Anda di halaman 1dari 28

FUNGSI MEGGER

Posted: 10 September 2012 in Uncategorized

FUNGSI MEGGER

Selain untuk memeriksa tahanan isolasi Generator atau Motor listrik, Megger digunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat listrik atau
instalasi tenaga listrik misalnya : kabel ,trafo , OCB, Jaring SUTM dll.

Tegangan alat ukur ini umumnya tegangan Tinggi arus searah yg besarnya berkisar 500 V/ 10.000 Volt.Tegangan megger dipilih berdasar tegangan
kerja daripada sistem tegangan kerja peralatan atau instalasi yang akan diuji

Hasil pengujian ditetapkan bahwa harga penahan isolasi minimum = 1000 X tegangan kerja peralatan yang akan diuji

Prosedur Pengukuran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pengukuran adalah alat yang diukur harus bebas tegangan AC / DC atau tegangan induksi,
karena tegangan tersebut akan mempengaruhi hasil pengukuran.

Prosedur Pengukuran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pengukuran adalah alat yang diukur harus bebas tegangan AC / DC atau tegangan induksi,
karena tegangan tersebut akan mempengaruhi hasil ukur.

Megger Merk Metriso 5000 dan laksanakan sesuai prosedur pengukuran sebagai berikut :
1) Check batere apakah dalam kondisi baik.
2) Mekanikal zero check pada kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat berimpit dengan garis skala. Bila tidak tepat, atur pointer zero (10)
pada alat ukur.
3) Lakukan elektrikal zero check:
Pasang kabel test pada megger terminal (1) dan (3), serta hubung singkatkan ujung yang lain.
Letakkan saklar pemilih (8) di posisi 500.
Letakkan saklar pemilih skala (7) pada posisi skala 1.
On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka nol, bila tidak tepat atur pointer (11). Bila dengan pengaturan pointer
tidak berhasil (penunjukan tidak mencapai nol) periksa / ganti batere.

Off-kan megger dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero.


4) Pasang kabel test ke peralatan yang diukur .
5) Pilih tegangan ukur melalui saklar (8) sesuai tegangan kerja alat yang diukur.
6) On-kan megger, baca tampilan pada skalanya

Bila skala 1 hasil ukur menunjuk, pindahkan ke pemilih skala 2, bila hasilnya sama pindahkan ke skala 3, dan tunggu sampai waktu pengukuran yang
ditentukan ( 0,5 1 menit) atau jarum penunjuk tidak bergerak lagi.

Catat hasil ukur dan kalikan dengan factor kali alat ukur, bandingkan hasil ukur dengan standard tahanan isolasi. Harga terendah 1 M / kV.

Sistem Listrik 3-Phase


Published January 24, 2012 | By ILR

Penjelasan sistem 3 phase dan 1 phase

Artikel ini adalah semacam sub-artikel dari artikel sebelumnya Pengawatan Meter PraBayar dan munculnya tulisan PERIKSA. Kami
coba membantu sobat ILR dalam memahami fenomena munculnya arus netral pada kWh-meter, khususnya Meter PraBayar (MPB).
Ada beberapa pertanyaan mengenai sistem 3-phase yang diaplikasikan pada sistem kelistrikan PLN dan mengapa kabel listrik yang
disambung ke instalasi listrik rumah terdiri kabel phase dan kabel netral? Mengapa kabel phase bertegangan dan kabel netral tidak
bertegangan? Dan mengapa ada arus netral yang datang dari jaringan listrik PLN? Semuanya kami coba rangkum dalam tulisan ini.
Tetapi terus terang, tulisan ini dibuat sebagai nice to know saja. Isinya tidak rumit-rumit dengan rumus atau teori yang mendalam.
Walaupun begitu, kami berusaha sebaik mungkin membuatnya lebih mudah dimengerti oleh pembaca yang merasa awam soal listrik.
Mudah-mudahan cukup bermanfaat dan mencerahkan.
Baiklah.silahkan klik di selanjutnya

Sistem 3-Phase dan 1-Phase


Hampir seluruh perusahaan penyedia tenaga listrik menggunakan sistem listrik 3-phase ini. Sistem ini diperkenalkan dan dipatenkan
oleh Nikola Tesla pada tahun 1887 dan 1888. Sistem ini secara umum lebih ekonomis dalam penghantaran daya listrik, dibanding dengan
sistem 2-phase atau 1-phase, dengan ukuran penghantar yang sama. Karena sistem 3-phase dapat menghantarkan daya listrik yang
lebih besar. Dan juga peralatan listrik yang besar, seperti motor-motor listrik, lebih powerful dengan sistem ini.
PLN mengaplikasikan sistem 3-phase dalam keseluruhan sistem kelistrikannya, mulai dari pembangkitan, transmisi daya hingga sistem
distribusi. Oh iya, agar lebih jelas, sistem kelistrikan PLN secara umum dibagi dalam 3 bagian besar :

1.
Sistem
Pembangkitan
Tenaga
Listrik
Terdiri dari pembangkit-pembangkit listrik yang tersebar di berbagai tempat, dengan jenis-jenisnya antara lain yang cukup
banyak adalah PLTA (menggunakan sumber tenaga air), PLTU (menggunakan sumber batubara), PLTG (menggunakan sumber

