Ekonomi /
PDRB
Salah satu tolok ukur untuk mengukur pembangunan ekonomi
regional

adalah

Produk

Domestik

Regional

Bruto

(PDRB).

Perkembangan Nilai PDRB dari tahun 2005 2009 dapat dilihat dari

tabel berikut ini :

Tabel II.3
Perkembangan Nilai PDRB atas Dasar Harga
Berlaku dan Konstan Tahun 2005 2009 (dalam
jutaan rupiah)
Harga
Berlaku
Nil
Perkembanga
ai
n
2.309.638,
169,6
86
7
2.630.737,
193,2
89
2
2.962.993,
217,6
79
7
3.332.061,
244,7
77
8
3.584.212,
263,3
92
1

Tahun
2005
2006
2007
2008
2009

Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo

Data

dalam

tabel

di

atas

Harga Konstan
Nila
i
1.570.347,
68
1.621.132,
33
1.679.149,
17
1.741.148,
31
1.811.092,
67

menunjukkan

Perkembanga
n
115,3
6
119,1
0
123,3
6
127,9
1
133,0
5

bahwa

rata-rata

perkembangan PDRB Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun atas


dasar harga berlaku sebesar Rp 2.963.929.045.684 atau 217,73%.
Sedangkan

atas

1.684.574.032.083
menunjukkan

dasar
atau

bahwa

harga
123,75%.

selama

konstan

sebesar

Rp

Kondisi

semacam

itu

tahun

penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan terjadi peningkatan di bidang


ekonomi.
Tabel II.4
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo (%) Tahun
2005 2009
Tahun
Pertumbuhan

2005

2006

2007

2008

2009

3,19

3,24

3,58

3,69

4,02

Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo

Data

dalam

tabel

diatas

menunjukkan

bahwa

rata-rata

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo dalam kurun waktu


2005 s/d 2009 mencapai 3,54%. Kondisi tersebut juga tidak lepas
dari kebijakan ekonomi ekonomi regional dan nasional.
Tabel II.5
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo (%)
Tahun 2005 2009
No.

Lapangan Usaha

2005

2006

2007

2008

2009

3,41

3,34

3,31

3,36

3,85

Pertania
n
Pertambangan dan Penggalian

4,33

4,68

3,60

1,67

0,11

Industri Pengolahan

1,89

2,77

2,70

2,55

2,41

Listrik, Gas, dan Air bersih

3,97

0,32

2,59

3,07

3,34

Banguna
n
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran

3,38

3,06

4,34

4,39

6,01

3,62

4,03

4,56

4,09

4,62

Angkutan dan Komunikasi

2,39

2,75

5,89

5,88

5,6

Bank, Persewaan, dan Jasa


perusahaan
Jasa-jasa

3,41

2,68

3,98

4,17

4,39

3,22

3,14

2,89

3,81

4,16

PDRB

3,19

3,24

3,58

3,69

4,02

Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo

Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan


PDRB tertinggi disumbang oleh Sektor Bangunan yang rata-rata
setiap tahunnya mencapai 4,23%. Sedangkan laju pertumbuhan
terendah PDRB terletak pada sektor Industri pengolahan yang ratarata setiap tahun mencapai 2,46%.
Tabel II.6
Peranan Masing-Masing Sektor Dalam PDRB (%) Tahun
2005 2009
No.

Lapangan Usaha

2005

2006

45,0
4
0,69

45,6 46,8 47,3


1
8
3
0,68 0,66 0,63

47,42

Pertania
n
Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air bersih

11,7 11,2 10,8


2
7
6
1,01 0,96 0,94

10,55

12,1
7
1,08

5
6

Banguna
n
Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Angkutan dan Komunikasi

Bank, Persewaan, dan Jasa


perusahaan
Jasa-jasa

Sumber : BPS
Wonosobo

Kabupaten

4,06
12,5
4
6,67
6,16
11,5
8

4,01

2007

2009

0,60

0,92

4,04

4,09

12,4 12,2 12,3


9
9
3
6,63 6,46 6,43

12,28

6,18
11,6
6

4,01

2008

6,01
11,4
7

6,46

6,02
11,4
3

6,06
11,63

Menurut data dalam tabel diatas, bahwa kontribusi terbesar PDRB


Kabupaten Wonosobo disumbang oleh sektor Pertanian yang setiap
tahun rata-rata mencapai 46,45%. Sedangkan kontribusi terendah
adalah sektor pertambangan dan penggalian yang setiap tahun
rata-rata mencapai 0,65%. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor dominan di Kabupaten Wonosobo.
Tabel II.7
Produk Domestik Regional Bruto
Perkapita Kabupaten Wonosobo Tahun
2005 2009
Tahun

PDRB Perkapita (Rp)


Harga Konstan

Harga Berlaku

2005

2.037.774,41

1.997.121,61

2006

2.099.787,23

3.406.711,37

2007

2.164.192,27

3.818.891,36

2008

2.229.811,50

4.267.223,88

2009

2.300.951,42

4.553.659,76

Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo

Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa PDRB Perkapita


berdasarkan harga konstan rata-rata selama 5 tahun yaitu Rp
2.166.503,37.

Sedangkan

berdasarkan harga berlaku rata-rata

selama 5 tahun adalah Rp 3.608.721,60.

b. Inflasi
Tabel II.8
Laju Inflasi Kabupaten Wonosobo Tahun 2005 2009
Tahun

Kumulatif Inflasi
(%)
16,77

2005
2006

7,3
7
9,8
9
10,
3
3,0
1
9,4
7

2007
2008
2009
Rata-rata
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo

Data dalam tabel diatas menunjukkan bahwa kumulatif inflasi


tertinggi terjadi pada tahun 2005 yang mencapai 16,77%. Hal ini
disebabkan oleh adanya kenaikan harga BBM sedangkan kumulatif
inflasi terendah terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 3,01%.
Untuk rata-rata kumulatif inflasi selama periode 2005 s/d 2009
mencapai 9,47%. Kondisi tersebut memberi arti bahwa selama 5
tahun terakhir terjadi kenaikan indeks harga konsumen sekitar 10%.
2.

Kesejahteraan Sosial
Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah

satu

indikator kinerja pembangunan dengan dimensi yang lebih luas yaitu


dimensi kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Hal ini
karena pada semua tingkatan pembangunan
dasar diperlukan

bagi pembangunan

manusia

disebabkan

beberapa kapasitas
yaitu

Sehat dan

berumur panjang, berpengetahuan dan memiliki akses kepada sumber


daya ekonomi.
Pada tahun 2009 IPM Kabupaten Wonosbo telah mencapai 70,40,
angka tersebut masih dibawah angka rata-rata Provinsi Jawa Tengah
sebesar 72,10. Tabel berikut menggambarkan perkembangan indikator
IPM tahun 2006 2009.
Tabel II.9
Perkembangan Indikator IPM tahun 2006 2009
Komponen

Tahu
n

Satuan
2006

Angka Harapan Hidup


Angka melek Huruf

Tahun
%

69,0
0
88,9
0

200
7
69,20
88,91

2008
69,4
9
88,9
1

2009
69,74
89,27

Paritas Daya Beli

Rupiah

Rata-rata lama sekolah

Tahun

Indeks Pembangunan Manusia


Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo

621.00
0
6,00
68,8
0

624.600
6,11
69,22

626.77
0
6,11
69,5
5

629.26
0
6,27
70,08

Dalam konteks pencapaian IPM sesuai target 72 pada tahun


2010, memang harus disadari ada beberapa point titik lemah yaitu
belum

optimalnya

penganggaran

pada

beberapa

prioritas

pembangunan yang bisa meningkatkan IPM. Ke depan, merumuskan


konsensus dan mengawalnya pada tahap implementasi merupakan
agenda bersama bagi eksekutif dan legislatif agar sumber daya APBD
yang terbatas bisa efektif dalam mencapai sasaran visi dan misi
RPJMD pada periode lima tahun berikutnya.
Kinerja Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi
indikator di bidang pendidikan (Angka melek huruf, rata-rata lama
sekolah, Angka Partisipasi Kasar, Angka Partisipasi Murni , kesehatan
(Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu,
Prevalensi Gizi Kurang), Kemiskinan, Kepemilikan Tanah, tenaga kerja
dan keamanan dan ketertiban umum. Capaian Kinerja pembangunan
focus kesejahteraan sosial Kabupaten Wonosbo periode 2006-2010
pada masing-masing bidang sebagai berikut :
a.

Pendidikan
Pembangunan
strategis

dalam

pendidikan

keseluruhan

menempati

upaya

peran

membangun

sangat

kehidupan

berbangsa dan bernegara sebagaimana dicita-citakan oleh para


pendiri bangsa dan dirumuskan dalam Pasal 31 ayat (1) UUD 1945
yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak atas
pendidikan.

Selain

itu,

khususnya

millennium

berbagai

kesepakatan

development

goals

internasional

(MDGs),

yang

menetapkan bahwa sebelum tahun 2015 semua anak baik lakilaki maupun perempuan menyelesaikan pendidikan dasar, dan
Deklarasi UNESCO tentang Education for All (EFA) telah pula
menjadi dasar pelaksanaan pembangunan pendidikan di Indonesia.
Pembangunan pendidikan telah berhasil meningkatkan taraf
pendidikan

masyarakat

Indonesia

yang

ditandai

dengan

meningkatnya rata-rata lama sekolah dari 5,70 tahun pada tahun


2005

menjadi

sebesar

6,18

tahun

pada

tahun

2009,

meningkatnya angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas


dari 85,60 persen pada tahun 2005 menjadi 89,15 persen pada
tahun 2009, serta meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) dan
angka partisipasi murni (APM) pada semua jenjang pendidikan.
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/sederajat pada tahun
2005 sebesar 95,15 persen meningkat menjadi 97,26 persen

pada tahun 2009, dan APK SMP/MTs/sederajat pada tahun 2005


adalah sebesar 65,12 persen meningkat menjadi 68,98 persen
pada tahun 2009. Sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat pada
tahun 2005 sebesar 25,00 persen meningkat menjadi

29,13 persen pada tahun 2009. Angka Partisipasi Murni (APM)


SMP/MTs/sederajat pada
persen

meningkat

tahun

menjadi

2005

52,00

adalah

sebesar

49,15

persen pada tahun

2009.

Sementara itu, APK SMA/SMK/MA/sederajat pada tahun 2005


sebesar 17,12 persen meningkat menjadi 20,38 persen pada tahun
2009.
Angka putus sekolah SD dan SLTP, dari 0,36 persen pada
tahun 2005 turun
menjadi 0,18 persen pada tahun 2009 untuk tingkat SD, dan untuk
tingkat SLTP dari 1,29 persen turun menjadi 0,18 persen pada
tahun 2009 sedangkan tingkat SLTA dari 2,80 persen menjadi 0,42
persen pada tahun 2009.
Berbagaiprogram dan kegiatantelah dilaksanakan
dalam upaya
meningkatkan akses pelayanan pendidikan baik pada tingkatan
Pendidikan Usia Dini, Pendidikan Dasar 9 tahun maupun tingkat
Pendidikan Menengah yang diikuti oleh upaya meningkatkan
kualitas layanan pendidikan disemua jenjang pendidikan. Dalam
rangka mendukung peningkatan kualitas pendidikan, kualifikasi
guru ditingkatkan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dalam kurun waktu
2006 sampai dengan 2009, terdapat peningkatan persentase
guru yang telah memenuhi kualifkasi akademik D4/S1 menjadi
sebesar 14,66 persen untuk SD/MI, 76,15 persen untuk SMP/MTs,
88,47 persen untuk SMA/SMK.
Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan tata kelola
pendidikan dilakukan
berbagai perbaikan manajemen pendidikan yang ditujukan untuk
memantapkan

manajemen

pelayanan

pendidikan

dan

memberdayakan sekolah melalui penerapan manajemen berbasis


sekolah (MBS) yang ditujukan untuk meningkatkan kemandirian,
kemitraan,

keterbukaan,

akuntabilitas,

dan

peran

serta

masyarakat. Untuk meningkatkan standar dan kualitas tata kelola


pendidikan,

telah

dilakukan

penjaminan

mutu

pekerjaan

manajerial dan administratif sesuai dengan Permendiknas Nomor


15

Tahun

2007

Tentang

Sistem

Perencanaan

Tahunan

dan

Permendiknas Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Koordinasi dan


Pengendalian Program.

b.

Kesehatan
Pencapaian

kesehatan

dan

merupakan kinerja sistem kesehatan

yang

pemerintah

status

pusat

dan

daerah

serta

gizi

masyarakat

dilaksanakan

berbagai

oleh

komponen

masyarakat. Kinerja pembangunan kesehatan dicapai melalui


pendekatan enam sub-sistem dalam sistem kesehatan nasional
(SKN), yaitu sub- sistem: (1) upaya kesehatan; (2) pembiayaan
kesehatan;
farmasi,
informasi

(3)

alat

sumberdaya
kesehatan dan

kesehatan;

Keenam sub sistem

dan

manusia kesehatan;
makanan;
(6)

(5)

(4)

sediaan

manajemen

pemberdayaan

dan

masyarakat.

tersebut saling terkait dengan berbagai sistem lain di luar SKN


antara lain sistem pendidikan, sistem ekonomi, dan sistem budaya.
Status kesehatan dan gizi masyarakat diukur dari umur
harapan hidup
(UHH), angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi
(AKB), dan prevalensi kekurangan gizi pada balita terus
menunjukkan perbaikan selama kurun waktu 2006
2009.
Tabel II.10
Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat Tahun 2006 - 2009
No.

Indikator
1

Satuan

Angka Harapan
Hidup
Angka Kematian Ibu

2
3

Tahun

2007

68,9

per seratus
ribu
kelahiran
per mil
kelahiran
hidup
%

Angka Kematian
Bayi
Prevalensi Gizi
Kurang

2006

2008
69.5

69,2

71,68 174,6
8

kesehatan

Ibu

dan

anak

14,34

21,51

15,35 15,84

11,33

10,26

14,03 10,02

terus

mengalami

perbaikan, hal ini dapat dilihat dari menurunnya Angka Kematian


Ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Penurunan
ini

dipengaruhi

oleh

berbagai

faktor

diantaranya

adanya

peningkatan kualitas pelayanan ibu hamil melalui peningkatan


sarana kesehatan dasar maupun rujukan dan kemampuan tenaga
kesehatan,

meningkatnya kesadaran ibu untuk menggunakan

tenaga kesehatan dalam proses persalinan. Hal ini dapat dilihat


pada tabel dibawah ini :
Tabel II.11
Data Pertolongan Persalinan Tenaga kesehatan Tahun 2006 2009
No.
1
2

Indikator

Cakupan
Tahun
2006
2007

Satuan

Persalinan ditolong tenaga


kesehatan
Prosentase

Orang
%

11.14
3
67,96

11.727
69,42

2008
12.43
7
79,9
2

2009
12.734
86,4,42

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo

Status

Gizi

masyarakat

juga

mengalami

peningkatan

selama 2006 2009. Hal ini disebabkan karena disamping


adanya

peningkatan

ekonomi

keluarga

70,44

123,3 115,75
9

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo

Derajat

2009

juga karena adanya

peningkatan keluarga sadar gizi, adanya surveylens gizi buruk

melalui posyandu

dan

pemberian

makanan

tambahan

bagi

balita. Capaian indikator program gizi masyarakat seperti tabel


berikut :

Tabel
II.12
Data Cakupan Program Gizi Masyarakat Tahun 2006 - 2009
No.

Indikator
1
2
3
4
5

Satuan

Berat bayi lahir rendah


Prosentase dari total
kelahiran
Berat bayi lahir normal
Prosentase dari total
kelahiran
Prevalensi Status Gizi
Balita:
a. Gizi Buruk
b. Gizi Kurang
c. Gizi Baik
d. Gizi Lebih
Prevalensi kurang energi
kronik
(KEK) pada
ibu hamilenergi
Rata-rata
konsumsi
Rata-rata konsumsi protein

6
7
8

2006

2007

2008

264
1,99
13.244
98,01

208
1,65
12.332
98,35

246
238
1,68 1,69%
14.352 13.771
98,32 98,30

%
%
%
%

1,79
11,3
3
84,6
02,28

1,21
10,2
6
86,7
51,78

1,40
14,0
3
79,3
64,81

0.73
10.0
2
84,2
83,96

3,51

3,51

3,25

2,67

2050
49,9

1892
39,6

1884
39,6

1905
40,1

Anak
%
Anak
%

K.kal
Gr

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo

Upaya perbaikan layanan kesehatan kepada masyarakat


terus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Wonosobo termasuk
juga upaya perbaikan manajemen kesehatan yang mencakup
perencanaan,

pelaksanaan,

pertanggungjawaban

pengendalian,

pembangunan

dikembangkan. Upaya untuk

menyusun

pengawasan
kesehatan

perumusan

dan
terus

kebijakan

kesehatan yang berbasis bukti, survailans secara menyeluruh


juga

terus

ditingkatkan.

Sementara

itu,

pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan juga terus dikembangkan melalui


upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dengan pelibatan
lintas sektor.
c.

Kepemilikan tanah
Berdasarkan sumber dari Kantor Pertanahan Kabupaten
Wonosbo tahun 2010, Masih rendahnya kepemilikan sertifkat
tanah sebagai bukti sah atas kepemilikan tanah merupakan
permasalahan pertanahan yang mendasar di Kabupaten Wonosobo
yang bisa menjadi permasalahan serius. Sampai dengan tahun
2009 dari 620.641 bidang tanah sudah 126.660 bidang atau
20,41 % tanah bersertifikat dan meningkat 2,5 % dalam kurun
waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah
tanah yang telah bersertifikat yang berarti bahwa kesadaran
masyarakat mulai terketuk akan arti penting sertifkat sebagai alat
bukti sah kepemilikan atas tanah.

d.

Kesempatan Kerja

2009

Salah

satu

upaya

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

penduduk dilakukan melalui perluasan kesempatan kerja. Selama


tahun 2006-2010 jumlah angkatan kerja yang ditempatkan dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.13
Data Penempatan Tenaga Kerja Kabupaten Wonosobo Tahun 2006
- 2009
Tahun 2006
AKL

Tahun 2007
AKAD

183

502

AKAN
2.557

AKL
95

3.242

AKAD
1.451

Tahun 2008

AKAN
1.751

AKL

AKAD

22

979

3.297

Tahun 2009

AKAN
1.217

AKL
327

2.218

AKAD
1.399
2.661

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo

Perluasan kesempatan kerja dilakukan melalui penyiapan


tenaga kerja siap pakai, peningkatan pelayanan transmigrasi,
pengembangan sistem informasi pasar kerja melalui bursa kerja on
line (BKO) sehingga informasi lowongan pekerjaan lebih mudah dan
cepat, pelatihan manajemen kewirausahaan dan keterampilan
penerapan teknologi tepat guna (TTG). Padat Karya Infrastruktur
sebagai

upaya

pemberdayaan

masyarakat

penganggur

dan

setengah menganggur dalam pembuatan atau rehabilitasi sarana


dan prasarana ekonomi daerah setempat juga dilakukan untuk
meningkatkan kesempatan kerja yang bersifat sementara.
Upaya perlindungan tenaga kerja juga dilakukan melalui
penetapan
dengan

Upah Minimum

Kebutuhan

Hidup

Kegional

(UMK)

yang

disesuaikan

Layak meningkatkan kesejahteraan

tenaga kerja. Perkembangan Upah Minimum Kabupaten Kabupaten


Wonosobo, dapat dilihat pada tabel sebagi berikut :
Gambar II.1
Grafik Rata-Rata UMK Kabupaten Wonosobo tahun 20062010

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo

2
0

AKAN
935

Gambar. II.2
Perbandingan UMK dengan KHL di kabupaten Wonosobo

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo

e.

Angka Kriminalitas
Upaya penanggulangan gangguan keamanan, ketertiban
dan

tindak kriminalitas

menunjukkan

peningkatan

walaupun

masih banyak ditemukan gangguan keamanan dan hambatan.


Upaya pemberantasan yang
Operasi

Kepolisian

terpadu

dengan

relatif intensif dengan penggelaran

Kewilayahan
Instansi

terkait

maupun

Operasi

menunjukkan

Kepolisian
hasil

yang

signifkan. Langkah Pemerintah tersebut akan terus dilakukan


secara konsisten dan seyogyanya didukung penuh oleh seluruh
lapisan masyarakat agar kondisi aman dan

tertib dapat semakin

diwujudkan.
Turunnya kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum
serta berbagai
tindak kejahatan yang semakin berani berakibat pudarnya rasa
persatuan dan kesatuan
masyarakat

terhadap

masyarakat.

Kepatuhan

hukum merupakan

dan disiplin

prasyarat

sekaligus

tantangan dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban


masyarakat yang

kondusif.

keanekaragaman

budaya,

Perbedaan pemahaman
kondisi

sosial,

terhadap

kesenjangan

kesejahteraan, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, serta


kepadatan penduduk juga merupakan faktor korelatif kriminogen
yang

apabila

tidak

dibina

dan

dikelola

secara

baik

dapat

mendorong munculnya kejahatan dan konflik horizontal. Faktor


korelatif kriminogen ini hanya dapat diredam oleh sikap, perilaku
dan tindakan masyarakat yang patuh dan disiplin terhadap hukum.
Perkembangan jumlah kasus kriminalitas di Kabupaten Wonosobo
38

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

39

Tabel II. 14
Jumlah Kasus Kriminalitas Tahun 2006 2009
NO

URAIAN

2006

2007

2008

2009

Pembunuhan

Aniaya Berat

Pencurian dg pemberatan
Pencurian dg kekerasan

6
7
6

6
6
8

59

2
9
1

2
1
3

3
1
2

43

Curanmor

Kebakaran / pembakaran

1
2
0
2

Uang Palsu

9
3

1
6

3
1

Narkotika

Perkosaan

10

Kenakalan Remaja

11

Pencurian biasa/ringan

Aniaya ringan / biasa

3
8
1

50

12

2
4
3
9
8

7
3
1
2

17
12

0
1
7
1

30
-

13

Penipuan

1
3
2

14

Penggelapan

15

Perjudian

16

Pengrusakan

1
7
2

17

Pengroyokan

18

Pemerasan

19

Perbuatan cabul / zinah

12

20

21

Pencurian
kayu
UU Darurat (petasan, bw sajam)

22

Buang bayi

23

Pemalsuan / Palsu Surat

24

Penyuapan

25

Penghinaan

26

Pencemaran

27

Perambahan Tanah Hutan

28

Melarikan Perempuan

29

KDRT

12

30

TKI Illegal

31

Korupsi

32

33

Subsidi
Pupuk
Traficking

34

Perbuatan tdk menyenangkan

35

UU Lingkungan Hidup

36

BBM / Minyak Tanah bersubsidi

JUMLAH TINDAK KRIMINAL

163

258

280

322

JUMLAH PENDUDUK

773.96
7
2,11

ANGKA KRIMINALITAS
Sumber : Polres Kabupaten Wonosobo

1
8
6

baik

pencurian

dengan

30
2

778.71 784.22 789.84


1
6
8
3,31
3,57
4,08

Kasus kriminalitas yang terjadi didominasi oleh


pencurian

16

pemberatan,

kasus

pencurian

biasa/ringan dan pencurian kendaraan bermotor. Kasus pencurian


cenderung meningkat dari tahun ke tahun, tahun 2006 kasus

pencurian sebanyak 60 kasus meningkat menjadi 107 kasus pada


tahun 2009

atau meningkat 78,3% . Sedangkan jumlah tindak kriminal secara


keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 97,54%, yaitu dari
tahun 2006 sebesar 163 kasus menjadi 322 kasus pada tahun
2009, sehingga terjadi peningkatan angka kriminalitas sebesar
1,97.
3.

Seni Budaya dan Olahraga


Kinerja
indikator

Pembangunan

jumlah

mengembangkan

grup

dibidang

kesenian

kesenian

dan

tradisional

seni

dan

gedung

budaya
olahraga.

diharapkan

akan

meliputi
Upaya
mampu

memberikan dampak kesejahteraan bagi para pelaku seni. Dalam


pelaksanaan pengembangan nilai budaya kegiatan seremonial seperti
peringatan HUT Kabupaten Wonosobo setiap tanggal 24 Juli dan
Peringatan HUT RI setiap tanggal 17 Agustus terus dilaksanakan
tidak ketinggalan. Pentas Seni dan Budaya yang diselenggarakan di
Taman Mini Indonesia Indah yang menampilkan bakat dan potensi
seniman-seniman lokal dalam memperkenalkan dan mempromosikan
budaya Kabupaten Wonosobo pun terus digalakkan. Kesemuanya itu
dilakukan

dalam

upaya mengembangkan dan melestarikan seni

budaya daerah. Pembinaan terhadap seni budaya daerah dilakukan


melalui pembinaan terhadap grup kesenian dan penyelenggaraan
event-event baik yang bersifat Lokal maupun internasional. Dibawah
ini tersaji data jumlah event yang diselenggarakan di Kabupaten
Wonosobo :
Tabel
II.15
Jumlah Event Seni Budaya Tahun 20052009
Fasilitas Pementasan

Tahun
2005

2006

2007

2008

2009

1
8
1

21
3

2
1
3

25

Regional

1
8
1

Nasional

Internasional

2
5

37

Lokal

Jumlah

2
2
25
8
5
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo

Sedangkan jumlah grup kesenian di Kabupaten Wonosobo adalah


sebagai berikut :

10

Tabel II.16
Daftar Kelompok Kesenian di Kabupaten
Wonosobo Tahun 2006-2009
No.

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Tahu
2006
200 n
200
7
8
1
Angguk
25
29
29
2
Kuda Kepang
448
455
455
3
Daen
12
15
15
g
4
Roda
54
64
64
t
5
Bangilun
16
16
16
6
Kubrosiswo
17
17
17
7
Cepetan
3
3
3
8
Dayakan
20
22
22
9
Monyetan
1
1
1
Gambus
26
30
30
Cekok Mondol
4
4
4
Barongsay
6
16
16
Liongsay
6
9
9
Andu
2
2
2
Reog
3
5
5
Wulang Bunu
16
16
16
Campur Bawur
5
5
5
Sanggar Tari
4
8
8
Rebana
427
438
438
Band
46
50
50
Karawitan Campursari
50
56
56
Rosidah
23
23
23
Jamjanen
22
22
22
Genjringan
12
12
12
Ayun - Ayun
44
44
44
Kulintang
4
4
4
Keroncong
9
9
9
Solo Organ
5
5
5
Terbang Jawa
43
43
43
Bundengan
1
1
1
Calung
1
1
1
Dangdut/Orkes Melayu
30
30
30
Thek Thek
5
7
7
Terbang Arab
30
30
30
Lainnya
6
6
6
Jumla
1426
1506
1506
Sumber : Dinas Pariwisata hdan Kebudayaan Kab. Wonosobo
Jenis Kesenian

2009
25
463
12
54
16
17
3
20
1
26
4
6
6
2
3
16
5
4
127
100
60
0
0
6
0
0
0
0
0
2
0
0
5
30
12
1025

C. Pelayanan Umum
Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk
jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik
yang

menjadi

tanggungjawab Pemerintah Kabupaten dalam upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundangundangan.


Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan
gambaran dan hasil

dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap


kondisi pelayanan

umum

yang

mencakup

kesejahteraan

dan

pemerataan

ekonomi,

kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Kinerja pembangunan


pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari
pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi
pelayanan umum yang mencakup layanan urusan wajib. Hasil evaluasi
pelaksanaan pembangunan

pada

aspek

pelayanan

umum

selama

periode 2005-2009 adalah sebagai berikut :


1. Layanan
wajib

urusan

a. Pendidikan
Angka Partisipasi sekolah (APS) merupakan ukuran daya
serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka
tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama
usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan
seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan
jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah.
Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan
sebagai

semakin meningkatnya

partisipasi

sekolah.

Kenaikan

tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah


penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya
infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah
sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah
semakin rendah.
Capaian

APS

Kabupaten

Wonosobo

tahun

2009

pada

pendidikan dasar mencapai 71,91%, pada jenjang pendidikan


menengah mencapai 32,61%. Rasio ketersediaan sekolah terhadap
penduduk usia sekolah pada pendidikan dasar sebesar 1 : 222,5.
Pada jenjang pendidikan menengah mencapai 1 : 3,93. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk
usia pendidikan dasar.
Rasio guru dengan murid pada tahun 2009 untuk tingkat
SD/MI mencapai 1 : 18, untuk tingkat SMP/MTS 1 : 14 sedangkan
untuk tingkat SMA/SMA/MA 1 : 14. Rasio murid dengan kelas
untuk jenjang pendidikan SD/MI pada tahun 2009 mencapai
26,

jenjang

SMP/MTS

mencapai

33

sedangkan

jenjang

SMA/SMK/MA mencapai 1 : 33.


Upaya peningkatan daya tampung sekolah diarahkan pada

pendidikan kejuruan/SMK dalam usaha mewujudkan rasio SMA dan


SMK menjadi 33 : 67 (target nasional). Untuk Kabupaten Wonosobo
rasio SMA dan SMK baru mencapai 50 : 50.

b. Kesehatan
Keberhasilan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
terlihat

dari

keberhasilan

meningkatkan

akses

masyarakat

terhadap layanan kesehatan. Dari tahun 2006 2010 dalam hal


penyediaan

prasarana

dan

sarana

kesehatan,

sudah

dibangun/direhab 87 PKD, 9 Puskesmas, 14 Puskesmas Pembantu,


dan membangun
3 Puskesmas Rawat Inap, sehingga pada setiap
desa/kelurahan sudah tersedia prasarana kesehatan dasar (PKD)
berikut dengan tenaga kesehatannya.
Tabel II.17
Fasilitas Kesehatan dirinci per
Kecamatan di Kabupaten
Wonosobo Tahun 2009

Fasilitas Kesehatan
Balai
Kecamatan
Rumah
Laborat
Apotik
Saki
Pengob Pengob
Sakit
ori
Bersali
Umum t
a
at
um
n
Khusu
tan/R
an
Wonosobo
2
1
1
2
4
15

Kertek

Selomerto

Leksono

Kalikajar

Sapuran

No

Ruma Ruma

Bal

mas
/
Pust
2/3

Pos- PusYand Ling


u
121

2/4

102

1/5

88

2/2

86

2/4

104

1/2

76

Kepil

2/5

124

Kalibawang

1/2

55

Garung

1/3

73

10

Mojotengah

1/1

92

11

Kejajar

2/1

78

12

Watumalan
g
Kaliwiro

1/3

70

1/3

93

2/6

65

2/4

73

24/48

1.30
0

31

13

Puske

1
1

1
1

1
1

14 Wadaslintan
15 gSukoharjo

JUMLAH
2
1
2
4
5
Sumber data Dinas Kesehatan Kab. Wonosobo

28

Capaian pelayanan kesehatan tercermin pada upaya untuk


menyediakan pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten maupun
desa. Pada tahun 2009, rasio Posyandu persatuan balita sudah
mencapai 1: 39, Rasio Puskesmas, Poliklinik Pustu per satuan
penduduk sudah mencapai 1 : 9.079 , Rasio Rumah Sakit per
satuan penduduk mencapai , Rasio Dokter per satuan penduduk
mencapai 1 : 10.393 dan cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani mencapai 100 %, cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan mencapai

86,41 %, Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization


(UCI) mencapai 87,17%, Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat
perawatan mencapai 100%, Angka kesembuhan penderita penyakit
TBC

BTA

(+)

penanganan
Cakupan

mencapai

penderita

93

%,

penyakit

Cakupan
DBD

penemuan

mencapai

100

dan
%,

pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin


mencapai 0,66 % dan Cakupan kunjungan bayi mencapai 98,24
%.
c. Pekerjaan Umum
Urusan pekerjaan umum dilaksanakan dalam dua koridor
kebijakan pemerintah daerah yaitu peningkatan penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan kualitas dan efektiftas pembangunan
infrastruktur yang juga diharapkan dapat mendorong kebijakan
pemerintah

daerah

dalam

pengurangan

ketimpangan

antar

pembangunan

infrastruktur

dalam

wilayah.
Secara

garis

besar,

upaya pelaksanaan urusan pekerjaan umum dijabarkan dalam


berbagai program untuk kemudian dilaksanakan dalam paketpaket pekerjaan pengadaan saran dan prasarana infrastruktur.
Program Pembangunan/Rehabilitasi Jalan dan Jembatan, Program
Pengembangan
Jaringan

dan

Pengairan

Pengelolaan
lainnya

Jaringan

dan

Irigasi,

Program

Rawa

dan

Pembangunan

Infrastruktur Perdesaan merupakan tiga besar program priotas


pemerintah daerah dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggaraan fungsi pembangunan infrastruktur fasilitas
umum, adalah fungsi yang mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat,

khususnya

melalui

peningkatan

kualitas

dan

efektivitas pembangunan infrastruktur, yang mencakup urusan


pekerjaan umum dan urusan perumahan dan permukiman. Dalam
konteks Urusan Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah memiliki
tanggungjawab

penanganan jalan

sepanjang

810

km

dan

jembatan mencapai 2.622 m, irigasi mencapai 718 Daerah Irigasi


(DI) terdiri dari irigasi teknis mencapai 9.030 Ha, irigasi teknis
mencapai 710 Ha dan irigasi sederhana mencapai 11.310 Ha.
Selama kurun waktu 2006 2010 sudah dilakukan pembangunan /
rehabilitasi jalan, jembatan dan irigasi. Dalam tahun 2006 panjang
jalan dalam kondisi baik mencapai 386,752km atau 47,75% dan
tahun 2009 mencapai 408,55 km atau 50,43 %. Jembatan dalam
kondisi baik tahun 2009 mencapai 1,85 km / 230 (buah) atau 76,16
%. Sedangkan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana umum

tempat pemakaman umum, rasio per 1000 penduduknya tahun


2006 mencapai 10 dan tahun 2009 mencapai Untuk tempat
pembuangan sampah (TPS), rasio per 1.000 penduduknya tahun
2006 mencapai 2 dan tahun 2009 mencapai 3.

d.

Perumahan
Sebagai

upaya

aksi

pelaksanaan

urusan

perumahan

segaris dalam tujuan yang hendak dicapai dalam RPJMD yaitu


meningkatkan kualitas dan efektivitas penyediaan prasarana dan
sarana

dasar

perumahan

dan

permukiman,

telah

pula

dilaksanakan pembangunan fsik terhadap sarana dan prasarana


dasar. Selama kurun waktu tahun 2006 sampai dengan 2009 tidak
kurang 12 kegiatan pengembangan perumahan, 230 kegiatan
lingkungan sehat perumahan juga dilaksanakan

21

kegiatan

pembangunan fasilitas penunjang areal pemakaman, 1 kegiatan


rehabilitasi rumah korban terorisme dan pengadaan fasilitas
pemadam kebakaran berupa 2 mobil pemadam kebakaran yang
diharapkan

dapat

meningkatkan

kapasitas

penanggulangan

pemadam kebakaran.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat juga

terlihat dari

tercukupinya kebutuhan perumahan. Oleh karena itu, pengelolaan


Urusan Perumahan dan Permukiman, terus diupayakan dapat
meningkatkan kualitas dan efektivitas penyediaan prasarana dan
sarana

dasar

perumahan

dan

permukiman,

meningkatkan

fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat termasuk PNS yang


belum memiliki rumah dalam pembangunan dan perbaikan rumah,
meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan
keselamatan bangunan perumahan dan gedung lainnya.
Untuk luas wilayah permukiman kumuh tahun 2009 seluas
242,81 Ha atau 3
%. Tahun 2009 jumlah yang layak huni sebanyak 200.709 rumah
atau 91,51 % dan yang tidak layak huni 18.621 rumah atau 8,49
%. Tahun 2009 yang mengakses air bersih sebanyak 219.330
rumah tangga (KK) atau 98,23 %. Untuk sanitasi, pada tahun
2006

rumah

tangga

(KK)

yang

sudah

bersanitasi

sebanyak

128.581 rumah tangga (KK) atau 57,6 % sedangkan yang belum


bersanitasi sebanyak 94.650 rumah tangga (KK) atau 42,4 %,
tahun 2009 yang bersanitasi mencapai 128.615 rumah tangga
(KK) atau 57,6 %.
e. Penataan Ruang
Wonosobo yang memiliki luas wilayah 98.468 ha terbagi atas
beberapa wilayah yang bersifat pedesaan maupun perkotaan.

Perkembangan wilayah beserta komunitasnya antara satu wilayah


dengan wilayah yang lain cenderung tidak sama. Hal ini tidak saja
karena perbedaan kondisi geografis maupun kultur masyarakat
namun juga dipengaruhi kebijakan pembangunan dan pengelolaan
tata ruang.
Degradasi lingkungan bisa menjadi penyebab munculnya
ketimpangan

wilayah,
sering

sedangkan
menjadi

ketimpangan pertumbuhan

penyebab

lambatnya

antar wilayah

pertumbuhan

tingkat

kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya selama kurun 2006


2010 sudah dilakukan berbagai upaya pengurangan ketimpangan
wilayah, dengan mengoptimalkan pengelolaan urusan Penataan
Ruang dan urusan Pertanahan. Dalam konteks Urusan Penataan
Ruang,

Pemerintah

Daerah

terus

berupaya

meningkatkan

akselarasi pembangunan di wilayah-wilayah strategis dan wilayahwilayah


antar

tertinggal,
kawasan

meningkatkan
pedesaan

keseimbangan

pertumbuhan

perkotaan,

menyerasikan

dan

pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam suatu sistem wilayah


pembangunan yang berkelanjutan, dan meningkatkan keterkaitan
kegiatan ekonomi antar wilayah perkotaan dan pedesaan dalam
suatu

sistem

pengembangan

ekonomi

yang

saling

menguntungkan. Wonosobo dengan luas wilayah 98.468 Ha,


memiliki luas ruang terbuka hijau dalam tahun 2006 seluas 28,5 Ha
atau 28,9 % dan tahun 2009 seluas 25,78 Ha atau 26,2 %..
Kegiatan perencanaan tata ruang yang telah dilaksanakan
adalah Revisi RIK Wonosobo, Penyusunan Masterplan Kawasan
Alun-Alun dan DED Alun-Alun Kota Wonosobo, Penyusunan RTRW
Kabupaten Wonosobo, Masterplan GOR, Perencanaan Lingkungan
Pendopo,

Penyusunan

RDTRK

Kec.

