Anda di halaman 1dari 60

SPEI ASY-SYATIBI

HENDRO WIBOWO

al-Maqashid al-Syafiyah
Syarah al-Khulashat alKafiyah - Imam Abu Ishaq
al-Syathibi

al-I'tisham - Abu Ishaq al-Syathibi

braz al-Ma'ani min


Hirz al-Amani fi alQira'at al-Sab'i Abu Syamah alMaqdisi

al-Maqdisi, alSyathibi

Matan alsyathibiyah

al-Muwaffaqat fi
Ushul al-Fiqh - Abu
Ishaq al-Syathibi

Dalam ungkapan lain Al-Syatibi


Merumuskan maqashid sbb

Segala Hukum Islam disyariatkan untuk


Kemaslahatan manusia

Kaidah Fikih :

Dimana terdapat kemaslahatan,


di sana terdapat syariah Allah

BIOGRAFI

Asy-Syatibi yang bernama lengkap Abu Ishaq bin Musa bin


Muhammad al-Lakhmi al-Gharnati asy-Syatibi merupakan salah
seorang cendekiawan muslim yang belum banyak diketahui latar
belakang kehidupannya. Yang jelas, ia berasal dari suku Arab
Lakhmi. Nama asy-Syatibi dinisbatkan ke daerah asal keluarganya,
Syatibah (Xatiba atau Jativa), yang terletak di kawasan Spanyol
bagian timur .
Asy-Syatibi dibesarkan dan memperoleh seluruh pendidikannya di
ibukota kerajaan Nashr, Granada, yang merupakan benteng terakhir
umat Islam di Spanyol. Masa mudanya bertepatan dengan masa
pemerintahan Sultan Muhammad V al-Ghani Billah yang merupakan
masa keemasan umat Islam setempat karena Granada menjadi
pusat kegiatan ilmiah dengan berdirinya Universitas Granada.

Suasana ilmiah yang berkembang dengan baik di kota tersebut


sangat menguntungkan bagi Imam Asy-Syatibi dalam menuntut
ilmu dan mengembangkannya di kemudian hari.
Memulai aktivitas ilmiahnya dengan belajar dan mendalami
bahasa arab dari Abu abdillah Muhammad ibn Fakhkhar al-Biri,
Abu Qasim Muhammad ibn Ahmad al-Syabti, dan Abu Jafar
Ahmad Syaqwari.
Belajar ilmu hadist dari Abu Qasim ibn Bina dan Syamsuddin alTilimsani, ilmu kalam dan falsafah dari Abu Ali Mansur alZawawi, dan Ilmu Ushul Fiqh dari Abu Abdillah Muhammad bin
Ahmad al-Miqarri dan Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad alSyarif al-Tilimsani, ilmu sastra dari Abu Bakar al-Qarsyi alHasymi, dan ilmu lainnya.

Penguasaan Ilmu
ulum al-wasail (metode)
ulum maqashid (esensi dan hakikat)

Maqashid Imam Syatibi :


1.

Terbagi menjadi 2 bagian :


Maqashid Syara

2.

Maqashid Mukallaf

Konsep Maqashid al-Syariah


( )

Secara bahasa, Maqashid al-Syariah terdiri dari


dua kata, yakni maqashid dan al-syariah.
Maqashid berarti kesengajaan atau tujuan,
sedangkan al-syariah berarti jalan menuju
sumber air, dapat pula dikatakan sebagai jalan
ke arah sumber pokok kehidupan
Menurut istilah, asy-Syatibi menyatakan,
Sesungguhnya
syariah
bertujuan
untuk
mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia
dan di akhirat

Pembagian Maqashid al-Syariah

Dharuriyat ()
Hajiyat ()
Tahsiniyat ()

Dharuriyat

Maslahah dharuriyat ialah kemaslahatan yang


keberadaannya
sangat
dibutuhkan
oleh
kehidupan manusia. Artinya kehidupan manusia
tidak bisa tegak tanpa 5 kebutuhan dasar
tersebut.
Segala usaha yang secara langsung menjamin
tegaknya lima al-dharuirah al-khamsah tersebut
adalah maslahah pada tingkat dharury.