dari gas alam) dan PLTGU (menggunakan kombinasi antara gas alam dan uap). Pembangkit-pembangkit tersebut mengubah
sumber-sumber alam tadi menjadi energi listrik.
2.
Sistem
Transmisi
Daya
Energi listrik yang dihasilkan dari berbagai pembangkit tadi harus langsung disalurkan. Karena energi listrik sebesar itu tidak bisa
disimpan dalam baterai. Karena akan butuh baterai kapasitas besar untuk menyimpan energi sebesar itu dan menjadi sangat
tidak ekonomis. Sebagai gambaran, accu 12Vdc dengan kapasitas 50Ah akan menyimpan energi listrik maksimal kira-kira 600
Watt untuk pemakaian penuh selama 1 jam. Sedangkan total pemakaian daya listrik untuk jawa-bali bisa melebihi 15,000 MW
(15,000,000,000
Watt).
Jadi.Berapa
besar
baterai
untuk
penyimpanannya?
Untuk itulah suplai energi listrik bersifat harus sesuai dengan permintaan saat itu juga, tidak ada penyimpanan. Karena itu sistem
transmisi daya listrik dibangun untuk menghubungkan pembangkit-pembangkit listrik yang tersebar tadi dan menyalurkan
listriknya langsung saat itu juga ke pelanggan-pelanggan listrik. Saluran penghantarannya dikenal dengan nama SUTT (Saluran
Udara Tegangan Tinggi), SUTET (Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi) dll. Pastinya nggak asing dech dengan bentuknya yang
kaya
menara
itu
ya..
Di Jawa-Bali, sistem transmisi daya listrik ini diatur oleh P3B (Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban) Jawa-Bali yang berlokasi
di daerah Gandul, Cinere, Bogor.
3.
Sistem
Distribusi
Daya
Listrik
Dari sistem transmisi daya tadi, listrik akan sampai ke pelanggan-pelanggannya (terutama perumahan) dengan terlebih dahulu
melalui Gardu Induk dan kemudian Gardu Distribusi. Gardu Induk mengambil daya listrik dari sistem transmisi dan menyalurkan
ke Gardu-gardu distribusi yang tersebar ke berbagai daerah perumahan. Dan di dalam gardu distribusi, terdapat trafo distribusi
yang menyalurkan listrik langsung ke rumah-rumah dengan melewati JTR (Jaringan Tegangan Rendah), yang biasanya ditopang
oleh tiang listrik.

Selengkapnya mengenai sistem tenaga listrik PLN ini akan dijelaskan pada artikel lain yang akan masuk daftar tunggu untuk
rilis (Sistem Tenaga Listrik PLN).
Listrik 3-phase adalah listrik AC (alternating current) yang menggunakan 3 penghantar yang mempunyai tegangan sama tetapi berbeda
dalam sudut phase sebesar 120 degree. Ada 2 macam hubungan dalam koneksi 3 penghantar tadi : hubungan bintang (Y atau star)
dan hubungan delta. Sesuai bentuknya, yang satu seperti huruf Y dan satu lagi seperti simbol delta. Tetapi untuk bahasan ini kita
akan lebih banyak membicarakan mengenai hubungan bintang saja.

Sistem 3-Phase Hubungan Bintang dengan tegangan 380/220V

Gambar disamping adalah contoh sistem 3-phase yang dihubung bintang. Titik pertemuan dari masing-masing phase disebut dengan
titik netral. Titik netral ini merupakan common dan tidak bertegangan.
Ada 2 macam tegangan listrik yang dikenal dalam sistem 3-phase ini : Tegangan antar phase (Vpp : voltage phase to phase atau ada
juga yang menggunakan istilah Voltage line to line) dan tegangan phase ke netral (Vpn : Voltage phase to netral atau Voltage line to
netral). Sistem tegangan yang dipakai pada gambar dibawah adalah yang digunakan PLN pada trafo distribusi JTR (380V/220V), dengan
titik netral ditanahkan.
Pada istilah umum di Indonesia, sistem 3-phase ini lebih familiar dengan nama sistem R-S-T. karena memang umumnya menggunakan
simbol R, S , T untuk tiap penghantar phasenya serta simbol N untuk penghantar netral.
Kita langsung saja pada sistem yang dipakai PLN. Seperti pada gambar tersebut, di dalam sistem JTR yang langsung ke perumahan, PLN
menggunakan tegangan antar phase 380V dan tegangan phase ke netral sebesar 220V. Rumusnya seperti ini :
Vpn = Vpp/3 > 220V = 380/3

Instalasi listrik rumah akan disambungkan dengan salah satu kabel phase dan netral, maka pelanggan menerima tegangan listrik 220V.
Perhatikan pada gambar dibawah ini :

Sistem Listrik 3-Phase PLN 380/220V pada Jaringan Distribusi Perumahan

Contoh 3-phase hubungan delta bisa dilihat di sisi primer dari trafo diatas (sebelah kiri). Sedangkan sisi sekunder (sebelah kiri)
terhubung bintang. Hubungan delta pada umumnya tidak mempunyai netral.

Arus Netral pada sistem 3-phase


Salahsatu karakteristrik sistem 3-phase adalah bila sistem 3-phase tersebut mempunyai beban yang seimbang, maka besaran arus
phase
di
penghantar
R-S-T
akan
sama
sehingga
In
(arus
netral)
=
0
Ampere.
Contohnya pada gambar diatas : Misal ketiga rumah tersebut mempunyai beban yang identik seimbang. Maka arus netral sebagai
penjumlahan dari ketiga arus phase tersebut akan menjadi :
Ir + Is + It = In > Bila beban seimbang maka Ir = Is = It dan In = 0 Ampere

Kok hasilnya bisa nol? Karena sistem penjumlahannya adalah secara penjumlahan vektor, bukan dengan penjumlahan matematika biasa
(jadi bukan 1+1+1=3).
Pada prakteknya, beban seimbang dari ketiga phase tadi hampir mustahil dicapai. Karena beban listrik setiap rumah belum tentu
identik. Bila terjadi ketidakseimbangan beban, maka besar arus listrik setiap phase tidak sama. Akibatnya arus netral tidak lagi sebesar
0 Ampere. Semakin tidak seimbang bebannya, maka arus netral akan semakin besar.
Karena sifat arus listrik adalah loop tertutup agar bisa mengalir, maka arus netral tadi akan mengalir ke instalasi listrik milik pelanggan
dan melewati grounding sistem untuk masuk ke tanah, yang akhirnya mengalir balik ke titik grounding trafo kemudian kembali masuk ke
instalasi listrik rumah, demikian seterusnya.
Walaupun pelanggan listrik tersebut mematikan daya listrik yang masuk ke rumah, dengan MCB di kWh-meter pada posisi OFF, arus
netral tetap akan mengalir.

Arus Netral ke kWh-Meter Saat Terjadi Beban 3 Phase Tidak Seimbang

Apa
pengaruhnya
pada
Meter
Prabayar?
Seperti yang dijelaskan pada artikel sebelumnya Pengawatan Meter PraBayar dan munculnya tulisan PERIKSA, adanya arus netral
yang tidak diinginkan ini akan membuat masalah pada Meter Prabayar (MPB) bila pengawatan pada MPB tidak benar. Karena MPB cukup
peka mengukur perbedaan antara arus phase dan netralnya.
Oke dech sobatsampai disini dulu tulisannya. semoga sobat ILR menjadi lebih jelas memahami sistem kelistrikan 3 phase dan
fenomena arus netralnya serta hubungannya dengan masalah pada MPB. Mudah-mudahan bermanfaat. Mohon maaf bila tulisannya
malah jadi rumit dan sulit dimengerti.

