Anda di halaman 1dari 10

GEOSAINS

STUDI POTENSI PANASBUMI DAERAH HULULAIS


KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU, SUMATERA

Q Fathan*
*) Teknik Geologi Universitas Hasanuddin

Sari: Secara administratif daerah penelitian merupakan Daerah Hululais Kabupaten Lebong
Provinsi Bengkulu, Sumaterapada koordinat 10212'42" - 10218'14" Bujur Timur dan 39'4" 316'19" Lintang Selatan. Maksud dari penelitian ini untuk untuk menganalisis kandungan geokimia
dan potensi dari panas bumi yang terdapat pada Daerah Hululais Kabupaten Lebong Provinsi
Bengkulu, Sumatera dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik jenis manifestasi berdasarkan
ciri fisiknya, megetahui asal dari fluida panas bumi, tipe fluida (mataair) panas bumi, , menentukan
posisi reservoir dan menentukan temperature bawah permukaan daerah penelitian, dan mengetahui
potensi panas bumi pada daerah penelitian berdasarkan data geokimia dari sistem geothermal.
Panasbumi merupakan energi panas yang terbentuk secara alami dan tersimpan dalam bentuk air
panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di dalam
kerak bumi. Karakteristik penciri dari panas bumi ini dapat kita lihat dari keterdapatan manifestasi
pada daerah penelitian berupa mataair panas, kolam/kubangan lumpur panas, dan fumarola.
Penentuan asal dari fluida (mataair panas) tersebut dilakukan plot lokasi pada diagram terniary CLB-Li yang meindikasikan bahwa sebagian besar fluida berasal dari air permukaan atau telah
mengalami percampuran dengan air permukaan. Berdasarkan plot unsur-unsur pada diagram CLHCO3-SO4 maka tipe fluida (mataair panas) yang terdapat pada daerah penelitian yaitu tipe klorida,
tipe bikarbonat, dan tipe sulfat. Temperatur reservoir di perkirakan 191,73oC - 262,34oC dengan
kedalam reservoir diperkirakan antar 2,73 km 2,77 km dari permukaan. Pemanfaatan panas bumi
pada daerah penelitian dapat dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 2,93
MW, sebagai objek wisata alam dan terapi pengobatan untuk penyakit kulit.

Kata Kunci: Hululais, fluida panas bumi, geothermal

1. LATAR BELAKANG
Mataair panas merupakan mataair yang
memiliki suhu atau temperatur yang lebih
tinggi dari suhu lingkungannya. Adanya
perbedaan suhu tersebut dapat diakibatkan
adanya suatu sistem panas bumi yang
terbentuk di bawah permukaan bumi yang
diakibatkan oleh adanya aktifitas geologi
seperti vulkanisme dan tektonisme. Dari
indikator mataair panas tersebut, dapat
diketahui adanya sistem panasbumi yang
bekerja di bawah permukaan pada suatu
daerah.
Panas bumi bila ditangani atau dikelola
dengan baik akan memberikan manfaat yang
sangat banyak seperti sebagai sumber energi
atau lokasi objek wisata. Untuk mengetahui
bagaimana karaktristik dari panas bumi
tersebut, dimana dalam hal ini indikator

panas bumi yang muncul ke permukaan dalam


bentuk mataair panas, perlu dilakukan
penelitian diantaranya yaitu
analisis
geokimia mataair panas.
Di Indonesia merupakan daerah yang sangat
potensi untuk pemanfaataan manifestasi
geothermal (panas buminya) salah satunya
manifestasi yang terdapat di
Daerah
Kamojang
Kabupaten
Bandung,
dan
Lahendong yang terdapat di Manado. Dengan
pertimbangan potensi dan manfaat yang akan
diperoleh dari sistem panas bumi ini yang
besar, maka penulis melakukan penelitian
mengenai Studi Potensi Panas Bumi Daerah

Hululais
Kabupaten
Bengkulu, Sumatera.

Lebong

Provinsi

Vol. 09. No. 02 2013 - 125

GEOSAINS
2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penelitian ini adalah untuk
melakukan analisis kandungan geokimia dan
potensi dari panas bumi yang terdapat pada
Daerah Hululais Kabupaten Lebong Provinsi
Bengkulu, Sumatera.
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui geokimia jenis manifestasi
berdasarkan ciri fisik, megetahuiasal dari
fluida panas bumi, tipe fluida panas
bumi,menentukan
temperature
dan
menentukan
posisi
reservoir
bawah
permukaan daerah penelitian, danmengetahui
potensi
panas
bumi
pada
daerah
penelitianberdasarkan data geokimia mataair
panas.

penelitian serta literatur - literatur yang


berkaitan
dengan
batasan
masalah
penelitian.