Segala
usaha
yang
secara
langsung
menyebabkan lenyap atau rusaknya 5 kebutuhan
pokok tersebut adalah mafsadah (fasad), karena
itu Allah melarangnya.
Meninggalkan larangan Allah dalam tataran ini
adalah maslahah pada tingkat dharury. Seperti
meninggalkan murtad, membunuh, minum miras,
berzina, mencuri, adalah maslahah pada level
dharury.

Hajiyat

Yaitu
kemaslahatan
yang
dibutuhkan
dalam
menyempurnakan kemaslahatan dharury. Kemaslahatan ini
tidak secara langsung mewujudkan al-dharurah alkhamsah, tetapi sebagai pendukung, penyangga / sarana
menuju tegaknya 5 pokok tsb. Seperti membangun rumah
sakit, lembaga pendidikan, perbankan syariah, dsb
Maslahah hajiyat juga dapat berupa keringanan (rukhshah).
Orang muslim diwajibkan shalat dan puasa, tetapi bagi
orang musafir boleh menjama-mengqashar dan boleh
berbuka. Menjama & mengqashar shalat dan berbuka,
merupakan maslahah hajiyat.

Tahsiniyat

Yaitu kemaslahatan yang sifatnya pelengkap bagi


kemaslahatan sebelumnya. Misalnya dianjurkan
makan-makanan yang bergizi, berpakaian yang
bagus, olahraga teratur, ibadah-ibadah sunat,

Tingkatan Maslahah

Pengeluaran pemerintah harus mengutamakan terpenuhinya


kebutuhan dasar rakyat, agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Agama (ad-din)
Memelihara agama adalah kebutuhan dharuriyat.Karena untuk
memelihara ad-din, Islam melarang murtad berada pada level
maslahah dharury.
Untuk memelihara agama diwajibkan shalat, puasa, haji, dsb. Untuk
bisa mengamalkan agama (beribadah) diperlukan pengetahuan
dasar agama. Untuk ini perlu pendidikan dasar agama bagi semua
rakyat.Pemerintah bertanggung jawab untuk membiayainya.
Pendidikan agama sejak TK harus menjadi prioritas pemerintah.
Pemerintah seyogianya secara serius menerapkan wajib belajar 9
tahun. Pemerintahan Islam klasik mendorong anak-anak
mempelajari dan menghafal Alquran, hadits, memahami pokokpokok agama (tawhid, fiqh dan akhlak), Pemberantasan buta aksara
al-quran merupakan kewajiban dharury (mutlak) bagi pemerintah.

Continioud

Subsidi kepada guru agama (TK-TPA), dan para guru


diniyah, subsisi untuk guru agama, para imam masjid dan
para ustaz. Negara wajib menganggarkan dana untuk
membiayai kebutuhan agama ini. Negara wajib juga
mengadakan
polisi
khusus
untuk
mengawasi
pelaksanaan puasa dalam rangka memelihara agama.
Demikian pula dalam urusan haji dan umrah
Tanggung jawab negara dalam pokok-pokok agama
seperti di atas merupakan implementansi maqashid
syariah

Hubungan Dharuriyat, Hajiyat dan


Tahsiniyat pada an-Nafs

Kasus-kasus

Tingkatan
Maslahah

Memelihara agama (ad-din) adalah wajib, maka


Islam mewajibkan shalat

Dharuriyat

Menuntut ilmu agama untuk tegaknya agama

Hajiyat

Menyediakan guru agama, fasilitas pendidikan dan


biaya pendidikan agama dari APBN

Tahsiniyat

Jiwa (an-nafs).
Memelihara jiwa artinya menghormati hak hidup
setiap nyawa (jiwa) manusia. Nyawa seseorang
harus dilindungi, karena itu Islam
mewajibkan
hukuman qishash. Menerapkan hukuman qishash
adalah maslahah dan implementasi maqashid.
Termasuk dalam memelihara jiwa adalah memelihara
kesehatan masyarakat. Kesehatan adalah kebutuhan
dasar manusia. Untuk itu, perlu fasilitas Rumah
sakit, Puskesmas dan penciptaan lingkungan sehat,
dinas kebersihan, truck angkutan sampah, teknologi
pengolahan Sampah.