Watumalang,

RDTRK Kec.

Kalibawang, Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Data


Spasial, Penyusunan RDTRK Kec. Wadaslintang dan RDTRK Kec.
Kertek.
f.

Perhubungan
Kinerja

pembangunan

pada

pelayanan

pada

urusan

perhubungan di Kabupaten Wonosbo selama periode 2005-2009


dilihat dari jumlah arus penumpang angkutan umum selama 5
tahun yang mengalami penurunan dari 11.742.718 penumpang
tahun 2005 menjadi 5.702.073 penumpang
Penurunan

jumlah

penumpang

lebih

pada tahun 2009.


disebabkan

adanya

pergeseran penggunaan moda angkutan umum ke angkutan


pribadi.

Persentase

jumlah angkutan darat dibanding jumlah

penumpang angkutan darat mengalami peningkatan dari tahun


2005 sebesar 9,30% menjadi 11,01% pada tahun 2009, jumlah
terminal dan sub terminal tidak mengalami perubahan atau tetap
53

sebanyak

unit.

Tantangan

kedepan

adalah

bagaimana

menyediakan pelayanan angkutan masal yang murah, nyaman,


aman dan tepat waktu agar kemacetan yang disebabkan oleh
banyaknya angkutan pribadi tidak terjadi.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonosobo
sangat didukung
dengan pembangunan di sektor perhubungan. Perhubungan yang
lancar dan nyaman memicu distribusi produk barang dan jasa dari
satu wilayah ke wilayah yang

54

lain. Distribusi barang dan jasa yang lancar akan menekan biaya
produksi

dan

Peningkatan

pada muaranya
kualitas

dan

akan

kuantitas

menekan
sarana

harga
dan

pasar.

prasarana

perhubungan dimaksudkan untuk meningkatkan ketertiban lalu


lintas dan kenyamanan pengguna jalan, sehingga diharapkan
dapat meminimalisasi resiko yang

diakibatkan dalam berlalu

lintas.

pendukkungkeselatan

Data

Sarana

prasarana

dan

kenyamanan dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel
II.18
Sarana Prasarana Pendukung Keselamatan dan Kenyamanan
transportasi
Jumlah
No.

Fasilitas
2006
1
2
3
4
5
6

Jalur Penyelamat
Rest
Area
Shelter/ Halte
Lampu Pengatur Lalu
Lintas
Rambu-Rambu

1
0
2
2
72
-

Marka Jalan (m2)

2007

2008

2009

1
0
2
2
72
-

1
0
4
6
158
-

1
0
4
17
458
6.287

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi

Dalam penyelenggaraan urusan perhubungan, Pemerintah


Kabupaten Wonosobo memberikan pelayanan ijin trayek dan
pengujian kendaraan bermotor bagi angkutan umum dan angkutan
barang. Kegiatan pengujian kendaraan bermotor bertujuan agar
tingkat
sehingga

kelaikan

kendaraan

kecelakaan

lalu

dapat
lintas

dipertanggungjawabkan,

akibat

dari

penggunaan

kendaraan dapat ditekan. Untuk mendukung kegiatan tersebut


dilaksanakan
pengujian

kegiatan

kendaraan

perbaikan
guna

lebih

dan

modifikasi

peralatan

mengoptimalkan

kegiatan

pelayanan pengujian kendaraan bermotor.


Tabel
II.19
Tabel Jumlah dan Alokasi Kendaraan Angkutan Pedesaan
No.

Trayek

Jml Armada

Jara
k
(km
8

2006

2007

81

81

81

81

12

63

63

63

63

2008 2009

Wonosobo- Kertek

Wonosobo- Sawangan

Wonosobo- Leksono

39

39

39

39

Wonosobo- Garung

74

74

74

74

Wonosobo- Mojotengah

26

26

26

26

Wonosobo- Limbangan

19

19

19

19

Wonosobo- Gondang

Wonosobo- AndongsiliKeseneng
Wonosobo- Wonolelo

9
10
11
12

Wonosobo- PacarmulyoGondang
Wonosobo- MadukoroKeseneng
Wonosobo- Jetis- Wonokasihan

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi

20

20

20

20

10

12

12

12

12

14

14

17

17

13

13

13

13

Tabel II.20
Alokasi Kendaraan Angkutan Antar Kota Dalam
Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP)
No.

Trayek

Jml Armada

Jara
k
(km
490

2006

2007

2008

2009

10

10

10

Wonosobo- Jakarta

Wonosobo- Bandung

340

120

28

28

28

28

WonosoboPurwokerto
Wonosobo- Magelang

66

80

80

80

80

Wonosobo- Purworejo

54

99

99

99

99

Wonosobo- Kebumen

101

36

36

36

36

Wonosobo- Semarang

119

Sumber: Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi

Peningkatan ketersediaan sarana pendukung transportasi


berupa rambu- rambu lalu-lintas sejumlah 72 unit pada tahun
2006 menjadi 458 unit pada tahun 2009 dan pengadaan marka
2

jalan sepanjang 6287 m pada tahun 2009.


g. Lingkungan Hidup
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan
yang

berkelanjutan

dan

berwawasan

lingkungan,

urusan

lingkungan hidup di Wonosobo menjadi masalah prioritas. Hal ini


berdasarkan realitas adanya kecenderungan terjadi penurunan
kualitas lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup memerlukan
perhatian serius karena sifatnya yang khusus dan melibatkan
banyak sektor. Adanya keterkaitan ini membuat urusan lingkungan
hidup

harus

dilihat

secara

menyeluruh dari

berbagai

sudut

pandang yang berbeda serta dalam penanganannya tidak bisa


dilakukan secara sektoral.
Keberhasilan

pengelolaan

sampah

di

Wonosobo

juga

didukung adanya keikutsertaan pihak ketiga (Yayasan Danamon


Peduli) dalam pengelolaan sampah. Wonosobo merupakan salah
satu daerah (Wonosobo merupakan peringkat ke empat terbaik
dari 30 daerah di Indonesia) yang menjalin kerjasama dengan
Yayasan Danamon Peduli, membangun fasilitas sampah pasar
tradisional yang bertujuan untuk mengkonversi sampah pasar
tradisional menjadi kompos berkualitas tinggi untuk didistribusikan
kepada para petani. Program ini secara sistematis meningkatkan
kondisi kesehatan dan kebersihan serta memberikan manfaat
57

sosial ekonomi bagi komunitas pasar tradisional dan petani.


Program Kompos Sampah Pasar NOTHING WASTED ini juga
telah mendapat apresiasi dari dunia internasional, tahun lalu,
program ini terpilih menjadi juara 2 dari BBC World Challenge
2009 yang terpilih dari 900 program pengembangan

58

masyarakat di seluruh dunia, dan juga menjadi pemenang Metro


TV/MDGs Award 2009 untuk pengentasan kemiskinan
h. Pertanahan
Untuk

Urusan

Pertanahan,

Pemerintah

Daerah

terus

mendorong dilakukan perubahan sistem pengelolaan tanah agar


efsien, efektif serta terlaksananya penegakan hukum terhadap
hak atas tanah masyarakat dengan menerapkan prinsip- prinsip
keadilan,

transparansi

dan

demokrasi.

Masih

rendahnya

kepemilikan sertifikat tanah sebagai bukti sah atas kepemilikan


tanah merupakan permasalahan pertanahan yang mendasar di
Kabupaten Wonosobo yang

bisa menjadi permasalahan serius.

Sampai dengan tahun 2009 dari 620.641 bidang tanah sudah


126.660 bidang atau 20,41 % tanah bersertifikat dan meningkat
2,5 % dalam kurun waktu 5 tahun. Dari tahun ke tahun terjadi
peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat yang berarti
bahwa kesadaran masyarakat mulai terketuk akan arti penting
sertifkat sebagai alat bukti sah kempemilikan atas tanah.
Sedangkan untuk pemenuhan sarana kesehatan berupa
pengadaan

tanah

untuk

menunjang

pelayanan

puskesmas

kesehatan

yang

masyarakat

bertujuan
demikian

untuk
juga

penyediaan tanah yang akan digunakan untuk pembangunan GOR


yang

bertujuan

untuk

menyediakan

sarana

olah

raga

bagi

masyarakat Wonosobo. Disisi lain pemerintah juga menyediakan


sarana untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Wonosobo
berupa pengadaan tanah untuk menunjang kelancaran lalu lintas
yang

menguhubungkan

objek

pariwisata

maupun

penunjang

pengembangan sektor pariwisata itu sendiri. Seperti pengadaan


tanah untuk Tuk Bimo Lukar yang ditujukan untuk pengembangan
obyek

wisata

Tuk

Bimo

Lukar

dimana

menurut

sejarahnya

merupakan sumber mata air Sungai Serayu yang kondisinya pada


saat ini debit airnya sudah sangat minim apalagi bila musim
kemarau tiba. Sebagai

antisipasinya ada beberapa lahan yang

harus dibebaskan untuk penyelamatan sumber mata air yang


selanjutnya untuk reboisasi di sekitar lahan tersebut mengingat
kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya penyelamatan
wilayah Dieng sudah relatif kurang.

Dalam rangka peningkatan sarana perekonomian maka


pemerintah daerah memfasilitasi melalui pengadaan tanah yang
ditujukan untuk pembangunan pasar, baik pasar sayur maupun
pasar buah yang nantinya dapat menampung dan memasarkan
komoditi buah dan

sayur dikarenakan

Wonosobo merupakan

salah satu sentra penghasil sayur dan buah terbesar di Jawa Tengah.

Untuk

pelaksanaan

program

penataan

penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dari tahun 2006


s/d Tahun 2009 juga diperuntukkan bagi pelaksanaan kegiatan
program

daerah

(PRODA)

berupa

pensertifikatan

hak

milik

masyarakat ekonomi kurang mampu sebanyak 800 bidang yang


seluruh pembiayaannya ditanggung pemerintah daerah .
Selain itu untuk tertib administrasi dan kejelasan status
tanah baik tanah milik pemerintah daerah termasuk di dalamnya
tanah-tanah hasil penyerahan eks instansi vertikal/ departemen
sebagai akibat dari penyerahan otonomi daerah maupun eks
tanah

bengkok

dari

desa

yang

berubah

statusnya

menjadi

kelurahan, telah dilaksanakan kegiatan pensertifikatan 108 bidang


eks

tanah

bengkok

dan

38

bidang

eks

tanah

instansi

vertikal/departemen. Untuk tahun 2010 sebagian besar kegiatan


telah selesai dilaksanakan yaitu berupa pengadaan tanah untuk
Tuk Bimo Lukar serta pengadaan tanah untuk SMK Kalikajar tinggal
penyelasaian administrasi, sedangkan kegiatan lainnya baru dalam
tahap proses pelaksanaan.
i.

Kependudukan dan Catatan Sipil


Penanganan tertib administrasi kependudukan dan catatan
sipil berupa KTP, KK, akte kelahiran dan dokumen lainnya sudah
cukup optimal. Adapun kelemahan yang masih sering terjadi
antara lain kesadaran penduduk untuk melaporkan setiap peristiwa
penting kependudukan dan catatan sipil masih rendah, padahal
hal

ini

berpengaruh

besar

bagi

kesempurnaan

administrasi

kependudukan.
Pada

tahun

kependudukan

2007

difokuskan

program
pada

penataan

kegiatan

administrasi

pembangunan

dan

pengoperasian SIAK secara terpadu, yang merupakan program


pembangunan di bidang sistem administrasi kependudukan dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi
serta penerapan sistem komputerisasi yang semakin maju. Pada
awalnya spesifkasi SIAK yang dikeluarkan oleh Depdagri bersifat
online

yang

menghubungkan

setiap Kabupaten/Kota

dengan

Depdagri. Pada sistem online ini, data kependudukan setiap daerah


diverifikasi secara nasional dan real time.

Penerapan

sistem

online

tersebut

banyak

mengalami

kendala. Pada akhirnya kebijakan SIAK itu mengalami beberapa


perubahan

fundamental.

Kebijakan

ofine

menghubungkan semua data kependudukan

yang

hanya

dalam satu daerah

(Kabupaten/Kota) mulai ditoleran. Depdagri pun pada akhirnya


memberikan bantuan sarana komputer sebagai salah satu upaya
untuk

merespon

keterbatasan

daerah

sarana dan pra sarana pendukung SIAK.

dalam

mempersiapkan

Pembangunan

jaringan

hingga

ke

titik

lokasi

unit

pelayanan telah dirintis antara lain dengan memanfaatkan jaringan


yang sudah ada di Kabupaten Wonosobo dengan

melakukan

beberapa penyempurnaan. Dengan alokasi dana yang tersedia


pada

tahun

2007,

pembangunan

jaringan

hanya

cukup

dilaksanakan di 6 kecamatan.
Walaupun

program

SIAK

ini

belum

dapat

dioperasionalisasikan secara serentak di 15 kecamatan , akan


tetapi program SIAK ini sudah mulai diujicoba untuk dioperasikan
pada pembuatan KK gratis dan KTP masal. Keduanya telah
menggunakan spesifikasi model SIAK Depdagri, atau lebih dikenal
dengan

sebutan KK/KTP

Nasional.

KK/KTP

Nasional

ini

pada

hakekatnya adalah pelaksanaan amanat Ketetapan MPR RI Nomor


VI/MPR/2002

yang

menyebutkan

perlunya

penerapan

suatu

standar nasional di bidang administrasi kependudukan.


Kegiatan pembuatan KK gratis dan KTP masal dilaksanakan
oleh Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil bekerja sama dengan
pihak

ketiga

(CV

pencetakannya,

DELTRON COMPUTER,

Boyolali)

sedangkan

dalam

hal

bekerja

sama

dengan

pendistribusiannya

dalam

pendaftaran

hal
dan

pemerintahan

kecamatan, kelurahan/desa.
Kegiatan
penyusunan

penyediaan

database

KK

gratis

kependudukan,

ini

diawali

dimana

dengan

setiap

kepala

keluarga wajib mengisi dokumen F1-01 dengan data pribadi yang


lengkap. Kegiatan ini berhasil menyusun data kependudukan
sebanyak 212.163 KK. Karena keterbatasan dana yang dimiliki,
maka untuk tahun 2007 hanya mampu mencetak 100.000 lembar
KK. Sedangkan sisanya akan dicetak pada tahun anggaran 2008.
Untuk kegiatan penyediaan KTP

masal berhasil menyerap

143.849 pemohon.
Kesiapan
Informasi

yang

diperlukan

Administrasi

untuk

Kependudukan

melaksanakan
(SIAK)

Sistem

terdiri

dari

pengadaan sarana perangkat keras seperti komputer, kemudian


SDM, kabel jaringan, revisi peraturan daerah Kabupaten Wonosobo
tentang SIAK, serta perangkat pendukung lainnya seperti blanko,
format dan buku register. Untuk keperluan tersebut pemerintah
daerah sudah mulai merintis mempersiapkan pada tahun 2005.
63

Untuk rasio kepemilikan Kartu Keluarga dengan jumlah


Kepala Keluarga sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar
96,19% (target RPJMD sebesar 95%). Jumlah Kepala Keluarga
adalah 326.527 orang dan jumlah Kepala Keluarga yang memiliki
kartu keluarga adalah 314.094 orang. Untuk rasio kepemilikan KTP
dengan jumlah penduduk wajib KTP yang memiliki KTP adalah
sebesar 98,8% (target RPJMD sebesar

85%).

Jumlah

Penduduk

wajib KTP adalah 661.494 orang dan jumlah

64

penduduk wajib KTP yang memiliki KTP sebanyak


653.581 orang.
Untuk kepemilikan akte kelahiran belum mencapai target
yang diinginkan yaitu sebesar 60%. Sampai dengan tahun 2010
rasio kepemilikan akte kelahiran dengan jumlah penduduk adalah
53,44%. Jumlah penduduk adalah 888.813 orang dan penduduk
yang memiliki akte kelahiran sebanyak 475.023 orang.
j.

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Dalam

pembangunan

pemberdayaan

perempuan,

permasalahan mendasar yang terjadi selama ini adalah rendahnya


partisipasi perempuan dalam pembangunan,
adanya

berbagai

perempuan.

bentuk

Permasalahan

praktek

disamping

diskriminasi

mendasar

lainnya

masih

terhadap

adalah

masih

terdapat kesenjangan partisipasi politik kaum perempuan, hal ini


tercermin pada tahun 2006 dari 45 anggota DPRD Kabupaten
Wonosobo

hanya

orang

(8,89%)

yang

berjenis

kelamin

perempuan. Pada tahun 2007 meningkat dari 45 anggota DPRD


tercatat 5 orang (11,11 %), sementara hasil Pemilu Legislatif
tahun 2009 menurun dari 45 anggota DPRD hanya 3 orang wakil
rakyat perempuan (6,67 %). Sementara untuk Jabatan Ketua
Partai Politik di Kabupaten Wonosobo sampai dengan tahun 2009
kedudukan perempuan belum nampak.
Rendahnya keterwakilan perempuan di parlemen
disebabkan berbagai
faktor,

diantaranya

mensubordinasi

masih

perempuan,

adanya

pandangan

anggapan

bahwa

gender

yang

perempuan

irrasional dan emosional yang menyebabkan perempuan dianggap


tidak layak memimpin, akibatnya muncul sikap yang menempatkan
perempuan pada posisi tidak penting serta diragukan kapasitas
dan

kompetensinya,

terbatasnya

kesenjangan

ini

mencerminkan

masih

akses sebagian besar perempuan dalam kegiatan

publik yang lebih luas.


Secara

umum,

keberhasilan

pelaksanaan

urusan

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak selama tahun


2006 s.d. 2010 adalah adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya
stakeholders

komitmen
melalui

daerah,

pelaksanaan

dukungan
dan

dan

penerapan

peran
strategi

pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah.


2. Meningkatnya

partisipasi,

akses,

kontrol

dan

peran

serta

manfaat perempuan dalam jabatan publik dan politik yang


ditandai dengan peningkatan pejabat dan anggota legislatif
perempuan.
3. Meningkatnya
kesejahteraan

upaya-upaya
dan

yang

perlindungan terhadap perempuan dan anak.

dilakukan

untuk

4. Meningkatnya kesadaran dan responsivitas masyarakat dan


aparat terhadap kekerasan berbasis gender.
Tabel II.21
Data Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan
Tahun 2006-2009
No.

Tahun

Jumlah Kasus

2006

Kekerasan terhadap perempuan

15

Kekerasan yang difasilitasi


penyelesaiannya
Kekerasan yang sudah selesai ditangani

15

Kekerasan yang masih dalam proses


penyelesaian
Kekerasan yang belum tertangani

3
4
5

2007

2008

2009

100

95

100

95

100

74

7
5
7
4
7
4
0

21

15

Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Setda

Dari tabel

di atas, dapat kita lihat

bahwa jumlah

kekerasan terhadap perempuan cenderung menurun. Walaupun


demikian, masih ada beberapa kasus yang belum selesai
tertangani karena beberapa kendala.
Tabel II.22
Data Kasus Kekerasan Terhadap Anak
di Kabupaten Wonosobo Tahun
2008-2009
No.

Tahun

Jumlah Kasus

2006

Kekerasan terhadap anak

Kekerasan yang difasilitasi


penyelesaiannya
Kekerasan yang sudah selesai ditangani

3
4

Kekerasan yang masih dalam proses


penyelesaian
Kekerasan yang belum tertangani

2007

2008

1
2
1
2
1
2
0

1
2
1
2
1
2
0

18

23

18

18

20

Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Setda

Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa jumlah kekerasan


terhadap anak cenderung meningkat. Peningkatan yang terjadi
bukan bermakna peningkatan jumlah kasus semata setiap
tahunnya,

akan

tetapi

juga

2009

menunjukkan

peningkatan

responsivitas pemerintah Kabupaten Wonosobo terhadap kasus


kekerasan terhadap perempuan dan anak serta peningkatan
kesadaran dan keberanian masyarakat utamanya perempuan
dan anak untuk melaporkan kekerasan yang menimpa mereka.
Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari peningkatan kualitas
dan kuantitas kegiatan sosialisasi tentang kekerasan dalam

rumah tangga dan juga berkat kerjasama dengan pihak-pihak


terkait seperti UPIPA GOW Wonosobo, Kepolisian dan Kejaksaan.
Tolok ukur keberhasilan
pengarusutamaan

pengintegrasian

strategi

gender (PUG) dalam pembangunan


capaian

dapat dilihat

dari

Indek Pembangunan Gender (IPG) dan Indek

Pemberdayaan Gender (GEM).


Gambar II.3
Grafik Pencapaian GDI dan GEM Kabupaten
Wonosobo Tahun 2006 2008

Sumber : Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Setda

Merujuk pada data tiga tahun terakhir tahun 2006 s/d


2008 menunjukkan adanya tren peningkatan dalam pencapaian
GDI

maupun

GEM

di

Kabupaten

Wonosobo.

Namun

jika

dibandingkan dengan capaian GDI dan GEM Provinsi Jawa


Tengah capaian tersebut masih tergolong rendah, dimana pada
tahun 2008 capaian GDI Provinsi Jawa Tengah sebesar 64.66
dan GEM Provinsi Jawa Tengah sebesar 59.76.
Sementara apabila disandingkan dengan capaian Human
Develepmen Indek (HDI) Kabupaten Wonosobo masih terlihat
adanya kesenjangan yang ada sebagaimana tabel berikut :
Gambar II.4
Grafik Pencapaian IPM dan GDI Kabupaten
Wonosobo Tahun 2006 - 2008

Sumber : BPS Kabupaten 2008.

k. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan selama
5 tahun (2006- 2010) untuk menunjang keberhasilan pembinaan
keluarga kecil dan sejahtera, alokasi dana yang signifikan pada
program pelayanan kontrasepsi dengan kegiatan pengadaan alat
dan obat kontrasepsi pil KB, pengelolaan data keluarga berencana

serta pelayanan KB medis operasi bagi keluarga miskin yang


bertujuan

mempermudah

akses

kontrasepsi yang aman, efisien,

serta

penggunaan

metode

efektif khususnya bagi masyarakat kurang mampu. Pengelolaan


data keluarga berencana yang dilaksanakan pada tahun 2008 di
265 desa/kelurahan membentuk sistem

informasi

manajemen

yang dikelola secara efektif dan efsien sebagai satu pusat


pangkalan data dan informasi bagi pengembangan program.
Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia masih perlu
ditingkatkan guna mencegah terjadinya ledakan penduduk di
Indonesia

pada

masa

penduduk

merupakan

yang

akan

salah

satu

datang.

Saat

permasalahan

ini, ledakan
global

yang

muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warming,


keterpurukan ekonomi, masalah pangan serta kesehatan penduduk.
Demi tercapainya suatu masyarakat yang sejahtera melalui
upaya

perencanaan

dilaksanakan

dan

program

pengendalian

keluarga

jumlah

berencana

kelahiran,

dengan

kegiatan

penerangan KB, pelatihan, peningkatan partisipasi pria dalam KB


dan

KR,

pelaksanaan

pengumpulan

data

berbasis

RT

yang

meliputi 15 kecamatan dan 267 desa, operasional untuk PPKBD


dan sub PPKDB untuk memaksimalkan informasi dan akses serta
pemerataan

pelayanan

KB.

Pelayanan

KIE

KRR

(Komunikasi

Informasi Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja) mencapai hasil


terbinanya

kelompok

sebaya

yang

diharapkan

mampu

menyebarluaskan pengetahuan yang diterimanya kepada temanteman lingkungannya.


Peningkatan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan

keluarga

berencana

yang

ditunjukkan

dengan

meningkatnya kepesertaan KB aktif sebagai salah satu faktor


terkendalinya laju pertumbuhan penduduk, dengan data sebagai
berikut :
Tabel II.23
Perkembangan Jumlah
Peserta KB

No.

Tahun
1
2
3
4

Sumber :

2006

Pasang
an
Usia
Subur

Peserta Aktif
Jumlah

155.37 121.92
3
3
2007
157.20 119.60
2
5
2008
159.81 127.37
0
1
2009
162.06 130.02
6
5
BKBKS Kabupaten Wonosobo

%
77,97
96,26
79,70
80,23

Peserta KB
Baru
Capaian
Realis
PPM PB
(%)
asi
11.93
14.794
80,6
1
5
15.41
15.430
99,9
8
2
22.73
21.546
105,6
9
4
25.58
21.518
118,9
6
1

71

Sementara ini animo masyarakat untuk menggunakan alat


atau obat kontrasepsi yang permanen (MOP dan MOW) masih
sangat rendah, disamping itu masih

kurangnya

sarana

dan

prasarana pendukung serta jumlah pelayanan gratis terbatas dan


hanya diprioritaskan bagi kelompok masyarakat yang rentan atau
miskin untuk mendapatkan pelayanan KB tersebut, disamping itu
peran pria dalam

72

penggunaan alat atau obat kontrasepsi masih rendah dan masih


didominasi perempuan dalam penggunaan kontrasepsi dimana
prosentasenya

mencapai

97,62%

(persen).

Perkembangan

penduduk laki-laki yang mengikuti KB di Kabupaten Wonosobo


tahun 2005 s/d 2010 sebagaimana pada Tabel berikut:
Tabel II.24
Jumlah Penduduk Laki-laki yang mengikuti
Program KB Tahun 2006 - 2009
Peserta KB
Aktif

Tahun
2006
2007
2008
2009
Sumber Data

l.

Sosi
al

Baru

Total PA

PA Pria

119.377

2.565

2,1
5
119.605
2.458
2,0
6
127.371
2.769
2,1
7
130.025
2.921
2,2
5
Badan Keluarga Berencana Kab.Wonosobo

Selama tahun 2006-2007


penyandang masalah

kesejahteraan

sosial

yang

terdapat

kemudian

Total PB

PB Pria

15.373

21
9
11
2
54
6
1.354

1,4
2
0,7
3
2,4
0
5,2
9

15.418
22.739
25.586

seiring

indikator
dengan

adanya

dinamika kehidupan masyarakat, masalah kesejahteraan sosial


pun ikut berkembang dan cenderung semakin kompleks. Saat ini
identifkasi masalah kesejahteraan sosial telah memunculkan 27
penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS).

Selama

periode 2006-2009, angka penyandang masalah kesejahteraan


sosial

masyarakat

(PMKS)

di

Kabupaten

Wonosobo

telah

berkurang. Jumlah PMKS yang tercatat pada tahun 2007 yaitu


sebesar 111.224 orang, yang kemudian pada tahun 2009 telah
mengalami penurunan menjadi sebesar 72.396 orang (35%). Dari
total PMKS yang ada, pada tahun 2006 jumlah anak terlantar di
Kabupaten Wonosobo tercatat sekitar 52.725, yang terdiri dari
830 balita terlantar dan 51.895 anak usia 5-21 tahun. Jumlah ini
mengalami penurunan pada tahun 2009 mencapai 7,16% sehingga
jumlah anak terlantar di Kabupaten Wonosobo tercatat sekitar
48.950 jiwa, yang terdiri dari 174 balita terlantar dan 48.776 anak
usia 5-21 tahun. Sedangkan jumlah lanjut usia terlantar pada
tahun 2006 tercatat sebanyak 8.809 jiwa yang kemudian pada
tahun 2009 telah turun mencapai 49% sehingga keberadaan
lanjut usia terlantar menjadi 4.506 jiwa.
73

Selanjutnya,

penanganan

kesejahteraan

sosial

apabila

dilakukan

tidak

penyandang

(PMKS) khususnya
secara

tepat

kepada
akan

masalah
fakir

berakibat

miskin
pada

kesenjangan sosial yang semakin meluas, dan berdampak pada


melemahnya ketahanan

sosial

masyarakat,

serta

dapat

mendorong terjadinya konflik sosial,

74

terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah


terpencil

dan

perbatasan.

Berdasarkan

data

Dinas

Sosial

Kabupaten Wonosobo, pada tahun 2006 jumlah fakir miskin di


Kabupaten Wonosobo berjumlah sekitar 98.347 jiwa yang juga
telah mengalami penurunan sebesar 25,4% sehingga pada tahun
2009 menjadi berjumlah sekitar 73.335 jiwa.
Akses (kemudahan) dalam mendapatkan pelayanan dibidang
layanan sosial dasar dari pemerintah meliputi, ekonomi, pendidikan
dan kesehatan. Beberapa program kegiatan dalam urusan sosial
mempunyai

orientasi

untuk

mengentaskan,

membantu,

mengembangkan ekonomi masyarakat yang membutuhkan, atau


secara tidak langsung/jangka panjang memberikan pengaruh yang
positif

dalam

perbaikan

ekonomi

bagi

penyandang

masalah

kesejahteraan sosial dan harapannya untuk menuju pertumbuhan


ekonomi yang tinggi menuju pembangunan manusia yang cepat
dan merata. Program kegiatan tersebut antara lain pemberian
bantuan

stimulan

untuk

merangsang

pengembangan

usaha

seperti pemberian Usaha Ekonomi Produktif, pemberian bantuan


dan

pendampingan

pelatihan

pada

keterampilan

KUB

(kelompok

kewirausahaan

usaha

yang

bersama),

akhirnya

dapat

menunjang perekonomian masyarakat, pemberian alat bantu bagi


penderita cacat sehingga mereka bisa mengoptimalkan fungsi
sosialnya. Disamping itu bantuan pangan atau penyediaan bahan
pokok pangan berupa penyaluran raskin bagi masyarakat miskin
secara merata dan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi
keluarga miskin secara terus-menerus telah dilakukan dengan
harga

terjangkau

merealokasikan

sehingga

masyarakat

pengeluarannya.

miskin

Kegiatan

tidak

monitoring

perlu
harga

maupun ketersediaan kebutuhan pokok pun telah digalakkan


setiap tahunnya, utamanya adalah menjelang lebaran sehingga
harga

maupun

ketersediaan

bahan

makanan

pokok

dapat

terkontrol dan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.


Selain itu pemenuhan hak sosial dasar terhadap PMKS
adalah kesehatan, dalam arti pembangunan urusan sosial juga
menjadi salah
kedudukan
Pemerintah

satu agen yang mempunyai peran/mengambil

dalam

mengkampanyekan

Kabupaten

kegiatan/program

kerja

Wonosobo
praktis

hidup
tersebut

mengarah

sehat.

Peran

berbentuk

langsung

kepada

keterlantaran, kecacatan, dan dalam ketidakmampuan secara


sosial atau sehat mengajarkan mereka kepada keberfungsiannya
secara optimal dalam segala bidang kehidupan, sehingga sehat
yang dimiliki oleh titik sasaran tersebut mampu memberikan
sumbangsih optimal bagi

hidupnya,

keluarga,

ataupun untuk bangsa. Program kegiatan

masyarakat

tersebut antara lain: permakanan bagi lanjut usia maupun anak


panti sehingga terpenuhi gizinya.
Secara tidak langsung jaminan sosial kepada PMKS yang
menjadi salah satu sasaran pembangunan urusan sosial dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo mempunyai peranan
dalam pemenuhan salah satu hak sosial dasar yaitu pendidikan.
Pendidikan dalam bentuk pelatihan/pemberdayaan bagi PMKS
lebih ditujukan untuk memberikan bekal keterampilan hidup agar
mampu mencukupi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Kegiatan
yang

dilakukan

ini

merupakan

upaya

pemerintah

dalam

meningkatkan aksesibilitas penyandang masalah kesejahteraan


sosial terhadap layanan sosial dasar.
Peningkatan urusan sosial untuk menumbuh kembangkan
kepedulian masyarakat dalam penanggulangan masalah sosial,
dilaksanakan

dengan

program

pelayanan

dan

rehabilitasi

kesejahteraan sosial yang dilaksanakan selama tahun 2006-2009.


Program

ini

dilaksanakan

dengan

kegiatan

pembinaan

dan

rehabilitasi penyandang masalah sosial yang dimulai dari tahun


2006 dengan jumlah keseluruhan penyandang masalah sosial yang
dapat dibina sebanyak 225 orang terjadi peningkatan pada tahun
2009 sebanyak 1.955 orang dengan rata-rata peningkatan sebesar
8,68%.
Tabel
II.25
Jumlah PMKS Kabupaten Wonosobo
Indikator
Jumlah PMKS (jenis)
Jumlah PMKS Yang Tertangani (jenis)
Persentase Jumlah PMKS yang
tertangani terhadap jumlah PMKS
Jumlah PMKS Yang Menerima
Bantuan Sosial

Tahun
2006

2007

2008

2
7
2
2
85,2%

2
7
2
3
88,9%

2
7
2
5
92,6%

225

230

250

2009
26
25
96,2%
1.955

Sumber : Dinas Sosial Kab. Wonosobo

Untuk melihat perkembangan jumlah fasilitas sosial yang


ada di Kabupaten Wonosobo yang dapat juga berarti menunjukkan
kepedulian masyarakat terhadap PMKS, dalam perkembangannya
selama periode tahun 2006-2009 memperlihatkan peningkatan hal
ini dapat dilihat pada tahun 2006 dengan jumlah keseluruhan
77

fasilitas sosial masyarakat sebanyak 12 buah jika dibandingkan


dengan tahun 2009 meningkat menjadi sebanyak 14 buah, dilihat
dari jenisnya, panti asuhan mengalami peningkatan sebesar 18,2%.

78

m. Ketenagakerjaan
Tantangan terbesar yang dihadapi dalam ketenagakerjaan
adalah

masalah

pengangguran.

Sebelum

terjadinya

krisis,

pengangguran sudah menjadi masalah, kini ditambah dengan


adanya krisis global, Indonesia makin dihadapkan pada masalah
yang lebih besar. Sebagai dampak krisis, banyak negara yang
mengalami

perlambatan

ekonomi.

Konsekuensinya

daya

beli

menurun, permintaan produk barang dan jasa turun yang berujung


pada

pemutusan

hubungan

kerja

(PHK)

yang meningkatkan

pengangguran. Kondisi tersebut ikut mendorong tingginya angka


kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat.
Berbagai

program

Kabupaten

Wonosobo

melalui

Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi dilakukan dalam upaya peningkatan


kesempatan kerja, antara lain melalui transmigrasi, penempatan
tenaga kerja lokal (AKL), penempatan tenaga kerja antar daerah
(AKAD), dan penempatan kerja antar negara (AKAN), di mana
prioritas kegiatan diarahkan pada masyarakat buruh tani dan
petani subsisten yang perlu mendapatkan mata pencaharian yang
layak, dengan data sebagai berikut :
Tabel II.26
Data Penempatan Tenaga Kerja Kabupaten Wonosobo
Tahun 2006
AKL

Tahun 2007
AKAD

183

502

AKAN
2.557

AKL

AKAD

95

3.242

1.451

Tahun 2008

AKAN

AKL

AKAD

22

979

1.751

3.297

Tahun 2009

AKAN

AKL

1.217

327

2.218

AKAD
1.399

AKAN
935

2.661

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo

Implementasi program ini terwujud pada beberapa kegiatan


yaitu penyiapan tenaga kerja siap pakai, peningkatan pelayanan
transmigrasi, pengembangan sistem informasi pasar kerja melalui
bursa kerja on line (BKO) sehingga informasi lowongan pekerjaan
lebih mudah dan cepat, pelatihan manajemen kewirausahaan
dan keterampilan penerapan teknologi tepat guna (TTG). Kegiatan
Pelatihan

penerapan TTG

peningkatan
potensi

taraf

lokal.

hidup

Padat

ini

merupakan

masyarakat

Karya

salah

dengan

Infrastruktur

satu

upaya

memanfaatkan
sebagai

upaya

pemberdayaan masyarakat penganggur dan setengah menganggur


dalam pembuatan atau rehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi
daerah setempat.

Berikut adalah data pelatihan WUB, TTG dan padat karya


dari tahun 2006 - bulan Mei 2010 melalui dana APBD Kabupaten
Wonosobo adalah sebagai berikut :

Tabel
II.27
Jumlah Peserta Pelatihan WUB, TTG dan
Padat Karya
No.

Tahun

Jumlah
Peserta

Jenis Kegiatan

200
9

Wira Usaha Baru


Pelatihan Pengolahan Hasil
pertanian 2 paket Penerapan
Teknologi Tepat Guna
Pembuatan
bioetanol
Padat
2
201
Wira Usaha
Baru
0
Pelatihan Pengolahan Hasil pertanian 1
Sumber : Dinas Tenaga Kerjapaket
dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo

40
orang
20
orang
20
orang

Dari kegiatan tersebut diharapkan dapat tercipta kesempatan


berusaha yang dapat memperbaiki taraf hidup tenaga kerja dan
keluarganya yang berdampak pada penanggulangan kemiskinan
serta kelancaran pembangunan daerah. Melalui pemberlakuan
Undang-Undang Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 yang dapat
dipatuhi oleh pekerja dan pengusaha, akan menciptakan kondisi
iklim kerja yang kondusif dan perhatian terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja sebagai hak dasar pekerja akan lebih terjamin.
Implementasi

program

penyelesaian

perselisihan

hubungan kerja,

ini

dalam

beberapa

hubungan

peningkatan

kegiatan

industrial,

pengawasan,

yaitu

pemutusan

perlindungan

dan

penegakan hukum tehadap keselamatan dan kesehatan kerja,


peningkatan

kegiatan

penyelesaian kasus
Jamsostek,

dewan

pengupahan

kabupaten,

TKI bermasalah, penyelesaian

pemeriksaan

kesehatan

tenaga

klaim

kerja,

JHT
dan

peningkatan lembaga ketenagakerjaan LKS bipartit, tripartit, dan


serikat pekerja sehingga diharapkan adanya hubungan harmonis
antara pemerintah, perusahaan dan serikat pekerja yang akan
mendukung terciptanya iklim usaha kondusif, pada akhirnya
mampu menarik investor masuk ke Wonosobo.
Berikut

adalah

kondisi

hubungan

industrial

Kabupaten

Wonosobo tahun 2006-2009 :


Tabel II.28
Data Hubungan Industrial Kabupaten Wonosobo
No.