Pengadaan peta dasar dan interpretasi


peta topografi
Pengadaan peta dasar diperoleh dari peta
lembar yang diterbitkan oleh Army map
service dengan sekala 1:250.000 kemudian
diperbesar sesuai dengan besar lokasi
penelitian.

Perencanaan biaya
Perincian biaya yang disusun berdasarkan
kondisi daerah penelitian dan kebutuhan
penelitian, agar penelitian yang dilakukan
dapat berjalan lancar dan sistematis
(sesuai proposal penelitian), selain itu
mempelajari
kondisi
sosial
budaya
masyarakat setempat sangat penting
untuk kemudahan dan keamanan dalam
melakukan kegiatan penelitian.

3. BATASAN MASALAH
Penulis
membatasi
pembahasan
dari
penelitian ini dengan membahas manifestasi
(air panas, mudpool & fumarola) dengan
memperhatikan
ciri
fisik
di
sekitar
manifestasi, unsur unsur penyusun dari
manifestasi tersebut, asal fluida panas bumi,
tipe fluida panas bumi, tempertaur bawah
permukaan, dan potensi panas bumi tersebut
berdasarkan data kimia mataair panas yang
sudah ada dari PT. Pertamina Geothermal
Energy.

4.2 Tahap Penelitian Lapangan


Adapun kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini, antara lain :

Pengambilan data data ciri fisik dan


kimia mataair panas berupa temperatur,
warna dan pH,
Pengambilan contoh Air (Sampling Air).
Pengambilan contoh Gas (Sampling Gas).

4. METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN

4.3 Tahap Analisis Laboratorium

4.1 Tahap Persiapan

Dari contoh mataair panas dan gas yang


diambil dari lokasi penelitian kemudian
dianalisis pada laboratorium, adapun prosedur
penentuan beberapa kandungan kimia dari
mataair panas dan gas tersebut adalah
sebagai berikut :

Melaksanakan setiap kegiatan penelitian,


selalu diawali dengan persiapan yang
menyangkut segala sesuatu yang dibutuhkan
selama pelaksanaannya. Pada tahap ini, halhal yang perlu dilakukan berupa:

Persiapan administrasi
Meliputi : Pengurusan proposal dan surat
izin penelitian pada jurusan dan Fakutas
Teknik
Universitas
Hasanuddin.
Pengajuan proposal dan surat izin
penelitian
terhadap
PT.Pertamina
Geothermal Energy.
Persiapan perlengkapan dan peralatan
serta alat pengukuran sifat kimia dan fisik
mataair panas.
Studi literatur
Meliputi : studi tentang kondisi panas
bumi daerah penelitian, laporan dari
peneliti terdahulu yang mencakup daerah

Vol. 09. No. 02 2013 - 126

Analisis Air

Contoh air yang diperoleh dari lapangan


dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Tata
cara analisis air dengan menggunakan metode
penentuan kesadahan unsure-unsur yang
terkandung dalam air
.
Analisa Gas
Pengambilan contoh gas dilakukan terutama
pada
hembusan
gas,
fumarol,
atau
solfatara.Pengambilan tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui komposisi
gas secara kualitatif melalui pengukuran

GEOSAINS
langsung dilapangan dan kuantitatif di
laboratorium.Contoh yang di peroleh dari
lapangan, di analisis di laboratorium dengan
menggunakan metode kromatografi gas.
Analisis contoh gas ini dapat menggunakan
cara Giggebanch 1988.
Metode kromatografi gas digunakan untuk
mendeteksi dan mengetahui konsentrasi gas
yang terkandung dalam contoh, antara lain :
CO, CH4, H2, O2, N2, NH3, SO2, sedangkan
metode
titrimetri
digunakan
untuk
mendeteksi dan mengetahui konsentrasi gas
seperti : CO2, H2S, dan HCl. Konsentrasi H2O
dalam contoh gas dapat diketahui dengan
melakukan perhitungan berat gas total dalam
contoh.

bumi dan
temperatur bawah permukaan
dengan
menggunakan
geothermometer,
sebagai berikut :

Penentuan asal air panas berdasarkananalisis


geokimia mataair panas daerah penelitian
menggunakan klasifikasi diagram Trilinier
(Giggenbach, 1991).

Gas Kromatografi

Asal Fluida

Tipe Fluida

Untuk penentuaan tipe mataair panas


berdasarkan klasifikasi dari diagram Trilinier
(Simmons, 2007).