Continioud
Memelihara jiwa (nyawa) dari kematian adalah
dharuriyat, Membangun rumah sakit dan
menyediakan para dokternya adalah hajiyat,
sedangkan menyediakan Fakultas Kedokteran
menjadi tahsiniyat.
Menjaga kesehatan adalah kebutuhan dharury.
Mendirikan dinas kebersihan dan menyediakan trukc
pengangkut sampah adalah hajiyat. Menyediakan
teknologi pengolahan sampah kebutuhan tahsinat.

Hubungan Dharuriyat, Hajiyat dan


Tahsiniyat pada an-Nafs

Kasus-kasus

Tingkatan
Maslahah

Memelihara Jiwa (nyawa) dari kematian

Dharuriyat

Membangun rumah sakit dan menyediakan


dokternya

Hajiyat

Menyediakan fakultas kedokteran

Tahsiniyat

Hubungan Dharuriyat, Hajiyat dan


Tahsiniyat pada an-Nafs
Memelihara jiwa (nyawa) atau kehidupan
agar tidak mati adalah maslahah
dharuriyat.
Larangan
merokok adalah maslahah
hajiyat
Larangan iklan rokok di TV atau media
lainnya adalah maslahah tahsiniyat.

Akal
Kebutuhan akal manusia adalah pendidikan. Pendidikan
menjadi kebutuhan rakyat yang paling dasar. Setiap
rakyat berhak mendapatkan pendidikan yang layak (UUD
45 Pasal 34). Pemerintah harus menyediakan lembaga
pendidikan dan menyiapkan para guru dan dosen, mulai
dari TK sampai Perg.Tinggi. Tanggung jawab ini
dilaksanakan secara bertahap. Bisa dimulai wajib belajar
6 tahun untuk tahap awal, selanjutnya wajib belajar 9
tahun, dst. Negara wajib memprioritaskan anggaran/biaya
pendidikan.

Hubungan Dharuriyat, Hajiyat dan


Tahsiniyat pada an-Nafs

Kasus-kasus

Tingkatan
Maslahah

Memelihara akal merupakan kebutuhan maslahah


dharury, maka Islam mewajibkan belajar bagi muslim
dan muslimat

Dharuriyat

Menyediakan sarana pendidikan dan menyedia kan


biaya pendidikan oleh pemerintah

Hajiyat

Mendorong pemerintah agar memprioriataskan dana


pendidikan

Tahsiniyat

Larangan Allah meminum miras adalah


karena larangan itu mengandung maslahah
dharuriyat
Larangan
memproduksi
miras
adalah
maslahah hajiyat
Larangan syarih untuk mengiklankan miras
karena
untuk
mewujudkan
maslahah
tahsiniyat.

Hubungan Dharuriyat, Hajiyat dan


Tahsiniyat pada an-Nafs

Kasus-kasus

Tingkatan
Maslahah

Larangan memakai miras dan narkoba, karena


memelihara akal bahkan jiwa juga

Dharuriyat

Larangan memproduksi miras dan narkoba

Hajiyat

Larangan mengiklankan (menjadi bintang iklan)


produk miras

Tahsiniyat

Keturunan adalah hubungan munakahat Islami untuk


melahirkan keturunan yang sah. Untuk menjaga
keturunan yang sah, maka Islam melarang perzinaan
dan
mensyariatkan
perkawinan.
Dalam
Islam,
perkawinan
adalah
kebutuhan
dasar
manusia.
Pemerintah harus membiayai perkawinan bagi mereka
yang tidak mampu, bahkan sampai pada biaya pesta. Ini
telah dipraktekkan di zaman Islam awal dan abad-abad
sesudahnya.
Di
antara
sumber
dana
untuk
membiayainya ialah dari sumber waqaf produktif.