Bila ada pertanyaan silahkan saja. Walaupun mungkin anda awam istilah teknis, yang penting maksudnya tersampaikan
mohon koreksinya bila ada yang harus diperbaiki.

. Juga

ILR-Team

Perbedaan Listrik 1 Fasa dan 3 Fasa


BY ROHMATTULLAH SEPTEMBER 1, 2015

Kabel listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat intim dalam penyediaan instalasi listrik
di rental lighting. Banyak sekali dan tentunya membutuhkan uang yang cukup banyak untuk
penyediaannya, dalam hal untuk mencukupi kebutuhan dalam suatu event. Kadang kala para
karyawan lapangan membutuhkan kabel yang melebihi dari perkiraan kita. Sedikit lampu yang
terpasang, belum tentu membutuhkan kabel yang sedikit pula. Situasi tersebut dikarenakan
adanya situasi lapangan, ataupun panggung yang tidak memungkinkan. Lighting Designer (penata
lampu) juga punya andil yang besar dalam mempengaruhi banyak tidaknya kabel yang terbuang
percuma. Namun demikian para karyawan lapangan (kuli lampu-red) juga harus slalu beradaptasi
dalam hal ini.

Kuli lampu yang handal harusnya bisa mengatasi kekurangan kabel sedemikian rupa, apalagi
bilamana event tersebut jauh dari rumah (gudang). Meminimalkan penggunaan kabel haruslah
ditanamakan dari dini kepada kuli lampu yang masih baru dan awam. Tentu saja juga diberi
pengertian dan rumus2 jitu dalam hal ini. Penggunaan kabel berukuran 42,5 (serabut) banyak
digunakan di rental rental Indonesia. Berbagai jenis merk dari kabel tersebut mewarnai dunia
usaha rental. Kabel 42,5, didalamnya ada beberapa warna.Perlambangan warna yang terdapat di
dalam kabel ini:

Hitam: Melambangkan negative

Merah: Melambangkan positive

Kuning: Melambangkan

positive

(bilamana

digunakan

dalam

penyambungan

Fasa). Melambangkan negative (bilamana digunakan dalam penyambungan 2 Fasa).

Warna kabel ini kadang ada juga yang bergaris hijau/biru(tergantung jenis kabel)

Hijau: melambangkan positive

Kadang kabel ini tidak bewarna hijau, melainkan biru.

Namun demikian, penjabaran diatas merupakan dari persetujuan dari para kulilampu dengan team
di rental sendiri(sudah beberapa kali saya searching di google belum menemukan atas penjabaran
hal ini). Ada beberapa teknik penyambungan, antara lain:

Listrik 1 Fasa

Teknik ini seperti teknik penyambungan standart. Apabila menggunakan kabel 2 x 2,5. Sangatlah
mudah untuk melakukannya. Namun perlu dimengerti bahwa haruslah disamakan warna kabelnya.
Lambang kabel hitam merupakan positive.

Listrik 3 Fasa

Sangat umum dan lazim teknik ini dimana mana dilakukan dalam penyambungan PAR dalam pipa
bar.

Teknik

ini

sangat

membantu

sekali

dalam

meminimalkan

pemakaian

kabel

dilapangan. Pemakaian kabel yang bagus sangat disarankan dalam teknik penyambungan ini.
Jangan sampai ditengah tengah event anda, anda sendiri kebingungan memikirkan kabel anda
yang panas, karena kelebihan beban. Teknik 3 phase juga sangat riskan dengan adanya problem
kabel yang panas. Namun bilamana anda menggunakan merk kabel yang bagus, saya kira untuk
beban @6kva dengan panjang kabel kurang dari 15mt, masih sanggup untuk menahan beban
sepanjang malam event anda.

Keuntungan

Listrik

Fasa

Karena menggunakan tegangan yang lebih tinggi maka arus yang akan mengalir akan lebih rendah
untuk daya yang sama. Sehingga untuk daya yang besar, kabel yang digunakan bisa lebih kecil.
Untuk motor induksi, listrik 3 fasa tidak memerlukan kapasitor.

Daftar Pustaka

https://kulilampu.wordpress.com/2009/11/13/teknik-penyambungan-kabel-1-phase-2-phase-3phase/

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121124020847AAolBUW

Cara Menghitung Ketidakpastian


3 Metode:Pelajari DasarnyaMenghitung Ketidakpastian Beberapa PengukuranMelakukan Operasi Aritmatika dengan Pengukuran Tidak Pasti

Kapanpun kamu melakukan pengukuran saat mengumpulkan data, kamu dapat menganggap bahwa ada nilai sebenarnya yang
berada dalam jangkauan pengukuran yang kamu lakukan. Untuk menghitung ketidakpastian pengukuranmu, kamu perlu
mencari perkiraan terbaik dari pengukuranmu dan mempertimbangkan hasilnya saat kamu menjumlahkan atau mengurangkan
pengukuran dengan ketidakpastiannya. Jika kamu ingin tahu cara menghitung ketidakpastian, ikuti saja langkah-langkah
berikut.

sunting

Metode 1 dari 3: Pelajari Dasarnya

1.

1
Tuliskan ketidakpastian dalam bentuk yang sesuai. Misalkan kamu mengukur tongkat yang panjangnya sekitar 4,2 cm,
dengan kelebihan atau kekurangan satu milimeter. Ini berarti bahwa kamu mengetahui panjang tongkat sekitar 4,2 cm, tetapi
panjang sebenarnya bisa lebih pendek atau lebih panjang dari pengukuran itu, dengan tingkat kesalahan satu milimeter.

Tuliskan ketidakpastian seperti ini: 4,2 cm 0,1 cm. Kamu juga dapat menulis ulangnya sebagai 4,2 cm
1 mm, karena 0,1 cm = 1 mm.

