HENDRO WIBOWO
al-Maqashid al-Syafiyah
Syarah al-Khulashat alKafiyah - Imam Abu Ishaq
al-Syathibi
al-Maqdisi, alSyathibi
Matan alsyathibiyah
al-Muwaffaqat fi
Ushul al-Fiqh - Abu
Ishaq al-Syathibi
Kaidah Fikih :
BIOGRAFI
Penguasaan Ilmu
ulum al-wasail (metode)
ulum maqashid (esensi dan hakikat)
2.
Maqashid Mukallaf
Dharuriyat ()
Hajiyat ()
Tahsiniyat ()
Dharuriyat
Segala
usaha
yang
secara
langsung
menyebabkan lenyap atau rusaknya 5 kebutuhan
pokok tersebut adalah mafsadah (fasad), karena
itu Allah melarangnya.
Meninggalkan larangan Allah dalam tataran ini
adalah maslahah pada tingkat dharury. Seperti
meninggalkan murtad, membunuh, minum miras,
berzina, mencuri, adalah maslahah pada level
dharury.
Hajiyat
Yaitu
kemaslahatan
yang
dibutuhkan
dalam
menyempurnakan kemaslahatan dharury. Kemaslahatan ini
tidak secara langsung mewujudkan al-dharurah alkhamsah, tetapi sebagai pendukung, penyangga / sarana
menuju tegaknya 5 pokok tsb. Seperti membangun rumah
sakit, lembaga pendidikan, perbankan syariah, dsb
Maslahah hajiyat juga dapat berupa keringanan (rukhshah).
Orang muslim diwajibkan shalat dan puasa, tetapi bagi
orang musafir boleh menjama-mengqashar dan boleh
berbuka. Menjama & mengqashar shalat dan berbuka,
merupakan maslahah hajiyat.
Tahsiniyat
Tingkatan Maslahah
Continioud
Kasus-kasus
Tingkatan
Maslahah
Dharuriyat
Hajiyat
Tahsiniyat
Jiwa (an-nafs).
Memelihara jiwa artinya menghormati hak hidup
setiap nyawa (jiwa) manusia. Nyawa seseorang
harus dilindungi, karena itu Islam
mewajibkan
hukuman qishash. Menerapkan hukuman qishash
adalah maslahah dan implementasi maqashid.
Termasuk dalam memelihara jiwa adalah memelihara
kesehatan masyarakat. Kesehatan adalah kebutuhan
dasar manusia. Untuk itu, perlu fasilitas Rumah
sakit, Puskesmas dan penciptaan lingkungan sehat,
dinas kebersihan, truck angkutan sampah, teknologi
pengolahan Sampah.
Continioud
Memelihara jiwa (nyawa) dari kematian adalah
dharuriyat, Membangun rumah sakit dan
menyediakan para dokternya adalah hajiyat,
sedangkan menyediakan Fakultas Kedokteran
menjadi tahsiniyat.
Menjaga kesehatan adalah kebutuhan dharury.
Mendirikan dinas kebersihan dan menyediakan trukc
pengangkut sampah adalah hajiyat. Menyediakan
teknologi pengolahan sampah kebutuhan tahsinat.
Kasus-kasus
Tingkatan
Maslahah
Dharuriyat
Hajiyat
Tahsiniyat
Akal
Kebutuhan akal manusia adalah pendidikan. Pendidikan
menjadi kebutuhan rakyat yang paling dasar. Setiap
rakyat berhak mendapatkan pendidikan yang layak (UUD
45 Pasal 34). Pemerintah harus menyediakan lembaga
pendidikan dan menyiapkan para guru dan dosen, mulai
dari TK sampai Perg.Tinggi. Tanggung jawab ini
dilaksanakan secara bertahap. Bisa dimulai wajib belajar
6 tahun untuk tahap awal, selanjutnya wajib belajar 9
tahun, dst. Negara wajib memprioritaskan anggaran/biaya
pendidikan.
Kasus-kasus
Tingkatan
Maslahah
Dharuriyat
Hajiyat
Tahsiniyat
Kasus-kasus
Tingkatan
Maslahah
Dharuriyat
Hajiyat
Tahsiniyat
Kasus-kasus
Tingkatan
Maslahah
Dharuriyat
Hajiyat
Tahsiniyat
Kasus-kasus
Tingkatan
Maslahah
Dharuriyat
Hajiyat
Tahsiniyat
Harta (al-mal)
Islam memelihara harta dengan cara mewajibkan hukum
potong tangan bagi pencuri. Tujuan (maqashid)
hukuman tersebut ialah agar harta manusia terpelihara.
Harta adalah kebutuhan dasar manusia. yang
mencakup sandang, papan, dan biaya-biaya dasar
lainnya. Tanpa harta manusia tidak bisa hidup. Untuk
mendapatkan harta, manusia diperintahkan syarih
untuk bekerja, seperti berdagang, dsb,
Pemerintah harus mengatasi pengangguran dan
menyediakan lapangan kerja, melaksanakan training
UMKM, program pendampingan, menyediakan dana
pinjaman lunak (qardh) bagi UMKM, dsb
Kasus-kasus
Tingkatan
Maslahah
Dharuriyat
Hajiyat
Tahsiniyat
Harta
Memelihara / menjaga harta setiap manusia adalah
kebutuhan dharuriyat, maka menerapkan collateral dalam
pembiayaan di bank syariah adalah maslahah hajiyat, karena
untuk memelihara harta masyarakat (dana pihak ketiga) yang
ditabungkan di bank syariah tersebut. Sementara
menerapkan manajemen resiko adalah maslahah tahsiniyat.
Asy-Syatibi
menyimpulkan
korelasi
antara dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat
sebagai berikut:
Obyek Kepemilikan
Pada dasarnya, asy-Syatibi mengakui hak milik
individu. Namun, ia menolak kepemilikan individu
terhadap setiap sumber daya yang dapat menguasai
hajat hidup orang banyak. Ia menegaskan bahwa air
bukanlah obyek kepemilikan dan penggunaannya tidak
bisa dimiliki oleh seorang pun. Dalam hal ini, ia
membedakan dua macam air, yaitu: air yang tidak
dapat dijadikan sebagai obyek kepemilikan, seperti air
sungai dan oase; dan air yang bisa dijadikan sebagai
obyek kepemilikan, seperti air yang dibeli atau
termasuk bagian dari sebidang tanah milik individu.
Lebih jauh, ia menyatakan bahwa tidak ada hak
kepemilikan yang dapat diklaim terhadap sungai
dikarenakan adanya pembangunan dam.
Pajak
Dalam pandangan asy-Syatibi, pemungutan
pajak harus dilihat dari sudut pandang
maslahah (kepentingan umum).
Dalam kondisi tidak mampu melaksanakan
tanggung jawab ini, masyarakat bisa
mengalihkannya kepada Baitul Mal serta
menyumbangkan sebagian kekayaan mereka
sendiri untuk tujuan tersebut.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pengeluaran/Pembelanjaan Publik :
Orang miskin dan melarat
Meningkatkan kemampuan pasukan dan
pertahanan keamanan
Memelihara hukum dan tatanan dalam
negeri
Pensiun dan gaji pejabat
Pendidikan
Pengembangan insfrastruktur
Kesejahteraan Umum
Peran Negara
KESIMPULAN TEORI
MAQOSHID SYARIAH
IMAM ASY-SYATIBI
memelihara
mewujudkan
agama
jiwa
akal
harta
Keturunan/kehormatan
mewujudkan
memelihara
mewujudkan
memelihara
mewujudkan
agama
jiwa
akal
memelihara
mewujudkan
memelihara
Disyariatkannya pernikahan
mewujudkan
memelihara
harta
Keturunan/kehormatan
5.
Aktualisasi
Diri
4. Penghargaan
3. S o s i a l
2. Keamanan
1. Fisiologi
Aktualisasi
Diri
Penghargaan
SosIal
Keamanan
Inverting Maslows
Hierarchy
Fisiologi
Kemaslahatan agama
sebagai prioritas &
barometer
Agama
Kehormatan/keturunan
Harta
Jiwa
Intelektual
KESALAHAN PRINSIP
Saya sih, ekonomi
dulu mapan, baru
berumah tangga
Agama
Kehormatan/keturunan
PADAHAL..
Harta
Jiwa
Intelektual
Terima Kasih
Thank You
Syukron
52
Pertama
adalah
jenis
kegiatan
sepenuhnya diperbolehkan. Tidak boleh
ada kekeliruan dalam memahami dan izin
ini maka tidak perlu untuk memberikan
argumen dalam kebaikan izin untuk suatu
kegiatan di mana orang mencari
keuntungan itu, tanpa ada menyebabkan
kerugian / kerugian / cedera ke orang lain.