Hubungan Dharuriyat, Hajiyat dan


Tahsiniyat pada an-Nafs

Kasus-kasus

Tingkatan
Maslahah

Larangan zina demi untuk memelihara keturunan

Dharuriyat

Larangan membuka aurat dan menonton film porno

Hajiyat

Larangan menjual media/CD porno

Tahsiniyat

Hubungan Dharuriyat, Hajiyat dan


Tahsiniyat pada an-Nafs

Kasus-kasus

Tingkatan
Maslahah

Larangan zina demi untuk memelihara keturunan

Dharuriyat

Perintah memakai pakaian yang menutup aurat

Hajiyat

Berpakain yang indah

Tahsiniyat

Harta (al-mal)
Islam memelihara harta dengan cara mewajibkan hukum
potong tangan bagi pencuri. Tujuan (maqashid)
hukuman tersebut ialah agar harta manusia terpelihara.
Harta adalah kebutuhan dasar manusia. yang
mencakup sandang, papan, dan biaya-biaya dasar
lainnya. Tanpa harta manusia tidak bisa hidup. Untuk
mendapatkan harta, manusia diperintahkan syarih
untuk bekerja, seperti berdagang, dsb,
Pemerintah harus mengatasi pengangguran dan
menyediakan lapangan kerja, melaksanakan training
UMKM, program pendampingan, menyediakan dana
pinjaman lunak (qardh) bagi UMKM, dsb

Hubungan Dharuriyat, Hajiyat dan


Tahsiniyat pada an-Nafs

Kasus-kasus

Tingkatan
Maslahah

Memelihara harta merupakan maslahah utama,


maka Islam mewajibkan qishas bagi pencuri. Maka
menerapkan hukuman qishash

Dharuriyat

Bekerja (seperti berdagang, dsb) adalah maslahah


level kedua

Hajiyat

Menyediakan lapangan kerja bagi rakyat, membuat


program pemberdayaan UMKM

Tahsiniyat

Harta
Memelihara / menjaga harta setiap manusia adalah
kebutuhan dharuriyat, maka menerapkan collateral dalam
pembiayaan di bank syariah adalah maslahah hajiyat, karena
untuk memelihara harta masyarakat (dana pihak ketiga) yang
ditabungkan di bank syariah tersebut. Sementara
menerapkan manajemen resiko adalah maslahah tahsiniyat.

Mewujudkan ketiga tingkatan maslahah (dharuriyat, hajiyat


dan tahsiniyat) adalah maqashid syariah (tujuan syariah).
Sebagaimana dikatakan Abdul Wahhab Khallaf dalam kitab
Ilmu Ushul Fiqh :

Korelasi Antara Dharuriyat, Hajiyat


dan Tahsiniyat

Asy-Syatibi
menyimpulkan
korelasi
antara dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat
sebagai berikut:

Maqashid dharuriyat merupakan dasar bagi


maqashid hajiyat dan maqashid tahsiniyat.
Kerusakan pada maqashid dharuriyat akan
membawa kerusakan pula pada maqashid
hajiyat dan maqashid tahsiniyat.

Sebaliknya, kerusakan pada maqashid hajiyat dan


maqashid tahsiniyat tidak dapat merusak maqashid
dharuriyat.
Kerusakan pada maqashid hajiyat dan maqashid
tahsiniyat yang bersifat absolut terkadang dapat
merusak maqashid dharuriyat.
Pemeliharaan maqashid hajiyat dan maqashid
tahsiniyat diperlukan demi pemeliharaan maqashid
dharuriyat secara tepat.

Pandangan Asy-Syatibi Bidang


Ekonomi :

Obyek Kepemilikan
Pada dasarnya, asy-Syatibi mengakui hak milik
individu. Namun, ia menolak kepemilikan individu
terhadap setiap sumber daya yang dapat menguasai
hajat hidup orang banyak. Ia menegaskan bahwa air
bukanlah obyek kepemilikan dan penggunaannya tidak
bisa dimiliki oleh seorang pun. Dalam hal ini, ia
membedakan dua macam air, yaitu: air yang tidak
dapat dijadikan sebagai obyek kepemilikan, seperti air
sungai dan oase; dan air yang bisa dijadikan sebagai
obyek kepemilikan, seperti air yang dibeli atau
termasuk bagian dari sebidang tanah milik individu.
Lebih jauh, ia menyatakan bahwa tidak ada hak
kepemilikan yang dapat diklaim terhadap sungai
dikarenakan adanya pembangunan dam.