4.4 Tahap Pengolahan dan Evalusai Data


Data yang ada terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari
hasil penelitian lapangan dalam bentuk data
deskripsi, sketsa, fotografi dan conto batuan.
Data sekunder berupa peta dasar topografi
terbitan Army map service dengan skala 1 :
250.000 dan laporan-laporan penelitian
terdahulu yang relevan, serta kandungankandungan unsur manifestasi yang di kelolah
oleh laboratorium sebelumnya.
Data primer yang
di ambil berupa
temperatur, pH, dan debit air dari manifestasi
panas bumi yang terdapat pada daerah
penelitian . Hasil pengambilan data primer
tersebut kemudian di masukkan ke dalam
peta topografi daerah penelitian dan disusun
dalam bentuk laporan.
Pengolahan terhadap contoh manifestasi
dilakukan di laboratorium. Hasil yang
diperoleh berupa nilai dari kandungan unsur
unsur kimia dalam airdan steam (gas). Dari
unsur-unsur kimia ini kita dapat menentukan
asal fluida mataair panas, tipe fluida panas

Geothermometer

1. Geothermometer
Geothermometer
1988)

Na-K

Larutan
(Giggenbach,

2. Geothermometer
Steam
/
Gas
Geothermometer Steam (Arnorsson dan
Gunnlaugsson, 1985)
CO2t (oC) = -44.1 + 269.25Q 76.88Q2 + 9.52Q3
(Semua Air)

Vol. 09. No. 02 2013 - 127

GEOSAINS
5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Ciri fisik dari mataair panas pada


daerah penelitian

5.1 Karakteristik Manifestasi Panasbumi


Pembahasan
mengenai
karakteristik
manifestasi mencakup ciri fisik dari
manifestasi yang terdapat pada daerah
penelitian.Adapun manifestasi yang terdapat
pada daerah penelitian berupa mataair panas
(Hot Spring), kolam lumpur panas (Mud
Pools), dan fumarola.
Mataair Panas (Hot Spring)
Mataair panas yang terdapat pada daerah
penelitain tersebar hampir di seluruh daerah
penelitain yaitu berada pada daerah Turan
Lalang, Bukit Nibung, Karang Dapo,
Semalako, Suban Salok, Suban Telbai, dan
Suban Agung. Atau berada pada stasiun QF-1,
QF-2, QF-3, QF-4, QF-5, QF-6, QF-9, QF-10,
QF-11, QF-15, QF-16, QF-17, QF-18, QF-19,
dan QF-20.

Mataair panas pada stsiun QF-1 daerah Turan


Lalang dengan arah foto N240oE
Ciri fisik yang dapat diamati dari mataair
panas yang terdapat pada daerah penelitian
meliputi warna, bau, temperature, pH (tingkat
keasaman).
Berikut
table
yang
memperlihatkan ciri fisik dari mataair panas
yang terdapat pada daerah penelitian:

Berdasarkan ciri fisik dalam hal ini adalah


temperature pada mataair panas maka pada
daerah penelitian dapat dibedakan menjadi
dua mataair panas yaitu, mataair hangat
(warm spring) yang memiliki temperature
lebih kecil dari 50oC dan mataair panas (hot
spring) yang memiliki temperature lebih besar
dari 50oC (Nenny M.Saptadji, 2003). Mataair
hangat berada pada stasiun QF-1, QF-2, QF-3,
QF-4, QF-9, QF-10, QF-11, dan QF-16 dengan
temperature berkisar antara 39,8oC 47,2oC,
sedangkan mataair panas berada pada stasiun
QF-5, QF-6, QF-15, QF-17, QF-18, QF-19, dan
QF-20 dengan temperature berkisar antara
51oC 75oC.
Kolam Lumpur Panas (Mud Pools)
Kolam lumpur panas biasanya disebut juga
sebagai kubangan lumpur panas.Pada daerah
penelitian kubangan lumpur panas ini
terdapat pada daerah Suban Gregok dan
Suban Nusuk, atau berada pada stasiun QF-8
dan QF-9.

Vol. 09. No. 02 2013 - 128

GEOSAINS
Ciri fisik dari fumarola pada daerah penelitian

Kolam lumpur panas (mud pools) pada stasiun


QF- 12 daerah Suban Nusuk dan di foto
N56oE
Pada kubangan lumpur panas di daerah
penelitian umumnya mengandung noncondensibele gas CO2 (karbon dioksida)
dengan jumlah yang kecil pada uap panasnya,
lumpurnya dalam keadaan cair yang
disebabkan karena kondensasi uap panas,
dan
terdapat
letupan-letupan
yang
disebabkan oleh lepasnya CO2 ke atmosfir.