Jenis Data

Jenis kasus PHI

Jumlah kasus PHK

Tahun
2006

2007

2008

2009

1
1
1
1

1
0
1
0

3
4
5

Jumlah Serikat Buruh/pekerja

1
1
1
6
6
7
Jumlah peraturan perusahaan
4
4
4
7
7
7
Jumlah kesepakatan kerja
1
1
1
bersama
0
0
0
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo

17
47
10

Salah satu capaian dalam urusan ketenagakerjaan adalah


serapan tenaga kerja formal Kabupaten Wonosobo yang terdaftar
di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah sebagai berikut :
Tabel
II.29
Data Serapan Tenaga Kerja Formal Yang
Terdaftar
No

Jenis Data
1

Pencari kerja terdaftar


(AK I)
Lowongan pasar kerja
melalui Disnakertrans

2
3

2006
(org)
6.25
7
6.84
1

Penempatan melalui
Disnakertrans (AKL,
AKAD, AKAN)

2007
2008
(org)
(org)
7.118
10.13
6
11.22
12.63
4
2

3.24
2

3.297

2009
(org)
3.310
2.641

2.21
8

2.661

Pencari kerja terdaftar


51,81
46,13
21,8
yang
%
%
%
terserap (%)
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo

80,3
%

Pada tahun 2006 - 2009, kesempatan kerja dan berusaha


semakin terbuka, hal ini dapat dilihat dari peningkatan prosentase
pencari

kerja

yang

terserap

sehingga

dapat

memicu

perkembangan perekonomian. Keterbukaan kesempatan bekerja


dan

berusaha

tersebut

terkait

dengan

upaya

pengentasan

kemiskinan. Oleh karena itu, alokasi anggaran pembangunan


ketenagakerjaan ditargetkan minimal 25
% untuk penanggulangan kemiskinan.
Dari jumlah angkatan kerja terserap tersebut, penyerapan
tenaga kerja Kabupaten Wonosobo berdasarkan kualifikasi usaha
adalah sebagai berikut :
Tabel
II.30
Data Serapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kualifkasi Usaha
Tahu
2006
200 n
2008
7 6.179
1.
Usaha Kecil
5.05
6.18
1
9
2.
Usaha Menengah
1.77
2.171
2.17
9
1
3.
Usaha Besar
3.89
4.921
4.92
3
0
Jumlah
10.72
13.271
13.28
3
0
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wonosobo
No.

Jenis Data

2009
6.189
2.175
4.920
13.28
0

n. Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


Dalam
dalam

rangka

berusaha

memberikan
untuk

pelayanan

menggiatkan

dan

usaha

kemudahan
masyarakat

Pemerintah Daerah telah memberikan perijinan gratis kepada


usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Wonosobo meliputi perijinan Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB),

Ijin Tempat Usaha (HO), Surat Ijin Usaha

Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar

Perusahaan (TDP) dan Tanda Daftar Industri (TDI) yang


dilaksanakan oleh Kantor Perijinan dan Pelayanan Terpadu.
Tabel
II.31
Data Pemberian Izin Gratis kepada UMKM
No.

Izin

Jumlah

1
2
3
4
5

Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


Izin Tempat Usaha (HO)
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
Tanda Daftar perusahaan (TDP)
Tanda Daftar Industri (TDI)/ Izin Usaha
Industri
(IUI) dan Pelayanan Terpadu Kab. Wonosobo
Sumber : Kantor Perijinan

6.347
SK
6.588
SK
6.936
SK
6.936
SK
112 SK

Sampai dengan tahun 2009 jumlah koperasi di Kabupaten


Wonosobo

sebanyak

334

buah

meningkat

38,81

bila

dibandingkan dengan tahun 2006 sejumlah 237 buah. Jenis


koperasi yang meningkat adalah koperasi perternakan dan koperasi
perempuan.

Kenaikan

tersebut

menunjukkan

meningkatnya

kesadaran

masyarakat

akan

arti

semakin
pentingnya

koperasi. Dari segi kuantitas, koperasi di kabupaten Wonosobo


cukup menggembirakan. Akan tetapi dari segi

kualitas baik

produk/layanan maupun manajemennya masih perlu perbaikan.


Permodalan yang menjadi kendala hampir semua unit usaha juga
tak luput dari perhatian pemerintah daerah. Bantuan permodalan
diberikan dalam bentuk modal bergulir yang diberikan kepada
kelompok penerima. Dengan bantuan modal tersebut diharapkan
akan meningkatkan kapasitas produksi dan layanan koperasi dan
UMKM. Bantuan permodalan tidak hanya diberikan kepada unit
usaha produksi tetapi juga diberikan kepada lembaga keuangan
mikro (LKM). Sebagaimana diketahui ketersediaan jaminan masih
menjadi

hambatan

UMKM

untuk

mengakses

sumber

utama

pendanaan yaitu bank. keberadaan LKM sangat membantu usaha


mikro yang memberikan alternatif layanan keuangan.
Tabel
II.32
Data Jumlah Koperasi
NO
1
2

Tahun
2006
2007
2008
Koperasi
237
21
228
aktif
5
Koperasi
tidak aktif
0
10
102
4
Jumlah Koperasi
237
31
330
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo9
URAIAN

2009
283
46
329

o. Penanaman Modal
Selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 telah
direalisasikan kegiatan antara lain Feasibility study panas bumi,
Feasibility Study perusahaan rami,

penyusunan Profil investasi Kabupaten Wonosobo. Selain itu juga


melaksanakan kegiatan merger BPR-BKK dan bintek BPR-BKK /
BKK.

Dari

kegiatan

program

ini dihasilkan adanya informasi

potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah sehingga


memudahkan investor untuk melakukan investasi. Terlaksananya
Merger/penggabungan 9 BPR BKK menjadi PD BPR BKK Wonosobo;
Terlaksananya

Bintek

yang

dapat

menambah

wawasan

dan

pengetahuan di bidang perbankan bagi para

karyawan

dan

pengelola PD BPR BKK/PD BKK; Meningkatnya kesehatan, kinerja


pengelola bank dan permodalan

semakin kuat; Meningkatkan

efektiftas pengendalian/pengawasan internal, efisiensi biaya serta


meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Langkah

strategis

yang

diambil

pemerintah

dalam

hal

meningkatkan iklim investasi dengan penyederhanakan prosedur


perizinan,

walaupun

urusan penanaman

modal

tidak

identik

dengan pelayanan perizinan, tetapi dalam menangani penanaman


modal pelayanan perizinan menjadi salah satu kebijakan yang
sangat krusial. Perlu upaya untuk mengkaji, merumuskan, dan
menyusun pedoman tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu
satu pintu. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah Kabupaten
Wonosobo

telah

melakukan

kebijakan kemudahan pelayanan

perizinan dengan system One Stop Service dimana pelayanan


dilakukan

dalam

satu

pintu. Kondisi

yang

diharapkan

para

investor agar mereka tidak membutuhkan waktu yang lama dan


biaya yang tidak jelas untuk mengurus izin usaha. Jenis perizinan
untuk

mendukung

investasi

yang

dilakukan

oleh Pemerintah

Kabupaten Wonosobo sesuai dengan Peraturan Bupati Wonosobo


Nomor

22

tahun

2007

tentang

Jenis-jenis

Pelayanan

Umum/Perizinan.
Pada tahun 2006 sampai dengan 2009 Kantor pelayanan
dan perijinan Terpadu telah menerbitkan Surat keterangan jenis
perizinan berupa Izin Prinsip 648 buah, Izin gangguan (HO) 2088
buah, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 1026 buah Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) 2124 buah, Izin Usaha Industri danTanda
Daftar Industri 270 buah, Tanda Daftar Perusahaan 2.444 buah,
Tanda Daftar Gudang 31 buah, Izin Pemasangan Reklame 1.552
buah, Izin Usaha Jasa Kontruksi 389 buah.

Nilai rata-rata per tahun Insvestasi swasta berdasarkan


pengajuan perizinan usaha

kecil

sebesar

54

milyar,

usaha

menengah 29 milyar dan usaha besar 48,5 milyar. Sebagimana


terlihat pada grafk nilai investasi bersifat fluktuatif bahkan
cenderung

mengalami

penurunan.

investasi swasta, maka berbagai

Guna

meningkatkan

hambatan

investasi perlu dibenahi, terutama dalam hal

dalam

nilai

bidang

penyederhanaan prosedur perizinan, kepastian hukum dan


jaminan keamanan berinvestasi.
p. Pariwisata dan Kebudayaan
Perkembangan
pada

tahun

kinerja

Pariwisata

Kabupaten

Wonosobo

2009 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara sebesar 15.898 orang atau mengalami peningkatan


sebesar 69,4% dibandingkan tahun 2006. Demikian juga dengan
kunjungan

wisatawan

domestik

yang

berkunjung,

wisatawan

domestik pun mengalami peningkatan dimana pada tahun 2009


sebanyak

243.205

orang

yang

mengalami

peningkatan

dibandingkan tahun 2006 sebesar 50,9%. Diharapkan jumlah ini


akan terus bertambah seiring meningkatnya kondisi keamanan
dan ekonomi dalam negeri pada tahun-tahun mendatang.
Tabel
II.33
Jumlah Pengunjung Obyek Wisata di Kabupaten Wonosobo
No

Obyek Wisata
1

2005

Tahu
n
2007

2006

Dataran Tinggi
Dieng
Lembah Dieng

90.08
55.49
119.59
7
9
4
2
25.48
21.31
34.10
5
5
2
3
Kalianget
27.25
32.60
40.87
33.30
72.30
54.636
4
Telaga Menjer
9
2
5
Waduk
8.60
6.32
10.28
Wadaslintang
7
8
9
6
Pemandian
Mangli
25.35
27.46
30.20
0
9
9
7
Surodilogo
Jumlah
179.82
145.52
239.70
1
0Kab. Wonosobo
5
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

2008

2009

122.04
2
31.45
6
51.34
44.46
0
6.34
5
31.70
0
247.34
7

108.81
7
44.47
7
60.78
96.173
13.69
9
27.35
4
261.30
9

Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan


salah satu indikator perkembangan
prasarana

diartikan

sebagai

proses

pariwisata.
tanpa

Sarana

dan

hambatan

dari

pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dan


sebagainya serta prasarana jalan dan transportasi yang lancar
dan terjangkau bagi wisatawan. Salah satu penunjang sarana
kepariwisataan

adalah

hotel.

Keberadaan Hotel Non Bintang

(melati) di Kabupaten Wonosobo mempunyai peran yang sangat


signifikan
dalam
menyediakan
menunjang kepariwisataan
dan memberikan
di Kabupaten

kontribusi

sarana

Pendapatan

akomodasi

untuk

*)

Asli

Daerah

(PAD)

Wonosobo. Jumlah hotel melati di Wonosobo, berdasarkan data


yang

diterbitkan

oleh

Dinas

Pariwisata

dan

Kebudayaan

Kabupaten Wonosobo
melati

dan

pada

pada

tahun

tahun
2009

2006 berjumlah 21 Hotel


telah

berkembang

menjadi

berjumlah 26 Hotel melati, baik Melati I, Melati II maupun Melati


III. Sedangkan Hotel Bintang 1 sampai dengan 4 pada tahun
2006 berjumlah 2 Hotel Bintang, jumlah tersebut bertambah
sehingga sampai dengan tahun 2009 menjadi 3 buah

Hotel

Bintang.

Pertumbuhan

Hotel

Non

Bintang

(Melati)

di

Kabupaten Wonosobo semakin memberikan dampak positif bagi


tersedianya

sarana

akomodasi

mengujungi

Kabupaten

pengelolaan

hotel

bagi

Wonosobo,

melati

belum

para

wisatawan

namun

di

dilakukan

yang

pihak

secara

lain,

optimal

khususnya bidang manajemen, sumber daya manusia (SDM),


pemasaran,

bangunan

meningkatkan

peran

fsik
hotel

hotel,
melati

dan
agar

pelayanan.
dapat

Dalam

memberikan

pelayanan yang profesional dibutuhkan pembinaan yang lebih


fokus, intens dan
berkesinambungan dan sesuai dengan kebutuhan dari para
pemilik (owner hotel).
*)

Tabel
II.34
Perkembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata di
Kabupaten Wonosobo
Tahun
No.

Indikator

Jumlah Hotel (unit)

Jumlah Restoran / Rumah Makan


(unit)
Jumlah Pengusaha Kerajinan /
makanan khas

2006

2007

2008

2009

2
3
2
3

29

29

29

47

47

53

13

13

15

(unit)
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kab. Wonosobo

Dari sisi pelaku usaha sebagai penunjang dalam sarana


pariwisata juga memperlihatkan grafik meningkat. Berdasarkan
data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo,
pada tahun 2006 terdapat sejumlah 470 pelaku usaha baik pelaku
usaha

hotel,

pengusaha

kerajinan,

usaha

makanan

khas,

pengusaha salon, pengusaha biro maupun kesenian tradisional.


Yang kemudian pada tahun 2010, jumlah itu bertambah menjadi
sebanyak

1.630

atau

meningkat

sebanyak

71%.

Industri

pariwisata merupakan suatu komoditi prospektif yang dipandang


mempunyai

peranan

penting

dalam

pembangunan

daerah,

sehingga tidak mengherankan apabila Pemerintah Kabupaten


Wonosobo menaruh perhatian khusus kepada industri pariwisata.
Hal ini lebih diperkuat dengan adanya kenyataan
bahwa Kabupaten Wonosobo
kebudayaan yang cukup

memiliki

potensi

alam
*)

dan

besar yang dapat dijadikan modal bagi pengembangan industri


pariwisata. Salah satu tujuan pengembangan kepariwisataan di
Wonosobo adalah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah
khususnya

dan

masyarakat

kesempatan serta lapangan


kegiatan

industri-industri

pada

umumnya,

perluasan

kerja dan mendorong kegiatanpenunjang

dan

industri-industri

sampingan lainnya.
Dalam pelaksanaan pengembangan nilai budaya kegiatan
seremonial seperti peringatan HUT Kabupaten Wonosobo setiap
tanggal 24 Juli dan Peringatan HUT RI

setiap tanggal 17 Agustus terus dilaksanakan. Tidak ketinggalan,


pentas seni dan budaya yang diselenggarakan di Taman Mini
Indonesia Indah yang menampilkan bakat dan potensi senimanseniman

lokal

budaya

Kabupaten

kesenian,

dalam

memperkenalkan

Wonosobo.

Pemerintah

Kabupaten

Tidak

dan

mempromosikan

hanya

Wonosobo

juga

menampilkan
menyajikan

kuliner khas Wonosobo dalam acara tersebut.


Selain itu, kesenian wayang kulit yang dianggap sebagai ikon
budaya daerah khususnya di wilayah Jawa Tengah juga sering
ditampilkan dalam event-event budaya dan hiburan masyarakat.
Kesenian wayang merupakan suatu bentuk budaya yang kompleks
karena menampilkan berbagai macam jenis kesenian dalam satu
pertunjukkan. Misalnya : seni pahat dan ukir kulit dalam bentuk
wayang, seni musik karawitan sebagai pengiring, disamping
keahlian dalang dalam memainkan wayang dan keelokan suara
para pesinden. Dengan melihat keadaan tersebut, Pemerintah
Kabupaten Wonosobo memberikan bantuan kepada dalang dan
pelaku seni wayang untuk dapat tampil di RRI Purwokerto setiap
tahun,

tujuannya

adalah

sebagai

salah

satu

cara

untuk

memfasilitasi seniman dalam berkreasi dan mengembangkan


kemampuannya.
Untuk memberikan wawasan kebudayaan dan pembinaan
Pemerintah

Kabupaten

Wonosobo

melalui

Dinas

Pendidikan,

Pemuda dan Olah Raga menyelenggarakan kegiatan pekan seni


pelajar daerah. Selain membuka wacana budaya sejak dini juga
untuk melihat potensi dan bibit kesenian dari kalangan pelajar.
Bentuk kegiatan ini berupa perlombaan di bidang seni musik dan
seni tari.
Pada Tahun 2006 melalui Dinas Pariwisata dan Bagian
Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo,
Pemerintah

Kabupaten

Wonosobo menyelenggarakan berbagai

kegiatan sebagai apresiasi pada budaya

dan tradisi sekaligus

upaya untuk membina dan melestarikan kelompok seniman lokal.


Bentuk kegiatannya berupa penyelenggaraan atraksi budaya yang
melibatkan 10 kelompok kesenian dari seluruh wilayah Kabupaten
Wonosobo, lomba foto spontan bertempat di alun-alun Wonosobo.
Pelaksanaan kegiatan pentas kesenian daerah 5 kelompok kuda

kepang dan lengger di obyek wisata Menjer, Kalianget, Mangli,


Wadaslintang dan Selokromo. Penyelenggaraan pameran budaya
dan kesenian tradisional dan tosan aji. Pelaksanaan kegiatan
pentas seni, kesenian tradisional Wonosobo di Yogyakarta, Solo,
Semarang

dan

Wonosobo

dengan

penampilan

5 kelompok

kesenian tradisional. Sedangkan untuk mewujudkan komitmen


pemerintah

dalam

Pemerintah

Kabupaten

mengembangkan

budaya

daerah

Wonosobo memberikan bantuan operasional dan peralatan


kepada kelompok pegiat kesenian diseluruh wilayah Kabupaten
Wonosobo.
q. Pemuda dan Olahraga
Dalam

hal

Keolahragaan,

pengelolaan

diupayakan

bisa

Urusan

Kepemudaan

meningkatkan

dan

kualitas

dan

partisipasi pemuda diberbagai bidang pembangunan. Untuk ini


Pemerintah Daerah akan selalu menyiapkan pemuda sebagai
generasi penerus perjuangan bangsa dan pembangunan negara
yang

memiliki

jiwa

kepemimpinan,

kewirausahaan

kepeloporan. Oleh karenanya, Pemerintah Daerah


bekerja

melakukan

peningkatan

peran

pengembangan
serta,

dan

penumbuhan

dan

akan

terus

keserasian kebijakan,
kewirausahaan

dan

kecakapan hidup, serta pencegahan penyalahgunaan narkoba dan


teknologi informasi. Fasilitasi terhadap kegiatan kepemudaan terus
dikembangkan, pada tahun 2006 terdapat 20 Organisasi Pemuda,
dan pada tahun 2009 berkembang menjadi 25 organisasi atau
setiap tahun rata-rata tumbuh 2 organisasi atau 8 %. Bersamaan
dengan perkembangan

organisasi

kepemudaan,

maka

jumlah

kegiatan kepemudaan juga tumbuh, yaitu tahun 2006 mencapai 7


kegiatan dan tahun 2009 mencapai 10 kegiatan, atau setiap tahun
rata-rata tumbuh 1 kegiatan atau 10 %.
Sedangkan dalam bidang olah raga, Pemerintah Daerah
terus berupaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani
masyarakat serta prestasi olah raga melalui pengembangan sarana
dan prasarana olah raga. Tahun 2006 tercatat jumlah klub olah raga
sebanyak 3.586 klub dan tahun 2009 sebanyak 3.775 klub,
sehingga rata-rata setiap tahun terdapat 63 klub atau meningkat
1, 75 %. Untuk jumlah organisasi olah raga, sampai dengan tahun
2009 terdapat 24 organisasi. Untuk jumlah gedung olah raga,
tahun 2006 terdapat 5 unit dan tahun 2009 terdapat 8 unit,
sehingga setiap tahun rata-rata bertambah 1 unit atau 30 %.
Bersamaan dengan hal itu, maka jumlah kegiatan keolahragaan
juga meningkat, tahun 2006 terdapat 15 kali kegiatan dan tahun
2009 terdapat 20 kali kegiatan, sehingga rata- rata pertahun
terdapat 2 kali kegiatan.
5
0

r.

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Penataan Menjaga ketertiban dan keamanan adalah fungsi
lain dari Pemerintah yang harus dilakukan, untuk ini RPJMD 2006
2010 mengagendakan perwujudan Wonosobo yang Aman, Sehat,
Rapi dan Indah (ASRI), yang salah satunya diupayakan melalui
urusan

Kesatuan

mewujudkan
hasil

Bangsa

Wonosobo

dan
yang

Politik
ASRI,

Dalam
telah

Negeri.

Upaya

membuahkan

yang

5
0

menggembirakan di Seluruh Wilayah Wonosobo. Berbagai kegiatan


dalam kerangka ketertiban

dan

keamanan,

yang

didukung

dengan rasio personil Satpol PP per


10.000 penduduk tahun 2006 mencapai 75,21 dan tahun 2009
mencapai 80,6.
Rasio jumlah LINMAS per 10.000 penduduk mencapai 5 % dalam
tahun 2009. Hal ini telah meningkatkan kemampuan mendeteksi
dini berbagai potensi gangguan kamtibmas, dan juga semakin
menguatkan

ketahanan

masyarakat

terhadap

gangguan

kamtibmas. Oleh karena itu, dalam kurun waktu tahun 2006


sampai tahun 2009 tidak ada kejadian tawur massa antar
kelompok,

antar

desa/dusun

dan

antar

pelajar.

Aksi

masa

terhadap kebijakan daerah atau demo / protes terhadap Perda,


Perbub bisa ditekan dari 0 aksi tahun 2006 menjadi 0 aksi tahun
2009 atau setiap tahun rata-rata terdapat 0 aksi. Selanjutnya
masyarakat merasa semakin aman, nyaman, tentram, ademayem dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Untuk itu,
KPPOD pada Tahun 2007 menempatkan Wonosobo sebagai Daerah
terbaik No. 8 Nasional dan No. 1 Jawa Tengah dalam hal Tata Kelola
Keamanan dan Penyelesaian Konflik. Sedangkan dalam rangka
stabilitas politik dalam negeri, dilakukan berbagai pembinaan
politik daerah, dalam tahun 2006 terdapat 12 kegiatan dan tahun
2009 terdapat 12 kegiatan atau setiap tahun rata-rata terdapat 12
kegiatan. Demikian halnya dengan pembinaan LSM, Ormas dan
OKP, tahun 2006 mencapai 12 kegiatan dan tahun 2009 mencapai
12 kegiatan atau setiap tahun rata- rata terdapat 12 kegiatan.
Oleh karena itu, jumlah LSM Aktif dalam tahun 2006 mencapai
47 LSM dan tahun 2009 mencapai 66 LSM.
s.

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan


Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
Kemajuan yang berarti dari fungsi pelayanan umum juga
terlihat dalam upaya mewujudkan Wonosobo yang adil dan
demokratis. Agenda ke-lima pembangunan daerah 2006 2010
itu, salah satunya dilaksanakan oleh Urusan Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah,

Kepegawaian,

diupayakan

secara

Dan

optimal

Persandian.
guna

Urusan

tersebut

meningkatkan

kualitas
97

kehidupan politik dan hukum, sehingga mampu mengakselerasi


proses transformasi politik yang mengubah tatanan politik otoriter
ke tatanan politik demokratis. Dalam rangka peningkatan peran
lembaga penyelenggaran

pemerintahan

daerah

dan

lembaga

kemasyarakatan, maka pembangunan kelembagaan demokrasi


dan penguatan mekanisme checks and balances, antar lembaga
penyelenggara
karenanya,

pemerintahan

selama

periode

daerah
2006

terus

s/d

dilakukan.

2009

tidak

Oleh

pernah

terjadi konflik antar

98

lembaga penyelenggara pemerintahan daerah, antar lembaga


kemasyarakatan

maupun

antara

lembaga

penyelenggara

pemerintahan daerah dan lembaga kemasyarakatan. Hal itu bisa


menjadi tanda bahwa masing-masing telah menjalankan peran
dan fungsi secara proporsional.
Pola hubungan yang harmonis dan didukung oleh sistem
politik yang kondusif, jalanya roda pemerintahan daerah menjadi
mantap dan stabil. Oleh karenaya,

keuangan

daerah

dapat

dikelola secara baik sesuai dengan prinsip anggaran berbasis


kinerja. Hal itu, tidak lepas dari keberadaan Perda No 13 tahun
2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Setiap tahun APBD
dapat ditetapkan tepat waktu. Dana perimbangan yang terserap
dibanding dana perimbangan yang direncanakan tahun 2006
mencapai 101% dan tahun 2010 mencapai 44,38% (semester
pertama) atau setiap tahun rata-rata mencapai 101,8%. Proporsi
belanja pelayanan dasar terhadap APBD dalam tahun 2006
mencapai 60,61% dan tahun 2010 mencapai 60,13% atau ratarata setiap tahun mencapai 60,37%. Untuk proporsi belanja
urusan pendidikan dan kesehatan terhadap APBD tahun 2006
mencapai 50,84% dan tahun 2010 mencapai 47,60% atau ratarata setiap tahun mencapai 49,22%. Proporsi belanja pelayanan
publik terhadap DAU tahun 2006 mencapai 65,63% dan tahun
2010 mencapai 67,37% atau rata-rata setiap tahun mencapai
74,12%. Proporsi belanja pelayanan publik terhadap APBD tahun
2006 mencapai 51,19% dan tahun 2010 mencapai 41,39% atau
rata-rata

setiap

tahun

langsung

terhadap

mencapai

APBD

terus

49,11%.

Proporsi

dioptimalkan,

tahun

belanja
2006

mencapai 41,76% dan tahun 2010 mencapai 29,76% atau ratarata per tahun mencapai 39,06%. Proporsi alokasi anggaran
SKPD terhadap APBD, tahun 2006 mencapai 1,23% dan tahun
2010 mencapai 1,23% atau rata-rata setiap tahun mencapai
1,23%.

Proporsi

belanja

modal

tehadap

total

belanja

SKPD

diupayakan terus meningkat, tahun 2006 mencapai 25,35% dan


tahun

2010

mencapai

50,26% atau

rata-rata

setiap

tahun

mencapai 15,31%. Proporsi belanja pemeliharaan terhadap total


belanja barang jasa SKPD, tahun 2006 mencapai .22,37% dan
tahun 2010 mencapai 20,13%. Proporsi belanja pemeliharaan
terhadap total belanja SKPD, tahun 2006 mencapai 8,99% dan

tahun

2010

mencapai

20,91%

atau

rata-rata

setiap

tahun

mencapai 14,95%. Efisiensi belanja terus dilakukan, sehingga


rasio belanja terhadap anggaran belanja tahun 2006 mencapai
6,32% dan tahun 2010 mencapai 5,06% atau rata-rata setiap
tahun mencapai 7,38%.
Meskipun proporsi terhadap pendapatan
kecil, tetapi secara bertahap

pendapatan

dapat ditingkatkan. Rasio realisasi PAD

asli

daerah sangat
daerah

(PAD)

terhadap potensi PAD tahun 2006 mencapai 119,92% dan tahun


2010 (semester pertama) mencapai 32,03% atau rata-rata per
tahunnya mencapai 114,85%. Untuk realisasi PAD tahun 2006
mencapai Rp.30.618.484,033 atau 119,92% APBD dan tahun
2010 teralisasi Rp 19.392.426.390 atau 32,03% APBD (semester
pertama), sehingga rata-rata kenaikan dan proporsi terhadap
APBD pertahun mencapai Rp 1.273.023.466 atau 20 %. Salah satu
upaya

yang

sudah,

sedang

dan

terus

dilakukan

dalam

meningkatkan PAD adalah dengan meningkatkan pengelolaan


BUMD, seperti penyehatan kinerja keuangan. Kontribusi BUMD
terhadap PAD lambat laun terus meningkat, yaitu tahun 2006
sebesar

Rp

1.211.070.900

dan

tahun

2010

sebesar

Rp

3.771.352.000 sehingga rata-rata peningkatan setiap tahunnya


mencapai Rp.2.229.555.780 atau 5,06 %. SiLPA, tahun 2006
mencapai Rp.29.162.894.000 atau 6,32 % belanja dan tahun 2010
mencapai Rp.36.447.509.994 atau 5,06 % belanja, sehingga ratarata SiLPA per tahun mencapai Rp 45.833.666.687 atau 7,39 %
belanja.

Dalam

rangka

akuntabilitas

pengelolaan

keuangan

daerah, setiap tahun SKPD menyusun laporan keuangan SKPD


yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Demikian halnya dengan
laporan keuangan dan kinerja tahunan disampaikan secara tepat
waktu.
terus

Tindak

lanjut

temuan

dioptimalkan, tahun

aparat

2006

pengawasan

proporsi

temuan

fungsional
BPK

yang

ditindaklanjuti mencapai 67 % dan tahun 2010 mencapai 24 %


atau rata-rata setiap tahun mencapai 38 %. Oleh karena itu, opini
BPK terhadap laporan keuangan daerah dapat dipertahankan pada
posisi Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Pengelolaan barang milik daerah menunjukkan hasil yang
semakin tertib, pada setiap SKPD sudah memiliki inventarisasi
barang atau asset SKPD. Rasio bidang tanah yang digunakan SKPD
terhadap seluruh bidang tanah yang dikuasai SKPD, tahun 2006
mencapai 96,97 % dan tahun 2010 mencapai 99,24 %, atau ratarata setiap tahun mencapai 98,10 %. Sedangkan penggunaan asset
oleh SKPD yang terukur dari proporsi jumlah asset yang digunakan
SKPD terhadap jumlah asset yang dikuasai SKPD, tahun 2006
mencapai 88,21 % dan tahun 2010 mencapai 97,28% atau ratarata setiap tahun mencapai 92,75%.

Untuk

mewujudkan

sistem

hukum

daerah

yang

adil,

konsekuen dan tidak diskriminatif termasuk tidak bias gender,


maka dilakukan penataan peraturan perundang-undangan. Selama
Tahun 2006 s/d 2009, Pemerintah Daerah telah mengajukan
Rancangan Peraturan Daerah (Perda) sebanyak .76 buah, dan
ditetapkan menjadi Perda sebanyak 76 buah atau setiap tahun
rata-rata DPRD

membahas Raperda yang diajukan Pemerintah Daerah mencapai


19 %. Pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPRD yang
mencapai 141

kali, dilakukan

secara

musyawarah

mufakat,

sehingga tidak pernah diambil keputusan melalui voting. Hal ini,


tentu menjadi pertanda bahwa pola hubungan antar anggota
DPRD, antar alat kelengkapan, antar fraksi maupun hubungan
DPRD

dengan

Pemerintah

Daerah

berjalan

sinergis

dan

harmonis. Untuk itu, Keputusan DPRD yang diserahkan kepada


Pemerintah Daerah mencapai 73 Keputusan, oleh Pemerintah
Daerah sudah ditindak lanjuti semua, atau tingkat tindak lanjutnya
mencapai

100

Dari

seluruh

peraturan

daerah

yang

ditetapkan, tidak satupun yang dibatalkan oleh Pemerintah, baik


karena bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih
tinggi maupun dengan kepentingan umum. Hal tersebut karena
dalam proses penyusunannya selalu dilakukan melalui konsultasi
publik, baik yang dilakukan oleh DPRD maupun oleh Pemerintah
Daerah. Disamping itu juga konsultasi dengan Pemerintah dan
Pemerintah Provinsi, sehingga peraturan daerah yang ditetapkan
bisa memenuhi asas pembentukan peraturan perundang-undangan
dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004.
Penyelenggaraan otonomi daerah semakin efektif, yang
antara

lain

terukur

dari

keberhasilan

Pemerintah

Daerah

membangun Sistem Informasi Manajemen (SIM), yaitu SIMPUS


(puskesmas), SIMRS (rumah sakit), SIMKD (keuangan daerah),
SIMPEG

(kepegawaian

daerah).

Selain

itu,

keberhasilan

meningkatkan kualitas pelayanan, yaitu dengan mendelegasikan


sebagian kewenangan kepada Camat, melalui Peraturan Bupati
Wonosobo No.16 Tahun 2009 tentang Tugas dan Wewenang
Camat, mendelegasikan penandatangan perizinan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(KPPT). Dari

71 jenis

perizinan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 38 Tahun


2007

tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan

antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah


Kabupaten / Kota, kepada KPPT sudah dikelola sebanyak 22 jenis
perizinan. Sedangkan rata-rata waktu untuk memperoleh perizinan
mencapai 6 hari. Semakin baiknya penyelenggaraan otonomi
daerah, terlihat juga dari semakin baiknya partisipasi masyarakat.
Hal itu tidak lepas dari upaya pemerintah dalam menyediakan

fasilitas

atau

prasarana

partisipasi.

Bukti

lain

dari

semakin

efektifnya penyelenggaraan otonomi daerah adalah penghargaan


Pemerintah yang mengkategorikan Kabupaten Wonosobo, kedalam
3 (tiga) peringkat teratas se- Indonesia bersama 44 kabupaten lain,
dengan

skor

3,5,

atau

Sangat

Tinggi

terhadap

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tahun 2007.

Laporan

Salah satu bagian penting dari proses transformasi dalam


mewujudkan keadilan adalah terbangunnya tatanan pemerintahan
yang makin bersih dan makin berwibawa (good governance and
clean government). Dalam lima tahun terakhir, Wonosobo berhasil
bangkit dari sebuah kondisi, yang tata kelola pemerintahannya
dianggap buruk, karena praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) yang meluas, menjadi sebuah daerah dengan tata kelola
pemerintahan yang lebih baik, lebih bersih dan lebih berwibawa,
dan bebas dari berbagai kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan.

Dalam

bidang

pengawasan,

aparat

pengawas

fungsional terus meningkatkan fungsinya, sehingga selama 2006


2009 mampu melakukan pemeriksaan terhadap 1.802 obrik atau
rata-rata setiap tahun 360 obrik. Penegakan hukum termasuk
pemberantasan

korupsi,

penindakan

terhadap

pelaku

tindak

pidana korupsi telah dilakukan tanpa pandang bulu. Laporan


Transparency
Membedah

International

Fenomena

Indonesia

Korupsi

dan

Analisa

USAID

Mendalam

bertajuk
Fenomena

Korupso di 10 Daerah di Indonesia, menyatakan bahwa indeks


persepsi korupsi (IPK) atau Corruption Perception Index (CPI)
Wonosobo telah menunjukkan banyak perbaikan.
t.

Ketahanan Pangan
Ketahanan

pangan

kesediaan

pangan

yang

ketahanan

pangan,

ada

tidak

hanya

cukup.
tiga

mencakup

Dalam

pengertian

pencapaian

subsistem/aspek

kondisi

yang

sangat

berpengaruh, yaitu produksi/ketersediaan, distribusi dan konsumsi.


Ketiga

subsistem

ini,

harus

dikembangkan

secara

serentak,

karena satu sama lain saling terkait. (a) aspek ketersediaan, yang
diartikan

bahwa

pangan

tersedia

cukup

untuk

memenuhi

kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta


aman; (b) aspek distribusi, di mana pasokan pangan dapat
mengakses seluruh wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau
oleh rumah tangga; (c) aspek konsumsi, yaitu setiap rumah
tangga

dapat

mengakses

pangan yang

cukup

dan mampu

mengelola pangan yang memenuhi kaidah gizi, kesehatan serta


referensinya. Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sangat
bergantung kepada faktor
serta

langkah-langkah

ketersediaan,

penanganan

distribusi

dan

akses

dan pencegahan masalah

pangan.

Tabel
II.35
Ketersediaan dan Kebutuhan Bahan Pangan Pangan
Kabupaten Wonosobo
Tahun
No.

Komoditas
2006

2007

2008

2009

Kebutuhan (Kw)

71.797

72.059

72.831

72.831

Ketersediaan
(Kw)
Kebutuhan (Kw)

76.981

79.211

102.253

110.752

12.764

12.810

12.948

12.915

Ketersediaan
(Kw)
Kebutuhan (Kw)

72.380

87.003

104.126

94.264

43.525

43.684

44.152

44.152

128.569 114.029

114.679

102.115

Beras
1
S

Jagung

m
b
e

Ubi Kayu
Ketersediaan
(Kw)
Kebutuhan (Kw)

r
:
K

Kacan
g

Tana

o
r

4.965

5.019

5.019

Ketersediaan
(Kw)
Kebutuhan (Kw)

8.181

10.583

12.412

9.806

2.598

2.607

2.635

2.635

Ketersediaan
(Kw)
Kebutuhan (Kw)

600

404

212

8.313

8.313

Ubi Jalar

a
n

4.948

16

8.195

2.607

8.181

357

melalui

265

Kedelai

Ketersediaan
(Kw)
Sumber : Ketahanan Pangan, 2009
6

Distribusi

raskin

dilaksanakan

20

titik

29

di

15

kecamatan. Beras yang didistribusikan dari tahun 2006-2009


adalah 39.902.800 kg. Dalam tiga tahun terakhir ini jumlah RTS
penerima raskin cenderung mengalami penurunan. Tahun 2008
RTS

raskin

85.760

dengan

8.576.000

kg

dan

tahun

2010

berdasarkan surat Gubernur Jawa Tengah nomor 511/22417/2009


tanggal 17 Desember 2009 RTS Raskin 81.839 dengan jumlah
mencapai

12.766.884

kg.

Upaya

ini

diharapkan

dapat

mempermudah masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan


akan karbohidrat yang bersumber dari beras. Karena ketahanan
pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan
yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses pangan
dan tidak terjadi ketergantungan pangan pada pihak manapun.
Dalam hal inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam
ketahanan

pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk

memproduksi pangan sekaligus juga memiliki pendapatan yang


cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Kesejahteraan

petani

akan

menentukan

Kesejahteraan tersebut

prospek

ditentukan

oleh

ketahanan
berbagai

pangan.
faktor

dan

keterbatasan, salah satunya adalah luas tanah yang sempit dan


tekanan tehadap lahannya untuk dikonversi.