Pandangan Asy-Syatibi Bidang


Ekonomi :

Pajak
Dalam pandangan asy-Syatibi, pemungutan
pajak harus dilihat dari sudut pandang
maslahah (kepentingan umum).
Dalam kondisi tidak mampu melaksanakan
tanggung jawab ini, masyarakat bisa
mengalihkannya kepada Baitul Mal serta
menyumbangkan sebagian kekayaan mereka
sendiri untuk tujuan tersebut.

Keuangan Publik (1)

1.
2.
3.

Tiga Bentuk Sumber Penerimaan :


Ghanimah
Zakat
Fai dan Sumber Pendapatan Lain

Keuangan Publik (2)


C. Fai dan Sumber Penerimaan :
1.
Jizyah yang dikenakan pada orang yahudi dan nasrani
2.
Upeti yang dibayar oleh musuh
3.
Hadiah yang dipersembahkan kepada kepala negara
4.
Bea cukai atau pajak tol yang dikenakan pada
pedagang dari negeri musuh
5.
Denda berupa uang
6.
Kharaj
7.
Harta benda tak bertuan
8.
Harta benda yang tak memiliki ahli waris
9.
Simpanan, utang atau barang rampasan yang pemilik
sebenarnya tak diketahui lagi dan karena itu tak bisa
dikembalikan
10. Berbagai sumber pendapatan lain

Keuangan Publik (3)

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pengeluaran/Pembelanjaan Publik :
Orang miskin dan melarat
Meningkatkan kemampuan pasukan dan
pertahanan keamanan
Memelihara hukum dan tatanan dalam
negeri
Pensiun dan gaji pejabat
Pendidikan
Pengembangan insfrastruktur
Kesejahteraan Umum

Peran Negara

Imam Shatibi memberikan negara peran campur dalam


aktivitas ekonomi individu, ketika ia merasa bahwa mereka
bermain counter untuk kepentingan ekonomi masyarakat. Dia
izin kepala negara memaksa untuk menghentikan segala
jenis eksploitasi ekonomi dari masyarakat dan membangun
sistem ekonomi seperti yang akan membawa segala
rintangan yang abstain masyarakat dari pencapaian mereka
dasar kebutuhan hidup. Shatibi telah, terutama, disebutkan
kasus pangan. Dia opines bahwa pemegang monopoli bahan
makanan adalah kriminal karena dia melakukan kejahatan
dari penimbunan makanan dan dengan demikian
menciptakan kelangkaan artifisial nya, hasil yang terlalu besar
dalam meningkatnya harga-nya. Ini adalah eksploitasi
ekonomi yang menyebabkan kerugian / cedera ke massa.
Jadi, hal ini merupakan tanggung jawab kepala negara untuk
menangkal kepada publik (yang pemegang monopoli's) antikegiatan sosial ekonomi.

Jalan Orang Yang Mencari


Kesejahteraan

Shg ada 8 Aturan yang berkaitan dengan


Kegiatan yang dibenarkan syariah :

Jenis kegiatan sepenuhnya diperbolehkan.


Tidak boleh ada keraguan bahwa kerugian atau cedera kepada orang lain
harus dicegah.
orang mencari keuntungan yang tak disengaja oleh publik yang
menyebabkan kerugian yang berlaku pada prinsip Islam yang memiliki
kepentingan publik atas preferensi pribadi.
Mencegah orang yang mencari keuntungan dan berdampak kepada orang
tersebut, maka diperbolehkan.
kegiatan pencegahan tidak melibatkan orang yang berbahaya untuk dirinya
sendiri
kegiatan yang dapat menyebabkan kerugian tetapi cenderung jarang terjadi,
yang diperbolehkan.
kegiatan akan menyebabkan beberapa kerugian yang mendominasi dari
alam, mungkin akan diizinkan pada prinsipnya jika sudah dilakukan untuk
memenuhi suatu tujuan Shari'ah.
banyak merugikan / kerugian kepada orang lain sangat mungkin terjadi,
meskipun diperbolehkan lagi pada prinsipnya setiap kali ma soal memenuhi
tujuan Shari'ah.