Fumarola

Fumarola
adalah
lunang
kecil
yang
memancarkan uap panas keering (dry steam)
atau uap panas yang mengandung butiranbutiran air (wet steam). Pada darah penelitian
fumarola terdapat pada daerah Suban Gregok,
Suban Nusuk, dan Suban Agung, atau berada
pada stasiun QF-7, QF-13, dan QF-14.

Berdasarkan kandungan dan temperature dari


ciri fisik fumarola maka manifestasi ini
merupakan system dominasi air yang
memancarkan uap panas basah dengan
temperature berkisar antara 88oC 93,2oC
(Nenny M.Saptadji, 2003). Fumarola jenis ini
sering disebut fumarola basah (wet fumarole).
5.2 Asal Fluida Panasbumi
Data kimia yang diperlukan dalam penentuan
asal fluida panas bumi adalah kandungan
klorida
(Cl),
litium
(Li),
dan
boron
(B).Kemudian dari data kandungan kimia
tersebut untuk setiap mata air panas yang
terdapat pada daerah penelitian di plot
kedalam diagram ternary (Gambar 4.7).
Diagram ternary Cl Li B merupakan
diagram yang dibuat oleh Giggenbach (1991)
yang digunakan untuk membedakan sumber
yang
berbeda
dari
fluida
dengan
mengungkapkan asosiasi fraksi fluida tersebut
baik dari zona boiling, mixing maupun dari
berbagai sumber high temperature steam.
Dari hasil plot data pada diagram terniary,
kandungan relatif Cl, Li, dan B dari mata air
panas yang ada pada daerah penelitian
menunjukkan bahwa kandungan persentase
menyebar pada kandungan Cl
yang
menindikasikan bahwa fluida berasal dari
reservoir, hal ini dapat dilihat pada stasiun
QF-3, QF-4, QF-5, QF-6, QF-16, QF-17, QF-18,
QF-19, dan QF-20, serta kandungan B yang
mengindikasikan
bahwa
fluida
telah
mengalami interaksi dengan batuan sedimen
yang kaya akan zat organik (evaporasi)
(Nicholson, 1993), hal ini dapat dilihat pada
stasiun QF-1, QF-2, QF-8, QF-9, QF-10, QF-11,
QF-12, dan QF-15.

Fumarola pada stasiun QF-14 daerah Suban


Agung dan di foto dengan arah N160oE

Vol. 09. No. 1 2013 - 129

GEOSAINS
Maka dapat di simpulkan bahwa dari tujuh
belas mata air panas tersebut yang layak
digunakan sebagai geotermometer yaitu tipe
air klorida karena dengan kehadiran klorida
pada mataair panas mengindikasikan bahwa
air panas tersebut merupakan hasil langsung
dari
fluida
reservoir
tanpa
sempat
terkontaminasi dengan batuan samping
ataupun dengan fluida lainnya. Dengan kata
lain, mata air panas di daerah penelitian
sebagian kemungkinan telah terkontaminasi
dengan batuan samping ataupun dengan
fluida lainnya.

Diagram terniary Cl-B-Li (Giggenbach, 1991)


untuk menentukan asal fluida panas bumi.
5.3 Tipe Fluida Panasbumi
Data Kimia yang diperlukan dalam penentuan
tipe fluida panas bumi pada daerah penelitian
adalah kandungan relatif dari klorida (Cl),
bikarbonat (HCO3), dan sulfat (SO4).
Kemudian dari data kandungan kimia
tersebut untuk setiap mata air panas yang ada
di plot dalam diagram segitiga terniasy ClHCO3-SO4 .
Dari hasil pengolahan data dalam terniary
plot di dapat bahwa mata air panas di daerah
penelitian merupakan tipe air Klorida (Cl-),
Bikarbonat HCO3, dan Sulfat (SO4). Tipe air
klorida tersebar didaerah Semelako dan Suban
Agung atau berada pada stasiun QF-4, QF-5,
QF-16, QF-17, QF-18, QF-19, dan QF-20.Tipe
air bikarbonat tersebar pada daerah Karang
Dapo, Suban Salok, dan Suban Telbei atau
berada pada stasiun QF-3, QF-9, QF-10, dan
QF-11.Dan tipe air sulfat tersebar pada
stasiun QF-1, QF-2, QF-6, QF-8, QF-12, dan
QF-15.