Dari Tahun 2006-2009, produksi komoditas tanaman pangan


sudah mencapai peningkatan menjadi 12,9%. Begitu juga halnya
hortikultura yang ditargetkan menjadi 127%, namun kenyataannya
sudah mencapai 153%. Tidak dapat dipungkiri pencapaian target
ini merupakan suatu capaian yang patut mendapat apresiasi
karena tidak mungkin hal itu dapat dicapai tanpa adanya kerja
keras dari berbagai pihak terkait.
Tabel II.36
Produksi komoditas Tanaman Pangan Hortikultura
dan Peternakan
Komoditas

2006

Padi Sawah (Ton)

149.20
5
88.03
4
161.95

2007

2009

159.93
2
130.16
6
134.91

159.97
3
136.68
6
147.12

4 9.16
511.63
514.10
8
6
4
261.87
268.52
281.65
0
7
8
Sayur-sayuran (Kw)
1.872.76
1.771.93
1.855.23
1
1
9
Buah-buahan (Kw )
525.38
963.93
899.96
7
6
1
susu (liter)
95.97
107.90
145.41
5
9
9
telur (kg)
1.186.90
1.103.50
1.647.10
0
0
0
daging (kg)
4.873.40
4.348.00
4.652.20
0
0
0
ikan (Kg)
3.396.17
3.462.81
3.494.07
7
0
9
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Peternakan dan
Perikanan;2009

213.96
2
299.73
8
2.100.94
8
1.238.06
4
142.96
9
1.303.90
0
4.227.10
0
4.666.57
6

Jagung (Ton)
Ketela Pohon (Ton)

134.28
9
98.00
1
156.47

2008

Ubi jalar (Ton)


Palawija ( Ton)

u. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Upaya dalam meningkatkan pelayanan masyarakat adalah
melalui

peningkatan

kualitas

dan

efektivitas

pembangunan

pedesaan, yang diimplementasikan melalui Urusan Pemberdayaan


Masyarakat dan

Desa. Dalam kurun waktu 2006 2010 sudah

dilakukan fasilitasi pengisian jabatan kepala desa sebanyak 243


jabatan, pengisian jabatan perangkat desa lainnya sebanyak 508
jabatan. Dari 137 orang Sekretaris Desa dan 13 Sekdes pada Eks
Desa yang berubah menjadi Kelurahan yang memenuhi syarat
diangkat menjadi PNS secara keseluruhan telah diangkat menjadi
PNS. Kemudian bekerja sama dengan FNS (Frederick Neuman
Staftung) dilakukan diklat peningkatan kapasitas pemerintahan
desa kepada Kepala Desa, Sekretaris Desa dan BPD. Untuk

Meningkatkan kinerja kepada Kepala Desa diberikan tambahan


penghasilan sebesar Rp 900.000/bulan, Sekretaris Desa Non PNS
Rp 600.000/bulan dan Perangkat Desa lainnya Rp 450.000/bulan.

Pembinaan kepada lembaga kemasyarakatan desa terus


ditingkatkan, dalam tahun 2006 jumlah Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) aktif tercatat 265 LPM atau 100 %, dengan
rata-rata jumlah kelompok binaan LPM mencapai 66 %. Pada
tahun 2009 LPM aktifnya tercatat 265 LPM atau 100 % dengan
rata-rata jumlah kelompok binaan LPM mencapai 91 %. Oleh
karena itu, rata-rata setiap tahunnya terdapat LPM aktif sebanyak
265 LPM atau 100 % dengan rata-rata jumlah kelompok binaanya
mencapai 79,25 %. Untuk jumlah PKK aktif dalam tahun 2006,
tercatat 124 PKK atau 43 %, dengan rata-rata jumlah kelompok
binaan PKK mencapai 40%, dan tahun 2009 PKK atifnya tercatat
285 PKK atau 100 %, dengan rata-rata jumlah kelompok binaan
PKK mencapai 51 %. Oleh karena itu, setiap tahun rata-rata
terdapat PKK aktif sebanyak 265 PKK dan rata-rata jumlah
kelompok binaannya mencapai 56,8 %. Untuk POSYANDU aktif
pada tahun 2006 mencapai
1.254 posyandu atau 95,57 % dan tahun 2009 tercatat 1.312
posyandu atau 99,08
%, atau rata-rata dengan rincian Posyandu Pratama sebanyak 188,
Posyandu Madya sebanyak 511, Posyandu Purnama sebanyak 483,
dan Posyandu Mandiri sebanyak 130.
v. Statistik
Kinerja
selama

pembangunan

periode

2005-

pada

2009

pelayanan

pada

urusan

masing-masing

statistik
indikator

sebagaimana tabel berikut.


Tabel II.37
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Statistik
No

Indikator

1.

Buku kabupaten dalam


angka
Buku PDRB kabupaten

2.

Tahun
2005

2006

2007

2008

2009

ada

ada

ada

ada

ada

ada

ada

ada

ada

ada

Sumber : BPS Kabupaten Wonosbo, 2010

Dari tabel urusan statistik diatas menggambarkan bahwa


dokumen- dokumen yang tersedia dari tahun ke tahun tetap ada.
Namun demikian, diperlukan tambahan kelengkapan data dan
informasi terutama untuk data-data yang bersifat khusus dan
olahan.
11
1

w. Kearsipan
Upaya untuk melakukan reformasi birokrasi secara terencana,
komprehensif, dan bertahap terus dimantapkan pelaksanaannya.
Langkah yang telah dan terus dilakukan

mencakup

perbaikan

sistem dan budaya kerja, pengukuran kinerja,

11
2

penerapan disiplin, penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan,


serta perbaikan sistem remunerasi yang memadai. Termasuk di
dalamnya

transparansi

pemerintahan.

Selain

dan

itu,

akuntabilitas

penerapan

dalam

proses

pengeloolaan kearsipan

secara dan peningkatan kualitas SDM kearsipan sebagaimana


tuntutan urusan terus dilakukan. Pada tahun 2006, jumlah SKPD
yang telah menerapkan kearsipan secara baku mencapai 11 %
dan tahun 2010 sudah mencapai 38 %. Dalam hal pembinaan
petugas pengelolaan kearsipan pada tahun 2006 terdapat 35
kegiatan dan tahun 2010 terdapat 123 kegiatan. Semua itu
merupakan esensi dari penerapan tata pemerintahan yang baik
(good governance).
x. Komunikasi dan Informatika
Sejalan dengan perkembangan Teknologi Informasi, maka
peningkatan akses informasi dilakukan juga dengan pemasangan
Web

Site,

(kerjasama

www.wonosobokab.go.id
Pemkab

Wonosobo

dan

dengan

www.e-wonosobo.com
swasta).

Dalam

hal

penyediaan jaringan komunikasi, Keberadaan Wartel/Warnet pada


tahun 2006 terdapat 20 Unit dan tahun 2009 terdapat 42 Unit ,
atau rata-rata setiap tahun terdapat kenaikan 5 unit.
Kegiatam pertemuan Forum Jurnalis Kaupaten Wonosobo
diselenggarakan rutin setiap tahun bertujuan untuk menjalin
silaturahmi dan memperkuat jaringan dangan

wartawan

dan

sebagai ajang untuk saling bertukar informasi, koordinasi dalam


pemberitaan dan sebagi bentuk control media kepada pemerintah.
Penyelenggaraan
komunikasi

Halo

interaktif

Wonosobo
pemerintah

dalah
dengan

salah

satu

masyarakat

bentuk
yang

memeanfatkan Fasilitas teknologi informasi modern. Dialog antara


pemerintah dan warganya yang dilaksanakan dua kali dalam satu
bulan dan disiarkan secara langsung enam stasiun radio lokal di
wilayah Kabupaten Wonosobo. Melalui kegiatan ini masyarakat
dapat menyampaikan aspirasi melalui dialog dan diskusi dengan
pemerintah, ormas, tokoh masyarakat dan pemuka agama.

y. Perpustakaan
Kabupaten Wonosobo tidak pernah absen dari prestasi di

bidang perpustakaan. Tahun 2009 Perpustakaan Bergema Desa


Patak Banteng Kecamatan Kejajar
Perpustakaan
Selain

itu

Desa/Kelurahan

inovasi

dilakukan Pemerintah

di

mendapat

Tingkat

II

Provinsi Jawa

bidang

perpustakaan

Kabupaten

Wonosobo

sector urusan perpustakaan

Juara

Lomba
Tengah.

terutama
melalui

yang

leading

yaitu Kantor Perpustakaan Kabupaten Wonosobo terbukti terus


berkembang dengan pesat dan menjadi barometer kemajuan
perpustakaan di Provinsi Jawa Tengah bahkan juga di tingkat
nasional.

Pada

lingkup

Provinsi

Jawa

Tengah,

perpustakaan

sekolah Kabupaten Wonosobo menoreh prestasi pada tahun


2009 melalui

SMP

Negeri

Kertek

yang

menjuarai

Lomba

Perpustakaan Sekolah tingkat SMP dan SMA 1 Wonosobo sebagai


juara

tingkat

SMA.

Untuk

Tahun

2010,

program

urusan

perpustakaan yang telah berjalan terhitung sampai dengan bulan


Mei 2010 adalah tiga kegiatan telah mencapai 100% yaitu program
penguatan rumah belajar, pengadaan alat peraga pendidikan, dan
permainan edukatif anak dan story telling. sedangkan program
yang lain belum memasuki time schedule.
Jumlah perpustakaan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini:
Tabel II.38
Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Wonosobo
No

Jenis / Tipe

2006

Perpustakaan Kabupaten

2
3

Perpustakaan
Kelurahan/Instansi
Perpustakaan Desa

4
5

2007 2008

2009

11

11

11

14

47

49

49

58

Perpustakaan Sekolah

151

183

183

192

11

11

11

17

Perpustakaan Rumah
Ibadah
Perpustakaan Pribadi

Rumah Belajar

10

13

222

261

266

296

JUMLAH

Sumber : Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonosobo

2. Layanan urusan Pilihan


a. Pertanian
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo tidak lepas dari
pertumbuhan sektor pertanian secara umum yang cukup besar
(47,33%) terhadap total PDRB Wonosobo. Besarnya prosentase ini
menunjukkan sektor pertanian masih menjadi sumber pencaharian
masyarakat

Wonosobo.

Penting

sekali

untuk

meningkatkan

perhatian terhadap permasalahan di bidang pertanian. Karena


disadari atau tidak, masyarakat Wonosobo sebagian besar masih
berkecimpung dalam bidang pertanian.
6
0

Tabel II.39
Produktifitas Tanaman Pangan (2006-2009)
No.

Produktifitas ( Tahun )

Komoditas

2006

2007

2008

2009

Padi Sawah ( Ton/Ha)

4,74

4,69

5,32

5,49

Palawija ( Ton/Ha)

8,36

8,90

8,66

9,96

Sayur-sayuran ( Kw/Ha)

Buah-buahan (Kw/Pohon)

94,7
2
0,22

104,7
1
0,59

117,3
3
0,45

159,0
0
0,47

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Produktifitas tanaman pangan dan hortikultura mengalami


peningkatan pada hampir semua komoditas. Kenaikan paling
tinggi

adalah

pada

komoditas

sayur-sayuran

yaitu

67,8

dibandingkan dengan produktifitas tanaman sayur- sayuran tahun


2006. Padi sawah juga mengalami kenaikan 15,82 % dibanding
tahun 2006. Kenaikan produktifitas ini menunjukkan intensifkasi
pertanian berjalan dengan baik. Hal ini merupakan hasil dari
kerja keras semua pihak dalam pembangunan pertanian. Kita
berharap tren positif ini akan terus berlanjut pada tahun-tahun
mendatang karena tantangan ke depan akan lebih berat dan
komplek.
Tabel II.40
Produktifitas Tanaman Perkebunan (2006-2009)
Produktifitas
(ton/ha)
2006
2007
2008
1
Aren
0,
0,37
0,44
4
2
Cengkeh
0,04
0,04
0,05
3
Kakao
0,12
0,11
0,11
4
Kelapa
0,44
0,
0,61
5
5
Gula
0,94
0,99
1,13
Kelapa
6
Kopi
0,
0,
0,11
Arabika
1
1
7
Kopi
0,16
0,17
0,19
Robusta
8
Lada
0,14
0,17
0,21
9
Nilam
0,54
0,
1,23
8
10
Vanili
0,
0,12
0,15
1
11
Tembakau
0,49
0,45
0,42
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Wonosobo

No

Komoditas

Produktifitas

Tanaman

Perkebunan

hampir

semua

mengalami peningkatan kecuali pada tanaman kakao, nilam dan


tembakau.

Untuk

produktiftas
semakin

tanaman

dikarenakan

mengalami

produktifitas.

Selain

tembakau

faktor

degradasi
itu

mengalami

cuaca dan
sehingga

dengan

semakin

penurunan

lingkungan
terjadi

yang

penurunan

turunnya

harga

tembakau dari tahun ke tahun membuat petani tembakau beralih


11
6

2009
0,44
0,05
0,11
0,63
1,15
0,11
0,21
0,21
1,2
0,19
0,41

tanam pada komoditas pertanian sehingga produksi tembakau


juga

semakin

menurun.

Sedangkan

dari

tahun

2006-2009,

kenaikan produktiftas tertinggi dialami oleh tanaman nilam yaitu


sebesar 122,2% . Harga jual produk nilam

11
7

yang berupa minyak nilam semakin mengalami peningkatan


sehingga

mempunyai

menguntungkan

nilai

bagi

jual

petani

yang

cukup

penanam.

tinggi

dan

Pengembangan

pengolahan produksi minyak nilam perlu dikembangkan ke depan


sebagai

bagian

dari

produk

unggulan

yang

potensi

untuk

berkembang.
Sedangkan pada bidang peternakan, Kabupaten Wonosobo
mulai tahun 2007 mendapat permasalahan yaitu merebaknya
penyakit flu burung yang disebabkan oleh Virus Avian Influenza
type A sub type H5N1. Virus H5N1 ini disamping menyerang
ternak

unggas

juga

bisa

menular

kepada

manusia.

Jumlah

kematian unggas akibat virus AI di Kabupaten Wonosobo selama


tahun 2007 adalah 1053 ekor Jumlah tersebut sempat menurun
menjadi 563 ekor pada tahun 2008. Namun tahun berikutnya
jumlahnya melonjak menjadi 1631 ekor. penyebaran tersebut
perlu dicermati dan diwaspadai lebih mendalam karena awal 2010
sudah ada 4.707 ekor unggas yang mati karena tertular AI .
Pemeriksaan

kesehatan

hewan

merupakan

salah

satu

kegiatan yang mendapat perhatian luas masyarakat peternakan


di Wonosobo. Kegiatan ini biasanya dikemas dalam bentuk pesta
pathok yang didalamnya terdapat kegiatan pengobatan ternak
massal dan sosialisasi serta tanya jawab masalah kesehatan
hewan. Masyarakat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini,
terbukti banyaknya permintaan kegiatan ini dan peserta pesta
pathok

yang

dilaksanakan. Tahun

2008

pengobatan

ternak

dilaksanakan pada 1.497 ekor ternak (16 desa), tahun 2009


meningkat menjadi 2.753 ekor (8 desa).
Sub

Sektor

peternakan

tidak

luput

dari

perhatian

Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Upaya meningkatkan produksi


peternakan dilaksanakan dengan program peningkatan produksi
hasil peternakan. Program ini diharapkan mampu meningkatkan
produksi dan produktiftas ternak di Wonosobo sehingga menjadi
daerah yang ketercukupan akan kebutuhan daging, telur dan
susu yang memiliki aspek jaminan keamanan pangan ASUH.

Tabel Tabel
II.41
Populasi Ternak di Kabupaten Wonosobo
(2006-2009)
No

Kategori
A.
1
2
3
4
B

Ternak Besar
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kud
a
Ternak Kecil

Domba

Kambing

2006

Jumlah
(ekor)
2007
2008

2009

33.42
6 205
4.04
1 570

33.72
0 177
3.94
3 578

29.73
1 274
3.83
0 464

11,05
33,88
-5,23
18,57

139.71
5
130.82

138.63
8
132.62

84.47
3
136.61

84.54
9
134.49

39,48
2,81

925

6 1.05
6

2,03

638.87
6 6.924
186.51
9
162.30
7

649.83
8 6.75
2
188.91
5
166.33
4

-9,15
-70,68
50,50
-8,10

38.81
2
26.16
7
58.12
8

39.66
5
30.65
7
45.70
6

54,88
62,40
21,12

29.02
6 210
3.687
462

0 1.03
5 2.96
Babi
5
8
Unggas
Ayam Buras
715.25 661.21
Ayam Ras Petelur 123.02 722.90
5
4
Ayam Ras
381.61
318.76
Pedaging
8
2
Puyuh
181.00
187.61
0
7
Aneka Ternak
Itik
87.90
81.16
3
0
Kelinci
18.87
20.92
8
5
Ento
37.73
57.55
g
6
2
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan
3
C
1
2
3
4
D
1
2
3

rata-rata naik
(turun) %

IB pada sapi potong pada tahun 2007 mencapai 4227


inseminasi yang menghasilkan kelahiran 2830 ekor. Namun pada
tahun 2009 tingkat efisiensi IB mengalami peningkatan kelahiran
yaitu

3.053

ekor.

IB

pada

kambing/domba

juga

mulai

diperkenalkan kepada masyarakat agar produksi kambing/domba


juga meningkat.
Pada

bidang

perikanan

peran

pihak

swasta

dalam

mengembangkan perikanan di Kabupaten Wonosobo mempunyai


andil

yang

cukup

besar.

Hal

ini dapat

dilihat

dengan

berpartisipasinya PT Aqua Farm yang memanfaatkan Waduk


Wadaslintang sebagai tempat pengembangan perikanan dengan
sistem karamba jaring apung.
Dengan

adanya

kegiatan

yang

melibatkan

peran

aktif

masyarakat tersebut, berpengaruh kepada luas lahan perikanan


yang mengalami peningkatan dari tahun 2006-2009 khususnya
luas kolam air tenang dari 170,37 ha (2006) menjadi 259,5 ha
(2009) atau mengalami kenaikan 52 %, karamba dari 94 unit
(2006) mengalami
kenaikan 80 % menjadi 170 unit (2009), Usaha
Rakyat dari 5,82 ha

Perbenihan

(2006) mengalami kenakan 25,36 % menjadi 7,3 ha (2009).


Keadaan ini berbanding lurus dengan volume produksi perikanan
dan benih ikan.

Tabel II.42
Data Produksi Hasil Perikanan
Jumla
Rata-rata
2006
200 h
2008
2009
7
Ikan Konsumsi
1
3.396.17 3.462.81 3.494.07 4.666.57 423.46 12,46
(kg)
7
0
9
6
6
%
Benih
2
27.053.66 27.055.00 26.417.80 43.023.00 5.323.11 19,67
Ikan
0
0
0
0
3
%
(ekor)Peternakan dan Perikanan
Sumber : Dinas

No

Kategori

Dalam

empat

tahun

terakhir,

pembangunan

perikanan

budidaya telah menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan


meningkatnya volume produksi perikanan budidaya. Dalam kurun
waktu

2006-2009,

mengalami

volume

peningkatan

dari

produksi

perikanan

3.396.177

kg

budidaya

(2006)

menjadi

4.666.576 kg (2009) atau mengalami kenaikan rata-rata tiap


tahun sebesar 12,46%. Konsumsi ikan juga mengalami kenaikan
dari

11,34

(2006)

menjadi

peningkatan

sebesar

5,73

masyarakat

Wonosobo

11,99
%.

Hal

semakin

(2009)
ini

atau

mengalami

menunjukkan

giat

dan

bahwa

bersemangat

membudidayakan ikan guna memenuhi permintaan pasar dan


juga dalam rangka meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.
b. Kehutanan
Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo

terdiri dari

kawasan hutan negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat


seluas 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah
Wonosobo secara administratif dikelola oleh KPH Kedu Selatan
dan KPH Kedu Utara. Secara ekologis, Wonosobo beserta wilayah
hutannya memiliki posisi yang sangat strategis bagi pulau jawa,
terutama bagi Jawa Tengah Bagian Selatan, mengingat Wonosobo
merupakan tempat hulu 3 DAS besar yaitu: Serayu, Luk Ulo dan
Bogowonto

yang

mengaliri

setidaknya

wilayah

kabupaten

(Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen dan


Purworejo).
Penanaman pohon keras secara terus menerus dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh sektor yang terkait untuk menekan
laju kerusakan lahan. Gerakan Wonosobo menanam sebagai ikon
kegiatan gemar menanam yang dilaksanakan hampir
tahun, secara

langsung memberikan

setiap

gairah dan semangat

kepada seluruh masyarakat Wonosobo untuk ikut menanam

pohon. Gerakan ini juga selaras dengan misi konservasi dan


pemulihan lingkungan. Dalam konteks yang lebih luas, aktifitas ini
mendukung pengarusutamaan pemulihan Dieng, yang secara tidak
langsung juga memberi kontribusi penyadaran masyarakat (raising
awareness) akan pentingnya konservasi.

Penanaman pohon pada gerakan Wonosobo menanam dari


tahun ke tahun meningkat dan pada tahun 2008 dengan diikuti
adanya

gerakan

wanita

menanam

menanam

jumlah

tanaman

keras

1.175.695

batang.

Seiring

dengan

masyarakat

dalam

menanam

dan

gerakan

pramuka

yang

ditanam

mencapai

meningkatkan

pohon,

luas

hutan

kesadaran
rakyat

di

Wonosobo juga mengalami peningkatan dari tahun 2005 seluas


18.374 Ha menjadi 19.481,58 pada tahun 2009.
c. Energi dan Sumber Daya Mineral
Terkait

dengan

upaya

penuntasan

kebutuhan

listrik

masyarakat dusun telah dilakukan kegiatan Pengadaan Jaringan


Listrik

Perdesaan

Kabupaten

Wonosobo.

Dengan

semakin

meluasnya jangkauan pelayanan energi listrik bagi masyarakat,


dampak yang diperoleh dari pelaksanaan program dan kegiatan ini
adalah meningkatnya anggota masyarakat yang bisa menikmati
listrik.

Hal

ini

ditunjukkan

dengan

bertambahnya

jumlah

pelanggan listrik di Kabupaten Wonosobo dari 100.839 di tahun


2006 menjadi 111.494 di tahun 2009. Demikian pula pada rasio
elektrifikasi (pemakaian listrik) penduduk Kabupaten Wonosobo,
berdasarkan jumlah rumah di Wonosobo tahun 2009 dan (210.951
unit rumah),

Rasio elektrifikasi meningkat dari semula 51,33%

pada tahun 2007 (data lkpj tahun 2007) menjadi 52,85%.


Untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat, di wilayah
Kabupaten Wonosobo pada Tahun 2009 terdapat fasilitas SPBU
yang berjumlah 8 unit yang tersebar pada enam kecamatan.
Selain itu pada tahun 2009 telah dibangun 1 unit SPBE yang
terletak di Desa Selokromo Kecamatan Leksono untuk memenuhi
kebutuhan energi gas untuk keperluan rumah tangga dan industri
di wilayah Kabupaten Wonosobo dan sekitarnya. Keberdaan SPBE
ini juga untuk mendukung program konversi minyak tanah ke gas
(LPG 3 kg) yang dicanangkan pemerintah, dimana untuk kuota
yang dialokasikan di Kabupaten Wonosobo sejumlah 7779 tabung
per hari.
Mikro hidro merupakan energi alternatif yang sangat ramah
lingkungan dan merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui
(renewable), Sebagai gambaran bahwa dari energi hidro yang
dihasilkan oleh mikrohidro yang telah di bangun di Kabupaten
12
3

Wonosobo

(Mikrohidro

Wangan

Aji)

dapat

dihasilkan

daya

terpasang 2 x 70 KVA, jika dihitung dalam sehari dengan tingkat


efisiensi sebesar 80% maka diperoleh daya sebesar 2.688 KWh
atau setara dengan penggunaan bahan bakar minyak sebanyak
251.734 liter per hari. Listrik yang dihasilkan oleh mikrohidro ini

12
4

berarti dapat mengurangi emisi gas rumah kaca CO2 sebesar


2,62 ton/hari, SO2 sebesar 2,59 kuintal per hari dan NOx sebesar
1,88 kuintal perhari. Berdasar data dari PT. PLN (Persero) UPJ
Wonosobo bahwa tingkat konsumsi listri per KK per bulan di
Kabupaten Wonosobo sebesar 71 KVA per bulan. Mikrohidro
Wangan Aji dapat menghasilkan 80.640 KVA perbulan berarti dapat
untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar 1.136 KK.
d. Perdagangan
Pengembangan
memberikan

Infrastruktur

fasilitasi

masyarakat

Perdagangan
dalam

bertujuan

berusaha

melalui

penyediaan pasar yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan


antara lain adalah penyempurnaan pasar induk dan penyediaan
sarana pendukung seperti penyediaan MCK pasar, perbaikan
saluran air pasar, pembuatan taman pasar induk Wonosobo,
penyempurnaan pasar induk Wonosobo, perbaikan los pasar,
pembangunan pasar kayu dan unggas di pasar Kretek, rehap
lantai pasar dan atap pasar hewan Wonolelo, pembangunan los
dan kios pasar Randusari, pembangunan pasar hewan Lancar
Wadaslintang serta pengadaan papan informasi dan penomoran
kios

dan

los

mengembangkan

pasar.

Diharapkan

pasar-pasar

dari

program

tradisional

dan

ini

bisa

membuat

masyarakat lebih nyaman dan lebih mudah dalam bertransaksi.


Tabel II.43
Jumlah dan Daya Tampung Pasar Daerah
Kabupaten Wonosobo Tahun 2005 s/d 2009
No.

Indikator

Satuan

2005
1
Pasar Daerah Buah
19
Buah/Orang
2
Kios
1.02
4
Buah/Orang
3
Lo
6.47
s
3
Buah/Orang
4
PK
1.21
L
1
m
5
Luar
Pasar
85.29
2
5
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab.

Perolehan devisa
2009 sebesar

dari ekspor

Perkembangan Tahun
2006
2007
19
19
1.02
1.024
4
6.47
648
5
1.21
122
5
85.29
85.29
5
5
Wonosobo

non

migas

2008
19
1.024
648
1.225
85.29
5

pada

2009
19
1.02
4 648
1.42
4
85.62
4

tahun

$.18,814,048,12 dengan produk andalan kayu olahan, teh hitam,


nata de coco dan jelly nata de coco dan negara tujuan Jepang,
AS, Malaysia, Korea, Rusia, Inggris, Canada, Jerman dan Taiwan.

Tabel II.44
Nilai Ekspor 2005-2009
No.

Tahun

Jenis

2005
10.318.84
2
-

2006
1
Nilai Ekspor (US.
12.912.58
$)
4
2
Nilai Impor (US.
27,429,7
$)
1
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan

2007
13,903,359,
62
149,2
0

2008
14,850,544
,5
-

2009
18,814,048,
12
18,796,105,
12

e. Perindustrian
Selama

lima

tahun

terakhir

pertumbuhan

industri

di

Kabupaten Wonosobo meningkat 40% dari tahun 2005 sejumlah


9.899 industri menjadi 13.876 industri di tahun 2009 yang meliputi
industri

informal,

industri

skala

kecil

dan

industri

skala

menengah/besar. Pertumbuhan tersebut telah melebihi target dari


RPJMD kabupaten yang mentargetkan peningkatan pertumbuhan
industri dan kerajinan sebesar 12,67 %.
Tabel II.45
Perkembangan Unit Usaha Dan Wira Usaha
No

Unit usaha

Tahun
2005

2006

2007

Industri Makanan dan


Minuman
Industri Sandang dan Kulit

6.89
1
98

6.88
5
274

7.831

Industri Kimia dan


Bahan Bangunan

1.17
2

Industri Kerajinan

Industri Logam dan


Elektronika
Jumlah

2.12
7
823

11.11
1
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan

2008

2009
9.503

279

8.56
7
283

229

229

236

245

2.83
8
436

2.843

3.04
5
465

3.354

10.66
2

445
11.62
7

12.59
6

285

481
13.86
8

Tabel II.46
Kapasitas Produksi Industri
Rumah Tangga di Kabupaten
Wonosobo
No
.
1

Jenis
Produk
Industri
Pangan
Sanda
ng dan
Kulit
Kerajinan
Umum
Kimia
dan
Industri
Logam

Sat.
Ton/Liter

2005

78.026,6
0
Kodi/Stel
2
8.483,9
0
m3/set/kod
3
30.912,7
i
0
buah/m3
4
13.805,8
0
kodi/buah/
5
16.425,2
u
0
nit
Sumber: Dinas Perindustrian
dan Perdagangan

200

Kapasitas Produksi
2007
2008

67.145,7 94.004,0
6
6
27.064,5 35.183,8
1
6
85.795,6 111.534,3
4
3
3.682,3
5.155,3
8
3
35.507,3 56.811,7
7
9
Kab. Wonosobo

2009

140.707,1
123.427,3
9
6
41.675,2 45.842,8
8
1
144.066,6
133.395,0
6
6
7.887,6
8.913,0
6
6
100.030,9
81.992,6
8
1

f.

Transmigrasi
Selama tahun 2006-2010, Pemerintah Kabupaten Wonosobo telah
berhasil melaksanakan program transmigrasi dengan daerah tujuan
Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.

Tabel II.47
Daftar Jumlah Transmigran dan Lokasi
Transmigrasi
No

Tahun

Daerah Tujuan

1.

2006

UPT Tapin Bini Lamandau Kalteng

2.

2007

UPT Bukit Anda Kabupaten Bangka Selatan,


Bangka Belitung
Seiradak, Kabupaten Pontianak

3.

2008

Kabupaten Sluma Sungai Pete


Bengkulu Utara
UPTD Talang Dono Provinsi Bengkulu
UPTD Teluk Anggun Provinsi Bengkulu Utara

4.

2009

UPT Teluk Anggung Kabupaten Bengkulu


Utara Provinsi
Bengkulu
UPT Mahalona Kabupaten Luwu Timur Provinsi
Sulawesi
Selatan
UPT Libuk Talang Kabupaten Mukomuko Provinsi
Bengkulu
5.
2010
UPT Bandung Marga Kecamatan Bermani
*)
Ulu Raya,
Kabupaten Rejang Lebang, Bengkulu
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Keterangan : *) data sampai bulan Mei 2010

Jumlah
10 KK, 30
jiwa
20 KK, 74
jiwa
20
KK
25 KK, 94
jiwa
25 KK, 69
jiwa
5 KK, 15 jiwa
20 KK, 54
jiwa
20
KK
5 KK
10
KK
25 KK, 80
jiwa

BAB
III
GAMBARAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH SERTA
KERANGKA PENDANAAN
Keuangan

daerah

Kabupaten

Wonosobo dikelola

sesuai

dengan

ketentuan dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.


1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah No.
58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 tahun 2006 jo. Permendagri No. 59
tahun

2007

tentang

Pedoman

Pengelolaan

Keuangan

Daerah,

serta

peraturan perundang- undangan lain yang terkait.


Pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah, asas
umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, pelaksanaan APBD,
perubahan APBD, pengelolaan kas,

penatausahaan keuangan daerah,

akuntansi

keuangan daerah, pertanggungjawaban

kerugian

daerah,

pengawasan

pengelolaan

pengelolaan

keuangan

keuangan

pelaksanaan

BUMD,

daerah,

pembinaan

serta

sistem

APBD,
dan

informasi

keuangan daerah.
Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah menjadi
komitmen

pemerintah

daerah

Kabupaten

onosobo

adalah

bahwa

keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk
masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu
sistem terintegrasi, diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan instrumen yang menjamin
terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan
kebijakan pendapatan maupun belanja daerah. Agar APBD dapat disusun
dan dilaksanakan dengan baik dan benar, maka landasan administratif
dalam pengelolaan anggaran daerah yang mengatur antara lain prosedur
dan teknis penganggaran harus diikuti secara tertib dan taat azas.
Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah,
antara lain adalah:
1. pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur
secararasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,
sedangkan

belanja

yang

dianggarkan

merupakan

batas

tertinggi

pengeluaran belanja;
2. penganggaran pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan
daerah dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan
kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam
APBD/Perubahan APBD;
3. semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan
harus dimasukkan dalam APBD dan dibukukan dalam rekening Kas Umum
Daerah.

Aspek

penting

dalam

penyusunan

anggaran

adalah

penyelarasan

kebijakan (policy), perencanaan (planning) dengan penganggaran (budget)


antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah agar tidak tumpang
tindih.
A. Kinerja
Keuangan
Masa Lalu
1. Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah Kabupaten Wonosobo dikelola sesuai dengan
ketentuan dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU
No.

tahun

2004

tentang Perbendaharaan

Negara,

Peraturan

Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,


Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 tahun 2006 jo.
Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, serta peraturan perundang-undangan lain yang
terkait.
Pengelolaan
pengelolaan

keuangan
keuangan

daerah

meliputi

kekuasaan

daerah, asas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD,


pelaksanaan

APBD,

penatausahaan

keuangan

pertanggungjawaban
pengelolaan
pengelolaan

perubahan
daerah,

pelaksanaan

keuangan

BUMD,

APBD,
akuntansi
APBD,
pembinaan

pengelolaan

kas,

keuangan

daerah,

kerugian

daerah,

dan

pengawasan

keuangan daerah, serta sistem informasi keuangan

daerah.
Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah
menjadi komitmen
pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo adalah bahwa : keuangan
daerah

dikelola secara

tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung


jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat
untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam
suatu sistem terintegrasi, diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan instrumen
yang

menjamin terciptanya

disiplin dalam

proses

pengambilan

keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja


daerah.Agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik dan
benar, maka landasan administratif dalam pengelolaan anggaran
daerah yang mengatur antara lain prosedur dan teknis penganggaran
7
0

harus diikuti secara tertib dan taat azas.


Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran
daerah, antara
lain
adalah:
1. pendapatan

yang

direncanakan

merupakan

perkiraan

yang

terukur secararasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber


pendapatan,

sedangkan

belanja

yang dianggarkan merupakan

batas tertinggi pengeluaran belanja;

7
0

2. penganggaran

pengeluaran

harus

didukung

oleh

kepastian

penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan


melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi
anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD;
3. semua penerimaan
dan
dalam
tahun

pengeluaran daerah
anggaran
yang

bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dibukukan


dalam rekening Kas Umum Daerah.
Aspek

penting

penyelarasan

dalam

penyusunan

anggaran

adalah

kebijakan (policy), perencanaan (planning) dengan

penganggaran (budget) antara pemerintah pusat dengan pemerintah


daerah agar tidak tumpang tindih. Penyusunan APBD pada dasarnya
bertujuan

untuk

menyelaraskan

kebijakan

ekonomi

makro

dan

sumber daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara


tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi
pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. Perubahan APBD
dimungkinkan jika terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan
asumsi kebijakan umum APBD, terdapat keadaan yang menyebabkan
harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar
kegiatan, dan antar jenis belanja, serta terjadi

keadaan

yang

menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya dan harus


digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun berjalan. Dalam rangka
pengelolaan keuangan
pemerintah

daerah

daerah
wajib

yang

akuntabel

menyampaikan

dan

transparan,

pertanggungjawaban,

berupa : 1) Laporan Realisasi Anggaran, 2) Neraca,


3) Laporan Arus Kas, dan 4) Catatan atas Laporan Keuangan yang
disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan dan diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
2. Pendapatan Daerah.
Pendapatan Daerah tahun anggaran 2006 - 2010 mengalami
peningkatan.
Wonosobo

Proporsi

menunjukkan

pendapatan

terhadap

kecenderungan

APBD

meningkat

Kabupaten
sebagaimana

dalam tabel dibawah ini :

13
2

Tabel III.1
ANGGARAN PENDAPATAN KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN ANGGARAN 2006
-2010
ANGGARAN PENDAPATAN T.A. :
(Dalam Jutaan Rupiah)

NO

URAIAN PENDAPATAN
2006

PENDAPATAN ASLI
DAERAH

a.

Pajak Daerah

b.

Retribusi Daerah
Pengelolaan
Kekayaan

c.

Daerah yang dipisahkan

d.

Lain-lain PAD yg sah

DANA PERIMBANGAN
a.
P.
b.

Bagi Hasil Pajak / Bukan

c.

Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Umum

2007

2008

2009

25.53 31.979
4
4.053 4.684

36.903 51.681

16.731 14.025

23.076

5.200

1.211 1.128

1.602

3.539 12.142

7.025

422.54 452.04
9
3
16.936 16.977

29.979

13.015

11.502

Prosent
a
se rata2
thd
Total
Rata-2
Pendap
a tan

7,05

4.917

0,83

25.337

4,26

2.240

0,38

9.445

1,59

540.50 492.368
7
42.804 27.950

82,74

431.743 442.370 410.204

68,93

67.019

9,11

21.31 43.939
0
-

48.626 73.890

b. Bg. Hasil Pajak Prov.&


Pem.
c. Dn Penyesuaian & Otsus

12.076 15.138

15.323

10.000

9.234 18.801

d. Bankeu dr Prov/Pemda
lain

42.874

3.487 3.771

LAIN-LAIN PENDAPATAN
YG. SAH
a. Pendapatan Hibah

63.597 41.939

5.200 5.450

509.25 537.48
9
3
24.312 38.721

359.72 389.518 427.66


3
7
45.890 45.548 57.280

2010

Jumlah
Rata-2
20062010
(000.00
0 )

55.333

54.214

4,70

116.04 60.761
0
6.500
1.300

10,21

18.823

19.150

16.102

2,71

11.163

43.378

69.616

26.831

4,51

22.140

11.689

20.774

16.528

2,78

0,22

JUMLAH PENDAPATAN

469.39 527.96 594.78 663.05 720.14 595.06


3 Kabupaten
1
8
4
4
8
Sumber: Perda Perubahan APBD
Wonosobo
TA. 2006-20010

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wonosobo dalam tahun


anggaran 2006- 2010 memberikan kontribusi terhadap APBD rata-rata
sebesar 7,05 %. Penerimaan daerah dari pendapatan asli daerah
terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan
daerah

yang

dipisahkan

dan

lain-lain

pendapatan

asli

daerah.

Retribusi daerah merupakan penyumbang terbesar terhadap perimaan


pendapatan asli daerah dan memberikan kontribusi terhadap APBD
rata-rata sebesar 4,26 %.
Penerimaan daerah dari dana perimbangan untuk Kabupaten
Wonosobo dalam tahun anggaran 2006-2010 adalah merupakan
pemberi kontribusi terbesar terhadap APBD rata-rata sebesar 82,74
%. Dana perimbangan terdiri dari bagi hasil pajak / bukan pajak, Dana

Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK).


Umum

Dana Alokasi

merupakan

penyumbang

terbesar

terhadap

perimaan

Dana

Perimbangan dan memberikan kontribusi terhadap APBD rata-rata


sebesar 68,93 %.
Lain-lain Pendapatan Yang Sah terdiri dari pendapatan hibah,
bagi hasil pajak
provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan
otonomi khusus dan bantuan keuangan dari provinsi / pemerintah
daerah lain. Selama tahun anggaran 2006- 2010 Lain-lain Pendapatan
Yang Sah memberikan kontribusi terhadap APBD rata-rata sebesar
10,21 %.
3. Belanja Daerah
Struktur belanja dalam APBD Kabupaten Wonosobo terdiri dari
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Proporsi Belanja
selama kurun tahun anggaran 2006- 2010 dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini :
Tabel III.2
ANGGARAN BELANJA KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN
ANGGARAN 2006 -2010
ANGGARAN BELANJA TAHUN
ANGGARAN
(Dalam Jutaan Rupiah)
NO.

URAIAN BELANJA
2006

1
1

2
BELANJA TIDAK
LANGSUNG
a. Belanja Pegawai
b.

Belanja Hibah

c.

Belanja Bantuan Sosial

d. Belanja Bantuan
Keuangan
e. Belanja Bunga
f.

Jumlah

Belanja Tidak Terduga

BELANJA LANGSUNG

2007

2008

2009

268.63
2
222.13
3
20.96
3
408

320.00
3
264.33
9
13.95
2
3.212

395.80
4
322.67
2
10.01
6
1.658

430.24
0
419.69
7
38.39
6
868

22.12
8
-

34.50
0
-

59.45
8
1.366

3.000

4.000

2.000

2010
7

506.28
5
318.13
1
19.01
9
1.66
4
44.95
42.84
8
6
273
0,04
1.000

2.26
0

192.60 245.34 265.57 289.51 215.74


3
6
6
0
0

Rata-2 Rata2006- rata


Thd.
2010
Total
Rata-2
(000.00
Bel.
8
9
384.19
3
50,82

61,3
8
50,86

3,04

3,03

0,27

0,27

6,84

6,85

273

0,04

0,36

0,36

241.75
5

38,6
2

Belanja Langsung Eks


BAU

* RSU
* SKPD Non RSU
Belanja Langsung
BOP/BM

* Spesifik Grant

50.60
7

56.25
6

55.44
2

50.83
6

60.72
1

16.90
1

13.33
1

14.89
2

23.68
0

17.25
1

33.70
6

42.92
5

40.55
0

37.04
1

37.52
2

141.99 189.09 210.13 238.67 155.01


6
0
4
4
9
55.12

JUMLAH BELANJA

74.34

90.58

101.68

54.772
2,7
6
5,9
9
186.98
3

2,76
6,00
29,8
7
14,26

14,3
0

89.48

461.23 565.34 661.38 719.75 722.02

8,7
5

625.94

5 Kabupaten
9
0
0 2006-20010
5
8
Sumber: Perda Perubahan APBD
Wonosobo
TA.

15,59

Proporsi belanja terhadap

total belanja

daerah

Kabupaten

Wonosobo selama tahun anggaran 2006 -2010, untuk belanja tidak


langsung rata-rata sebesar 61,38 % dan belanja langsung rata-rata
sebesar 38, 62 %. Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang
dianggarkan

tidak terkait

secara

langsung

dengan

pelaksanaan

program dan kegiatan untuk tahun anggaran 2006-2010 rata-rata


dialokasikan sebesar 61,38 % dari total belanja, meliputi:
a. Belanja

pegawai

terdiri

dari

belanja

gaji

dan

tunjangan,

tambahan penghasilan pegawai, penerimaan lainnya pimpinan dan


Anggota DPRD serta Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah dan
biaya pemungutan pajak daerah selama tahun anggaran 20062010 rata-rata dialokasikan sebesar 50,86 % dari total belanja.
b. Belanja bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas
pinjaman Daerah, untuk
tahun anggaran 2006-2009 tidak mengalokasikan belanja bunga
sedangkan untuk tahun anggaran 2010 mengalokasikan belanja
bunga karena pada tahun anggaran 2009 melakukan pinjaman
daerah.
c. Subsidi,

digunakan

untuk

menganggarkan

bantuan

biaya

produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual


produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat
banyak, untuk tahun anggaran 2006-2010 tidak mengalokasikan
belanja subsidi.
d. Belanja hibah, yaitu pemberian hibah untuk dalam bentuk uang,
barang dan/atau
jasa kepada pemerintah, kelompok masyarakat / perorangan yang
secara

spesifik telah ditetapkan peruntukkannya, untuk kurun

tahun anggaran 2006-2010 rata-rata dialokasikan sebesar 3,03 %


dari total belanja.
e. Bantuan Sosial, yaitu bantuan sosial organisasi kemasyarakatan
untuk kurun tahun anggaran 2006-2010 rata-rata dialokasikan
sebesar 0,27 % dari total belanja.
f. Belanja Bagi Hasil, meliputi belanja bagi hasil pajak daerah
dan

retribusi

daerah

kepada

Kabupaten/Kota,

untuk

tahun

anggaran 2006-2010 tidak mengalokasikan belanja bagi hasil.


g. Bantuan Keuangan, belanja bantuan keuangan di Kabupaten
Wonosobo dialokasikan
untuk Alokasi Dana Desa, Tunjangan Penghasilan Perangkat Desa
dan Kopensasi perangkat Desa yang berakhir masa jabatannya, dan

bantuan keuangan untuk partai politik, selama tahun anggaran


2006-2010 rata-rata dialokasikan sebesar 6,85 % dari total belanja.
h. Belanja tak terduga, untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa
atau tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam, dan bencana
sosial

yang

tidak

diperkirakan

sebelumnya,

pengembalian atas kelebihan penerimaan

termasuk

daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup, selama tahun


anggaran 2006- 2010 rata-rata dialokasikan sebesar 0,36 % dari
total belanja.
Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait
langsung dengan
program dan kegiatan, selama tahun anggaran 2006-2010 rata-rata
dialokasikan sebesar 38,62 % dari total belanja, meliputi :
a. Belanja Pegawai, Belanja Pegawai, untuk pengeluaran honorarium
PNS, honorarium non PNS dan uang lembur yang terkait dengan
program kegiatan.
b. Belanja Barang dan Jasa, Belanja Barang dan Jasa, untuk
pengeluaran bahan habis pakai, bahan material, jasa kantor, premi
asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak dan penggandaan,
sewa alat berat, sewa perlengkapan, sewa perlengkapan dan alat
kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya,
pakaian

kerja, pakaian

pendidikan

PNS,

kursus,

khusus,

perjalanan

dinas,

pelatihan, sosialisasi

dan

bea

siswa

bimbingan

teknis, perjalanan pindah tugas, pemeliharaan bangunan (gedung,


jalan, jembatan, alat-alat berat) dan lain sebagainya.
c. Belanja Modal, untuk pengeluaran pengadaan tanah, alat-alat
berat, alat-alat angkutan di darat bermotor, alat-alat angkutan
darat tidak bermotor, alat-alat angkutan di air bermotor, alat-alat
angkutan

di

pengolahan

air

tidak

pertanian

bermotor,
dan

alat-alat

peternakan,

bengkel,

alat-alat

peralatan

kantor,

perlengkapan kantor, komputer dan lain-lain.


Aplikasi Belanja langsungdikabupaten
dialokasikan

Wonosobo sudah

berdasarkan alokasi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta


Belanja Modal sebagaimana tersebut di atas, akan tetapi untuk lebih
memudahkan analisa kebutuhan belanja khususnya belanja langsung
di Kabupaten Wonosobo diklasifikasikan menjadi Belanja Langsung
Eks Belanja Administrasi Umum dan Belanja Eks Belanja Operasi
Pemeliharaan (BOP) serta Belanja Modal (BM).
Selama tahun anggaran 2006-2010 Belanja Langsung Eks
Belanja Administrasi
Umum rata-rata dialokasikan sebesar 8,75 % dari total belanja.
Sedangkan untuk Eks Belanja Operasi dan Pemeliharaan (BOP) serta
Belanja Modal (BM) tahun anggaran 2006-2010 rata-rata dialokasikan
sebesar 29,87 % dari total belanja

4. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah, adalah meliputi semua transaksi keuangan
untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus, elama kurun
tahun anggaran 2006-2010 dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel III.3
DATA SURPLUS/ DEFISIT APBD TAHUN ANGGARAN 2006-2010

NO.

TAHUN ANGGARAN :
(Dalam Jutaan Rupiah)

URAIAN
2006

2007

2008

2009

2010

SURPLUS / DEFISIT

8.15 (37.41 ( 6.591 (56.69 (1.879


6
2)
)
5)
)
Sumber: Perda Perubahan APBD Kabupaten Wonosobo TA. 2006-2010

Tabel III.4
PEMBIAYAAN DAERAH KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN ANGGARAN
2006 -2010
PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN :
(Dalam Jutaan Rupiah)
NO.

URAIAN PEMBIAYAAN
2006

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

a. Silpa tahun lalu

2008

2009

2010

29.303 55.850 68.231 68.059 40.470


29.165

52.964

66.181

44.410

36.448

b. Pencairan dana cadangan

2.301

c. Penerimaan Dana Talangan

1.500

23.00

2.88

2.05

13

350

299

91

d. Penerimaan Pinjaman
e. Penerimaan Piutang

138
-

f. Divestasi saham Bank Jateng


2

2007

PENGELUARAN PEMBIAYAAN

37.459 18.438 1.640


-

387

299

2.561

7.905

1.64

11.065

14.09

34.553

10.146

23.000

1.500

a. Pembentukan Dana Cadangan


b. Penyertaan Modal
c. Pembayaran Hutang JT

d. Pengeluaran Dana Talangan


e. Silpa Tahun berjalan

11.364 38.591

345

PEMBIAYAAN NETTO
(8.156 37.412 66.591 56.695 1.879
)
Sumber: Perda Perubahan APBD Kabupaten Wonosobo
TA. 2006-2010

Pembiayaan Daerah terdiri dari :


a. Penerimaan Pembiayaan, mencakup :
- Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya
(SiLPA)
- Pencairan dana cadangan

- Penerimaan Dana Talangan


- Penerimaan pinjaman daerah
- Penerimaan piutang daerah
- Divestasi saham
b. Pengeluaran Pembiayaan,
- Pembentukan dana cadangan
- Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah
- Pembayaran Pokok Utang
- Pengeluaran Dana Talangan
- Silpa tahun anggaran berjalan.
B. Analisa Kemampuan Keuangan
Daerah.
Evaluasi selama 5 (lima) tahun anggaran yang telah berjalan
sebagaimana

digambarkan

tersebut

di

atas

disampaikan

untuk

menganalisa potensi kemapuan keuangan daerah kurun waktu 5 (lima)


tahun yang akan datang, dengan menggunakan asumsi-asumsi dapat
diprediksikan sebagaimana tersebut dalam tabel di bawah ini :
Tabel III.5
PROYEKSI APBD TAHUN ANGGARAN 2010 - 2015
NO

URAIAN

I.

PENDAPATAN

1.

PENDAPATAN
ASLI DAERAH
- Pajak Daerah
-

Retribusi Daerah

2.

3.

PREDIK
SI APBD
2011
60.314.879.
680
6.150.500.0
00
9.750.633.5
00
5.656.852.0

PREDIK
SI APBD
2012
61.763.937.
274
6.273.510.0
00
9.945.646.1
70
5.769.989.0

PREDIK
SI APBD
2013
71.999.216.
019
15.398.980.2
00
10.144.559.0
93
5.885.388.8

Pengelolaan
Kekayaan Daerah
00
40
21
yg
dipisahkan
- Lain-lain
38.756.894.1
39.774.792.0
40.570.287.9
Pendapatan
80
64
05
Asli Daerah
yg sah
% PAD
TERHADAP
6,97
7,00
7,92
APBD
DANA
590.120.642. 601.923.055. 613.961.516.
PERIMBANGAN
787
- Bagi Hasil Pajak /
41.784.329.7 643
42.620.016.3 756
43.472.416.7
87
83
10
Bukan Pajak
- Dana Alokasi
486.041.113.0 495.761.935.2 505.677.173.9
00
- Umum
Dana Alokasi
62.295.200.0 60
63.541.104.0 65
64.811.926.0
Khusus
% D.PERIMB.
THD
APBD
LAIN-LAIN
PENDAPATAN
SAH
-YANG
Pendapatan
Hibah
-

Bagi Hasil Pajak


Provinsi &
Pemda
- Lainnya
Dana Penyesuaian
dan Otonomi
Khusus
- Bantuan
Keuangan
dari Prov / Pemda
lainnya
% LAIN-LAIN
PYS
Thd.
APBD

PREDIKSI
APBD 2014

73.439.200.
339
15.706.959.8
04
10.347.450.2
75
6.003.096.5
97

PREDIK
SI APBD
2015
74.907.984.
346
16.021.099.0
00
10.554.399.2
81
6.123.158.5
29

41.381.693.6
63
7,92

JUMLAH
RATA-RATA

68.485.043.
532
11.910.209.8
01
10.148.537.6
64
5.887.696.9
97

42.209.327.5
36
7,92

40.538.599.0
70
7,54

626.240.747. 638.765.562. 614.202.304.


091
44.341.865.0 033
45.228.702.3 862
43.489.466.0
45
45
54
515.790.717.4 526.106.531.7 505.875.494.2
45
66.108.164.6 93
67.430.327.8 93
64.837.344.5

00

00
80
02
94
15
68,1
68,1
67,5
67,5
67,5
67,7
9
8
0
0
0
8
214.959.990. 219.187.790. 223.571.546. 228.042.977. 232.603.836. 223.673.228.
551
362
169
093
634
162
7.500.000.0
7.650.000.0
7.803.000.0
7.959.060.0
8.118.241.2
7.806.060.2
00
00
00
00
00
40
18.970.263.5
19.349.668.8
19.736.662.1
20.131.395.4
20.534.023.3
19.744.402.6
51
22
98
42
51
73
117.431.107.0
00
71.058.620.0
00

119.708.329.1
40
72.479.792.4
00

122.102.495.7
23
73.929.388.2
48

124.544.545.6
37
75.407.976.0
13

127.035.436.5
50
76.916.135.5
33

122.164.382.8
10
73.958.382.4
39

24,8
4

24,8
3

24,5
8

24,5
8

24,5
8

24,6
8

JUMLAH
PENDAPATAN
DAERAH

865.395.513. 882.874.783. 909.532.278. 927.722.924. 946.277.383. 906.360.576.


018
278
944
523
013
555

II.

BELANJA

BELANJA TIDAK
LANGSUNG
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Hibah
c. Belanja Bantuan
Sosial
d. Belanja Bantuan
Keuangan
e. Belanja Bunga
f.

Belanja Tidak
Terduga
% BTL TERHADAP
BELANJA
BELANJA
LANGSUNG
a. Belanja Langsung
Eks
BAU
-RSUD
-SKPD SeKab.Wonosobo
b. Belanja Langsung
BOP/BM
-Spesifc Grant
* DAK
* Bant. Provinsi
* DBHCHT (Cukai
Tembakau
* DPPIP
* BEC
* DPID
* BOS
-APBD Murni
* Pendamping
DAK
* Pendamping
BEC
* Penunjang DAK
* Penunjang
Bant. Provinsi
* Penunjang
DPPIP
* Penunjang DPID

III.

* Penunjang PIP
APBN
*Penunjang
PNPN
(Kota+Desa)
* Kegiatan
BOP/BM Seluruh
SKPD
% BL
TERHADAP
BELANJA
JUMLAH BELANJA
DAERAH ..
E F I S I T / S U R
D
PLU
S .
P
EMBIAYAAN

A.

PENERIMAAN
1. SILPA TAHUN LALU

B.

2. PENCAIRAN DANA
CADANGAN
3. PENERIMAAN
DANA
TALANGAN
4. KET.
PENERIMAAN
PIUTANG
5. DIVESTASI
SAHAM BANK
P EJATENG
NGELUARA
N
1. PEMBENTUKA
N DANA
CADANGAN
2. PENYERTAAN
MODAL
- PDAM
- Bank Jateng

527.539.350.
543
457.016.361.5
75
21.712.488.9

543.132.877.
554
466.148.688.8
07
27.616.638.7

553.568.770.
105
475.463.662.5
83
28.179.366.5

564.203.900.
257
484.964.935.8
34
28.753.868.6

575.042.278.
750
494.656.234.5
51
29.340.406.4

552.697.435.
442
475.649.976.6
70
27.120.553.8

68
2.352.500.0
00
45.458.000.0
00
-

47
2.399.550.0
00
45.468.000.0
00
-

22
2.447.541.0
00
45.478.200.0
00
-

03
2.496.491.8
20
45.488.604.0
00
-

62
2.546.421.6
56
45.499.216.0
80
-

61
2.448.500.8
95
45.478.404.0
16
-

1.000.000.0
1.500.000.0
2.000.000.0
2.500.000.0
3.000.000.0
00
00
00
00
00
59,0
59,3
59,4
59,4
59,5
2
3
0
6
2
366.229.596. 372.244.520. 378.379.742. 384.637.668. 391.020.754.
425
64.980.910.9 135
64.980.910.9 319
64.980.910.9 947
64.980.910.9 107
64.980.910.9
30
30
30
30
30
27.920.000.0
27.920.000.0
27.920.000.0
27.920.000.0
27.920.000.0
00
00
00
00
00
37.060.910.9
37.060.910.9
37.060.910.9
37.060.910.9
37.060.910.9
30
30
30
30
30
301.248.685.4 307.263.609.2 313.398.831.3 319.656.758.0 326.039.843.1
95
05
89
17
77
202.852.738.3 206.909.793.1 211.047.988.9 215.268.948.7 219.574.327.7
45
62.295.200.0 12
63.541.104.0 74
64.811.926.0 54
66.108.164.6 29
67.430.327.8

2.000.000.0
00
59,3
5
378.502.456.
387
64.980.910.9
30
27.920.000.0
00
37.060.910.9
30
313.521.545.4
57
211.130.759.3
83
64.837.344.5

00
62.296.425.0
00
5.016.022.3

00
63.542.353.5
00
5.116.342.7

80
64.813.200.5
70
5.218.669.6

02
66.109.464.5
81
5.323.043.0

94
67.431.653.8
73
5.429.503.9

15
64.838.619.5
05
5.220.716.3

45
3.868.000.0
00
1.000.000.0

92
3.945.360.0
00
1.020.000.0

48
4.024.267.2
00
1.040.400.0

41
4.104.752.5
44
1.061.208.0

02
4.186.847.5
95
1.082.432.1

45
4.025.845.4
68
1.040.808.0

00
22.770.000.0
00
45.607.091.0

00
23.225.400.0
00
46.519.232.8

00
23.689.908.0
00
47.449.617.4

00
24.163.706.1
60
48.398.609.8

60
24.646.980.2
83
49.366.582.0

32
23.699.198.8
89
47.468.226.6

00
98.395.947.1
50
6.229.520.0

20
100.353.816.0
936.354.110.4

76
102.350.842.4
156.481.192.6

26
104.387.809.2
636.610.816.4

22
106.465.515.4
486.743.032.7

29
102.390.786.0
746.483.734.4

00
200.000.0
00
1.245.904.0

00
200.000.0
00
1.270.822.0

08
200.000.0
00
1.296.238.5

60
200.000.0
00
1.322.163.2

89
200.000.0
00
1.348.606.5

52
200.000.00
0
1.296.746.8

00
1.421.172.4
00
77.360.00
0
455.400.0
00
70.000.00
0
232.500.0
00
88.464.090.7
50
40,9
8
893.768.946.
968
(28.373.433.
950)

80
1.449.595.8
48
78.907.20
0
464.508.0
00
70.000.00
0
232.500.0
00
90.233.372.5
65
40,6
7
915.377.397.
689
(32.502.614.
410)

22
1.478.587.7
65
80.485.34
4
473.798.1
60
70.000.00
0
232.500.0
00
92.038.040.0
16
40,6
0
931.948.512.
424
(22.416.233.
480)

92
1.508.159.5
20
82.095.05
1
483.274.1
23
70.000.00
0
232.500.0
00
93.878.800.8
17
40,5
4
948.841.569.
204
(21.118.644.
681)

58
1.538.322.7
11
83.736.95
2
492.939.6
06
70.000.00
0
232.500.0
00
95.756.376.8
33
40,4
8
966.063.032.
857
(19.785.649.
844)

90
1.479.167.6
49
80.516.90
9
473.983.97
8
70.000.00
0
232.500.00
0
92.074.136.1
96
40,6
5
931.199.891.
828
(24.839.315.
273)

38.123.433.
950
36.493.433.9

40.502.614.
410
38.872.614.4

30.416.233.
480
28.786.233.4

29.118.644.
681
27.488.644.6

22.785.649.
844
21.155.649.8

32.189.315.
273
30.559.315.2

50

10

80

81

44

73

1.500.000.0
00
130.000.00
0
9.750.000.
000
8.250.000.0
00
8.250.000.0
00
-

1.500.000.0
00
130.000.00
0
-

1.500.000.0
00
130.000.00
0
-

1.500.000.0
00
130.000.00
0
-

1.500.000.0
00
130.000.00
0
-

8.000.000.
000
5.000.000.0
00
1.500.000.0
00
-

8.000.000.
000
5.000.000.0
00
1.500.000.0
00
-

8.000.000.
000
5.000.000.0
00
1.500.000.0
00
-

3.000.000.
000
-

1.500.000.0
00

1.500.000.0
00

1.500.000.0
00

1.500.000.0
00

1.500.000.0
00
-

1.500.000.0
00
130.000.00
0
7.350.000.
000
3.000.000.0
00
2.850.000.0
00
1.650.000.0
00
1.200.000.0
00

3.
PEMBAYARAN
HUTANG JATUH
TEMPO
4
DANA
TALANGAN
PANGAN
5 KET.
PENYERTAAN
MODAL
BAK JATENG
PEMBIAYAAN
NETTO
...
KEKURANGAN
DANA

1.500.000.0
00
-

1.500.000.0
00
-

1.500.000.0
00
-

1.500.000.0
00
-

1.500.000.0
00
-

1.500.000.0
00
-

28.373.433.
950
-

32.502.614.
410
(0)

22.416.233.
480
(0)

21.118.644.
681
(0)

19.785.649.
844
(0)

24.839.315.
273
(0)

Sumber: DPPKAD Kabupaten Wonosobo

1. Pendapatan Daerah
Proyeksi Pendapatan Asli Daerah dalam tahun anggaran 2011
2015 diasumsikan terjadi peningkatan rata-rata sebesar 5,74 % dan
memberikan kontribusi terhadap APBD rata-rata sebesar 7,54 % .
Penerimaan

daerah

dari

dana

perimbangan

untuk

Kabupaten

Wonosobo dalam tahun anggaran 2010 - 2015 diasumsikan terjadi


peningkatan rata-rata sebesar 2,00 % dan masih merupakan pemberi
kontribusi terbesar terhadap APBD rata-rata sebesar 67,78 %.
Lain-lain Pendapatan Yang Sah dalam tahun anggaran 2010 2015 diasumsikan terjadi peningkatan rata-rata sebesar 1,99 % dan
masih memberikan kontribusi terhadap APBD rata-rata sebesar 24,68
%.
2. Belanja Daerah
Proporsi belanja terhadap

total belanja

daerah

Kabupaten

Wonosobo selama tahun anggaran 2011 -2015, untuk belanja tidak


langsung diasumsikan rata-rata sebesar 59,35 % dan belanja langsung
rata-rata sebesar 40,65 %. Proporsi terbesar belanja tidak langsung
adalah belanja gaji pegawai terhadap total belanja diasumsikan ratarata sebesar 51,08 % , belanja bantuan keuangan yang terdiri dari
Alokasi Dana Desa, Tunjangan Tambahan Penghasilan Perangkat Desa,
bantuan

partai

politik,

serta

stimulan

pembangunan

pedesaan

terhadap total belanja diasumsikan rata-rata sebesar 4,88 %, dan


belanja hibah terhadap total belanja diasumsikan rata rata sebesar
2,91 % Belanja langsung selama tahun anggaran 2011 -2015 yang
terdiri dari :
a. Belanja Langsung Eks Belanja Administrasi Umum (BAU)
Proporsi belanja langsung eks BAU terhadap total belanja
diasumsikan rata-rata sebesar 6,98 %.
b. Belanja Operasi Pemeliharaan (BOP) dan Belanja Modal (BM)

terhadap total belanja diasumsikan rata-rata dengan proporsi


sebesar 33,67 %, meliputi :
1. Proporsi Belanja Langsung BOP/BM yang bersumber dana
spesifik grant terhadap total belanja diasumsikan rata-rata
sebesar 22,67 %

2. Proporsi Belanja Langsung BOP/BM yang bersumber dana APBD


Murni (Belanja untuk Pendamping, Penunjang serta Kegiatan
untuk semua SKPD) terhadap total belanja diasumsikan rata-rata
sebesar 10,99 %
Catata
n:
Proporsi untuk mengalokasikan anggaran untuk mendanai
program dan kegiatan untuk semua SKPD diluar program
kegiatan yang bersumber dana sepsifik grant (DAK, DPPIP,
DPDF&PPD, Bantuan Provinsi dan lain-lain) selama tahun
anggaran 2010 - 2015 adalah terhadap total belanja
diasumsikan rata- rata sebesar 8,67 %.
3. Pembiayaan Daerah
a. Penerimaan Pembiayaan, khususnya dari Penerimaan Sisa lebih
perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) selama
tahun anggaran 2010 - 2015 diasumsikan tiap tahunya terjadi
penurunan

hal

ini

menunjukkan

bahwa

tingkat perencanaan

dalam mengalokasikan anggaran semakin baik dan realistis.


b. Pengeluaran Pembiayaan, untuk tahun anggaran 2010 - 2015
diasumsikan perlu megalokasikan dana cadangan untuk Pemilu
Kada Tahun 2015.

8
0

BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
A. Permasalahan Pembangunan
Permasalahan

pembangunan

yang

disajikan

adalah

permasalahan pada penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang


relevan yang berdasarkan

analisis yang merujuk pada identifikasi

permasalahan pembangunan daerah dalam perumusan rancangan awal


RPJMD. Paparan tantangan dan permasalahan ini merupakan temuan
dari analisis data primer yang dilakukan melalui proses Focus Group
Discussion (FGD) dan data sekunder dari dokumen-dokumen APBD, BPS
dan

dokumen

lain

yang

terkait

dengan berbagai tantangan dan

permasalahan di Kabupaten Wonosobo. Tantangan dan permasalahan


tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa bidang. Yaitu:
1. Bidang Ekonomi
a. Pertumbuhan ekonomi yang belum menggembirakan dimana pada
tahun 2009 hanya mencapai angka 4,02%, masih dibawah angka
pertumbuhan

Provinsi

Jawa

Tengah yang sebesar 4,7%, dan

nasional sebesar 4,5%. Hal ini disamping sangat terkait dengan


kebijakan ekonomi nasional dan regional, juga terkait dengan
persoalan

keterbatasan

kemampuan

ekonomi,

terutama

menyangkut faktor-faktor produksi sebagian besar masyarakat. Oleh


karena itu, kedepan perlu dilakukan berbagai upaya percepatan
pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan sebanyak mungkin
masyarakat.
b. Masih lambannya pengentasan kemiskinan sehingga penduduk yang
hidup dibawah
garis kemiskinan (Pra KS dan KS I) masih cukup tinggi yaitu
sejumlah 51,64 % pada tahun 2009, hal ini tentu menimbulkan
kesenjangan
mempercepat
kesenjangan,

ekonomi

antar

pengentasan
pertumbuhan

warga

masyarakat.

kemiskinan
ekonomi

dan

yang

ada

Untuk

mengurangi
harus

dapat

memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya dan lebih merata ke


sektor-sektor pembangunan, yang banyak menyediakan lapangan
kerja. Pertumbuhan ekonomi melalui investasi, diharapkan dapat
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Usaha mikro, kecil, dan
menengah, diharapkan juga dapat tumbuh dan berkembang dengan
sehat agar dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing
daerah

yang

lebih

baik.

Harapan

untuk

meningkatkan
14
8

pertumbuhan ekonomi dapat dicapai jika para pekerja tersebut


dilengkapi

dengan

keahlian,

kompetensi,

kemampuan

untuk

bekerja (employable) dan disiapkan untuk menghadapi persaingan


global dalam pasar kerja. Pendidikan saja tidak cukup, karena
banyak para pekerja masih belum siap untuk memasuki pasar
kerja.

14
9

c. Meskipun biaya untuk penyediaan infrastruktur (Jalan, Air Bersih,


Listrik dan Irigasi) sudah disediakan cukup banyak, tetapi masih
ditemukan

kesenjangan

infrastruktur

harus

infrastruktur. Untuk

tetap

menjadi

itu

prioritas

pembangunan
pembangunan.

Percepatan pertumbuhan ekonomi jelas membutuhkan tambahan


kuantitas

dan

perbaikan

kualitas

infrastruktur.

Revilitalisasi

pertanian tidak mungkin berhasil tanpa infrastruktur yang memadai,


mengingat biaya pemasaran makin dominan dalam struktur biaya
akhir suatu komoditas pertanian. Keluarga miskin tidak akan
mampu ikut dalam gelombang pertumbuhan ekonomi jika terisolasi
akibat ketiadaan infrastruktur. Masalah lingkungan hidup seperti
polusi air, udara dan tanah, atau banjir di lingkungan perkotaan
memiliki keterkaitan yang kuat dengan ketiadaan infrastruktur yang
memadai.
2. Sosial Budaya dan Lingkungan
a. Belum meratanya akses pendidikan yang berkualitas baik sarana
prasrana maupun layanan pendidikan itu sendiri. Pemanfatan dana
BOS yang belum optimal juga menghambat efektiftas peningkatan
kualitas pendidikan. Hal tersebut berimplikasi pada tantangan
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, serta
pembebasan

biaya

pendidikan

khususnya

pendidikan

dasar.

Selain itu mutu, relevansi dan daya saing pendidikan yang masih
relatif rendah, akan menghambat pembangunan kualitas sumber
daya manusia yang berdaya saing dan komptensi tinggi.
b. Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan bagi masyarakat,
memang sudah
cukup banyak, akan tetapi kesenjangan atas derajad kesehatan
masyarakat
pelayanan
kualitas

masih terasa.
kesehatan

SDM.

yang

Disamping

Terbatasnya

aksesibilitas

berkualitas, baik
itu,

dengan

terhadap

sarana

melihat

mupun

pengalaman

pemberian jaminan kesehatan masyarakat dengan birokrasi yang


begitu rumit, kedepan perlu dilakukan pemberian jaminan asuransi
kesehatan kepada semua warga masyarakat Wonosobo, dan tidak
hanya kepada mereka yang memiliki kartu Jaminan Kesehatan
Masyarakat. Dengan penduduk yang sehat baik secara jasmani
maupun rohani, maka mereka akan mampu melakukan proses
produksi

secara

optimal,

sehingga

akan

berdampak

pada

percepatan pertumbuhan ekonomi lokal.


c. Daya

dukung

lingkungan

yang

semakin

rendah

akibat

dari

degradasi yang tidak terkendali sebagai damapak dari proses


pergerakan sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi perlu terus
utnuk ditingkatkan, tetapi dengan

tidak merusak lingkungan

hidupkarena

hidup

kerusakan

lingkungan

akan

menyebabkan

pertumbuhan ekonomi tidak berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan


dan sumber daya alam yang

tidak tepat akan mengakibatkan sumber daya menyusut lebih


cepat dan dengan mudah mengembalikan krisis pangan dan
energi seperti yang terjadi tahun 2007- 2008 yang lalu. Kerusakan
lingkungan hidup mengakibatkan biaya hidup meningkat yang
pada gilirannya menurunkan kualitas hidup. Kerusakan lingkungan
hidup juga diduga menjadi salah satu penyebab utama munculnya
epidemik dan penyakit saluran pernapasan. Dimensi lingkungan
hidup pun makin luas berkaitan dengan perubahan iklim yang
mempunyai keterkaitan kuat dengan kerusakan lingkungan hidup
dan

pembangunan

yang

tidak

ramah

lingkungan.

Ancaman

perubahan iklim ini bukan hanya meningkatkan kemungkinan


terjadinya goncangan yang tidak terduga seperti bencana alam,
tetapi juga dapat mengancam produktivitas dari sumber daya alam.
Jika hal ini terjadi, krisis pangan pun dapat kembali terjadi setiap
saat.
3. Bidang Politik, dan Pemerintahan
a. Masih

kurang

profesionalnya

birokrasi

dalam

proses

penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Untuk


itu

peningkatan

kualitas

birokrasi

harus

pembangunan daerah, sehingga perlu

menjadi

prioritas

untuk mengagendakan

reformasi birokrasi. Keberhasilan reformasi birokrasi merupakan


kunci utama yang membawa Indonesia dalam kancah persaingan
di pasar global dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan.
b. Proses demokratisasi yang masih berjalan lambat, sehingga sejak
1998 hingga saat
ini masih dalam kondisi transisi demokrasi yang apabila tidak
dilakukan

perubahan

dapat

berubah

menjadi

sistem

yang

mobokrasi. Untuk itu, demokrasi yang telah diputuskan sebagai


dasar hidup berbangsa pelaksanaannya harus terus dibenahi.
Konsolidasi demokrasi harus terus diperkuat, karena sebagian
besar masih demokrasi prosedural. Masih banyak esensi demokrasi
yang substansial yang belum mampu dijalankan sepenuhnya.
c. Belum

mantapnya

implementasi

prinsip-prinsip

dalam

desentralisasi dan otonomi daerah. Desentralisasi sejak hampir 10


tahun

lalu

telah

berhasil

dijalankan.

Akan

tetapi

proses

transformasi sistem pemerintahan ini belum berjalan sempurna.


Pemantapan proses desentralisasi melalui penguatan sinergi pusat-

daerah-desa dan antar desa merupakan agenda penting dalam


rangka memperoleh manfaat yang optimal dari integrasi dengan
ekonomi global. Dalam kaitan itu, salah satu langkah strategis
yang harus dilakukan adalah peningkatan kapasitas pemerintah
daerah dan pemerintah desa.

B. Isu Strategis
1. Pelayanan Umum
a. Perencanaan Pembangunan
Perencanaan

pembangunan

diarahkan

kepada

pembangunan

secara komperehensif baik secara fsik maupun non fsik, sehingga


terwujud

keseimbangan

pembangunan

untuk

mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Efektiftas perencanaan pembangunan


sangat bergantung pada good will dan partisipasi dari seluruh
stakeholder. Selain itu pelaksanaan kerjasama dengan daerah lain
dan pihak ketiga dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan

menjadi

faktor

pendukung

dalam

efektiftas

pelaksanaan pembangunan. Hal lain yang mendukung dalam


efektifitas perencanaan pembangunan yaitu pelaksanaan sistem
informasi dan keterpaduan dalam pengelolaan data perencanaan
pembangunan menjadi salah satu isu strategis.
b. Pemerintahan Umum
Perubahan

tatanan

penyelenggaraan

pemerintahan

dengan

prinsip-prinsip good governance mensyaratkan budaya organisasi


yang memiliki kemampuan adaptasi dan penyesuaian terhadap
berbagai

perubahan

paradigma

maupun

regulasi.