KESIMPULAN TEORI
MAQOSHID SYARIAH
IMAM ASY-SYATIBI

memelihara

mewujudkan

agama

jiwa

akal

harta

Keturunan/kehormatan

Iman dg rukun2nya, syahdatain, dasar2 aqidah,


dasar2 ibadah (sholat, zakat, puasa, haji dll

mewujudkan

Dakwah, menghadapi musuh, jihad, Menindak


yang murtad, mencegah pendangkalan akidah

memelihara

Kewajiban mencari nafkah, pernikahan

mewujudkan

Haramnya merusak tanaman, diterapkannya


Hukum qishos
Allah memberikan akal kepada setiap manusia,
Kewajiban menuntut ilmu dasar
Haramnya mengkonsumsi yang dapat
Menghilangkan akal (khomr, narkoba)
Disyariatkannya berbagai bentuk muamalat/
transaksi

memelihara

mewujudkan

agama

jiwa

akal

memelihara

mewujudkan

Haramnya mencuri, adanya hukuman pencurian,


Larangan merusak harta orang

memelihara

Disyariatkannya pernikahan

Dilarangnya perzinahan dan aborsi,


Adanya hukuman bagi penzina & penuduhnya,

mewujudkan

memelihara

harta

Keturunan/kehormatan

PERBEDAAN KONSEP ISLAM DAN KONSEP BARAT


Maslows Hierarchy of
Needs
Menurut Maslow. Garis
hirarkis kebutuhan
manusia berdasarkan
skala prioritasnya sbb:

5.
Aktualisasi
Diri

Saya sih, ekonomi dulu mapan,


baru berumah tangga

4. Penghargaan

3. S o s i a l

2. Keamanan

1. Fisiologi

Saya sih punya rumah dulu,


baru menikah
Saya sih, kumpulin
ilmu dulu, baru
mengajar

PERBEDAAN KONSEP ISLAM DAN KONSEP BARAT

Aktualisasi
Diri
Penghargaan
SosIal
Keamanan

Inverting Maslows
Hierarchy

Fisiologi

PERBEDAAN KONSEP ISLAM DAN KONSEP BARAT

Kemaslahatan agama
sebagai prioritas &
barometer

Agama

Konsep 5 Kebutuhan dasar


menurut Imam Syatibi

Kehormatan/keturunan

Harta

Jiwa

Intelektual

KESALAHAN PRINSIP
Saya sih, ekonomi
dulu mapan, baru
berumah tangga

Saya sih, kumpulin ilmu


dulu, baru mengajar

Agama

Saya sih punya rumah


dulu, baru menikah

Kehormatan/keturunan

PADAHAL..

Harta

Jiwa

Intelektual

Abu Dzar al-Ghiffari adalah sahabat miskin, namun tetap berdakwah


Rasulullah SAW pernah menikahkan sahabat dengan mas kawin berupa
cincin dari besi, atau bacaan al-quran, atau beberapa butir kurma
Nabi saw & sahabat berdakwah tidak menunggu seluruh wahyu turun
Sampaikanlah dariku walau satu ayat

PERBEDAAN KONSEP ISLAM DAN KONSEP


BARAT
1. Konsep Islam: hak dasar manusia adalah lima hal (aldharurat al-khoms) dan merupakan satu kesatuan yang
tak terpisahkan
Konsep Barat: hak dasar manusia pertama adalah
kebutuhan primer fisik
2. Konsep Islam : antara hak dan kewajiban adalah satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dan bersifat tawazun
(seimbang)
Konsep Barat: perhatian kepada hak-hak lebih besar
dibanding dengan kewajiban.
3 Konsep Islam: hak dan kewajiban bersifat Value bound
(dibatasi nilai-nilai), spt dilarang nikah sesama jenis
Konsep Barat: hak-hak bersifat free of value (bebas dari
nilai-nilai), spt diperbolehkannya nikah sesama jenis