5.4 Temperatur Reservoar


Air panas yang dapat digunakan untuk
perhitungan geotermometer atau menghitung
temperatur reservoir adalah tipe air klorida
(Cl), karena tipe air ini yang paling
mencerminkan kondisi reservoir, dengan
kehadiran klorida yang mengindikasikan air
tersebut langsung bersumber dari reservoir
tanpa adanya mixing dengan batuan samping
atau fluida lainnya.
Berdasarkan
diagram
terniary
untuk
penentuan tipe air, maka stasiun yang
memenuhi
syarat
untuk
menghitung
temperatur reservoarnya adalah stasiun yang
merupakan tipe mata air klorida yaitu,
stasiun QF-4, QF-5, QF-16, QF-17, QF-18, QF19, dan QF-20.
Tabel kandungan kimia tipe air klorida

Perhitungan
suhu/temperature
bawah
permukaan
dilakukan
berdasarkan
perhitungan geothermometer Na K
(Giggenbach 1988 dalam Stefan Arnorsson,
2000). Berikut persamaan yang digunakan :

Diagram terniary Cl-HCO3-SO4 (S.F Simmons,


2007) untuk menentukan tipe fluida panas
bumi

Vol. 09. No. 02 2013 - 130

GEOSAINS
Tabel hasil perhitungan temperature reservoir
pada mataair panas
Stasiun
Su
QF- QF- QF- QF- QF- QF- QFhu
4
5
16
17
18
19
20
(oC
226 198 204 199 191 211 216
)
,85
,03
,51
,63
,73
,17
,28
Dari perhitungan temparatur reservoir dengan
menggunakan persamaan geothermometer
Na-K menurut Giggenbach 1988 dalam Stefan
Arnorsson, 2000.Maka temperature reservoir
panas bumi pada daerah penelitian berkisar
antara 191,73oC 226,85oC.
Penentuan temperature reservoir juga dapat
dihitung
dengan
menggunakan
steam
geothermometers
(Arnorsson
dan
Gunnlaugsson 1985 dalam Stefan Arnorsson,
2000), yaitu dengan menggunakan data kimia
dari manifestasi yang sifat fisiknya berwujud
gas/steam. Pada daerah penelitian terdapat 3
stasiun yang merupakan fumarola yaitu pada
stasiun QF-7, QF-13, dan QF-14 yang terdapat
pada daerah Suban Gregok, Suban Nusuk, dan
Suban Agung.
Tabel kandungan kimia manifestasi fumarola
N
Data Kimia (% mol)
o. Lok C
H NH Ar N2 H CO
S
asi O2 2S
3
2
ta
Sub
Q
98 0,
0,
an
0,0 0,0 1,
0,0
F
,2
4
0
Gre
001 018 29
001
-7
1
1
6
gok
Q
Sub
F
87 3,
0,
an
0,0 1,2 7,
0,0
,2
3
2
Nu
001
6
73
001
1
4
5
9
suk
3
Q
Sub
F
95 2,
0,
an
0,0 0,0 1,.
0,0
,5
5
7
Ag
001 055 17
001
1
4
1
1
ung
4
Berikut persamaan geothermometer CO2 yang
digunakan untuk menghitung temperature
reservoir :

Tabel Hasil perhitungan temperature


reservoir pada fumarola.

Dari perhitungan temparatur reservoir dengan


menggunakan persamaan geothermometer
CO2 menurut Arnorsson dan Gunnlaugsson
1985 dalam Stefan Arnorsson, 2000.Maka
temperature reservoir panas bumi pada
daerah penelitian berkisar antara 256,05oC
262,34oC.
Dari hasil perhitungan temperature reservoir
dengan
menggunakan
geothermometer
larutan dan geothermometer gas/steam maka
temperature reservoir pada daerah penelitian
termasuk kedalam temperature sedang
tinggi yaitu antara 191,73oC - 262,34oC (Nenny
M.Saptadji, 2003).
Tabel Heatflow Database (Robert Hall., 2002 )
Max Tempe
Cond
Site
/
rature
Data_
_
.
Well
Gradie
Number
Dept
Name
nt
W/m
h (m)
C/km
SUM162