Pemerintah

daerah sebagai regulator, harus mampu menciptakan iklim sosial


yang aman, nyaman dan tertib serta iklim ekonomi yang kondusif.
Dalam fungsi sebagai fasilitator, pemerintah daerah di masa
depan harus mampu menyusun kerangka regulasi yang dapat
mewadahi tumbuh berkembangnya budaya partisipasi baik oleh
pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri. Sejalan dengan
tuntutan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik juga
dihadapkan pada permasalahan mengenai SDM aparatur yang
besar secara kuantitas namun rendah dalam kualitas serta jauh
dari tingkat kesejahteraan. Oleh sebab itu tantangan strategis di
masa depan adalah bagaimana pembangunan aparatur pemerintah
mampu menghasilkan ketersediaan SDM aparatur yang secara
kuantitas sesuai dengan kebutuhan organisasi dan secara kualitas
memiliki kompetensi dan moralitas. Tantangan pemerintahan juga
dihadapkan pada tuntutan pelayanan prima yang cepat, tanggap
dan murah. Oleh juga diperlukan perubahan mekanisme kerja dari
manual

menuju

pemanfaatan

otomatisasi

teknologi

sistem

(ofce

otomation)

informasi,

antara

e-procurement,

lain
e-

goverment

dan

lain

sebagainya. Dengan

adanya

Reformasi

birokrasi dan penataan pemerintahan diharapkan lebih menjamin


pelaksanaan

pelayanan publik dan kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan yang berjalan secara efektif dan efisien, menuju good


governance.
c. Kepegawaian

Yang

perlu

diperhatikan

kepegawaian

adalah

dalam

pembangunan

penyempurnaan

di

pengelolaan

PNS

meliputi sistem pembinaan, rekrutmen, pendidikan,


penempatan,

promosi,

dan

mutasi

PNS,

serta

sektor
yang

pelatihan,

peningkatan

kesejahteraan PNS. Pelaksanaan reformasi birokrasi menjadi hal


yang

krusial

untuk

penyelenggaraan

dilaksanakan

pemerintahan

dalam

dan

rangka

pelayanan

perbaikan
masyarakat,

sehingga profesionalisme birokrasi dapat terwujud.


d. Statist
ik
Penyediaan data statistik yang valid dan up to date menjadi
kebutuhan utama bagi proses perumusan kebijakan pemerintah
daerah. Pengelolaan data statistik yang berkualitas diharapkan
dapat menyajikan data-data yang valid, mutahir serta dapat
dipertanggungjawabkan. Pemanfaatan teknologi informasi dalam
pengelolaan

data

dapat

mengefektifkan

dan

mengefisienkan

pengelolaan data.
e. Kearsip
an
Pengelolaan arsip secara baik yang dapat menunjung kegiatan
administrasi

agar

lebih

lancar

seringkali

diabaikan

dengan

berbagai macam alasan. Berbagai kendala seperti kurangnya


tenaga arsiparis maupun terbatasnya sarana dan prasarana selalu
menjadi alasan buruknya pengelolaan arsip di hampir sebagian
besar

instansi pemerintah.

dengan image
sebagai

yang

bidang

Kondisi

semacam

selalu menempatkan

pinggiran

diantara

itu

diperparah

bidang

kearsipan

aktivitas- aktivitas kerja

lainnya.
f. Komunikasi
Informatika

dan

Teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini berkembang


sangat

pesat

menuntut

kesiapan

pengguna

dalam

hal

ini

Pemerintah Daerah dalam memberikan layanan informasi yang


mutakhir.
manusia

Terbatasnya
dalam

kualitas

pengelolaan

dan

kuantitas

teknologi

sumber

informasi

daya

menjadikan

kurang efektifnya pemanfaatan sarana dan prasarana teknologi


informatika. Selain itu perlunya peningkatan kerja sama informasi
dengan berbagai media massa baik cetak maupun elektronik dalam
menyampaikan program dan kebijakan pemerintah sehingga dapat

terwujud

komunikasi

dua

arah

antara

pemerintah

dengan

masyarakat secara intens untuk mendukung pembangunan daerah.


2. Ketertiban dan Ketentraman
Kesatuan
Bangsa,
Politik
perlindungan masyarakat

Dalam

Negeri

dan

Pentingnya peningkatan stabilitas kondisi politik dan keamanan


daerah

untuk

mendukung

penyelenggaraan

kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan

pemerintahan
meningkatkan

serta masyarakat kepedulian kemanan dan ketertiban

serta
peran

lingkungan. Selain itu perlunya kesiapan pemerintah daerah dalam


penanggulangan

dan

pencegahan

bencana

dalam

rangka

perlindungan secara menyeluruh terhadap masyarakat. Peningkatan


ketentraman

dan

ketertiban

dengan

integrasi

dan

integritas

penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat


hukum

kepada

masyarakat

tanpa

pandang

bulu.

Efektifitas

pelaksanaan peraturan daerah yang masih rendah ditandai dengan


banyaknya peraturan daerah yang belum dapat diaplikasikan secara
optimal

sehingga

menghambat

proses

penyelenggaraan

pemerintahan.
3. Ekonomi
a. Perhubung
an
Penyediaan dan pengelolaan infrastruktur (sarana, prasarana dan
fasilitas) perhubungan perlu dilaksanakan secara terpadu dengan
bekerjasama dengan instansi kepolisian, agar kondisi berlalulintas
kendaraan di jalan raya dapat benar- benar menciptakan rasa
aman dan nyaman bagi pengguna jalan. Pembangunan jaringan
prasarana dan penyediaan sarana transportasi antar-moda sesuai
dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru Transportasi
Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan transportasi. Selain
itu

perlu

adanya

peningkatan

pelayanan

dan uji

kelayakan

angkutan penumpang dan barang dan peningkatan database


pelayanan jasa angkutan sebagai sarana kontrol dan pengendalian.
b. Tenaga
Kerja
Belum

meratanya

peluang

serta

rendahnya

aksesibilitas

kesempatan kerja pada berbagai sektor unggulan yang sesuai


dengan sebagian besar kondisi kompetensi SDM tenaga kerja,
serta adanya peningkatan pengangguran yang disebabkan oleh
terjadinya pemutusan hubungan kerja dari perusahaan yang
kolaps.

Untuk

ketenagakerjaan

itu
dan

perlu
iklim

untuk

mensinkronisasi

usaha

dalam

rangka

kebijakan
penciptaan

lapangan kerja serta pelatihan dan pendidikan bagi tenaga kerja


siap mandiri dan siap bekerja sesuai dengan ketrampilan serta
penyediaan akses informasi pekerjaan bagi tenaga kerja usia
produktif.
c. Koperasi dan Usaha Mikro,Kecil dan

Menengah
Isu stregis pada sektor Koperasi dan Usaha Mikro,Kecil dan
Menengah

yaitu

pada

pengembangan

Koperasi

dan

Usaha

Mikro,Kecil dan Menengah dengan menfasilitasi kemudahan akses


permodalan untuk pengembangan usaha untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu penumbuhan ekonomi
kreatif masyarakat dan sektor ekonomi kreatif dan tradisional
melalui pelatihan, pendidikan

tenaga tenaga trampil mandiri,

penyediaan fasilitas konsultasi, bimbingan dan penyediaan

kemudahan akses pendanaan bagi usaha kecil dan menengah


yang bertujuan menciptakan usaha kerja mandiri.
d. Penanaman Modal
Isu strategis penanaman modal adalah peningkatan investasi
melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur,
perbaikan sistem informasi, reformasi regulasi secara bertahap
sehingga

terjadi

harmonisasi

peraturan

yang jelaskonsistensi

dalam implementasinya. Isu yang lain adalah penerapan Sistem


Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE)

pada

Kantor

Pelayanan

Perizinan

Terpadu

(KPPT),

pembatalan perda bermasalah dan pengurangan biaya untuk


memulai

usaha

dan

Perdagangan

yang

mengurangi

biaya

pengembangan

menjamin

dan

penetapan

kelancaran

transaksi/ekonomi

arus

biaya

Sistem

barang
tinggi

dan
serta

pengembangan dan penetapan Sistem Informasi Penanaman Modal


dan Usaha.
e. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pemberdayaan

masyarakat

desa

diarahkan

kepada

pengembangan kearifan lokal (local wisdom) bagi pertumbuhan


dan pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan sumber
daya alam, sumber daya manusia dan potensi yang ada. Selain
itu peran penyelenggara pemerintahan desa sangat berpengaruh
terhadap pembangunan pedesaan, sehingga peningkatan kualitas
sumber daya manusia penyelenggara pemerintahan desa perlu
ada perbaikan dan peningkatan untuk mendukung dan mendorong
pengembangan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
pedesaan. Dengan rendahnya kualitas SDM perangkat desa akan
menghambat proses pembangunan pedesaan. Dengan lemahnya
peran pemerintah desa dalam subyek pembangunan, maka perlu
ada

peningkatan

Selain

itu,

didistribusikan

kapasitas kelembagaan

dengan
di

adanya

desa,

dana

pemerintahan

PNMP

diharapkan

dan

mampu

ADD

desa.
yang

meningkatkan

keberdayaan masyarakat desa dalam proses pembangunan serta


pencapaian tujuan kesejahteraan masyarakat.
f. Pertanian
Dalam bidang pertanian, isu strategis yang berkembangnya adalah
membangun

ekonomi

kerakyatan

dengan

melanjutkan

dan

mengembangkan agropolitan untuk meningkatan pertumbuhan

PDB sektor pertanian dan Indeks Nilai Tukar Petani melalui


peningkatan

ketahanan

pangan

dan

lanjutan

revitalisasi

pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan


daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani,
serta

kelestarian

pembangunan
angkutan,

dan

lingkungan

dan

pemeliharaan

sumber

sarana

daya

transportasi

alam,
dan

pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem


informasi yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian
demi

peningkatan

kuantitas

dan

kualitas

produksi

serta

kemampuan pemasarannya. Peningkatan upaya penelitian dan


pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih
unggul

dan

hasil

penelitian

lainnya

menuju

kualitas

dan

produktivitas hasil pertanian yang tinggi. Dorongan untuk investasi


pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal
oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang
terjangkau, serta sistem subsidi yang menjamin ketersediaan
benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana
pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan
terjangkau. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengambilan
langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem
pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim
g. Kehutanan
Pemanfaatan sumber daya kehutanan harus dikelola secara arif
dan bijak, sehingga keseimbangan

lingkungan

dapat

terjaga.

Pengembangan potensi kehutanan perlu dikembangkan sebagai


sektor unggulan daerah yang mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, tetapi dengan cara pengelolaan yang benar agar
sumber daya hutan dapat terjaga dan lestari dengan tidak
merusak lingkungan dan ekosistem hutan.
h. Energi dan Sumberdaya Mineral
Pemenuhan Kebutuhan Energi untuk Mendukung Pertumbuhan
daerah dan pemanfaatan energi alternatif sangat mendukung
dakam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Untuk

memenuhi

kebutuhan

energi

masyarakat

perlu

untuk

meningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi


alternatif geothermal, microhydro, pemanfaatan potensi tenaga
surya dan bio-energy. Kestabilan pasokan energi menjadi krusial
dalam

mendukung

kebutuhan

hidup

masyarakat

dalam

menjalankan aktifitas keseharian sehingga perlu untuk menjaga


kestabilan

tersebut

dengan

pemenuhan

sarana

pelayanan

penyediaan energi.
i. Perdagangan
Penguatan struktur perekonomian desa dan kota berbasis potensi
lokal menjadi isu strategi

dalam pembangunan dalam bidang

ekonomi. Penguataan sistem perdagangan berbasis potensi dan


sumber daya alam sekitar serta perlindungan produsen pertanian
hasil

bumi

berperan

ekonomi daerah.

penting

dalam

meningkatkan

ketahan

Peningkatan keunggulan komparatif menjadi

keunggulan kompetitif

yang

daya alam menuju ketahanan

mencakup

pengelolaan

sumber

pangan, dan antisipasi perubahan iklim perlu dilakukan guna


stabilisasi ekonomi daerah.
j. Perindustrian
Pengembangan sektor industri dengan mempermudah pelayanan
perijinan untuk mendukung pengembangan industri masyarakat.
Pengembangan

industri

dengan

pemanfaatan

potensi

lokal

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal


sehingga

dapat

mendorong

pertumbuhan

ekonomi

daerah.

Pembangunan infrastruktur yang memiliki daya dukung dan daya


gerak

terhadap

pertumbuhan

ekonomi

dapat

mendorong

pengembangan industri di daerah.


k. Transmigrasi
Isu

strategis

dalam

pelaksanaan

transmigrasi

adalah

belum

optimalnya kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor


pendukung

urusan

transmigrasi.

Belum

sebanding

sosialisasi

kepada calon transmigran yang bersedia ditempatkan. Belum


optimal penyediaan lokasi penempatan. Isu ini sangat tergantung
dengan kesiapan daerah penempatan dalam menyiapkan lokasi
yang benar-benar memenuhi criteria 2C 4L (Clear and Clean
Layak

Huni,

Layak

Usaha,

Layak

Berkembang,

Layak

Lingkungan).
4. Lingkungan Hidup
Pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup, untuk mempertahankan Kabupaten Wonosobo
sebagai daerah konservasi alam.
a. Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana
Peningkatan kualitas dan pencegahan degradasi lingkungan hidup
kota, konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
disertai

penguasaan

dan

pengelolaan

yang

risiko

keberlanjutan,

bencana

untuk

mengantisipasi perubahan iklim, peningkatan hasil rehabilitasi


lahan

dan

pencemaran

penekanan
lingkungan

laju

deforestasi,

melalui

penurunan

pengawasan

beban
ketaatan

pengendalian pencemaran air limbah, penurunan tingkat polusi,


penghentian kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai yang
rawan bencana. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana,
Sistem Peringatan Dini Cuaca, dan Sistem Peringatan Dini Iklim.

Peningkatan

kemampuan

penanggulangan

bencana

melalui

penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam


usaha mitigasi risiko serta penanganan bencana, dan pembentukan
tim gerak cepat.
b. Pertanahan dan Tata Ruang
Terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman
yang tidak terkendali

akan

pangan baik daerah maupun

semakin

menurunkan

ketahanan

nasional. Selain itu masih banyaknya pemanfatan ruang yang


tidak

sesuai

dengan

peruntukannya

karena

kurangnya

pemahaman, ketaatan, serta kedisiplinan masyarakat . Konsolidasi


kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan
umum secara menyeluruh dan pengelolaan tata ruang secara
terpadu perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak yang kontra
produktif

dalam

pembangunan.

Pengembangan

infrastruktur

kewilayahan dan tata ruang, terutama yang dapat menjadi sarana


penghubung antar wilayah dan mendukung pertumbuhan ekonomi
perlu

dikembangkan

untuk

memenuhi

kebutuhan masyarakat

dalam pemenuhan aspek kesejahteraan.


5. Perumahan dan Fasilitas Umum
a. Pekerjaan Umum
Kualitas dan kuantitas infrastruktur yang belum memadai menjadi
isu strategis dalam pembangunan. Peningkatan kualitas sarana
dan prasarana infrastruktur daerah diharapkan dapat mendukung
roda

perekonomian

daerah.

Pemenuhan

infrastruktur

yang

berkualitas merupakan strategi kedepan yang harus terus dapat


diwujudkan baik melalui strategi perencanaan maupun melalui
strategi

penerapan

konstruksinya.
tepat

guna

teknologi

Penerapan
dalam

inovatif

dalam

pelaksanaan

strategi perencanaan dan teknologi

penanganan

infrastruktur

di

Kabupaten

Wonosobo dimasa yang akan datang adalah suatu keharusan


mengingat tantangan yang akan dihadapi kedepan adalah sumber
daya yang semakin mahal dan menipis namun kebutuhan yang
akan terus berkembang
b. Perumahan Rakyat
Penataan lingkungan perumahan masyarakat sangat mendukung
terciptanya

kualitas

lingkungan

yang

sehat

sehingga

dapat

meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Masih adanya kawasan


perumahan

yang

kumuh

perlu

segera

ditanagani

untuk

mewujudkan lingkungan perumahan rakyat yang bersih dan sehat.


Selain

itu

pemenuhan

kebutuhan

pokok

masyarakat

akan

perumahan yang sehat menjadi bagian penting pembangunan


daerah,

sebagai

salah

satu

wujud

peran

pemerintah dalam

mensejahterakan rakyatnya.

9
0

6. Kesehatan
a. Kesehatan
Menitikberatkan kepada pembangunan bidang kesehatan dengan
pendekatan

preventif,

dan

tidak

hanya

kuratif,

peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan

melalui

diantaranya

dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan

9
0

wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan


angka

harapan

hidup,

dan

pencapaian

keseluruhan

Millennium Development Goals. Pelaksanaan

upaya

sasaran

kesehatan

preventif terpadu yang meliputi penurunan tingkat kematian ibu


saat

melahirkan,

penurunan

tingkat

kematian

bayi

dan

pemberian imunisasi dasar kepada 90% bayi. Wabah penyakit


menular

harus

Ketersediaan

ditekan

dan

dan

ditanggulangi

peningkatan

kualitas

secara

layanan

tuntas.

kesehatan

merupakan hal pokok yang harus dilakukan pemerintah dalam


meningkatkan

derajat

kesehatan

masyarakat

secara

merata

sehingga mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan


kesehatan

masyarakat

Permasalahan
kebijakan,

manajerial

program,

pengembangan
kesehatan

yang murah, mudah

serta

ilmu

dalam

data

sinkronisasi
dan

pengetahuan

hukum

dan

kesehatan

dan

berkualitas.
perencanaan

informasi

kesehatan,

teknologi

serta

masih

di

bidang

terbatasnya

koordinasi dan integrasi Lintas Sektor, sehingga pelayanan dalam


bidang kesehatan belum maksimal. Penerapan jaminan kesehatan
bagi masyarakat miskin juga harus dilaksanakan secara adil dan
merata sehingga menjangkau seluruh masyarakat miskin. Selain
itu penyediaan akses sumber air bersih yang dan akses sanitasi
dasar berkualitas yang menjangkau seluruh masyarakat.
b. Keluarga
Berencana
Pengendalian pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan
peningkatan kesejahteraan keluarga harus dilaksanakan dengan
peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB, peningkatan
pemakai

(akseptor)

KB,

sosialisasi

keluarga

sejahtera

serta

pembentukan pendampingan keluarga sejahtera mandiri. Peran


penyuluh lapangan KB perlu ditingkatkan dengan mendorong
kesadaran masyarakat akan pentingnya keluarga berencana dan
membangun pemahaman yang

positif akan arti pentingnya KB

dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga.


7. Pendidikan
Pada aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas, yang menjadi
isu utama adalah penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun dan Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun. Kedua isu tersebut akan
16
8

berimplikasi

pada

tantangan

penyediaan

sarana

dan prasarana

pendidikan yang memadai, serta pembebasan biaya pendidikan


khususnya pendidikan dasar. Adapun dalam rangka peningkatan
mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, yang menjadi isu utama
adalah pengembangan dan pengelolaan sekolah serta peningkatan
kualifikasi pendidikan guru menjadi S1. Peningkatan kualifikasi guru
menjadi prasyarat bagi proses sertifikasi guru dan peningkatan mutu
penyelenggaraan pendidikan. Untuk aspek tata kelola, akuntabilitas
dan pencitraan publik, difokuskan

16
9

pada upaya implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan


Pendidikan

Berbasis

pendidikan,

serta

Masyarakat

pengelolaan

(PBM),
data

standarisasi

dan

informasi

pelayanan
pendidikan.

Penerapan MBS dan PBM merupakan media untuk meningkatkan


partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengawasan
proses

pendidikan.

Adapun

standarisasi

pelayanan

pendidikan

merupakan syarat bagi terlaksananya peningkatan kualitas layanan


pendidikan. Sedangkan penyediaan data dan informasi pendidikan
yang akuntabel dan bersifat kekinian menjadi kebutuhan dasar bagi
proses

perencanaan,

pelaksanaan

dan

evaluasi

pembangunan

pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan melalui pembangunan


sumber daya manusia yang unggul dengan meningkatan akses
pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat, kemandirian, keluhuran budi
pekerti,

dan

karakter

bangsa

yang

kuat.

Peningkatan

Angka

Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar, APM pendidikan setingkat


SMP dan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat SMA/K
menjadi

indikator

penting

dalam

pembangunan

kualitas

SDM

masyarakat. Pemantapan implementasi BOS, Fasilitasi penyediaan


buku di tingkat pendidikan dasar dan menengah dan penyediaan
sambungan internet pendidikan ke sekolah tingkat menengah dan
terus diperluas ke tingkat sekolah dasar sehingga pendidikan dapat
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemberdayaan peran
Kepala Sekolah sebagai manager sistem pendidikan yang unggul,
revitalisasi

peran

Pengawas

assurance,

mendorong

menjamin

keterlibatan

Sekolah

aktivasi

peran

pemangku

sebagai
Komite

kepentingan

entitas

quality

Sekolah

untuk

dalam

proses

pembelajaran.
8. Pariwisata dan Budaya
Pengembangan dan perlindungan aneka ragam budaya, karya seni
dan ilmu untuk memperkaya nilai intelektual dan artistik bagi
pertumbuhan jati diri dan adaptasi yang disertai pengembangan
inovasi,

ilmu

pengetahuan,

keunggulan

Wonosobo

Penetapan

dan

dan

sebagai

pembentukan

teknologi
daerah

yang

agraris

pengelolaan

dilandasi
dan

oleh

pariwisata.

terpadu

untuk

pengelolaan cagar budaya perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian


cagar budaya daerah dan nasional. Penyediaan sarana yang memadai

bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya serta


kepariwisataan untuk menjaga eksistensi pariwisata daerah dan
budaya. Dengan potensi keindahan alam yang menawan dan ,
pengembangan pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan
sehingga dapat menunjang pertumbuhan ekonomi daerah.

9. Perlindungan sosial
a. Kependudukan dan Catatan Sipil
Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan
Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK) menjadi
isu

penting

dalam

pengelolaan

kependudukan.

Pengelolaan

kependudukan harus dilakukan secara simultan dan berkelanjutan


karena kondisi data kependudukan yang sangat dinamis sebagai
dasar

pemerintah

Pemberian

dalam

layanan

berorientasi

pada

kependudukan

merumuskan

administrasi
pelayanan

sehingga

kependudukan

prima

data

kebijakan

dan

juga

tertib

kependudukan

daerah.
harus

admistrasi

dapat

terjaga

validitasnya.
b. Pemberdayaan Perempuan
Penerapan pengarusutamaan (mainstreaming) Gender termasuk
perlindungan bagi perempuan dan anak terhadap berbagai tindak
kekerasan merupakan kewajiban pemerintah dalam memberikan
perlindungan yang adil bagi seluruh masyarakat. Pemberdayaan
perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara juga
wajib

dilaksanakan

secara

adil

dan

proposional

dengan

memperhatikan hak-hak perempuan.


c. Keluarga Sejahtera
Penurunan tingkat kemiskinan absolut dan perbaikan distribusi
pendapatan dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga,
pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi
masyarakat yang berpendapatan rendah
d. Sosial
Isu

penanggulangan

masalah

sosial

adalah

bagaimana

memberikan jaminan perlindungan sosial bagi penduduk miskin


sehingga mereka dapat terlepas dari belenggu kemiskinan serta
ekses lain yang ditimbulkannya seperti munculnya kelompok
penyandang masalah sosial. Peningkatan kerjasama antara lintas
sektor/instansi

terkait

sehingga

keterpaduan

dalam

pelayanan

kesejahteraan
keterampilan

social,
bagi

serta

Penyandang

terciptanya

sinergis

penyandang

pembinaan
Masalah

dan

Sosial

dan

masalah
pelatihan

(PMKS)

perlu

dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Selain itu,


juga dilaksanakan Integrasi program perlindungan sosial berbasis
keluarga yang mencakup program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

baik yang bersifat insidensial atau kepada kelompok marginal,


program keluarga harapan, bantuan pangan, jaminan sosial bidang
kesehatan, beasiswa bagi anak keluarga berpendapatan rendah,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Parenting Education .
Revitalisasi

Tim

Penanggulangan

Kemiskinan

Daerah

(TPKD)

dengan menggunakan unified database untuk penetapan sasaran


program dan penerapan sistem monitoring dan evaluasi yang
akurat sebagai dasar

keputusan dan alokasi anggaran dan Penanggulangan kemiskinan


dan pengangguran dengan cara pelatihan perubahan mindset dan
bantuan

serta

membutuhkan.

pendampingan

bagi

masyarakat

yang

BAB V
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

A. Visi
Dalam rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik
(Good

Governance)

pembangunan

dalam

daerah

untuk

pelaksanaan
5

(lima)

pemerintahan

tahun

kedepan,

dan
maka

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah didasarkan


pada asas-asas umum, yaitu :
Asas Kepastian Hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan pemerintahan.
Asas

Tertib

Penyelenggaraan

Negara,

yaitu

mengutamakan

keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam penyelenggaraan


pemerintahan.
Asas Kepentingan Umum, yaitu mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
Asas Keterbukaan, yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, bersikap jujur, dan tidak
diskriminatif dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia negara.
Asas Proporsionalitas, yaitu mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelenggara pemerintahan.
Asas

Profesionalitas,

berlandaskan

kode

yaitu

etik

mengutamakan

profesional

dan

keahlian

ketentuan

yang

perundang-

undangan yang berlaku.


Asas

Akuntabilitas,

yaitu

setiap

penyelenggaraan

pemerintahan

daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.


Sejalan
tersebut

dan

dengan

penerapan

agar pelaksanaan

asas-asas

umum

pemerintahan

dan

pemerintahan
pembangunan

daerah dapat terarah dan berkelanjutan, maka diperlukan adanya Visi


Daerah baik untuk jangka panjang maupun jangka menengah.
Visi Daerah jangka menengah yang tertuang dalam dalam RPJMD Tahun
2010 - 2015 adalah WONOSOBO YANG LEBIH MAJU
DAN SEJAHTERA

LEBIH

MAJU

memiliki

pengertian

Meningkatkan

kemajuan

pembangunan daerah dibidang sosial, ekonomi, politik dan hukum


menuju kemandirian daerah. Kemajuan dibidang sosial diukur dengan
kualitas

sumberdaya

manusia

yang

tercermin

dari

sumber daya

manusia yang memiliki karakter dan kepribadian bangsa, ahklak mulia,


berkualitas, berpendidikan yang tinggi, dengan derajad kesehatan yang
baik dan produktivitas yang

tinggi. Kemajuan dibidang ekonomi diukur dari kemakmuran yang


tercermin dari tingkat pendapatan yang tinggi dan distribusi yang
merata. Kemajuan dibidang politik dan hukum diukur dari semakin
mantapnya lembaga politik dan hukum yang tercermin dari berfungsinya
lembaga politik dan kemasyarakatan sesuai konstitusi, meningkatnya
peran aktif masyarakat dalam segala aspek kehidupan.
LEBIH SEJAHTERA memiliki pengertian : Pembangunan daerah
bukan hanya untuk kemajuan dan kemandirian, tetapi juga untuk
kesejahteraan, yaitu suatu kondisi yang semakin baik dan damai dalam
arti, dalam arti semakin adil dan tidak ada kekerasan dalam bentuk
apapun.

B. Misi
Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan yang telah menuai
beragam hasil pada periode 2005-2010, tentu harus terus dipelihara dan
ditumbuh-kembangkan. Capaian dan prestasi pembangunan tersebut,
pada hakekatnya adalah salah satu modal dasar yang harus dilanjutkan
untuk meraih capaian dan prestasi pembangunan yang lebih baik lagi,
pada periode lima tahun yang akan datang, 2010 - 2015.
Pada periode 2010 - 2015, masyarakat Wonosobo harus terus
berupaya keras untuk mencapai perbaikan di bidang kesejahteraan
rakyat, membangun keadilan, penerapan tata kelola pemerintahan yang
baik, peningkatan kualitas demokrasi, serta menjaga kesatuan dan
keamanan.
Misi Pembangunan 2010 - 2015 merupakan bagian awal dari
proses menuju cita- cita tersebut dan pada dasarnya merupakan
rumusan

dari

usaha-usaha

yang

diperlukan untuk

mencapai

visi

Wonosobo 2015, yaitu terwujudnya Wonosobo yang semakin Maju dan


Sejahtera, namun tidak dapat terlepas dari kondisi dan tantangan
lingkungan global, nasional dan regional pada kurun waktu 2010 - 2015
yang mempengaruhinya. Misi pemerintah dalam periode 2010 - 2015
diarahkan untuk mewujudkan Wonosobo yang lebih maju dalam bidang
sosial, budaya, ekonomi, politik dan hukum menuju kemandirian daerah
serta meningkatkan kualitas kondisi yang sudah baik dan damai dalam
arti

menghilangkan

keadilan

sebagai

segala
cermin

bentuk

kekerasan

demokrasi

dan

substansial.

mewujudkan
Usaha-usaha

Perwujudan Visi Wonosobo 2015 akan dijabarkan dalam misi tahun 2010
- 2015 sebagai berikut :

1. Melanjutkan praktik pemerintahan partisipatif dan demokratis menuju


masyarakat yang lebih sejahtera.
2. Meningkatkan
kemajuan
kemandirian daerah

pembangunan

3. Meningkatkan pelayanan
kesejahteraan masyarakat.

sosial

dasar

menuju
untuk

mewujudkan

4. Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi


unggulan daerah.
5. Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan kekerasan dalam
semua bidang.

C. Tujuan dan Sasaran


Tujuan pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo tahun
2010 2015 yang dikelompokkan menurut misi adalah sebagai berikut
:
Misi : Melanjutkan praktik pemerintahan partisipatif dan
demokratis menuju masyarakat
yang lebih sejahtera, dengan tujuan dan sasaran :
1. Mengefektifkan penyelenggaraan Otonomi Daerah, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas peraturan perundang-undangan daerah
b. Optimalisasi Sistem Pengawasan dan Evaluasi Kinerja
c. Meningkatnya kinerja DPRD
2. Memantapkan penyelenggaraan pemerintahan umum, dengan sasaran :
a. Optimalisasi pelaksanaan kerjasama daerah dengan pihak ketiga
b. Meningkatnya kualitas pelayanan umum
c. Optimalisasi ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan
masyarakat
d. Optimalisasi koordinasi perlindungan dan Penegakan Hak Asasi
Manusia (HAM)
e. Optimalisasi pengelolaan perbatasan daerah
3. Memantapkan pengelolaan administrasi keuangan daerah, dengan
sasaran :
a. Meningkatnya Efektivitas, efsiensi, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
b. Meningkatnya pendapatan asli daerah
c. Meningkatkan kualitas pengelolaan aset daerah
d. Optimalisasi pengembangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
e. Optimalisasi pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
f. Optimalisasi pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan APB Desa.
4. Mewujudkan OPD yang efektif dan efisien, dengan sasaran :
a. Terbentuknya OPD yang tepat fungsi dan ukuran
b. Tersedianya Sistem, Prosedur dan mekanisme kerja OPD inter
antar OPD dalam kerangka Kabupaten satu atap
5. Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, dengan sasaran :

a. Peningkatan kualitas dan otentisitas penerapan sistem


akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP)
b. Peningkatan akuntablitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

6. Mewujudkan SDM Aparatur yang profesional, netral, dan sejahtera,


dengan sasaran :
a. Terselenggaranya pengembangan kapasitas PNS
b. Meningkatnya kinerja Aparatur
7. Mewujudkan sistem perencanaan yang berkualitas, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan
8. Mewujudkan Pemerintahan desa yang baik, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan desa
9. Mewujudkan Kelembagaan Masyarakat desa yang berdaya dan mandiri,
dengan sasaran
:
a. Berfungsinya Lembaga kemasyarakatan desa sesuai
kedudukan, tugas dan wewenangnya
b. Berkembangnya BUMDesa
10. Meningkatkan keberdayaan masyarakat, dengan sasaran :
a. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan desa
b. Meningkatnya keberdayaan masyarakat miskin
11. Peningkatan kualitas data statistik , dengan sasaran :
a. Tersedianya data statistik sesuai dengan kebutuhan perencanaan
pembangunan dan mudah diakse oleh pihak-pihak yang
membutuhkan
12. Mewujudkan Tata Kelola Kearsipan yang baik, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas sistem kearsipan
13. Meningkatkan penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika di daerah,
dengan sasaran:
a. Tersedianya media informasi publik
b. Teraksesnya informasi oleh masyarakat
c. Meningkatnya kualitas kerjasama Pemerintah Kabupaten di bidang
komunikasi dan informasi
14. Meningkatkan Pemanfaatan TIK dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan
kepada masyarakat, dengan sasaran :
a. Terselenggaranya pemerintahan berbasis TIK
15. Meningkatkan kualitas tata kelola pertanahan, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas tata kelola pertanahan
16. Meningkatkan kualitas administrasi kependudukan dan Catatan sipil,
dengan sasaran :
a. Adanya kesesuaian kebijakan penyelenggaraan administrasi
kependudukan dan catatan sipil

b. Adanya kesesuaian kebijakan penyelenggaraan administrasi


kependudukan dan catatan sipil

Misi : Meningkatkan kemajuan pembangunan menuju


kemandirian daerah, dengan tujuan dan sasaran :
1. Mewujudkan jaringan infrastruktur yang berkualitas untuk mendukung
perekonomian
daerah, dengan sasaran :
a. Terbangunnya Kemitraan Staregis Bidang Infrastruktur
b. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jalan kabupaten
c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jembatan kabupaten
d. Meningkatnya kapasitas pelayanan infrastruktur jalan desa
e. Meningkatnya layanan irigasi teknis
f. Meningkatnya kualitas cakupan layanan jalan lingkungan
g. Meningkatnya kualitas drainase/gorong-gorong lingkungan
permukiman
h. Meningkatnya kualitas layanan dan pengelolaan air bersih
i. Meningkatnya kualitas layanan dan pengelolaan sanitasi
j. Meningkatnya tata kelola permakaman
k. Meningkatnya kualitas prasarana publik
l. Meningkatnya kualitas pengelolaan dan pengendalian persampahan
m. Meningkatnya partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan
persampahan
2. Meningkatkan kualitas pemukiman masyarakat,
dengan sasaran :
a. meningkatnya akses penduduk terhadap Kepemilikan rumah
b. terfasilitasinya masyarakat diperkotaan dan perdesaan untuk
memiliki rumah layak huni
c. meningkatnya partisipasi swasta dalam penyediaan perumahan
d. menurunnya luas permukiman kumuh
e. meningkatnya luasan ruang terbuka hijau di lingkungan permukiman
f. Meningkatknya pelayanan penanggulangan kebakaran
3. Mewujudkan pemanfaatan ruang sesuai arahan/fungsi, dengan sasaran
:.
a. Terwujudnya perencanaan ruang sesuai arahan.
b. adanya pemanfaatan dan pengendalian ruang sesuai peruntukan
4. Meningkatkan Layanan Angkutan dan kelalulintasan, dengan sasaran :
a. Meningkatnya Layanan Angkutan Umum
b. Meningkatnya Layanan Perijinan Trayek
c. Meningkatnya Jalur Trayek
d. Meningkatnya Jumlah Kendaraan Laik Jalan
e. Meningkatnya Kelancaran Lalu Lintas

f. Meningkatnya Pengelolaan Perparkiran


g. Meningkatnya Keamanan dan Kenyamanan Berlalu Lintas

h. Meningkatnya Sarana dan Prasarana Perhubungan


5. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas dan kuantitas air
b. meningkatnya kualitas udara ambien
c. meningkatnya kualitas lahan
d. Berkurangnya resiko pencemaran B3 dan limbah B3
e. pengendalian dan pengawasan lingkungan hidup
f. meningkatnya peran serta dunia usaha dalam mewujudkan
pembangunan berkelanjutan
6. Mewujudkan Adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim, dengan
sasaran :
a. Adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim
7. Mengoptimalkan upaya pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya mineral yang memperhatikan aspek sosial dan
lingkungan hidup, dengan sasaran :
a. Meningkatnya hasil pengelolaan sumberdaya mineral yang
memperhatikan aspek lingkungan
b. Meningkatnya kualitas pengendalian dan Pengawasan
Pengelolaan Sumberdaya Mineral
8. Meningkatkan upaya mitigasi bencana geologi, dengan sasaran :
a. Tersedianya sistem mitigasi bencana geologi
9. Pemenuhan kebutuhan energi , dengan sasaran :
a. Meningkatnya penggunaan energi alternatif
b. Terpenuhinya kebutuhan energi listrik
c. Terpenuhinya kebutuhan energi Migas
10. Mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan air tanah, dengan
sasaran :
a. Tersedianya data dan informasi air tanah
b. Optimalnya pengelolaan air tanah
Misi : Meningkatkan pelayanan sosial dasar masyarakat, dengan
tujuan dan sasaran :
1. Meningkatkan akses layanan pendidikan yang bermutu,
berkesetaraan serta relevan dengan kebutuhan masyarakat,
dengan sasaran :
a. Meningkatnya pemerataan akses, mutu dan tata kelola pada
jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
b. Meningkatnya pemerataan, mutu, relevansi dan daya saing serta
perluasan akses
185

pendidikan dasar
c. Meningkatnya pemerataan akses, mutu, relevansi dan tata kelola
serta daya saing publik pada jenjang pendidikan menengah.