2
Selalu bulatkan pengukuran percobaanmu hingga tempat desimal yang sama dengan ketidakpastiannya. Pengukuran
yang melibatkan perhitungan ketidakpastian biasanya dibulatkan hingga satu atau dua digit penting. Hal yang paling penting
adalah bahwa kamu sebaiknya membulakan pengukuran percobaanmu hingga tempat desimal yang sama dengan
ketidakpastian untuk membuat pengukuranmu konsisten.

Jika pengukuran percobaanmu adalah 60 cm, maka perhitungan ketidakpastianmu seharusnya juga

dibulatkan menjadi bilangan bulat. Misalnya, ketidakpastian untuk pengukuran ini mungkin adalah 60 cm 2 cm, tetapi bukan
60 cm 2,2 cm.
Jika pengukuran percobaanmu adalah 3,4 cm, maka perhitungan ketidakpastianmu seharusnya juga

dibulatkan menjadi 0,1 cm. Misalnya, ketidakpastian untuk pengukuran ini mungkin adalah 3,4 cm 0,1 cm, tetapi bukan 3,4
cm 1 cm.

3
Hitunglah ketidakpastian dari satu pengukuran. Misalkan kamu mengukur diameter bola bulat dengan penggaris.
Pengukuran ini rumit karena akan sulit untuk mengatakan tepatnya letak sisi luar bola dengan penggaris karena bentuknya
melengkung, tidak lurus. Misalkan penggaris dapat mengukur hingga ketelitian 0,1 cm ini bukan berarti bahwa kamu dapat
mengukur diameternya hingga tingkat ketelitian ini.[1]

Pelajari sisi-sisi bola dan penggaris untuk mendapatkan pemahaman tentang seberapa teliti kamu dapat

mengukur diameternya. Dalam penggaris normal, tanda 0,5 cm muncul dengan jelas tetapi misalkan kamu dapat
memperkecilnya. Jika kamu bisa memperkecilnya hingga sekitar 0,3 dari pengukuran akuratnya, maka ketidakpastianmu
adalah 0,3 cm.
o

Sekarang, ukurlah diameter bola. Misalkan kamu mendapat pengukuran sekitar 7,6 cm. Tuliskan saja
pengukuran perkiraannya dengan ketidakpastiannya. Diamter bolanya adalah 7,6 cm 0,3 cm.

4
Hitunglah ketidakpastian dari satu pengukuran berbagai benda. Misalkan kamu mengukur tumpukan 10 tempat CD yang
memiliki panjang yang sama. Misalkan kamu ingin mencari pengukuran ketebalan hanya satu tempat CD. Pengukuran ini akan
menjadi sangat kecil sehingga persentase ketidakpastianmu akan cukup tinggi. Tetapi, ketika kamu mengukur 10 tempat CD
yang ditumpuk, kamu bisa membagi hasil dan ketidakpastiannya dengan jumlah tempat CD untuk mencari ketebalan satu
tempat CD.[2]

Misalkan kamu tidak bisa mendapatkan ketelitian pengukuran kurang dari 0,2 cm dengan menggunakan
penggaris. Jadi, ketidakpastianmu adalah 0,2 cm.

o
o

Misalkan kamu mengukur bahwa semua tempat CD yang ditumpuk memiliki ketebalan 22 cm.
Sekarang bagi saja pengukuran dan ketidakpastiannya dengan 10, jumlah tempat CD. 22 cm/10 = 2,2 cm
dan 0,2/10 = 0,02 cm. Ini berarti bahwa ketebalah satu tempat CD adalah 2,20 cm 0,02 cm.

5
Ambillah pengukuranmu berkali-kali. Untuk meningkatkan kepastian pengukuranmu, entah kamu mengukur panjang benda
atau waktu yang dibutuhkan untuk sebuah benda menempuh jarak tertentu, kamu akan meningkatkan kesempatanmu
mendapatkan pengukuran yang akurat jika kamu mengukur beberapa kali. Mencari rata-rata beberapa pengukuranmu akan
memberikanmu gambaran pengukuran yang lebih akurat saat menghitung ketidakpastian.

sunting

Metode 2 dari 3: Menghitung Ketidakpastian Beberapa Pengukuran

1.

1
Lakukan beberapa kali pengukuran. Misalkan kamu ingin menghitung waktu yang dibutuhkan sebuah bola untuk jatuh ke
lantai dari ketinggian sebuah meja. Untuk mendapatkan hasil terbaik, kamu harus mengukur bola jatuh dari atas meja
setidaknya beberapa kali misalkan lima kali. Kemudian, kamu harus mencari rata-rata kelima pengukuran itu dan kemudian
menjumlahkan atau mengurangkan standar deviasinya dari angka itu untuk mendapatkan hasil terbaik. [3]

Misalkan kamu mengukur lima kali: 0,43 s; 0,52 s; 0,35 s; 0,29 s; dan 0,49 s.

2
Carilah rata-rata pengukuran. Sekarang, carilah rata-ratanya dengan menjumlahkan lima pengukuran yang berbeda dan
membagi hasilnya dengan 5, jumlah pengukurannya. 0,43 s + 0,52 s + 0,35 s + 0,29 s + 0,49 s = 2,08 s. Sekarang, bagilah
2,08 dengan 5. 2,08/5 = 0,42 s. Waktu rata-ratanya adalah 0,42 s.

3
Carilah variasi pengukuran ini. Untuk melakukannya, pertama, carilah selisih kelima pengukuran itu dengan rata-ratanya.
Untuk melakukannya, kurangkan saja pengukuranmu dengan 0,42 s. Inilah selisih kelimanya:

[4]

0,43 s 0,42 s = 0,01 s

0,52 s 0,42 s = 0,1 s

0,35 s 0,42 s = -0,07 s

0,29 s 0,42 s = -0,13 s

0,49 s 0,42 s = 0,07 s

Sekarang, jumlahkan kuadrat selisih itu: (0,01 s)2 + (0,1 s)2 + (-0,07 s)2+ (-0,13 s)2 + (0,07 s)2 =
0,037 s.
Carilah rata-rata penjumlahan kuadrat ini dengan membagi hasilnya dengan 5. 0,037 s/5 =

0,0074 s.