MUSI
FIE

914

61.0

1.98

SUM188

LEBONG
F

460

61.0

2.12

SUM221

MENTA
WAI

1600

22.0

1.88

SUM222

MENTA
WAI

1278

21.0

1.9

Berdasarkan data gradient temperature yang


dikeluarkan South East Asia Research Group
pada daerah kabupaten Lebong
maka
penentuan kedalaman dari reservoir tersebut
dapat dihitung dengan memperhitungkan
temperature
reservoir,
temperature
manifestasi yang muncul di permukaan pada
daerah zona upflow atau sekitar daerah
upflow
(Lihat
Peta
Zonasi
Sebaran
manifestasi), dan elevasi dari manifestasi
tersebut.
Tabel hasil perhitungan kedalaman reservoir
No
No.
T
To
D
.
Stasiu (Reservoi (Suh (Kedalama
n
r)
u
n)
mata
air)

Vol. 09. No. 1 2013 - 131

GEOSAINS
1
2
3

QF-7
QF-13
QF-14

257,03oC
256,05oC
262,34oC

88oC
89oC
93,2o
C

2,77 km
2,73 km
2,77 km

Berdasarkan
perhitungan
kedalaman
reservoir diatas maka kedalaman reservoir
panas bumi yang terdapat pada daerah
penelitian berkisar antara 2,73 2,77 km dari
permukaan.
5.5 Potensi Panasbumi Daerah Penelitian
Dalam rangka optimalisasi sumber daya
panas bumi, pemanfaatan potensi panas bumi
untuk penggunaan langsung dapat di
kembangkan
bersamaan
dengan
pengembangan panasbumi untuk pembangkit
tenaga listrik terutama pada sumber panas
bumi bersuhu tinggi.Berdasarkan ciri fisik
dari mataair panas daerah penelitian maka
dapat diketahui bahwa temperature mata air
ini berkisar antara 39,8oC75oC dan suhu
bawah pemukaanya (reservoir) berdasarkan
perhitungan geothermometer Na/K adalah
191,73oC226,85oC.
Sehingga
secara
keseluruhan reservoir daerah penelitian dapat
dikelompokkan sebagai
entalpi Sedang,
mempunyai batas suhu 125225oC sehingga
berdasarkan batasan suhu yang dapat
digunakan sebagai sumber energi listrik yaitu
>180oCmaka daerah penelitian dianggap
prospek untuk dikembangkan sebagai sumber
energi listrik.
Adapun metode yang dapa digunakan untuk
memperkirakan potensi listrik yang di
hasilkan dari sumber panas bumi ini yaitu
dengan menggunakan metode perbandingan
(Nenny M. Saptadji, 2003). Sebagai berikut :

Keterangan :
Hel

= Besar sumber daya (MWe)

= Luas daerah prospek panas bumi


(km2). Luas prospek pada tahapan
ini dapat di perkirakan dari
penyebaran manifestasi permukaan.
Yaitu luas daerah penelitian 138 km2

Qel

=
Daya
listrik
yang
dibangkitkan
persatuan
(MWe/km2)

dapat
luas

Tabel hasil perhitungan potensi panas bumi

Vol. 09. No. 02 2013 - 132

No.

No.
Stasiun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

QF-1
QF-2
QF-3
QF-4
QF-5
QF-6
QF-9
QF-10
QF-11
QF-15
QF-16
QF-17
QF-18
QF-19
QF-20

Debit x
10-3
(m3/s)
0,26
0,8
0,88
0,33
7
2
0,12
2
5
4
0,083
0,018
0,016
0,018
0,25

TOTAL Q

T
(oC)
43,7
40,9
43,1
39,8
55,9
54,5
39,8
54,5
47,2
64,2
42,1
56,7
51
71
75

Q (Daya
Listrik /
kw)
22,37
59,54
73,54
23,05
957,5
261,95
8,38
261,95
503,118
685,23
6,59
2,52
1,86
3,59
60,73
2931,9
KW

Sehingga besar potensi atau sumber daya


listrik yang dapat di hasilkan dari daerah
penelitian, yaitu sebesar 2931,9 KW atau 2,93
MW.
Adapun pemanfaatn pemanfaatn lainnya yaitu
sebagai berikut :
a. Geowisata
Menurut Yoeti dan Oka 1996, suatu obyek
wisata, harus meliputi 3 (tiga) unsur yang
penting agar wisatawan dapat merasa puas
dalam menikmati perjalanannya, maka obyek
wisata harus meliputi :
1. Attraction (daya tarik), dimana daerah
tujuan wisata agar menarik wisatawan
hendaknya memiliki daya tarik berupa
kondisi alam. Berdasarkan hasilpenelitan
temperature mataair panas yaitu sekitar
39,8oC pada temperatur udara sekitarnya
23o-24oC. Maka daya tarik pada daerah
penelitian ditandai dengan sumber
mataair
panas
yang
memiliki
temperature bawah permukaan yaitu
226,85oC dan ketika muncul sebagai
mataair di permukaan suhunya menjadi
relatif rendah yaitu sekitar 39,8o dengan
debit air 19,8 L/menit 540 L/menit.
Sehingga sangat cocok untuk digunakan
sebagai lokasi permandian mengingat
suhu udara daerah penelitian yang cukup
dingin yaitu 23o.
2. Accessable (bisa dicapai), hal ini
dimaksudkan agar wisata domestik dan
mancanegara dapat dengan mudah dalam
pencapaian tujuan ke tempat wisata.
Pada daerah penelitian terdapat beberapa