186

d. Meningkatnya pemerataan, akses, mutu , relevansi, daya saing


layanan pendidikan non formal
e. Meningkatnya mutu pendidik dan tenaga kependidikan
f. Meningkatnya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan
publik dalam penyelenggaraan pendidikan
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan
b. Meningkatnya status gizi masyarakat
c. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
d. Meningkatnya kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
e. Terpenuhinya tenaga kesehatan strategis di desa
f. Terpenuhinya obat dan perbekalan kesehatan
g. Terwujudnya lingkungan sehat
3. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan pembentukan
Keluarga Kecil Berkualitas, dengan sasaran :
a. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk
b. Meningkatnya cakupan kepesertaan KB
c. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap kesehatan
reproduksi remaja (KRR) dan poencegahan HIV/AIDS
4. Meningkatkan derajat keluarga kecil berkualitas (KKB), dengan sasaran :
a. Meningkatnya ketahanan dan pemberdayaan keluarga
b. Meningkatnya Kualitas Pembinaan kepada Keluarga
5. Meningkatkan Perlindungan, Pemberdayaan dan kesejahteraan social,
dengan sasaran :
a. Meningkatnya Pemberdayaan dan kesejahteraan sosial bagi
Penyandang masalah kesejahteraan Sosial
b. Meningkatnya perlindungan dan jaminan sosial
c. Meningkatnya pelayanan dan rehabilitasi sosial
6. Meningkatkan kualitas tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja
dan perlindungan tenaga kerja, dengan sasaran :
a. Meningkatnya kesempatan kerja
b. Meningkatnya kualitas dan produktifitas tenaga kerja
c. Meningkatnya perlindungan tenaga kerja
7. Meningkatkan peran serta kepemudaan dalam pembangunan, dengan
sasaran :
a. Meningkatnya peran aktif pemuda dalam Pembangunan
8. Meningkatkan Budaya dan Prestasi Olah Raga, dengan sasaran :
a. Meningkatnya prestasi olah raga

b. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana olah raga


9. Mewujudkan ketahanan pangan daerah, dengan sasaran :
a. Meningkatnya ketersediaan bahan pangan utama
b. Meningkatnya konsumsi protein hewani dan nabati
c. Meratanya distribusi bahan pangan utama
10. Meningkatkan minat baca masyarakat, dengan sasaran :
a. Meningkatnya minat baca masyarakat
Misi : Meningkatkan perekonomian daerah yang berbasis pada
potensi unggulan daerah, dengan tujuan dan sasaran :
1. Meningkatkan Daya Saing Koperasi dan UMKM, dengan sasaran :
a. Meningkatnya akses pembiayaan bagi Koperasi dan UMKM
b. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan koperasi
dan UMKM
c. Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi dan UMKM
d. Bertambahnya unit UMKM baru
e. Meningkatnya jumlah koperasi
2. Meningkatkan investasi daerah, dengan sasaran :
a. Meningkatnya investasi daerah
3. Meningkatkan kualitas perlindungan pengembangan dan pemanfaatan
warisan budaya, dengan sasaran :
a. Meningkatnya internalisasi nilai-nilai budaya
b. Meningkatnya kreatifitas dan produktifitas pelaku budaya
c. Terwujudnya penetapan dan pengelolaan terpadu benda cagar
budaya
4. Mengembangkan industri pariwisata , dengan sasaran :
a. Meningkatnya kontribusi pariwisata pada perekonomian daerah
5. Meningkatkan Produksi dan produktiftas Komoditas Pertanian dan
perkebunan, dengan sasaran :
a. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas pangan
hortikultura
b. Meningkatnya produksi dan produktiftas komoditas perkebunan
Rakyat
6. Meningkatkan Produksi dan produktiftas Komoditas peternakan,
dengan sasaran :
a. Meningkatnya populasi ternak, kuantitas dan kualitas produk Ternak
7. Meningkatkan Produksi Perikanan sebagai sektor unggulan, dengan
sasaran :
a. Meningkatnya produksi ikan

8. Meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan Sumber


Daya Kehutanan, dengan sasaran :
a. Berkurangnya lahan kritis

b. Menertibkan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu


9. Terwujudnya sistem perdagangan yang efektif dan efsien, dengan
sasaran :
a. Meningkatnya ketersediaan bahan pokok dan kelancaran distribusi
b. Meningkatnya kegiatan perdagangan di pedesaan
c. Meningkatnya ekspor antar daerah
d. Meningkatnya ekspor ke LN
e. Meningkatnya kemampuan pelaku ekspor
f. Meningkatnya Kualitas dan kuantitas Usaha Dagang Kecil Menengah
(UDKM)
10. Peningkatan Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM), dengan sasaran
:
a. Meningkatnya Kapasitas Kelembagaan Industri Kecil Menengah (IKM)
b. Berkembangnya Industri Kecil Menengah (IKM) berbasis sumberdaya
lokal
c. Meningkatnya Pemanfaatan Teknologi Produksi yang efsien dan
ramah lingkungan
11. Penguatan struktur Permodalan Industri Kecil Menengah (IKM), dengan
sasaran :
a. Meningkatnya akses permodalan Industri Kecil pada lembaga
keuangan
b. Tersedianya skema kredit yang meringankan Industri Kecil
12. Penataan Struktur Industri, dengan sasaran :
a. Berkembangnya klaster IKM
b. Meningkatnya pemanfaatan informasi dan sarpras pendukung
c. Tumbuh dan berkembangnya IKM baru
Misi : Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan
kekerasan dalam semua bidang, dengan tujuan dan sasaran :
1. Mewujudkan kesetaraan gender, keseja
ndungan bagi
ejahteraan dan perli
perlin
per
an dan
perempu
empua
anak, dengan sasaran :
a. Meningkatny
tnya kesetaraa
araan gender, perlin
rlindung
dungan dan
keseja
ejahteraan anak dalam pemb
embangunan
2. Memantapkan ketahanan ideologi bangsa dan wawasan kebangsaan,
dengan sasaran :
a. Mencegah ancaman terhadap ideologi negara
3. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban daerah, dengan sasaran :
a. Terjaganya ketentraman dan ketertiban
b. Meningkatnya kerukunan hidup masyarakat
c. Meningkatnya kapasitas organisasi keagamaan dan kemasyarakatan
190

4. Mewujudkan kehidupan politik yang kondusif dan demokratis, dengan


sasaran :
a. Berjalannya proses pemilihan umum secara aman dan demokratis
b. Berkembangnya kelembagaan demokrasi
5. Memberikan perlindungan kepada masyarakat, dengan sasaran :
a. Berkurangnya resiko bencana

191

BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 2015 dilaksanakan mulai
masa transisi dari akhir RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2005 2010.
Oleh karena itu strategi dalam pelaksanaan RPJMD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2010 2015 dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu:
-

Tahap Perencanaan dilaksanakan pada tahun 2010 2012 dengan


melakukan konsolidasi seluruh potensi yang dimiliki daerah baik potensi
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia (birokrasi, dunia usaha,
dan masyarakat) serta mengintegrasikan pokok-pokok kebijakan tahap
awal RPJMD dengan perencanaan pembangunan daerah sebelumnya.

Tahap Pelaksanaan dilakukan secara berkelanjutan pada tahun 2012,


2013, dan 2014 dalam
rangka percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan daerah dengan
mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki daerah untuk tercapainya
target kinerja pada setiap prioritas pembangunan daerah.

Tahap Evaluasi, yaitu merupakan tahun terakhir pelaksanaan RPJMD pada


tahun

2015

dengan

melakukan

evaluasi

menyeluruh

terhadap

pelaksanaan prioritas pembangunan daerah dan melakukan langkahlangkah pemantapan pada target kinerja yang belum tercapai. Melalui
tahapan ini diharapkan visi Kabupaten Wonosono telah tercapai.
Guna mendukung strategi tersebut, maka dalam rangka
pencapaian kinerja, maka
diterapkan sistem manajemen pembangunan daerah yang bersifat lebih
terbuka dan akuntabel, melalui:
1.

Meningkatkan kerjasama (networking) guna mewujudkan pembangunan


daerah.

2.

Mengembangkan kemitraan antara

pemerintah dengan swasta

guna

meningkatkan investasi.
3.

Membangun birokrasi yang efisien dan berorientasi pada kinerja.

4.

Menetapkan target kinerja pada setiap tahun dan menuangkan dalam


bentuk Penetapan Kinerja (performance agreement).
Sedangkan strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang
diarahkan untuk lima

(5) tahun kedepan sesuai dengan misi pembangunan lima tahun adalah
sebagai berikut :
Misi : Melanjutkan praktik pemerintahan partisipatif dan

demokratis menuju masyarakat yang lebih sejahtera, dengan


strategi dan arah kebijakan :
1.

Peningkatan kuantitas dan kualitas penyusunan peraturan daerah

2.

Peningkatan sistem pengawasan dan evaluasi kinerja

3.

Fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD

4.

Efektivitas pengelolaan dana tugas pembantuan

5.

Peningkatan Kerjasama Daerah

6.

Peningkatan kualitas pelayanan umum

7.

Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum

8.

Peningkatan koordinasi perlindungan dan penegakan HAM

9.

Peningkatan pengelolaan perbatasan daerah

10. Peningkatan tertib administrasi keuangan daerah


11. Efektifitas pengelolaan keuangan daerah
12. Peningkatan managemen pengelolaan keuangan daerah
13. Optimalisasi pengelolaan pajak dan retribusi daerah
14. Optimalisasi pengelolaan investasi dan aset daerah
15. Pengembangan Badan Usaha Milik Daerah dan Lembaga Keuangan Mikro
16. Pengembangan pengolaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
17. Peningkatan Akuntabilitas pengelolaan APBD
18. Peningkatan Akuntabilitas pengelolaan APBDes
19. Restrukturisasi dan penataan OPD sesuai dengan beban kerja,
kebutuhan daerah dan peraturan yang berlaku
20. Penyusunan kebijakan ketatalaksanaan melalui tiga aspek: substansi,
kelembagaan, dan
operasional
21. Optimalisasi pendayagunaan sarana dan prasarana kerja
22. Pemberdayaan aparatur melalui peningkatan kapasitas, formasi, alokasi
dan promosi yang obyektif, serta peningkatan kesejahteraan
23. Pendayagunaan kelompok jabatan fungsional untuk meningkatkan kinerja
pelayanan publik
24. Peningkatan pelayanan publik melalui pemusatan kabupaten satu
atap dan distribusi informasi dan sistem (pemberdayaan masyarakat)
25. Evaluasi kinerja pelayanan publik dengan menerapkan Permenpan
26. Meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi/Pemda melalui
penerapan/penyelenggaraan secara otentik yang terangkai dalam siklus
tahunan dan lima tahunan
27. Pengembangan kapasitas pegawai
28. Peningkatan kedisiplinan dan pengembangan aparatur
29. Peningkatan kesejahteraan Aparatur
30. Mewujudkan proses perencanaan partisipatif yang sinergis dan lebih
berkualitas
31. Menjalin jejaring yang lebih efektif dengan semua pihak dalam
mendorong percepatan pembangunan
32. Penataan dan Penegakan hukum pertanahan serta pengurangan potensi

sengketa

33. Peningkatan sistim administrasi kependudukan dan catatan sipil serta


peningkatan kualitas SDM aparat
34. Penyusunan kebijakan penyelenggaraan administrasi kependudukan dan
catatan sipil
35. Menguatkan kapasitas tata kelola pemerintahan desa
36. Meningkatkan Keberdayaan lembaga masyarakat perdesaan
37. Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
38. Meningkatkan kualitas keberdayaan masyarakat dalam pembangunan
39. Penanggulangan Kemiskinan
40. Meningkatkan koor
oordinasi dan si
sinkronisasi dalam pengelolaan dan
penyediaan
ediaan data statistik dan men
meningkatkan SDM pengelola data statistik
41. Peningkatan kualitas sistem kearsipan
42. Perluasan akses layanan informasi publik
43. Melaksanakan Kerjasama Informasi dan media Massa
44. Penataan pemanfaatan IT Kabupaten Wonosobo
45. Perluasan pemanfaatan Teknologi Informasi dalam penyelenggaraan
pemerintah dan pelayanan publik
Misi : Meningkatkan kemajuan pembangunan menuju kemandirian
daerah , dengan strategi dan arah kebijakan :
1.

Mendorong Forum Kemitraan Multipihak

2.

Peningkatan kualitas dan kuantitas pembangunan Jalan

3.

Meningkatkan kapasitas jembatan sesuai dengan kelas jalan

4.

Penanganan jalan lingkungan desa dan jalan poros desa

5.

Pembangunan jaringan irigasi prioritas penunjang produktivitas pertanian

6.

Optimalisasi kelembagaan kelompok pengelola air dan


pengembangan sistem jaringan irigasi partisipatif

7.

Pemisahan drainase jalan umum dan drainase lingkungan permukiman

8.

perluasan akses layanan air bersih untuk seluruh lapisan penduduk

9.

peningkatan akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana sanitasi

10. penyediaan areal pemakaman yang sesuai daya layan penduduk


11. Pemerataan pembangunan infrastruktur strategis yang menunjang
investasi
12. Peningkatan prasarana publik
13. Peningkatan kapasitas pengelolaan persampahan
14. Meningkatkan Penyediaan perumahan penduduk oleh pemerintah
daerah, pengembang swasta dan swadaya masyarakat
15. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman

16. Peningkatan Pelayanan penanggulangan kebakaran


17. Penyusunan rencana makro dan rencana rinci tata ruang
18. Pemenuhan Sarana dan Prasarana Transportasi yang Efektif dan Efsien
19. Pengendalian dan pengawasan tingkat pencemaran
20. meningkatkan peran serta dunia usaha dengan pemberian jasa
lingkungan dan pembuatan produk yang bersih
21. menurunkan tingkat resiko dampak perubahan iklim dengan adaptasi dan
mitigasi
22. Peningkatan manfaat, nilai tambah serta peluang usaha pengelolaan
sumberdaya mineral yang memperhatikan aspek sosial dan lingkungan
hidup
23. Pembentukan kelembagaan mitigasi bencana geologi dan penyusunan
standar operasional
prosedur (SOP) mitigasi bencana geologi
24. Pengelolaan dan Pengendalian Pemanfaatan Air Tanah
Misi : Meningkatkan pelayanan sosial dasar masyarakat, dengan
strategi dan arah kebijakan :
1.

Meningkatkan
pengembangan

kualitas

penyelenggaran

kurikulum,

penataan

pendidikan,
sistem,

pemerataan,

pembiayaan

dan

peningkatan peran serta masyarakat dalam jenjang PAUD


2.

Meningkatkan
kualitas
pemerataan,

penyelenggaran
pengembangan

pendidikan,

kurikulum, penataan sistem, pembiayaan dan peningkatan peran serta


masyarakat dalam jenjang SD/MI
3.

Meningkatkan

kualitas

penyelenggaran

pendidikan,

pemerataan,

pengembangan kurikulum, relevansi, daya saing, penataan sistem,


pembiayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam jenjang
Pendidikan Menengah
4.

Meningkatkan

kualitas

penyelenggaran

pendidikan,

pemerataan,

pengembangan kurikulum, relevansi, daya saing, penataan sistem,


pembiayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pendidikan
Non Formal
5.

Meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan melalui


peningkatan kualitas kependidikan

6.

Meningkatkan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam


penyelenggaraan pendidikan.

7.

Mengembangkan kurikulum berbasis wawasan kebangsaan,


pendidikan anti korupsi, renponsif gender serta meningkatkan

penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan


8.

Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

9.

Peningkatan kemandirian masyarakat dalam peningkatan status gizi

10. Mengembangkan survelans penyakit dan masalah kesehatan berbasis


masyarakat
11. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat

12. Menjamin ketersediaan, pemerataan dan meningkatkan kualitas tenaga


kesehatan
13. Peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan
kesehatan
14. Peningkatan kualitas lingkungan hidup.
15. Meningkatkan kualitas pelayanan Keluarga Berencana untuk
masyarakat dan mendorong masyarakat untuk mengendalikan kelahiran
16. Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) melalui
berbagai program yang responsif terhadap kebutuhan remaja.
17. Mewujudkan

ketahanan

dan

pemberdayaan

keluarga

melalui

pengembangan model operasional Bina Keluarga Balita, Bina Lingkungan


Keluarga, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia
18. Penguatan pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas melalui
peningkatkan peran serta
masyarakat, pengelola kader dan pengembangan jejaring
kerja/kemitranan serta dan pengembangan informasi program KB-KS
19. Meningkatkan kualitas hidup, kemandirian dan pemenuhan hak dasar
PMKS
20. Pen
Peningkatan dan perlu
erluasan lapangan pekerjaan di berbagai se
sector
21. Pen
Peningkatan komp
ompetensi dan produk
duktivitas tenaga kerja sesuai dengan
kebut
ebutuha
uhan pasar kerja
22. Pen
Penegakkan
kkan hukum dan perli
erlindung
ungan tenaga kerja, Pen
Peningkatan
kesejaht
eraan tenaga
jahte
kerja dan Meman
emantapkan hub
hubung
ungan industrial yang
harmo
o
n
i
s
.
arm
23. Mengembangkan penyediaan layanan pembinaan generasi muda
24. Mengembangkan layanan pembinaan keolahragaan
25. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya
Lokal.
26. Peningkatan diversifkasi pengolahan pangan berbasis sumberdaya lokal
27. Meningkatkan layanan baca bagi masyarakat melalui bahan bacaan
Misi : Meningkatkan perekonomian daerah, dengan strategi dan arah
kebijakan :
1.

Mendorong adanya regulasi yang mampu mendukung aksesibilitas


koperasi dan UMKM pada lembaga keuangan (sejenis KUR/KKPE dsb)

2.

Mendorong mengembangkan praktik berkoperasi yang sesuai prinsip


dan

asas

koperasi

serta

meningkatkan

peran

koperasi

dalam

memfasilitasi peningkatan kesejahteraan anggotanya


3.

Mendorong pengembangan produk dan pemasaran bagi koperasi dan

UMKM; mengembangkan produk koperasi dan UMKM yang berkualitas,


inovatif dan kreatif untuk bersaing di pasar domestik dan mancanegara.
4.

Peningkatan investasi / penanaman modal di daerah

5.

Peningkatan kualitas perlindungan pengembangan dan pemanfaatan


warisan budaya

6.

Pengembangan industri pariwisata yang berdaya saing

7.

Peningkatan Produksi dan produktifitas Komoditas Pertanian dan


perkebunan

8.

Peningkatan Produksi dan produktifitas Komoditas peternakan

9.

Peningkatan Produksi dan produktifitas Komoditas perikanan

10. Peningkatan daya dukung dan fungsi DAS dalam rangka menjamin
ketersediaan air
11. Peningkatan Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
12. Peningkatan efektifitas dan efsiensi perdagangan
13. Peningkatan Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM)
14. Penguatan peran

lembaga keuangan (bank/non bank untuk

memperkuat struktur keuangan/ permodalan IKM


15. Mewujudkan efisiensi industri unggulan melalui pengembangan klaster
industri penghela dan kluster pendukung lainnya serta penguatan
kelembagaan kluster IKM
Misi : Meningkatkan dimensi keadilan dan meniadakan
kekerasan dalam semua bidang, dengan strategi dan arah
kebijakan :
1.

Peningkatan

kapasitas

kelembagaan

PUG

dan

pemberdayaan

perempuan melalui penerapan strategi PUG,termasuk mengintegrasikan


perspektif gender ke dalam siklus perencanaan dan penganggaran
2.

Menjamin perlindungan hak perempuan dan anak

3.

Pemantapan ketahanan ideologi bangsa dan wawasan kebangsaan

4.

Peningkatan ketertiban dan keamanan

5.

Peningkatan kapasitas organisasi keagamaan dan kemasyarakatan

6.

Penurunan penyakit masyarakat

7.

Peningkatan kehidupan politik yang demokratis

8.

Perlindungan kepada masyarakat

BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH
Kebijakan umum pembangunan daerah Kabupaten Wonosobo Tahun
2010 - 2015 dirumuskan untuk dapat digunakan sebagai fokus dari upaya
pelaksanaan misi dalam rangka mencapai visi pembangunan daerah dan
menentukan program-program yang akan dilaksanakan selama lima tahun.
Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Wonosobo 2010 - 2015, perlu
dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program
prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat
keberhasilannya.

Prioritas

Pembangunan

Daerah

ini

bertujuan

untuk

menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh


Kabupaten Wonosobo di masa mendatang. Sebagian besar sumber daya
dan

kebijakan

akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari

prioritas pembangunan daerah yaitu:


1.

Penanggulangan kemiskinan.
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan
pelaksanaan

Keberdayaan

Masyarakat,

melalui

Optimalisasi

program pemerintah Bantuan Sosial Terpadu, PNPM

Mandiri, Kredit Usaha Rakyat.


b. Pemberdayaan Fakir Miskin, dan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS)
Lainnya, melalui Revitalisasi Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
c. Peningkatan

perluasan

dan

pengembangan

Kesempatan

Kerja,

melalui pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan


kewirausahaan.
d. Perlindungan dan jaminan sosial, melalui Penyediaan sistem jaminan
sosial bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
e. Pengembangan usaha masyarakat, melalui Peningkatan pemerataan
distribusi kepemilikan modal material kepada seluruh masyarakat dan
Peningkatan kemampuan usaha mikro, kecil dan menengah untuk
mengelola

produk-produk

potensial

daerah

baik

dalam

bidang

permodalan, produksi maupun pemasaran.


f. Kerjasama Pembangunan, melalui Penguatan kerjasama antara
Wonosobo Perguruan
Tinggi Pelaku Usaha / BIG Partnership dalam pengembangan produkproduk potensial daerah (pertanian, usaha mikro kecil dan menengah,
serta pariwisata).
202

2.

Pendidikan.
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pendidikan Menengah,
melalui peningkatan akses terhadap pendidikan dasar dan menengah
yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau dan fasilitasi rintisan
pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun.

203

b. Pendidikan berkelanjutan, melalui Penerapan metodologi pendidikan


yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to
the

test),

namun

pendidikan menyeluruh

yang

memperhatikan

kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budayabahasa Indonesia.


c. Manajemen Pelayanan Pendidikan, melalui Pemberdayaan peran kepala
sekolah sebagai
manajer sistem pendidikan yang unggul, revitalisasi peran pengawas
sekolah sebagai entitas quality assurance, mendorong aktivasi peran
Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan
dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan, serta Penataan
ulang kurikulum sekolah yang menjadi urusan daerah sehingga dapat
mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan
SDM

untuk

memasukkan

mendukung

pertumbuhan

pendidikan

ekonomi

kewirausahaan

daerah

dengan

(diantaranya

dengan

mengembangkan model link and match).


d. Peningkatan Mutu pendidik dan Tenaga Kependidikan, melalui
Peningkatan kualitas dan
kesejahteraan guru,
layanan sekolah.
3.

pengelolaan

dan

Kesehatan.
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan masyarakat,
melalui

Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu yang

meliputi pemberian imunisasi dasar kepada balita; Penyediaan akses


sumber air bersih dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas;
Penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan, serta tingkat
kematian

bayi;

Ketersediaan

dan

menjamin

ketercukupan

peningkatan

kualitas

kebutuhan
layanan

Obat

rumah

sakit,

puskesmas dan PKD; dan Penerapan Asuransi Kesehatan Daerah


tidak hanya untuk keluarga miskin tetapi kepada seluruh keluarga.
b. Program

Keluarga

Berencana,

melalui

Peningkatan

kualitas dan

jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan swasta;


4.

Infrastruktur
Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan
penanganan

prasarana

public,

dan pemanfaatan

melalui
tanah

Konsolidasi

untuk

kebijakan

kepentingan

umum

secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang


secara terpadu;
b. Pembangunan dan Rehabilitasi Jalan, melalui peningkatan kuantitas
dan kualitas pembangunan jalan antar Kecamatan dan antar Desa.
c. Pembangunan

Sarana

Pembangunan

jaringan

dan

Prasarana

prasarana

transportasi antarmoda dan

dan

Perhubungan,

melalui

penyediaan

sarana

antar wilayah yang

terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak


Biru Transportasi Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan
transportasi.
d. pengembangan perumahan rakyat, melalui pembangunan rumah
sederhana sehat
bersubsidi berikut fasilitas pendukung kawasan permukiman yang
dapat menampung keluarga yang kurang mampu.
e. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam, melalui
pembangunan

prasarana

pengendalian

bencana

pada

kawasan-

kawasan rawan bencana.


f. Pengembangan Komunikasi ,Informasi dan media massa, melalui
maksimalisasi tersedianya akses komunikasi data dan suara bagi
masyarakat.
g. Peningkatan Pelayanan Angkutan dan perhubungan, melalui
perbaikan sistem dan
jaringan transportasi didalam kota Wonosobo, Kertek, Sapuran,
Garung, Kaliwiro dan transportasi pedesaaan.
5.

Pertanian dan Ketahanan Pangan.


Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat, melalui
revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan, dengan penataan
regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian,
pengembangan areal pertanian baru, penertiban serta optimalisasi
penggunaan lahan terlantar.
b. Pembangunan / rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, melalui
pembangunan
dan pemeliharaan sarana pengairan, yang melayani sentra-sentra
produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi
pertanian.
c. Peningkatan
penelitian

produktifitas

pertanian,

melalui

dan pengembangan bidang

peningkatan

pertanian yang

menciptakan benih unggul dan hasil peneilitian

lainnya

upaya
mampu
menuju

kualitas dan produktivitas hasil pertanian yang tinggi; mendorong


untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis
produk

lokal

oleh

pelaku

usaha

dan

pemerintah,

penyediaan

pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi yang menjamin


ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan
sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah,

dan terjangkau;
d. Peningkatan pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan
keamanan pangan
melalui peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan,
melalui peningkatan pola pangan harapan;
e. Pengendalian dampak perubahan iklim, melalui pengambilan langkahlangkah kongkrit
terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap
perubahan iklim.

6.

Konsolidasi dan Reformasi birokrasi untuk perbaikan tata kelola


pemerintahan; Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Penataan Kelembagaan, melalui restrukturisasi, konsolidasi struktural
dan peningkatan
kapasitas SKPD yang menangani urusan pemerintahan daerah.
b. Peningkatan
peningkatan

penyelenggaraan
efisiensi

pemerintahan

desa,

melalui

dan efektivitas penggunaan anggaran dan

alokasi dana desa, penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala


desa, peningkatan kapasitas pemerintahan desa; serta penetapan dan
penerapan sistem Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang
selaras antara pemerintah kabupaten dan pemerintah desa.
c. Pembinaan dan pengembangan aparatur, melalui penyempurnaan
pengelolaan PNS
yang meliputi sistem rekruitmen, pendidikan, penempatan, promosi,
dan mutasi serta kesejahteraan PNS .
d. Penataan

Peraturan

Perundang-undangan,

melalui

percepatan

evaluasi, harmonisasi dan sinkronisasi peraturan daerah.


e. Penegakan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan,
melalui

peningkatan

integrasi

dan

integritas

penerapan

dan

penegakan peeraturan daerah oleh seluruh lembaga dan aparat


hukum.
f. Penataan Administrasi Kependudukan, melalui penetapan Nomor Induk
Kependudukan
(NIK) dan pengembangan Sistem Informasi dan Administrasi
Kependudukan (SIAK) dengan aplikasi pertama pada kartu tanda
penduduk.
7.

Iklim investasi dan usaha;


Program prioritas yang akan dilakukan :
a. Penataan perundang-undangan, melalui reformasi regulasi secara
bertahap

sehingga

terjadi

harmonisasi

peraturan

perundang-

undangan yang tidak menimbulkan ketidakjelasan dan inkonsistensi


dalam

implementasinya;

ketenagakerjaan

dan

iklim

serta
usaha

Sinkronisasi
dalam

rangka

kebijakan
memperluas

penciptaan lapangan kerja,


b. Peningkatan promosi dan kerjasama ekonomi dan investasi, melalui
penerapan sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara
elektronik (SPSIE) pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan
pengurangan biaya untuk memulai usaha.

8.

Energi dan sumber daya


mineral; Program prioritas yang
akan dilakukan :
a. Pengembangan Ketenagalistrikan dan energy, melalui percepatan
penyediaan jaringan
listrik pada kawasan-kawasan yang belum berlistrik.

b. Pengembangan Energi Alternatif Tepat Guna, melalui peningkatan


pengembangan energi terbarukan termasuk energi alternatif tenaga
surya dan microhydro,
c. Pengembangan
Pemanfaatan
Sumberdaya Mineral

dan
yang

Pengelolaan

memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup, melalui konversi


kegiatan pertambangan kepada kegiatan yang nilai ekonominya
tinggi dan tidak merusak lingkungan; serta rehabilitasi lahan pasca
pertambangan.
9.

Lingkungan hidup dan


Penanggulangan bencana; Program
prioritas yang akan dilakukan :
a. Pengendalian dampak perubahan iklim, melalui peningkatan hasil
rehabilitasi lahan
kritis, dan penekanan laju deforestasi secara
sungguh-sungguh,
b. pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, melalui
penurunan

beban pencemaran

lingkungan,

melalui

pengawasan

ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di kegiatan


industri dan jasa, penurunan tingkat polusi, Penghentian kerusakan
lingkungan di Daerah Aliran Sungai yang rawan bencana;
c. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam, melalui
Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Bencana dan
Sistem Peringatan Dini Cuaca dan Sistem Peringatan Dini Iklim; serta
peningkatan

kemampuan

penanggulangan

bencana

melalui:

penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam


usaha mitigasi risiko serta penanganan bencana, pembentukan tim
gerak cepat (unit khusus penanganan bencana) dengan dukungan
peralatan dan alat transportasi yang memadai dengan basis di lokasi
strategis yang dapat menjangkau seluruh wilayah Kabupaten.
10. Kawasan tertinggal, terbelakang, perbatasan
dan kumuh Program aksi yang akan
dilakukan :
a. Penataan

Perundang-undangan,

melalui

pelaksanaan

kebijakan

khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan


lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal,
terbelakang, perbatasan dan kumuh.

b. Kerjasama daerah melalui pembentukan kerja sama dengan daerah lain


dan pihak ketiga
dalam

rangka

percepatan

pertumbuhan

terbelakang, perbatasan dan kumuh.


11. Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.
Program aksi yang akan dilakukan :

di

daerah

tertinggal,

a. Pengelolaan Kekayaan Budaya, melalui penetapan dan pembentukan


pengelolaan terpadu untuk pengelolaan cagar budaya, museum dan
perpustakaan, serta pelestarian budaya.
b. Pengembangan Nilai seni dan Budaya, melalui penyediaan sarana
yang memadai bagi
pengembangan,

pendalaman

dan

pagelaran

seni budaya;

serta

Peningkatan perhatian dan kesertaan pemerintah dalam programprogram

seni

budaya

yang

diinisiasi

oleh

masyarakat

dan

mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya.


c. Program pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna,
melalui

peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan

kompetitif

yang

mencakup

pengelolaan

sumber

daya

menuju

ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan


pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.
Selengkapnya
daerah

kebijakan

umum

dan

program

pembangunan

Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 - 2015 tersaji dalam tabel

sebagai berikut :

BAB VIII
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Penetapan

indikator

kinerja

daerah

bertujuan

untuk

memberi

gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala


daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini
ditunjukan

dari

akumulasi

pencapaian

indikator

outcome

program

pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat


mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir
periode RPJMD dapat dicapai.
Adapun penetapan indikator kinerja daerah Kabupaten Wonosobo
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel VIII.1
Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah
Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan Kabupaten
Wonosobo

No

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA

1
2
URUSAN PENDIDIKAN
1
2
3
4

Kondisi
awal
2010

Target Capaian Setiap


Tahun
2011

2012

2013

2014

2015

Angka Melek Huruf

99,69

99,72

99,89

Rata-rata Lama Sekolah


APK PAUD

6,36

6,58
26

6,72
35

10
0
6,87

10
0
6,99

10
0
7,12

45

50

1:16

1:16

4
0
1:16

1:16

1:16

2
4
1:16

Rasio pendidik dengan


peserta didik PAUD
APM-SD/MI/Paket A

84,02

87

90

92,5

93,5

95

APK SD/MI/Paket A

96,46

99

APM SMP/MTs/Paket B

59,78

65

10
0
70

10
0
7

10
0
80

10
5
85

APK SMP/MTs/Paket B

79,13

83

88

94

Angka Putus Sekolah


SD/MI
Angka Putus Sekolah
SMP/MTs
% kelulusan SD/MI

0,14

0,13

1,03

0,
1
0,98

99,6

99,64

12

Prosenatase kelulusan
SMP/MTs minimal

87,24

13

Angka melanjutkan ke
jenjang SMP/MTs
Angka melanjutkan ke
jenjang
SMA/SMK/MA
Rasio Pendidik dengan
peserta didik SD/MI
Rasio Pendidik dengan
peserta didik SMP/MTs

10
11

14
15
16

5
9
1
0,08

0,07

10
0
0,06

0,96

0,94

0,92

99,7

99,75

99,8

99,9

99,5

99,6

99,7

99,8

99,9

9
5
6
6
1:18

61,01

63

68

70

68

70

78

80

1:18

1:19

6
5
7
4
1:19

1:20

1:20

1:14

1:14

1:15

1:15

1:16

1:16

17
5

17

Rasio murid dengan


kelas SD/MI

1:26

1:27

1:28

1:29

1:30

1:31

17
5

No
1

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
2

Kondisi
awal
2010

Target Capaian Setiap Tahun


2011

2012

2013

2014

2015

1:33

1:34

1:34

1:35

1:35

1:36

19

Rasio murid dengan


kelas
SMP/MTs
Rasio murid dengan buku

2:01

1:01

1:01

1:01

1:01

1:01

20

APK SMA/SMK/MA

33,09

35

40

52,5

60

21

APM SMA/SMK/MA

23,98

26

29

35

38

22

Rasio siswa SMK : SMA

44:56

51:49

57:43

4
5
3
2
60:40

67:33

70:30

23

Angka Putus Sekolah


SMA/SMK/MA
% kelulusan
SMA/SMK/MA
Rasio Pendidik dengan

1,32

1,09

0,8

0,7

0,6

93,02

1,
1
94

94,5

95,5

96

1:14

1:14

1:15

9
5
1:15

1:16

1:16

1:33

1:34

1:34

1:35

1:35

1:36

3,
2

4,5

5,5

4
8

50

53

5
6

60

65

98,87

99,69

10
0

10
0

10
0

10
0

5,69

50

55

65

70

16,48

60

70

90

71,66

90

95

9
6

98

10
0

6
0
8
0
10
0
10
0

10
0
10
0

10
0
10
0
10
0

1
0
5
0

15

20

27

30

50

60

2
5
6
5

70

75

10
0
10
0
10
0

10
0
10
0
10
0

10
0
10
0
10
0

10
0
10
0
10
0

10
0
10
0
10
0

10
0
10
0
10
0

69,8

70,1
70,06

70,29
70,26

70,49
70,45

70,73
70,66

70,94
70,87

18

24
25
26
27

28

29
30

31

32
33
34

peserta didik
SMA/SMK/MA
Rasio murid dengan
kelas
SMA/SMK/MA
% penambahan APK
berdasarkan layanan
usia
wajar dikdas yang
belum/tidak sekolah
% layanan pendidikan
kesetaraan bagi usia
dewasa yang belum
bersekolah
% Angka melek huruf
usia 1545
tahun berkualifikasi
% Pendidik
S.1/D.4 mencapai :
a. pada Pendidikan Anak
Usia
Dini
(PAUD)
b. pada
Satuan
Pendidikan
SD/MI
c.
pada Satuan
Pendidikan
SMP/MTs.
d. Pada Satuan
Pendidikan
SMA/MA dan SMK
e. Pada Pendidikan
Kesetaraan A, B dan C
% lembaga PAUD
memiliki
tata kelola dan citra
yang
baikmenerapkan
% SD/MI
MBS
% SMP/MTs
menerapkan MBS
% SMA/SMK/MA
melaksanakan program
MBS dengan baik.

35

Jumlah Penerapan
Sistem
Manajemen Mutu
(SSM) SMA/SMK ISO
URUSAN KESEHATAN
1
2

Angka usia harapan


hidup Harapan Hidup
Angka
saat Melahirkan

70,01

216

No

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR

Kondisi
awal
2010

Target Capaian Setiap


Tahun
2011

2012

2013

2014

2015

Angka kematian ibu per


100000 kelahiran hidup

11
5

11
4

11
1

10
8

10
5

10
2

Angka kematian bayi per


1000 kelahiran hidup

15,23

14,63

13,42

12,21

11

9,8

% cakupan komplikasi
kebidanan yang
ditangani
% cakupan pertolongan

9
5

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

91,94

92

94

9
6

98

10
0

91,02

92,5

94,5

95,5

96,5

97

81,41

86,45

87,69

88,12

88,69

89,53

99,17

99,5

99,7

99,9

86,65

87

88

10
0
92

80,05

84,06

84,8

8
9
85,86

10
0
90
86,72

87,25

9
5
2
5
10

96

97

30

50

10
0
90

10
0

10
0

10
0
10
0
10

10
0

10
0

10
0

8
9
10
11
12
13
14

persalinan oleh
tenaga kesehatan
yang memiliki
kompetensi
% ibu hamil yang
mendapatkan
pelayanan antenatal
(cakupan kunjungan
kehamilan ke empat
(K4))
% Cakupan KB aktif
% cakupan kunjungan
neonatal
% cakupan pelayanan
kesehatan bayi
% cakupan pelayanan
kesehatan anak balita
% cakupan neonatus
dengan
komplikasi
yang
% PKD
aktif
% cakupan pelayanan
kesehatan dasar
masyarakat miskin

15

10
0
7
5
10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

100

100

100

100

100

7,
7
25,49

10.1

9.3

25

9.
1
22.5

2
0
3
0
7
0

17.5

8.
7
20

25

20

75

80

17

% Cakupan pelayanan
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
miskin
% Cakupan palayanan
gawat darurat level 1 di
sarana kesehatan
rujukan
% balita gizi kurang

18

prevalensi GAKY

19

% anemia pada ibu


hamil dan
remaja
% bayi putri
(0-6 bulan) yang
mendapatkan ASI saja

49,17

40

35

54,69

60

65

% bayi dan balita 6-59


bulan
serta ibu nifas
mendapat
kapsul
% prevalensi
anak balita
yang
pendek
% kasus(stunting)
baru TB Paru

95,8

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

31,3

45

41.5

35.5

32

30

37,5

45

50

5
5

60

70

81,5

85

85

8
5

85

85

7
5

90

90

9
0

90

90

16

20
21

22
23
24
25

(BTA positif) yang


ditemukan
% kasus baru TB Paru
(BTA
positif)
yang kusta yang
% penderita
selesai berobat (RFT
rate)

No
1
26

27
28
29
30

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
2
kasus malaria (Annual
Paracite Indeks-API) per
1.000 penduduk
% penderita malaria
yang diobati
angka kesakitan DBD
per
100.000
penduduk
angka kematian
DBD

32

% suspek flu burung


yang
ditemukan dan
ditangani
sesuai
% kasus zoonosa
(rabies,antraks, pes,
leptospirosis) yang
ditangani sesuai
standart
% ODHA yang

33

mendapatkan
anti
Retroviral
% darah
donorTreatment
diskrining

31

terhadap HIV-AIDS
34
35

36
37
38

39
40

% desa/kelurahan UCI
Cakupan desa/kelurahan
KLB
yang dilakukan
penyelidikan
% diare balita yang
ditangani sesuai standart
angka kematian diare
Non Polio Acute Flaccid
Rate
per 100.000 penduduk <
15
% penderita pneumonia
yang
diobati
sesuai
standart
% kasus
filariasis
yang

42

ditangani
% kasus Infeksi Melular
Seksual (IMS) yang
ditangani
% puskesmas

43

melaksanakan
surveilans dan
pengendalian faktor
resiko
tidak
rumahpenyakit
tangga sehat

44

% desa siaga aktif

45

Jumlah pondok pesantren


yang memiliki /
melaksanakan
poskestren
% posyandu mandiri

41

46
47

48

49

% desa yang memiliki


tenaga
kesehatan bidan dan
perawat/ paramedis
Tingkat kecukupan obat,
alat
kesehatan, serum,
reagensia untuk
pelayanan
kesehatan
Tingkat
kecukupan
vaksin
untuk pelayanan

Kondisi
awal

Target Capaian Setiap Tahun

2010

2011

2012

2013

2014

2015

3
0,16

4
1.75

5
1.
5

6
1.25

7
1

8
1

10
0
6
9
0,16

10
0
54

10
0
53

10
0
51

10
0
50

<
1
10
0

<1

<1

10
0

<
1
10
0

10
0
5
2
<1
10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

7
0

75

80

8
5

90

90

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

93,2
10
0

10
0
10
0

10
0
10
0

10
0
10
0

10
0
10
0

10
0
10
0

10
0
0,015

10
0
0

10
0
0

10
0
0

10
0
0

10
0
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0
10
0

10
0
10
0

10
0
10
0

10
0
10
0

10
0
10
0

10
0
10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

4
7
15,7

50

55

70

80

20

25

40

50

10

6
0
3
0
1

20

25

4
0
9
0

50

60

10
0

10
0

5
9,
9
6

20

30

70

80

9
2

94

95

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

No
1
50

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
2
Tingkat kecukupan
sarana
prasarana pengelolaan
dan
pelayanan
%
instalasi kefarmasian
farmasi dan
sarana
pelayanan kesehatan
dasar yang
melaksanakan
manajemen
% sarana pelayanan
kesehatan yang
melaksanakan
pelayanan kefarmasian
sesuai
standart
% penduduk
yang

Kondisi
awal
2010

Target Capaian Setiap Tahun


2011

2012

2013

2014

2015

3
1
0

4
50

5
60

6
7
5

7
90

8
10
0

1
0

30

50

6
0

70

80

1
0

10

20

3
0

40

50

98,63

98,75

99

99,25

99,5

10
0

89,25

90

90

9
5

95

10
0

62,62

70

73

7
5

77

80

1
melaksanakan sanitasi
7
total berbasis
masyarakat (STBM)
58 % rumah memenuhi
61,23
syarat
59 kesehatan
% tempat umum
47,05
memenuhi
syarat
kesehatan
URUSAN
WAJIB
PEKERJAAN UMUM

18

20

2
0

20

25

70

73

77

80

70

72

7
5
7
4

76

77

51

52

54

56

memiliki
akses terhadap air
minum berkualitas
% kualitas air minum
yang
memenuhi
syarat
% penduduk
yang

57

memiliki
jamban
sehatyang
jumlah desa

55

3
4
5

6
7
8
9
10

Panjang jalan kondisi


baik
antara ibukota
kabupaten
- kecamatan
Rasio Panjang
Jalan lebar
>6
m dan < 6 m untuk
jalan antar ibukota
kabupaten - kecamatan
Panjang jalan kondisi
baik
antar ibukota kecamatan
Panjang jalan kondisi
baik
wilayah perbatasan
Rasio
Panjang
Jalan
Aspal dan Non Aspal
untuk
jalan
wilayah
perbatasan
% Jumlah jembatan
kondisi
baik
jumlah
panjang jalan
desa
kondisi baik (km)
panjang jalan beton dan
paving lingkungan desa
(km)
% Kondisi Daerah irigasi
Prioritas kondisi baik
% Daerah Irigasi dalam
kondisi baik

153,73

163,47

174,16

184,25

193,96

199,76

8,13

9,20

10,52

14,20

16,63

19,88

125,00

135,52

164,96

194,58

196,79

193,33

44,16

86,03

101,98

118,33

116,75

117,10

49,70

80,05

86,61

93,65

95,79

98,45

69,4

70,59

72,24

73,88

75,53

77,18

40,54

43,43

50,14

57,53

65,65

74,59

5,
9

6,
1

6,71

7,39

8,12

8,94

10
0
5
2

10
0
60

10
0
70

10
0
7
5

10
0
80

10
0
90

No
1
11

12
13

14

15
16
17

18
19
20
21

22
23
24

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
2
Rasio Panjang Saluran
Irigasi
dengan luas daerah
irigasi penanganan
panjang
jalan
lingkungan permukiman
panjang penanganan
drainase
lingkungan
permukiman
% rumah tangga yang
dapat
akses air bersih per
penduduk
total
% jumlah sambungan
rumah
pelanggan
PDAM
% rumah tangga

2
3

2011

2012

2013

2014

2015

3
0,05

4
0,05

5
0,05

6
0,05

7
0,05

8
0,05

1
0

10

11

1
2

13

15

1
0

10

11

1
2

13

15

9
1

93

95

9
7

10
0

10
0

8
0

80

80,4

80,8

81,2

81,6

4
0
0

40
0

50
0

6
0
1

70
1

80
1

% gedung pemerintahan
yang
representatifgedung olah
Tersedianya
raga
terpadu
% Berkurangnya
volume timbunan
sampahsarana
Jumlah
pengelolaan
sampah organik
dan anorganik
jumlah sarana prasarana
persampahan

4
0
0

40

50

70

80

6
0
1

10

1
1

11

12

1
3

13

13

1
0

10

10

1
0

10

10

% sampah terpilah pada


pusat
pusat
timbulan
% Jumlah

15

3
5

55

75

4
0

50

60

7
0

80

90

0,979

0,983

0,985

0,986

0,988

0,99

0,
9

0,91

0,92

0,93

0,94

0,95

1
4

15

15

1
6

16

17

2,
8
3
9

2,75

2,25

39

39

3
9

39

39

belum

ad
a
10

ad
a
20

ad
a
3
0

ad
a
40

ad
a
50

bersanitasi gedung
Tersedianya
pemerintahan satu atap
terpadu (unit)

rasio jumlah rumah per


jumlah kepala keluarga
(KK) rumah layak huni
rasio
per
jumlah
rumah
jumlah total
kompleks

perumahan
yang dibangun
pengembang
4 % luasan permukiman
kumuh*
5 % taman
lingkungan/ruang
terbuka hijau dari
6 luasan
Jumlah pemukiman
sarana pelayanan
penanganan bencana
kebakaran
URUSAN TATA RUANG
1
2

Target Capaian Setiap Tahun

2010

masyarakat/dunia
usaha yang mengelola
sampah
mandiri
URUSAN
WAJIB
PERUMAHAN
1

Kondisi
awal

Ketersediaan dokumen
dan
regulasi
tatapada
ruang
%
ketaatan
RTRW

220

URUSAN
PEMERINTAHAN/ No
INDIKATOR
KINERJA
PEMBANGUNAN
DAERAH

Kondisi
Target Capaian Setiap Tahun
awal
2010
2011
2012
2013
2014
2015
1
2
3
4
5
6
7
8
URUSAN PERENCANAAN

1 Tersedianya
Peraturan
Daerah
tentang
Sistem
Perencanaa
n
Pembangun
an
Kabupaten

belum
ada

belum
ada

ada

ada

ada

ada
ada

ada
ada

ada

2 Tersedianya
dokumen
perencanaa
n
pembangun
an daerah :
a. RPJMD
ada

b. RKPD
3 T
e
r
s
e
d
i
a
n
y
a
d
o
k
u
m
e
n
e
v
a
l
u
a
s
i
p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

ada
ada

a. Tahunan

ada
ada
ada

ada
ada
ada

185,3

184,7

belum
ada

4 jumlah jalur
ada
5 Jumlah Uji Kendaraan
ada
2.318
2.365
angkutan umum
6 % Kendaraan Laik Jalan
73
75
ada
7 Alat Uji yang memenuhi
3
4
ada
standar
8 b.
Jumlah
Kemacetan yang 2
2
Lima Titik
Tahunan
diurai/diatasi
belum
9 % Kawasan parkir yang
60
65
teratur
ada
10 % Peningkatan Retribusi
10
10
Pendapatan
Parkir
ada
URUSAN LINGKUNGAN
HIDUP
mlah
4 T
Angku
1
air
1
1
e Kualitas / kelas
tansumber
r2 % kelestarian
20
2
denga
s air
0
3
20
2
n debit
e % peningkatan
air
sumber
0
Penu
d
4
peran
100
15
i peningkatanmpan
g
masyarakat
dalam
serta
0
a
menjaga
n
2 % Standar
airFasilitas
y
5 kuantitas
% meningkatnya
10
1
a udara
ambien
di sekitar
kualitas
0
Angkutan
pabrik
Umum
d
3 Jumlah
6
10
1
a % meningkatnya
pengurusa
udara
ambien
di
sekitar
kualitas
0
t
a pemukimann perijinan
trayek
7 % meningkatnya
10
1
ambien di
kualitas
0
p udara
transportasi
r daerah
o
f
i
l
d
a
e
r
a
h
URUS
AN
WAJI
B
PERH
UBUN
GAN

1 R
a
s
i
o
J
u

183,59

182,48

180,95

179,32

100
100

100
100

100

100

644
715

662
726

682

702

trayek

28
32

28
34

30
36

2.412
78

2.460
80

2.510
81

2.56
0
8
2

75

80

85

9
0

10

10

10

1
0

40

80

100

40

6
0
6

80

100

30
0

0
45
0

60
0

750

7
0

20

3
0

40

50

20

3
0

40

50

20

3
0

40

50

No
1
8
9
10

11

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
2
% Luasan lahan
terdegradasi
(secara
fsik dankasus
kimia)
% menurunnya

2011

2012

2013

2014

2015

4
50

5
40

6
3
0

7
20

8
10

50

50

40

20

10

30

30

40

3
0
6
0

80

10
0

20

20

40

6
0

80

10
0

20

20

40

80

75

75

75,5

76,5

10
0
77

6
0
7
6
4

20

20

30

4
0

50

60

% Luas lahan yang


bersertifikat
% Luas Lahan milik
Pemerintah yang
bersertifikat

5
0
6
5

55

60

70

75

70

80

6
5
9
0

10
0

10
0

% Luas Lahan Milik


Masyarakat yang
bersertifikat

6
0

70

80

9
0

10
0

10
0

10
0
10
0
95

kebakaran hutan
Rasio Amdal / UKL-UPL /
SPPL terhadap jumlah
perusahaan

14

15

diberikan
untuk mendukung
penyelamatan
% peningkatan

16

penyerapan
karbondioksida
(CO2)
Jumlah pembangkit

13

2010

Target Capaian Setiap


Tahun

3
50

Rasio kesesuaian
regulasi
bidang lingkungan hidup
% kasus lingkungan
hidup
yang tertangani
Nilai
Adipura
Jumlah CSR yang

12

Kondisi
awal

tenaga
listrik
non emisi
URUSAN
PERTANAHAN
1
2

URUSAN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL


1
2
3
4
5
6

% kepemilikan KTP
berbasis
NIKkepemilikan KK
%

99,71

99,89

99,95

99,95

0,15

0,18

10
0
10
0
10
0
10
0
0,2

99,80

99,85

99,90

% kepemilikan Akta
kelahiran
% Anak Lahir yang
membuat
Akta
Kelahiran
%
penduduk
meninggal
yg
membuat
Akta Kematian
lama pengurusan
dokumen kependudukan
(KTP,KK,Akte kelahiran)

56,48

70

75

78,24

84,25

87,5

10
0
8
5
89,5

0,07

0,08

6 hari

2 hari

0,
1
1 hari

1 hari

1 hari

1 hari

10
0

10
0

% penduduk yang
9
10
10
10
teregistrasi
9
0
0
0
URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
1
2
3

Inde
gunan
Indek Pemban
embang
Gend
er (
Gende
IPG
Inde
Inde)k Pemb
emberday
rdayaan
Gend
er
Gende
( IDJuGmlah
) ah kas
%
ml
kasus
kekerasan
terhadap perempuan
empuan
dan anak yang

95

55,2

55,5

56,7

57,8

59

60,5

48,8

48,9

49

49,3

49,7

50,5

8
0

84

88

9
2

95

99

No

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR

Kondisi
awal
2010

1
4

2
3
Rev
gaan
6
Revital
talisasi kelemba
embag
PUG
pada 60%
60% Satuan Kerja
Kerja
Perang
rangkat Daerah di
Kabupate
abupaten Wonos
Wonosobo
s
a
m
pai
tahun
2015
5
201
URUSAN KELUARGA
BERENCANA
1
2

Angka Penurunan TFR


(Total
FertilityPenurunan
Rate)
Angka
laju
Pertumbuhan Penduduk

2011

Target Capaian Setiap


Tahun
2012
2013
2014

2015

4
10

5
20

6
3
0

7
40

8
50

2,35

2,27

2,13

2,06

1,015

1,01

2,
2
1

0,99

0,99

Cakupan unmetneed

8,14

7,02

6,72

6,22

5,92

5,62

% KB Aktif
(Contraceptive
Prevalence
% drop out Rate - CPR)
KB
Jumlah Pasangan Usia

81,41

86,45

87,69

88,12

88,69

89,53

9,65

8,48

8,08

7,68

7,28

6,88

26.620

27.140

28.672

29.217

29.774

5
6

Subur
yang menjadi Peserta KB
Baru
7 Jumlah kasus HIV/AIDS
8 Jumlah Kelompok Bina
Keluarga Balita
9 Cakupan PUS peserta KB
anggota UPPKS yang
ber-KB mandiri
10 % Keluarga Pra KS dan
KS - I
11 Rasio Penyuluh
KB/Petugas
Lapangan KB dengan
desa/kelurahan
URUSAN
SOSIAL

25.896
5
1
57
5
47,36

45
62
0

43
66
5

4
0
70
1

30
74
6

25
79
5

48,13

48,76

48,05

48,68

49,08

47,57

46,66

44,66

42,66

40,66

38,66

1 : 4,27

1:4

1 : 3,5

1:3

1 : 2,5

1:2

% PMKS yang
memperoleh bantuan
sosial untuk pemenuhan
kebutuhan dasar

3
0

32

3
5

38

40

42

% PMKS mandiri

22

35

40

% PMKS terlayani
jaminan
social
% Anak Berhadapan
dengan Hukum (ABH)
yang ditangani
Jumlah korban bencana
yang
medapat
pendampingan
Jumlah panti
sosial

42

2
5
45

30

2
0
4
0
8
0

50

52

85

86

4
8
8
8

90

95

50
0

500

550

600

650

700

1
4
8
0

15

16

17

17

82

85

1
7
8
9

92

95

Rasio daya serap tenaga


kerja
% Tingkat partisipasi
angkatan kerja
% Tingkat
pengangguran terbuka

22,02

23,61

26,31

29,01

31,71

34,41

4
0
3,99

Jumlah tenaga kerja


yang
mendapatkan pelatihan
berbasis masyarakat

97
1

4
5
6
7

% Meningkatnya
rehabilitasi
berbasis
masyarakat
URUSAN
KETENAGAKERJAAN
1
2
3
4

41

43

44

45

3,56

4
2
3,34

3,15

3,05

2,98

12
8

16
0

19
2

22
4

25
6

No

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR

Kondisi
awal
2010

2011

Target Capaian Setiap


Tahun
2012
2013
2014

1
5

2
3
4
5
Jumlah tenaga kerja
4
64
96
yang
8
mendapatkan pelatihan
berbasis Kompetensi
6 Jumlah tenaga kerja
8
90
10
yang
2
0
mendapatkan pelatihan
berbasis kewirausahaan
7 Jumlah Pekerja/buruh
4390
2900
3000
yang
menjadi peserta program
8 Jamsostek
Jumlah pencari kerja
3074
3250
3700
yang
terdaftar yang
ditempatkan
(melalui
URUSAN
KOPERASI
DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

2015

6
12
8

7
17
5

8
21
5

10
0

10
0

10
0

3500

3900

4100

3800

3900

4000

% usaha Mikro yang


meningkat menjadi
usaha kecil

12

15

% usaha kecil yang


meningkat
menjadi usaha
% usaha mikro/kecil
yang
gulung Koperasi
tikar
Jumlah
aktif

10

0,8

0,7

0,6

31
2
56

31
2
56

0,
9
31
2
57

31
7
58

32
2
59

32
7
60

0
29,5

0
29,55

0
29,6

0
29,65

0
29,7

135,8

139,6

140,6

141,6

145,6

150,6

3
4
5

Jumlah Aset Koperasi


0
6 (milyar)
Jumlah Aset UMKM
29,5
(milyar)
URUSAN PENANAMAN MODAL
1

Jumlah Investasi

Nilai Investasi (milyar)

URUSAN PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN


1

2
3

4
5
6
7

Jumlah karya budaya


yang
memperoleh
perlindungan
Jumlah saranaHAKI
seni
budayamuseum yang
Jumlah
memenuhi standar
pelayanan dan
pengelolaan
Jumlah Cagar budaya
yang
dilindungi
dan dipelihara
Lama tinggal
Wisatawan
mancanegara dan
Jumlah penerimaan
obyekobyek
(juta)
Jumlahwisata
Wisman

1
0

15

15

1
5

15

15

0
0

0
0

1
1

1
1

1
1

1
1

1
5

15

15

1
5

15

15

1,
5

2,
2

2,4

2,6

2,9

6
0

15
0

20
0

25
0

30
0

35
0

16.882

Jumlah
239.456
Wisnu
9 Jumlah Tenaga Kerja
12
yang diserap di
5
industri pariwisata
URUSAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
1
2

Jumlah kegiatan
produktif
kepemudaan
Jumlah organisasi
kepemudaan

30.206

39.267

51.047

66.361

394.311

512.604

666.385

866.301 1.126.19
1 20
18
3
1

13
8

15
1

16
6

14
2

14
2

14
2

1
0
14
2

86.270

11

12

14
2

14
2

No
1

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
2

Kondisi
awal
2010
3

Target Capaian Setiap Tahun


2011
4

2012
5

2013
6

% Cabang olah raga


3
38
40
4
yang
5
3
4 berprestasi
Jumlah sarana
2
2
2
3
/prasarana
olah raga
standar
5 Jumlah
klub/
kelompok
1374
1380
1390
1412
olah
raga
URUSAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2014

2015

45

50

1436

1450

Tidak adanya gerakan


yang
mengancam keutuhan
Jumlah Pembinaan
LSM,ORMAS dan OKP

Kegiatan pembinaan
politik daerah
Angka kriminalitas

4,03

4,01

3,82

3,64

3,46

3,25

10
0
0

10
0
0

10
0
0

10
0
0

10
0
0

10
0
10
0
0

10
0

10
0
10
0
0

72,56

7
5

% keamanan dan
kelancaran
pilkades
%
keamanan dan
kelancaran
pilgub
% keamanan dan
kelancaran pileg
% keamanan dan
kelancaran
pilpres
% keamanan dan
kelancaran
pemilukada
% partisipasi masyarakat
dalam penggunaan hak
pilih pada setiap proses
pemilihan umum

75

0
10
0
75

URUSAN OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI


KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN
1 Indeks Pembangunan
71,4
Manusia
71,60
72,28
72,55
73,15
73,34
2 Daya Beli Masyarakat
629.260 645.135 648.843 653.655 657.953 662.343
3
4
5

7
8
9
10
11

Pertumbuhan PDRB
% penduduk di atas garis
kemiskinan
Jumlah paket kebijakan /
regulasi sesuai dengan
urusan pemerintahan
daerah
Tersedianya Kebijakan
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah
(SPIP)
% jumlah perda hasil
inisiatif
DPRD
%penyelesaian
pelanggaran K3
% penegasan batas
kabupaten
Opini Hasil Pemeriksaan
BPK
% Rasio temuan
pemeriksaan BPK yang
ditindaklanjuti

4,02

4,26
24

4,38
22,5

4,63
20,75

4,94
19,25

5,22
18

1
4

14

14

1
4

14

14

10

20

30

35

9
0
8
0
wdp

95

98

80
wdp

10
0
wdp

2
0
9
9
10
0
wdp

91

95

10
0
10
0
wt
p
99

10
0
10
0
wt
p
10
0

25,91

8
6

9
7

No
1
12

13
14

15
16

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
2
Tersedianya pengadaan
barang dan jasa
melalui eprocurement
% kenaikan pendapatan
Asli
Daerah
% SKPD yang
melaporkan
inventaris barang tepat
waktu.
Jumlah BUMD yang
berkinerja
baik
Tersedianya
kebijakan
pembentukan BULD

Kondisi
awal
2010

Target Capaian Setiap Tahun


2011

2012

2013

2014

2015

3
belum

4
Ad
a

5
ad
a

6
ad
a

7
ad
a

8
ad
a

1
7

18

18

2
0

20

25

9
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

belum

belum

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

17

%Ketepatan waktu
penyampaian laporan
keuangan dan kinerja
berdasarkan PP No 58
Tahun 2005

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

18

Struktur Organisasi
Pemerintah Daerah
berdasarkan kebutuhan
dan Beban Kerja

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

19

% OPD yang telah


menyusun
SOP
Jumlah
OPD yang telah
menerapkan eadministration
% pejabat yang
memenuhi
syarat jabatan
%SKPD yg menyusun
IKUSKPD
dan renstra SKPD
%SKPD yang menyusun
Renja
SKPD dan IKU SKPD
% Ketepatan waktu
penyampaian laparan
pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD

2
0
0

30

50

7
0
1
0

10
0
15

10
0
22

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

9
0
8
0
8
5

95

97

80

85

10
0
95

90

95

10
0
9
0
10
0

10
0

10
0
10
0
10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

10
0

0,07

20
21
22
23
24

25
26
27

28

29
30
31

%struktur jabatan
struktural
yang
terisijabatan
%struktur
fungsional
yang
terisi
%Jumlah
pejabat
struktural
yang memenuhi
persyaratan
%Jumlah pejabat
fungsional
yang memenuhi
persyaratan
%pelanggaran disiplin
ringan
%pelanggaran disiplin
sedang
%pelanggaran disiplin
berat

Kondisi
URUSAN
awal
PEMERINTAHAN/
No
INDIKATOR
2010
KINERJA
1
2
3
URUSAN KETAHANAN PANGAN
1
2
3

Jumlah desa mandiri


pangan
% Ketersediaan bahan
pangan
utama
Jumlah lumbung pangan

Target Capaian Setiap Tahun


2011

2012

11

13

10
0
9

10
0
11

10
0
13

9
94
96
Tingkat skor PPH (pola
harapan pangan)
4
5 Tingkat konsumsi
11.956
15.982
16.061
protein hewani
(gr/kap/th)
6 Tingkat konsumsi
3.497
4.509,02 4.502,2
protein nabati
7
(gr/kap/th)
URUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

2013
6
1
5
10
0
1
5
9
8
16.225

2014

2015

17

19

10
0
17

10
0
19

90

92

16.344

16.542

4.503,46 4.499,27 4.501,77

% Jumlah BPD yang


melakukan rapat
pembahasan LKPJ

8
0

90

95

10
0

10
0

10
0

% Kades yang telah


mengikuti
pelatihan peningkatan
kapasitas
%
Sekretaris Desa yang
telah
mengikuti pelatihan
peningkatan kapasitas
% Perangkat desa
lainnya
yang telah mengikuti
pelatihan peningkatan
kapasitas
% desa yang menyusun
profil
desa
% jumlah desa yang
melaksanakan tertib
adminitrasi keuangan
dan aset desa

6
0

70

80

9
0

10
0

10
0

6
0

60

70

8
0

90

10
0

2
0

30

40

5
0

60

70

4
5
2
5

50

60

30

40

10
0
6
0

10
0
80

10
0
95

5
6

Jumlah desa yang


menetapkan APBDes
tepat waktu

100
desa

100
desa

150
desa

236
desa

236
desa

236
desa

Jumlah desa yang


menetapkan laporan
keterangan
pertanggungjawaban
APBDes tepat waktu

100
desa

100
desa

150
desa

236
desa

236
desa

236
desa

2
5

25

30

3
5

40

50

ad
a
6
0

ad
a
75

ad
a
90

ad
a
10
0

ad
a
10
0

ad
a
10
0

% swadaya masyarakat
dalam
kegiatan pembangunan
URUSAN STATISTIK
1
2

Tersedianya data
statistik
daerah
% validitas data

URUSAN KEARSIPAN
1

Jumlah SKPD yg
melaksanakan
akuisisi arsip

No

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
PEMBANGUNAN
2

Jumlah tenaga kearsipan


yang
memiliki
sertifikat
URUSAN
PERPUSTAKAAN
1

Jumlah bahan pustaka

Jumlah perpustakaan :

4
5

2010

Target Capaian Setiap Tahun


2011

2012

2013

2014

2015

1
0

11

13

128.000

128.000

186.000

244.000

302.000

360.000

a. Perpustakaan Keliling

b. Perpustakaan Daerah

c. Perpustakaan Sekolah
3

Kondisi
awal

jangkauan perpustakaan
keliling (desa)
Jumlah pengunjung
perpustakaan
Jumlah peminjam buku
perpustakaan

30
5
7
0
523.092

30
7
85
525.000

40
0
11
5
525.000

40
0
14
5
525.000

60
0
17
5
550.000

75
6
20
5
550.000

185.000

190.000

195.000

195.000

195.000

182.957

URUSAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


1

4
5

6
7
8

Tersedianya media
informasi publik yang
diterbitkan oleh
Pemerintah
Tersedianya media
informasi publik yang
diterbitkan oleh
Pemerintah
Terciptanya layanan data
basis dan lalu lintas
data secara on-line
Jumlah pengunjung
website
pemerintah
% paket informasi
yang terpublikasikan
secara langsung
maupun melalui
media
Adanya Sistem Informasi
Manajemen yang
terintegrasi
Jumlah SKPD yang
memiliki
Sistem
Informasi
% Ter-Update-nya

atribut data spasial


9 Jumlah Koneksi WAN ke
seluruh Kecamatan
10 Terciptanya simpulsimpul
koneksi
WAN di tingkat
11 %
Terpasangnya
VOIP
di setiap SKPD
URUSAN PERTANIAN
1

Nilai Tukar Petani

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

belum

belum

ad
a

ad
a

ad
a

ad
a

789.456

878.851

950.000 1.100.00 1.300.00 1.500.00


0
0
0
10
10
10
10
0
0
0
0

10
0

10
0

belum

belum

belum

ad
a

ad
a

ad
a

10

1
2

14

16

10
0
belum

10
0
belum

10
0
belum

10
0
belum

belum

belum

belum

belum

10
0
ad
a
belum

2,
5

10

20

3
0

10
0
ad
a
ad
a
50

111,09

114,82

118,57

122,68

40

126,42

130,27

No
1
2

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
2
Produksi Tanaman
pangan
(ton)
- Padi

Target Capaian Setiap Tahun


2011
4

2012
5

2013
6

2014
7

2015
8

120.686

166.477

184.218

174.640

194.100

184.450

- Jagung

60.507

138.488

141.043

151.110

154.320

166.892

- Ketela Pohon

79.619

172.533

197.213

209.250

214.510

221.200

- Ubijalar

10.325

17.441

18.878

20.274

22.165

24.102

5,
5
3,67

5,65

Produktifitas tanaman
pangan
(ton/ha)
- Padi
- Jagung

Kondisi
awal
2010

5,
7
4,

5,9

6,2

5,2

5,4

8
26,5

- Ketela Pohon

20,6

4,
6
25,5

28

17,5

21,4

22,5

2
7
23,25

27,5

- Ubijalar

24,6

26

Produksi Hortikultura
(ton)
- kentang

44.466

45.361

45.814

46.272

46.735

47.202

- kubis

58.851

65.377

66.031

66.691

67.358

68.032

- bawang daun

23.227

25.508

25.763

26.021

26.281

26.544

- bawang putih

1.165

1.179

1.191

1.203

1.215

1.227

- cabe

2..567

5.806

5.864

5.923

5.982

6.042

- wortel

4.778

4.826

4.874

4.923

4.972

5.022

- manggis
- salak

29
1
40.302

29
4
40.705

29
7
41.112

30
0
41.523

30
3
41.939

30
6
42.358

- pepaya/carica

11.093

11.204

11.316

11.429

11.544

11.659

- duku

7.146

7.218

7.290

7.363

7.436

7.511

- anthorium

8.577

8.663

8.749

8.837

8.925

9.014

- krisan

10.857

10.963

11.073

11.183

11.295

11.408

- Kapulogo

56.529

57.095

57.666

58.242

58.825

59.413

Produktifitas Hortikultura
(ton/ha)
- kentang

14,91

15,05

15,21

15,36

15,51

15,67

- kubis

17,79

17,97

18,15

18,33

18,52

18,7

- bawang daun

20,2

12,32

12,45

12,57

12,7

12,82

- bawang putih

5,36

5,41

5,46

5,52

5,57

5,63

- cabe

7,16

7,23

7,38

7,45

7,52

- wortel

14,89

15,03

7,
3
15,18

- manggis

1,77

1,79

- salak

1,92

- pepaya/carica
- duku

15,34

15,49

15,65

1,82

1,84

1,86

1,94

1,
8
1,96

1,98

2,02

1,79

1,81

1,82

1,84

1,86

1,88

3,12

3,15

3,18

3,22

3,25

3,28

- anthorium

- krisan

53
3
621,08

55
0
50

57
0
75

59
0
75

62
5
75

65
0
75

8
2
3000

0
85

0
90

3.050

3.100

0
9
5
3.150

0
11
5
3.200

0
13
0
3.250

Produksi Tanaman
perkebunan (ton) :
kopi
Tembakau
Kakao
Kelapa

No
1

URUSAN
PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
2
Panili
Cengkeh
Aren
Gula kelapa
Lada
Nilam

Kondisi
awal
2010

Target Capaian Setiap Tahun


2011

2013

2014

2015

5,
5
1

6,
5
14

7,
5
15

8,5

9,5

10,5
18

45

50

60

65

58
0
13

63
0
14

1
6
5
5
68

17

3
4
0
53

73
0
16

78
0
16

10

10

0
1
5
1
0

10

10

0
1
2
4

Produktifitas tanaman
perkebunan(ton/ha) :
kopi

0,23

0,23

0,22

0,22

0,23

0,41

Tembakau

0,21

0,75

0,75

0,75

0,17

0,
5
0,16

0,75

Kakao

0,15

0,14

0,16

0,17

Kelapa

0,62

0,62

0,63

0,63

0,64

0,64

Panili

0,19

0,19

0,19

0,19

0,19

0,2

Cengkeh

0,06

0,07

0,07

0,08

0,08

0,09

Aren

0,69

0,78

0,87

0,95

1,04

1,13

gula kelapa

1,39

1,73

1,88

2,03

2,09

2,2

Lada

0,25

0,27

0,29

0,31

0,33

0,33

Nilam

0,27

0,67

0,67

0,67

0,67

0,67

a. Sapi

30.703

31.228

32.669

33.941

35.203

36.096

b. Kambing

135.573

137.620

139.905

140.426

142.002

142.742

c. Domba

86.098

87.463

90.334

92.120

93.115

92.224

e. Kerbau

4.093

3.881

3.903

3.936

4.085

4.110

f. Ayam Buras

663.338

657.498

662.093

666.229

670.391

624.578

g. Ayam Petelur

19.514

22.088

24.098

26.767

28.989

29.930

i. Sapi Perah

67
6
31.096

85
3
32.228

1.077

1.358

1.579

j. Kelinci

35
9
21.696

32.770

33.320

33.880

k. Entog

45.443

46.225

46.382

46.496

46.578

46.637

i. Puyuh

182.579

191.304

192.304

192.526

192.574

192.585

a. susu

556,32

556,32

570,11

719,35

967,64

1.145,22

b.telor

2532,01

c. Daging

5371,3

Populasi (Ekor) :

Produk ternak (ton)


2.609,00 2.705,0
5.402,97 0
5.732,0

Jumlah Produksi
perikanan
budidaya (ton)
URUSAN KEHUTANAN
1

Luas lahan kritis (Ha)

% bahaya kebakaran
hutan
Jumlah IPHHK berizin

4323

36140,9
3 1

4.965

5.780,32 6.233,21 6.575,60

5.295

5.625

5.820

6.050

35.140,9 34.140,9 33.140,9 32.140,9 31.140,9


3 1
3 0
3 0
3 0
3 0

3
11
11
0
6
URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL
jumlah Ijin usaha
pemanfaatan dan
pengelolaan energi
alternatif yang
diterbitkan

2.809,00 2.890,00 2.950,00

URUSAN PERIKANAN

2012

12
2

12
8

13
4

13
7

231

No
1
`2

3
4

Kondisi
URUSAN PEMERINTAHAN/
INDIKATOR
KINERJA
PEMBANGUNAN
2010
DAERAH
2
3
Jumlah usaha
dan
pengelolaan energi
pemanfaatan
alternatif berijin yang
sudah
beroperasi
% dusun berlistrik
% rumah tangga yang
menggunakan listrik
(elektrifikasi)
Rasio penyediaan daya
terhadap
kebutuhan
listrik

2011

awal
2012

Target Capaian Setiap


2013

2014

2015

10
0
83,8

10
0
83,8

10
0
90

10
0
9

10
0
10

10
0
10

109%

109%

109%

109%

109%

109%

Jumlah SPBU

Jumlah SPBE

9
0

91

92

9
3

94

95

URUSAN PERDAGANGAN
kelangkaan bahan pokok
2
3
4
5

jumlah sarana
perdagangan
jumlah pelaku
perdagangan
jumlah pelaku
yang
memiliki SIUP
perdagangan
% volume komoditas
keperluan
ekspor
untuk

Nilai ekspor (juta)

jumlah negara tujuan

13.750

14.025

14.306

14.592

14.883

15.181

6.918

7.056

7.197

7.341

7.488

7.638

1
6

17

18

1
9

20

21

211.644,7 253.973,6 296.302,6 332.636,5 380.960,5 423.289,4


4
8
4
8
3
5

10

12

Jumlah komoditas

Jumlah pelaku ekspor

10

Jumlah Usaha dagang


kecil
Jumlah usaha dagang
menengah
Jumlah UDKM yang
dan
berkembang
dibina

11
12

15

16

1
3
9

10

12

10

5283

5374

5642

6036

6639

7502

96
4
7
5

99
3
80

1022

1062

1125

1203

85

9
0

95

10
0

URUSAN PERINDUSTRIAN
lokal pada produk IKM
2

% IKM yang
memanfaatkan
Tenaga
Kerja local

8
5

88

91

9
4

96

99

% IKM yang memperoleh


sertifikasi Good
Manufacturing Product
(GMP)
Nilai kredit yang diakses
(juta)
Jumlah usaha industri
baru
Jenis Usaha industri Baru

5000

5.500

6.000

6.500

7.000

7.500

15
0
5

18
3
5

18
5
5

18
8
5

19
0
5

24
3
5

4
5
6
7

Penetapan industri
inti/prioritas

BAB IX
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Wonosobo Tahun 2010-2015 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program

Bupati

untuk

masa

5 (lima) tahun mendatang. RPJMD ini

selanjutnya menjadi pedoman dan dasar bagi penyusunan Rencana Kerja


Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Strategis (Renstra) SKPD, dan Rencana
Kerja (Renja) SKPD. Sehubungan masa berakhirnya jabatan Bupati pada
tahun 2015 pada akhir semester I, maka untuk mengisi kekosongan
dokumen perencanaan pada masa transisi disusun Program Indikatif untuk
1 (satu) tahun kedepan setelah periode RPJMD ini berakhir. Penyusunan
Program Indikatif dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan dalam
penyusunannya berdasarkan pada RPJMD ini dan bersifat melanjutkan
target kinerjanya. Selanjutnya Program Indikatif dimaksud akan menjadi
pedoman dalam pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan
guna menyusun RKPD Kabupaten Wonosobo Tahun 2015, sambil menunggu
penetapan RPJMD periode berikutnya.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJMD Tahun
2010 - 2015, Badan
Perencanaan

Pembangunan

Daerah

berkewajiban

untuk

melakukan

pemantauan dan evaluasi terhadap penjabaran RPJMD Tahun 2010 - 2015


dalam Renstra SKPD. Pada setiap akhir tahun anggaran dilakukan evaluasi
terhadap capaian target kinerja yang telah ditetapkan sebagai sarana
untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan program prioritas yang telah
ditetapkan

dalam

RPJMD

dan

sebagai

bahan

pertimbangan

dalam

pelaksanaan tahun berikutnya. Evaluasi dimaksud dikoordinasikan oleh


Badan

Perencanaan

Pembangunan

Daerah.

Apabila

dalam

periode

pelaksanaan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 2015 terdapat halhal diluar kendali (force majeur) Pemerintah Daerah, maka kebijakan umum
dan program pembangunan daerah yang telah ditetapkan dalam RPJMD ini
dapat ditinjau kembali dan hasilnya dikonsultasikan

ke

DPRD,

untuk

mendapatkan pertimbangan lebih lanjut dalam proses pelaksanaannya.


RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun 2010 2015 yang telah disusun
ini hendaknya
dapat dilaksanakan oleh segenap pemangku kepentingan, terutama unsur
pemerintah maupun unsur

non

pemerintah,

secara

konsisten,

jujur,

transparan, partisipatif, dan penuh tanggung jawab dan komitmen. Guna

mewujudkan efektifitas pelaksanaan RPJMD Kabupaten Wonosobo Tahun


2010

2015

dan

dalam

rangka

pencapaian

target

kinerja,

perlu

ditetapkan kaidah- kaidah pelaksanaan sebagai berikut, yaitu :


1. SKPD, serta masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk
melaksanakan program- program dalam RPJMD dengan sebaik-baiknya;

2. SKPD berkewajiban untuk menyusun rencana strategis yang memuat visi,


misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing SKPD dan menjadi pedoman dalam
menyusun Renja SKPD setiap tahun;
3. SKPD berkewajiban menjamin konsistensi antara RPJMD dengan Renstra
SKPD;
4. Kepala Bappeda melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jangka menengah daerah,
dan

melaporkan

hasil

pengendalian

dan

evaluasi

kebijakan

dan

pelaksanaan perencanaan pembangunan jangka menegah daerahkepada


Bupati;
5. Kepala SKPD melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan
penyusunan Rencana
Strategis

(Renstra)

SKPD

dan

pelaksanaan

Renstra

SKPD,

serta

melaporkan hasil pengendalian dan evaluasi kebijakan penyusunan dan


pelaksanaan Renstra SKPD jepada Bupati melalui Bappeda.

BUPATI WONOSOBO

H.A. KHOLIQ ARIF

Anda mungkin juga menyukai