PERBEDAAN KONSEP ISLAM DAN KONSEP


BARAT
4. Konsep Islam: hak seseorang dibatasi oleh hak orang lain,
spt: dilarang menghina simbol-simbol yang dihormati umat
lain walau adanya kebebasan berpendapat.
Konsep Barat: hak seseorang tidak dibatasi oleh hak orang
lain. Spt tidak adanya larangan berpendapat walau
menyinggung pihak lain atas nama kebebasan berpendapat
5. Konsep Islam: Kepentingan agama (Islam) di atas segala
kepentingan
Konsep Barat: Tidak melihat kepentingan agama sebagai
sesuatu yang diperhatikan, karena konsepnya dibangun atas
paham sekuler.
6. Konsep Islam : Hak dan kepentingan umum harus
didahulukan dari hak dan kepentingan individu
Konsep Barat: Tidak ada kejelasan tentang hubungan hak
dan kepentingan pribadi disatu sisi, dengan hak dan
kepentingan umum di sisi lain

Terima Kasih
Thank You
Syukron

52

Shg ada 8 Aturan yang berkaitan


dengan Kegiatan yang dibenarkan
syariah :

Pertama
adalah
jenis
kegiatan
sepenuhnya diperbolehkan. Tidak boleh
ada kekeliruan dalam memahami dan izin
ini maka tidak perlu untuk memberikan
argumen dalam kebaikan izin untuk suatu
kegiatan di mana orang mencari
keuntungan itu, tanpa ada menyebabkan
kerugian / kerugian / cedera ke orang lain.

Kegiatan kedua jenis dua elemen:

a. Ada yang mencari keuntungan sendiri / kesejahteraan.


b. Ada niat dari kerugian kepada orang lain.
Tidak boleh ada keraguan bahwa kerugian atau cedera kepada orang
lain harus dicegah. Prinsip Islam adalah: "La darar wa la dirar". Itulah
sebabnya, "Jangan menyakiti atau menjadi penyebab membahayakan".
Situasi ini menggabungkan bersama-sama dengan "mencari
kesejahteraan sendiri" dan "niat dari kerugian kepada orang lain". Jika
ada kemungkinan untuk memisahkan dua elemen, yaitu jika ada
kemungkinan bahwa orang "A" dapat memiliki manfaat yang sama di
dalam satu cara yang tidak menyebabkan kerugian kepada orang lain,
maka orang ini "A" harus dicegah menyebabkan kerugian kepada orang
lain dan akan diminta untuk mencari keuntungan yang lainnya di jalan.
Tetapi jika ia keuntungan dan kerugian kepada orang lain adalah bagian
integral dari kegiatan itu maka dia diperbolehkan untuk melakukan
aktivitas, tetapi ia jelas akan membawa dosa yang memiliki niat untuk
menimbulkan kerugian kepada orang lain. Seseorang harus mencari
keuntungan-Nya, tetapi untuk menimbulkan kerugian pada orang lain
adalah
dilarang.

Kegiatan sejenis yang ketiga di mana orang mencari


keuntungan yang tak disengaja oleh publik yang
menyebabkan kerugian yang berlaku pada prinsip Islam
yang memiliki kepentingan publik atas preferensi pribadi.
Salah satu contoh dari situasi ini adalah sebagai berikut.
Misalnya seseorang menjual senjata kepada musuh
Islam. Jelas dia ingin mencari keuntungan bagi orang ini
dari penjualan dan tidak bermaksud untuk menyakiti
orang lain. Tapi ada tersirat kerugian kepada umat
Muslim sebagai senjata yang akan digunakan terhadap
umat Islam.
Contohnya adalah Penjualan senjata ini, karena itu,
dapat dilarang.