GEOSAINS
mataair panas yang dapat di capai
dengan mudah yaitu pada stasiun QF-1,
QF-2, QF-3, QF-4, QF-5, QF-6, dan QF-18,
hal ini dapat kita lihat pada peta sebaran
manifestasi yang memperlihatkan bahwa
manifestasi ini relatif dengan jalan
provinsi dan mudah dicapai dengan
kendaraan.
3. Fasilitas, syarat yang ketiga ini memang
menjadi salah satu syarat daerah tujuan
wisata, dimana wisatawan dapat dengan
kerasan tinggal lebih lama di daerah
tersebut, adapun fasilitas (Amenities)
dapat berupa : akomodasi, transportation,
service, dll.
Berdasarkan ketiga kriteria lokasi parawisata
diatas maka daerah penelitian dianggap
sangat prospek dijadikansebagai
tempat
wisata permandian air panas.
b. Pengobatan
Dari hasil analisa laboratorium sumber
mataair panas pada daerah penelitian
memiliki temperatur yang relatif hangat dan
tidak terlalu panas yaitu berkisar antara
39,8oC-50oCdan
mengandung SO4
serta
terdapat bau belerang yang tidak begitu tajam
sehingga cocok untuk dijadikan sebagai
sarana pengobatan penyakit kulit, selain itu
hembusan fumarola yang relatif kecil juga
dapat di jadikan sebagai terapi penyakit kulit.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian panas bumi pada
daerah penelitian, maka dapat disimpulkan
kondisi panas bumi sebagai berikut:
1. Pada
daerah
penelitian
ditemukan
adanaya mataair panas (Hot spring) pada
daerah Turunlalang (stasiun QF-1), Bukit
Nibung (Stasiun QF-2), Samelako (stasiun
QF-4, QF-5, QF-18, QF-19, dan QF-20),
Karang Dapo (QF-3 dan QF-6), Suban
Telbei (QF-9, QF-10, dan QF-11) dan

Suban Agung (QF-15, QF-16, dan QF-17),


kemudian ditemukan pula kolam lumpur
panas (mud pools) pada daerah Suban
Gregok (Stasiun QF-8) dan Suban Nusuk
(Stasiun QF-12), dan Fumarola di daerah
Suban Gregok (Stasiun QF-7), Suban
Nusuk (Stasiun QF-13), dan Suban Agung
(Stasiun QF-14).
2. Dari hasil data-data yang di analisi
sebagian besar fluida bersumber dari
reservoir
dan terdapat beberapa yang
telah mengalami interaksi dengan batuan
sedimen.
3. Tipe air pada daerah penelitian masuk
kedalam tipe air Klorida (Cl-) yaitu pada
stasiun QF-4, QF-5, QF-16, QF-17, QF-18,
QF-19 dan QF-20 dengan persentasi
kloridanya lebih besar dari 50%, tipe air
Bikarbonat (HCO3) yaitu pada stasiun QF3, QF-9, QF-10, dan QF-11 dengan
persentasinya lebih besar dari 50%, dan
tipe Sulfat (SO4) yaitu pada stasiun QF-1,
QF-2, QF-6, QF-8, QF-12, dan QF-15
dengan persentasi sulfatnya lebih besar
dari 50%.
4. Berdasarkan
perhitungan
temperatur
bawah permukaan daerah penelitian maka
suhu reservoir daerah penelitian berkisar
antara 191,73oC - 262,34oC berdasarkan
metode geothermometer Na K.
5. Berdasarkan
perhitungan
dengan
menggunakan gradient geothermal maka
kedalaman dari reservoir pada daerah
penelitian 2,73 km 2,77 km dari
permukaan
Panas bumi pada daerah penelitian berpotensi
sebagai pembangkit tenaga listrik dengan
kapasitas 2,93 MW (Berdasarkan Metode
Perbandingan). Selain pembangkit tenaga
listrik mataair panas yang melimpah pada
daerah penelitian dapat juga dimanfaatkan
sebagai objek wisata alam dan terapi
pengobatan
untuk
penyakit
kulit.

7.DAFTAR PUSTAKA
Army map service. Peta Topografi Bangkahulu skala 1:250.000. Corps of engineers 6-5, 779692 HN.
Series T503, sheet SA 48-13, edition 1-AMS.
Bangbang, S., Andri, E., Ari, W. dan Supeno., 2008. Penyelidikan Geokimia Daerah Panas Bumi
Massepe Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan . Kelompok Program Penelitian
Panas Bumi.

Vol. 09. No. 1 2013 - 133

GEOSAINS
Dedi K. & Anna Y., 2008. Penyelidikan Geokimia Daerah Panas Bumi Tambu Kabupaten DonggalaSulawesi Tengah, Proceeding pemaparan hasil-hasil kegiatan lapangan dan non lapangan kelompok
program penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi.
Dedi, K., Supeno. dan Sumarna., 2005. Penyelidikan Geokimia Panas Bumi Daerah Pincara
Kabupaten Luwu Utara-Sulawesi Selatan, Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi
2005, SUBDIT Panas Bumi.
Dickson, M.H & Fanelli,M., 2004. What is Geothermal Energy?, University of Colombia.
Ellis, J.A. & Mahon, J.A.W. 1997. Chemistry and Geothermal System, Academic Press, London.
Gafoer, S., Amin, T.C. dan Pardede., R. 1992. Peta Geologi Lembar Bengkulu, Sumatra. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Harsh, G. & Sukanta, R. 2007. Geothermal Energy: An Alternative Resource For The 21st
CenturyNational, Geophysical Research Institute Hyderabad, India.
Herman D & F. Hasan S., 2000. An Outline of The Geology of Indonesia. Ikatan Ahli Geologi
Indonesia - IAGI (Indonesian Association of Geologists), Jakarta Selatan.
Hochstein, M.P. 1995. Classification and Assessment of Geothermal Resources. Geothermal Institute,
University of Auckland.
Nenny M. 2003. Teknik Panasbumi. Departemen teknik perminyakan, fakultas ilmu kebumian dan
teknologi mineral Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Nicholson K. 1993. Geothemal Fluids Chemistry and Exploration Technique . School of applied
sciences, the Robert Gordon University Aberdeen AB1 1HG, Scotlandia. United Kingdom.
Rasi, P., Zainal A. dan Yoki Y. 2010. Isotope and Gas Geochemistry of Dieng Geothermal Field,
Indonesia, Proceedings World Geothermal Congress 2010 Bali, Indonesia.Department of Chemistry,
University of Indonesia.
Robert Hall., 2002 . SE Asia Heatflow Data base. SE Asia Research Group, Department of Geology
Royal
Holloway
University
of
London,
Egham,Surrey
TW20
0EX,
UK.e-mail:
robert.hall@gl.rhul.ac.ukhttp:// searg.rhul.ac.uk/current_research/heatflow.html. Didownload pada
hari Jumat 22 maret 2013 Pukul 17.07 Wita.
Sapto T., Parindro P. dan Adhirama P. 2011. Laporan Geologi Sumur Eksplorasi HLS-(B/1)Area
Geothermal Hululais. PT.Pertamina Geothermal Energy manajemen pengelolaan sumber daya
direktorat perencanaan & pengembangan, Jakarta (Tidak di publikasikan).
Simmon S.F. 2007. Geochemistry.Geothermal Institute.New Zeland (Tidak di Publikasikan).
Stefan, A. 2000. Isotopic and Chemical Techniques in Geothermal Exploration, Developmen and Use
(Sampling methods, data handling, interpretation). International Atomic Energy Agency, Vienna
Yulius, B.R., 2009. Analisis Geokimia Mataair Panas Daerah Lejja Kecamatan Mario Riawa
Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi-Selatan, Makassar. Skripsi, Jurusan Teknik Geologi,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
http://poetrafic.wordpress.com/2010/08/17/ survei pendahuluan geologi dan geokimia panas bumi.html. Di upload pada tanggal 17 Agustus 2010. Di download pada hari Selasa 28 Juni 2011
Pukul 13.23 WIB Jakarta.
http://www.scribd.com / doc / 104829693 / seminar - fluida - panas - bumi.html. Diupload oleh Ristino
Agus hari senin 09 april 2012, didownload pada hari minngu 31 maret 2013 pukul 12.04 WITA.

Vol. 09. No. 02 2013 - 134

Anda mungkin juga menyukai