4
Carilah standar deviasinya. Untuk mencari standar deviasi, cari saja akar kuadrat variasinya. Akar kuadrat dari 0,0074 s =
0,09 s, sehingga standar deviasinya adalah 0,09 s.[5]

5
Tuliskan pengukuran akhirnya. Untuk melakukannya, tuliskan saja rata-rata pengukurannya dengan penjumlahan dan
pengurangan standar deviasinya. Karena rata-rata pengukurannya adalah 0,42 s dan standar deviasinya adalah 0,09 s,
pengukuran akhirnya adalah 0,42 s 0,09 s.

sunting

Metode 3 dari 3: Melakukan Operasi Aritmatika dengan Pengukuran Tidak Pasti

1.

1
Jumlahkan pengukuran tidak pasti. Untuk menjumlahkan pengukuran tidak pasti, jumlahkan saja pengukuran dan
ketidakpastiannya: [6]

(5 cm 0,2 cm) + (3 cm 0,1 cm) =

(5 cm + 3 cm) (0,2 cm + 0,1 cm) =

8 cm 0,3 cm

2
Kurangkan pengukuran tidak pasti. Untuk mengurangkan pengukuran tidak pasti, kurangkan saja pengukurannya sambil
tetap menjumlahkan ketidakpastiannya: [7]

(10 cm 0,4 cm) - (3 cm 0,2 cm) =

(10 cm - 3 cm) (0,4 cm + 0,2 cm) =

7 cm 0,6 cm

3
Kalikan pengukuran tidak pasti.
Untuk mengalikan pengukuran tidak pasti, kalikan saja pengukurannya sambil menjumlahkan ketidakpastian RELATIFnya
(dalam persentase): [8]
Menghitung ketidakpastian dengan perkalian tidak menggunakan nilai mutlak (seperti pada penjumlahan dan pengurangan),
tetapi menggunakan nilai relatif. Kamu mendapatkan ketidakpastian relatif dengan membagi ketidakpastian mutlak dengan nilai

yang diukur dan mengalikannya dengan 100 untuk mendapatkan persentase.


Misalnya:
(6 cm 0,2 cm) = (0,2 / 6) x 100 dan tambahkan tanda %. Menjadi 3,3 %.

o
Dengan demikian:
o

(6 cm 0,2 cm) x (4 cm 0,3 cm) = (6 cm 3,3% ) x (4 cm 7,5%)

(6 cm x 4 cm) (3,3 + 7,5) =

24 cm 10,8 % = 24 cm 2,6 cm

4
Bagilah pengukuran tidak pasti.
Untuk membagi pengukuran tidak pasti, bagi saja pengukurannya sambil menjumlahkan ketidakpastian RELATIFnya:
Prosesnya sama seperti perkalian!

(10 cm 0,6 cm) (5 cm 0,2 cm) = (10 cm 6%) (5 cm 4%)

(10 cm 5 cm) (6% + 4%) =

2 cm 10% = 2 cm 0,2 cm

[9]

5
Pangkatkan pengukuran tidak pasti. Untuk memangkatkan pengukuran tidak pasti, pangkatkan saja pengukurannya, dan
kemudian kalikan ketidakpastiannya dengan pangkat itu: [10]

(2,0 cm 1,0 cm)3 =

(2,0 cm)3 (1,0 cm) x 3 =

8,0 cm 3 cm

sunting

Tips
Kamu dapat melaporkan hasil dan ketidakpastian standar secara keseluruhan, atau untuk setiap hasil sekumpulan

data. Sebagai peraturan umum, data yang diambil dari beberapa pengukuran lebih kurang akurat daripada data yang diambil
langsung dari setiap pengukuran.

sunting

Peringatan
Ketidakpastian melalui cara yang dideskripsikan di sini, hanya bisa digunakan untuk kasus-kasus distribusi normal

(Gauss, kurva lonceng). Distribusi lainnya memiliki arti yang berbeda dalam mendeskripsikan ketidakpastian.

Ilmu pengetahuan yang baik tidak pernah membicarakan fakta atau kebenaran. Meskipun kemungkinan besar
pengukuran yang akurat berada dalam jangkauan ketidakpastianmu, tidak ada jaminan kalau pengukurannya memang berada
dalam jangkauan itu. Pengukuran ilmiah pada dasarnya menerima kemungkinan adanya kesalahan.

Akurasi, Presisi, Kalibrasi, &


Ketertelusuran Pengukuran
Pada dasarnya semua alat ukur atau alat pengujian yang mempunyai pengaruh yang signifikan pada akurasidan keabsahan hasil
pengukuran wajib dikalibrasi sebelum digunakan untuk memastikan bahwa semua alat ukur tersebut sesuai dengan tujuan penggunaan
dan memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Contoh kasus :
Dalam suatu analisa kadar air dengan menggunakan metode oven, dan ternyata hasil dari pengukuran tersebut dipengaruhi oleh
temperatur di dalam oven, maka oven tersebut harus dikalibrasi.
Saya sengaja menggaris bawahi kata akurasi tersebut diatas, karena untuk menghindari kesalah pahaman dengan arti kata presisi.
Akurasi, apa sih artinya?
Akurasi merupakan kedekatan suatu hasil pengukuran / rata-rata hasil pengukuran ke nilai yang sebenarnya.
Lalu apa itu presisi?
Presisi adalah tingkat yang bisa diulang terhadap hasil pengukuran diantara hasil itu2 sendiri.

Gambar diatas mungkin bisa membantu kita dalam membedakan arti kata presisi dan akurasi.
Kita dapat membayangkan jika ada suatu sasaran tembak, dan jika kita melakukan tembakan terhadap sasaran tembak tersebut
sebanyak 6 kali dan ternyata hasil dari pengulangan tembakan tersebut dekat dengan sasaran semua dan jarak satu sama lain tembakan
berdekatan juga maka bisa dikatakan tembakan tersebut adalah akurat dan presisi (gambar lingkaran paling kiri).
Untuk gambar yang ada ditengah pengulangan tembakan kita sebanyak 6 kali jauh dari sasaran yang ada ditengah tetapi 6 tembakan
tersebut saling berdekatan maka dikatakan tembakan tersebut adalah mempunyai presisi yang baik tetapi tidak akurat.
Untuk yang terakhir dan tentunya yang paling jelek yaitu dimana 6 tembakan kita jauh dari sasaran tembak yang ada ditengah dan juga
berjauhan antara satu dengan yang lainnya, maka bisa dikatakan tidak presisi dan juga tidak akurat.

Dari pengertian kalibrasi tersebut diatas, ada 1 kata kunci yang harus dipenuhi dalam kegiatan kalibrasi yaitu ketertelusuran.
Pengertian ketertelusuran pengukuran?
Berikut ini adalah gambar hirarki ketertelusuran pengukuran

Ketertelusuran pengukuran adalah kemampuan dari suatu hasil ukur secara individual untuk dihubungkan ke standar nasional /
internasional untuk satuan ukuran dan / sistem pengukuran yang disahkan secara nasional meaupun internasional melalui suatu
perbandingan tak terputus.
Sehingga dalam setiap pengukuran yang dilakukan harus memiliki kemampuantelusuran ke laboratorium kalibrasi dimana laboratorium
kalibrasi tersebut harus mampu membuktikan adanya ketertelusuran melalui standar yang digunakan ke standar nasional / internasional
terkait.

TEORI KETIDAKPASTIAN KALIBRASI INSTRUMENT


Posted on Maret 22, 2010 by thathit

TEORI KETIDAKPASTIAN
(TEORY OF UNCERTAINTY )
I.
ILUSTRASI
1.1
STUDIKASUS
Seorang perawat Sebuah RS sedang mengukur suhu badan salah seorang pasiennya dengan menggunakan sebuah termometer gelas yang cukup teliti dan hasilnya
39,4 oC. sesaat dia tidak segera mencatatnya pada buku laporan kerja karena merasa sedikit ragu dengan hasil pengukurannya , sebab suhu tersebu relatif tinggi bagi
pasien tersebut, dia memutuskan untuk melakukan pengukuran lagi dan hasilnya malah membuat dia bingung, yaitu 39,6 oC. karena bingung campur penasaran dia
melakukan sekali lagi pengukuran dengan maksud memastikan apakah hasil pengukuran yang pertama atau kedua yang akan diambil, dan ternyata pengukuran ke 3
adalah 39,5 oC. Akhirnya dia memutuskan untuk mencoba dan mencoba lagi pengukurannya hingga 10 kali dengan harapan akan mendapatkan hasil terbanyak pada
nilai tertentu dan nilai itulah yang akan diambil. Karena dia yakin bahwa nilai yang didapat tidak akan jauh dari sekitar nilai 39 oC, dan nilai terbanyak yang keluar tersebut
bagi dia cukup beralasan untuk diambil karena sudah mewakili dari serangkaian proses pengukurannya. Dan dia tetap yakin seyakin-yakinnya bahwa dia tidak bisa
memastikan diantara ke 10 hasil pengukuran tersebut mana yang menunjukkan nilai sebenarnya. Dia hanya mendapatkan nilai terbaiknya saja.
Hasil
pengukuran
dia
selengkapnya
adalah
sbb:
39,4
oC
39,6
oC
39,5
oC
39,4
oC
39,
4
oC
39,5
oC
39,4
oC
39,4
oC
39,5
oC
39,4
oC
Rata rata : 39,45 oC
1.2 DEFINISI DAN GAMBARAN UMUM
Dari gambaran kasu diatas jelas terlihat bahwa untuk mendapatkan atau menentukan nilai sebenarnya dari suatu hasil pengukuran adalah tidak mungkin, yang
memungkinkan dari hasil pengukuran dan yang dapat kita laporkan adalah nlai terbaiknya saja yaitu yang diwakili oleh nilai rata-ratanya.
Jadi pada kasus diatas pasien yang bersangkutan mempunyai suhu badan 39,45 oC, hasil tersebut sudah sangat mewakili dan sudah mendaptkan hasil yang terbaik
untuk menyatakan suhu sang pasien tresebut. Walaupun suhu sebenarnya dari sang pasien tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti, yang jelas ada si sekitar nilai
39,45 oC dan disekitar kurang / lebih berapa ?, itulah yang disebut dengan ketidakpastian. Misalnya kurang lebih + X oC, maka nilai sebenarnya dari paien tersebut akan
berada ( jatuh ) pada daerah nilai suhu 39,45 X)oC hingga (39,45 + X ) oC. Jika datanya tunggal, hanya data tersebut diatas , maka nilai ketidakpastiannya dapat
diwakili
nilai
standar
deviasinnya.
Jadi
pada
data
diatas
ketidakpastiannya
adalah:
+
0.07071
oC
dan diyakini bahwa nilai sebenarnya suhu pasien tersebut berada pada daerah 39,379 oC hingga 39,521 oC (39,45 + 0.07071 ) oC
selanjutnya seberapa yakin kita terhadap hasil tersebut diatas, yaitu bahwa nilai sebenarnya betul betul akan berada pada rentang daerah tersebut, hal inilah yang
disebut dengan tingkat kepercayaan ( Confidence level). Misalnya kita menentukan tingkat kepercayaan 95 %, ini berarti bahwa kemunkinan nilai sebenarnya akan
berada
(
jatuh
)
pada
lingkup
daerah
tersebut
adalah
95
%.
Sedang
sisanya
mungkin
akan
jatuh
diluar
daerah
tersebut.
Jadi ketidakpastian adalah : rentang nilai disekitar hasil pengukuran yang didalamnya diharapkan terletak nilai sebenarnya dari besaran ukur.
UU

Nilai

rata-rata
=

dari

hasil

Penyimpangan

pengukuran
pengukuran

hasil

U
=
Ketidakpastian
hasil
pengukuran
X = Nilai sebenarnya dari besaran ukur
II. ANALISA SUMBER SUMBER KETIDAKPASTIAN
Timbulnya ketidakpastian dalam pengukuran menunjukkan ketidaksempurnaan manusia secara keseluruhan. Karenanya tidak ada kebenaran mutlak didunia ini, karena
yang
benar
mutlak
hanyalah
milik
Allah
SWT,
manusia
hanyalah
dapat
memprediksi
sesuatu
pada
tingkat
terbaiknya
saja.
Sumber-sumber ketidakpastian yang turut memberikan kontribusi selain ada pada diri manusia sendiri sebagai pelakuk pengukuran / kalibrasi juga pada alat-alat bantu
(kalibrator ) yang digunakan untuk mengukur suhu pasien tersebut, juga resolusi alatnya, pengaruh suhu lingkungan. Secara rinci dari sumber-sumber ketidakpastian
dapat digambarkan sebagai berikut:
Type A Type B
0.5 / div, dengan scale Interval ( SI) = 2mm
Type A Type B
Untuk mengevalusi masing- masing sumber ketidakpastian tersebut diperlukan analisa dengan menggunakan metoda Statistik, yang disebut analisa type A, dan
menggunakan selain metode statistik yang disebut dengan Analisa type B. untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:
2.1 . Analisa Type A , ( Ua )
Pada tipe ini biasanya ditandai dengan adanya dat pengukuran, misalnya n kali pengukuran, maka selanjutnya dari data tersebut, akan ditemukan nilai rata-ratanya,
standar deviasinya, dan atau repeatabilitynya. Bentuk kurva dari tipe ini adalah sebaran Gauss. Rumus umum ketidakpatian untuk tipe A ini adalah:
=
Standar
DeviasiUa
=
,
dimana
Pada
Untuk
Rata
Sandar
Ketidakpastian

contoh
10

sebelumnya
pengambilan
rata

kali

Deviasi
Ua

Derajat Kebebasan , v = n-1 = 9 ( Rumus v = n-1)


2.2. Analisa type B, UB
Pada
analisa
tipe
ini
akan
1.
Sertifikat
kalibrasi

dapat
data

(
=

=
=

0.07071

digunakan
dari

selain
metode
termometer

10

statistik,
gelas:

dihitung
n
39,45
0.07071
=

sehingga

dari
misalnya

:
10)
oC
oC
oC

0.0224

contoh
0,1

diatas

:
oC,

Nilai ini sudah merupakan hsil dari ketidakpastian diperluas U95 , karenanya harus dicari terlebih dahulu ketidakpastian kombinasinya Uc, ( sebagai ketidakpastian
individual ) yaitu dengan membagi ketidakpastian tersebut dengan faktor cakupan k. jika tidak ada pernyataan apapun maka dalam setiap laporan kalibrasi dianggap k =
2,
untuk
tingkat
kepercayaan
95
%.
Namun jika kita menginginkan nilai k yang lebih optimis maka harus dicari terlebih dahulu nilai derajat kebebasannya , v, yang selanjutnya akan ditemukan nilai k. dalam
pencarian nilai v, terlebih dahulu harus ditemukan nilai reliabilitynya ( R) dari laboratorium pembei sertifikat termometer gelas tersebut, misalnya kita perkirakan dengan
nilai
R
=
10
%
Maka
didapat:
V
=

(100
/
10
)2
=
50
,
(
Rumus,
v
=

(
100
/
R)
2
)
pada
tabel
T-distribution
didapat
k
=
2,01
maka
nilai
yang
tepat
untuk
ketidakpastian
kombinasi
termometer
gelas
tersebut
adalah
:
UB1 = 0,1 / 2,01 = 0,0498 oC
2.1
Untuk
resolusi
alat
dibedakan
atas
Alat
digital
dan
Analog.
Jika
Alat
digital
:
Ketidakpastian
(u)
3:
u
=
(1/2
resolusi
)
/
untuk
Alat
:
u
Jika
pada
ilustrasi
tersebut
3 = 0,0298 oCUB2 = (1/2 .0,1 ) /

alat

yang

analog
=
digunakan

adalah

:
Readability
termometer

digital

Ketidakpastian
/
dengan
resolusi

0,1

oC,

(u)
2
maka:

III KETIDAKPASTIAN KOMBINASI , UC


Selanjutnya dari semua sumber ketidakpastian tersebut diatas harus dikombinasikan / digabungkan untuk memberikan gambaran menyeluruh ketidakpstian dari hasil
kalibrasi
tersebut.
Rumus
umum
ketidakpastian
kombinasi
adalah:
Uc
=
Atau
secara
umum
:
(Uc2
=
Ci.Ui)2
Dimana
ci
=
koefisien
sensitifitas
dariketidakpastian
ke-I
Pada contoh diatas, karena pengukuran suhu hanya merupakan hasil pembacaan dari suhu yang terlihat dari termometer gelas kemudian hasilnya dikoreksi dengan nilai
yang
tercantum
dalam
sertifikat
kalibrasinya,
maka
bila
koefisien
sensitifitas
masing

masing
adalah
1
Uc
=
[(1.(0,0224))2
+(1.(0,0498))2
+
(1.(0,0289))2
+
(1.(0,058))2]1/2
= 0,085 oC
3.1
Koefisien
Sensitifitas
(
Cn
)
koefisien sensitifitas dalam sistem pengukuran tidak terlepas dari masalah korelasi pengukuran , maksudnya bahwa setiap hasil pengukuran merupakan hasil korelasi
antara
besaran
masukan
satu
dengan
yang
lainnya
,
yang
besarnya
ditentukan
dengan
derivatif.
Turunan ( derivatif) hasil pengukuran tersebut dengan masing-masing masukan itu pada bentuk / model pengukuran yang dilakukan.
Atau dengan kata lain, apabila didalam melakukan pengukuran sebuah besaran ukur tidak dilakukan pengukuran secara langsung terhadap besaran tersebut ( misal
untuk mengukur Arus , dilakukan pengukuran tegangan , jadi pengukuran tidak langsung ), maka sensitifitas diperlukan dalam menghitung ketidakpastian kombinasinya,
akan tetapi bila didalam melakukan pengukuran tersebut besaran yang kita inginkan dapat diukur langsung maka sensitifitasnya dinyatakan dengan 1.
Rumus
umum
mencari
koefisien
sensitifitas
adalah:
Pada
pengukuran
suhu
diatas,
adalah
merupakan
pembacaan
(
hasil
pengukuran
)
+
koreksi
:

Pengukuran
suhu
(T)
=
hasil
+
Koreksi
(S)
Jadi
koefisien
sensitifitas
hasil
adalah
derivatif
T
terhadap
H;
CH
=
dT
/
dH
=
1
Misal ; pada pengukuran luas ( A), yang merupakan hasil perkalian antara panjang (P ) dan lebar (L), maka koefisien sensitifitas masing masing adalah:
A
=
P
x
L
CP
=
dA
/
dP
=
L
CL = dA / dL = P
III.
KETIDAKPASTIAN
DIPERLUAS
Dalam pelaporan ketidakpastian hasil pengukuran / kalibrasi yang dilaporkan adalah ketidakpatian yang sudah dalam perluasan ( expanded ), sehingga hasil tersebut
sangat logis dalam kenyataan, selain itu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 %, seperti lazimnya dipakai dlam pelaporan pelaporan saat ini, lain halnya jika

ada pengecualian dengan mengambil tingkat kepercayaan tertentu. Rumus ketidakpastian diperuas ( expanded uncertainty ) adalah:
U95
=
k
Uc
Dimana:
U95
=
Ketidakpatian
diperluas
(
expanded
Uncertainty
)
K
=
Faktor
cakupan
(
caverage
factor)
Uc = ketidakpastian kombinasi ( Combined uncertainty ) untuk mendapatkan komponen komponen diatas, k dan uc diperlukan pemahaman dan pencarian faktor
lainnya, yaoitu:
4.1
Derajat
Kebebasan,
v
Derajat
kebebasan
efektif
dicari
dengan
dua
cara,
yaitu:
Jika
data
dipeoleh
dari
pengukuran
berulang
sebanyak
n
kali,
maka
derajat
kebebsan
adalah:

V
Pada
Maka

Jika

contoh
:
data

diatas
v
merupakan
hasil

didapat
=
perkiraan

10
atau

10
estimasi

kali

pengulangan

reliability

dengan

1=
R

n-1
pengukuran.
9
),
maka:

V
=

(
100
/
R)2
,
dimana
R
dalam
satuan
persen
(%)
3 = 0,0289 oCPada contoh diatas, resolusi alat adalah 0,1 oC, dalam hal ini batas kealahan mutlak adalah x Resolusi , yaitu 0,05 oc, dimana dalam hal ini bentuk
kurvanya
adalah
rectangular,
maka
nilai
ketidakpastiannya
adalah
0,05
Dengan
estimasi
reliabilitynya
adalah
10
%,
V
=

(
100
/
10
= 50
4.2
Derajat
Kebebasan
effektif,
V
Nilai faktor cakupan, k untuk perkalian ketidakpastian diperluas diatas didapat dari derajat kebebasan effektif, Veff, dengan rumus:
Veff
=
Dimana
Ci
=
koefisien
Sensitifita
pada
Ketidakpastian
Uc
=
Ketidakpastian
kombinasi
/
Ui
=
ketidakpastian
individual
Vi
=
Derajat
Kebebasan
pada
ketidakpastian
individual
Pada
contoh
diata
,
telah
didapat
ketidakpastian
UC
=
0,085
UA
UB1
UB2
UB3

=
=
=
=

0,0224
0.0498
0,0289
0,058

oC,
oC,
oC,
oC,

v
v
v

=
=
=
v

/
maka:
)2
eff
,
Ke-I
gabungan
ke-I
ke-I
kombinasi,
oC
9
50
50

Veff
=
=
316,5
Pada
tabel
T-StudentsDistribution,
didapatkan
k
=
1,96
Jadi
ketidakpastian
diperluas
,
U95=
k.
Uc
=
1,96
x
0,085
=
0,1666
=
+
0,16
oC
Jadi hasil lengkap pengukuran adalah (39,45 + 0,16) oC
4.3
Tingkat
kepercayaan
,
U95
Tingkat kepercayaan merupakan tingkatan keyakinan akan keberadaan nilai sebenarnya pada suatu tindak pengukuran dengan menggunkanalat tertentu. Penjelasan
lengkap telah diberikan pada ilustrasi kasus diatas
4.4
Faktor
Cakupan
,
k
faktor cakupan meruakan faktor pengali pada ketidakpastian, sehingga membentuk cakupan logis pada penggunaan keseharian. Faktor cakupan dicari menggunakan
tabel T-Student Distribution, yang diberikan pada halaman akhir dari materi ini.
IV.
RINGKASAN
CARA
PENENTUAN
KETIDAKPASTIAN
Secara
umum
dalam
menentukan
nilai
ketidakpastian
suatu
hasil
pengukuran
dapat
melalui
tahap-tahap
sebagai
berikut:
1.
Tentukan
model
matematik
pengukurannya
2.
Tentukan
koefisien
sensitifitas
,
Ci
3.
Tentukan
derajat
kebebasan
4.
Tentukan
ketidakpastian
standar
pada
masing-masing
kontributor
u
5.
Tentukan
ketidakpastian
kombinasi
,
Uc
6.
Tentukan
derajat
kebebasan
efektif,
V
eff
7.
Tentukan
tingkat
kepercayaan
yang
dipilih,
misal
95
%
8.
Tentukan
faktor
cakupan,
k
9. Tentukan ketidakpastian diperluas, Uexp
Sedangkan untuk mendapatkan faktor cakupan yang nantinya digunakan untuk mendapatkan ketidakpastian diperluas , maka salah satu pemecahannya adalah dengan
menyajikan
tabel
T-Student
Distribution,
Dimana probabilitasnya dinyatakan sbb:
Degree
of
freedom
V
Probabilitas
/
Tingkat
kepercayaan
(%)
68,27
%
90
%
95%
99%
1
1,84
6,31
12,71
63,66
2
1,32
2,92
4,30
9,92
3
1,20
2,35
3,18
5,84
4
1,14
2,13
2,78
4,60
5
1,11
2,02
2,57
4,03
6
1.09
1,94
2,45
3,71
7
1,08
1,89
2,36
3,50
8
1,07
1,86
2,31
3,36
9
1,06
1,83
2,26
3,25
10
1,05
1,81
2,23
3,17
11
1,05
1,80
2,20
3,11
12
1,04
1,78
2,18
3,05
13
1,04
1,77
2,16
3,01
14
1.04
1,76
2,14
2,98
15
1,03
1,75
2,13
2,95
16
1,03
1,75
2,12
2,92
17
1,03
1,74
2,11
2,90

18
19
20
25
30
35
40
45
50
100
1 1,645 1.960 2,576

1,03
1,03
1,03
1,02
1,02
1,02
1,02
1,02
1,01
1,005

1,73
1,73
1,72
1,71
1,70
1,70
1,68
1,68
1,68
1,660

2,10
2,09
2,09
2,06
2,04
2,03
2,02
2,01
2,01
1,984

2,88
2,86
2,85
2,79
2,75
2,72
2,70
2,69
2,68
2,626

Anda mungkin juga menyukai