Kegiatan yang keempat di mana saja orang yang mencari keuntungan


seperti itu, jika dia dicegah dari kegiatan ini, maka ini akan menyebabkan
kerugian / cedera kepadanya. Kegiatan ini sepenuhnya diperbolehkan
walaupun mungkin tak disengaja menyiratkan kerugian kepada orang lain.
Hal ini dapat mengambil tiga bentuk:
a. Mendapatkan kepuasan dari kegiatan bermanfaat. Ini termasuk bahkan
kegiatan seperti makan mayat dalam keadaan darurat atau membayar uang
suap untuk menghindari eksploitasi atau untuk menyelamatkan diri ke
kanan.
b. Meninggalkan sendiri untuk kesenangan yang lebih besar menyebabkan
seperti menghapuskan eksploitasi atau ketidakadilan dari masyarakat.
c. Mengorbankan satu dari kenikmatan untuk kepentingan lain seperti
pengeluaran dari satu sumber daya di jalan Allah (SWT), yaitu, satu dari
meninggalkan kenikmatan memberikan kenikmatan kepada orang lain.
Mengorbankan satu dari kenikmatan untuk kepentingan memberikan
kesenangan kepada orang lain dapat mengambil dua bentuk berikut:
d. Korban properti.
e. Korban hidup:
Korban hidup tidak selalu berarti mati di jalan: lain, termasuk juga
menghadapi kesulitan untuk orang lain. Semua kegiatan mereka yang jatuh
ke dalam kegiatan yang keempat jenis diijinkan.

Kegiatan sejenis yang kelima, di mana dari kegiatan pencegahan


tidak melibatkan orang yang berbahaya untuk dirinya sendiri (jika ia
telah mencegah dari) tetapi kegiatan yang melibatkan pasti kerugian
bagi orang lain. Ini memiliki dua aspek:
a. A adalah orang yang mengejar tujuan Shari'ah, yaitu, dia
mencoba untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan dari
complementarily atau kenyamanan atau tidak dengan niat dari
kerugian kepada siapapun. Hal ini diijinkan tanpa reservasi.
b. J jelas orang tahu bahwa pasti akan menimbulkan kerugian
kepada orang lain. Dalam hal ini jika dia melakukan kegiatan dia
akan dinilai, punya niat untuk menyakiti orang lain. Dia tidak
diizinkan untuk melakukannya. Tetapi 'jika orang yang memenuhi
tujuan Shari'ah, ia tidak bisa dilarang itu juga. Dalam keadaan ini dia
mungkin diizinkan untuk melakukan kegiatan tetapi ia mungkin
diperlukan untuk mengimbangi kerugian yang dia kenakan pada
oranglain.

Kegiatan sejenis yang keenam, dalam


kegiatan yang dapat menyebabkan
kerugian tetapi cenderung jarang terjadi,
yang diperbolehkan. Hal ini karena ketika
manfaat / kesejahteraan yang kemudian
dikenal dikuasai sedikit kemungkinan
kerugian yang tidak dapat diberikan,
pertimbangan.

Kegiatan sejenis yang ketujuh, di mana kegiatan akan


menyebabkan beberapa kerugian yang mendominasi
dari alam, mungkin akan diizinkan pada prinsipnya jika
sudah dilakukan untuk memenuhi suatu tujuan Shari'ah.
Namun, keinginan itu, harus dihentikan, terutama bila
kegiatan tersebut tidak dimaksudkan untuk memenuhi
setiap tujuan Shari'ah, atas dasar bahwa Shari'ah
memerlukan
bukan
hanya
penghapusan
dari
kehancuran tetapi juga penghapusan yang berarti dari
kerusakan.

Kegiatan sejenis yang kedelapan, di mana banyak


merugikan / kerugian kepada orang lain sangat mungkin
terjadi, meskipun diperbolehkan lagi pada prinsipnya
setiap kali ma soal memenuhi tujuan Shari'ah. Namun,
adalah keinginan untuk dihindari sejauh mungkin sebagai
ukuran hati-hati. Prinsip hati-hati merupakan elemen
Shari'ah yang telah ditemukan di beberapa Shari'ah
aturan. Misalnya, larangan bagi manusia untuk bertemu
dengan seorang perempuan dalam isolasi atau larangan
untuk membuat sebuah masjid di kuburan, atau ada
larangan untuk menikah istri dan keponakan dia pada saat
yang sama, dan sebagainya. Prinsip hati-hati telah
diterapkan di semua kasus-kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai